Sumber : pupensos.kemensos.go.id |
Lansia digolongkan sebagai kalangan yang boleh tidak berpuasa disebabkan “uzur yang tidak dapat dihilangkan”. Masuk kategori ini adalah sakit parah dan orang lanjut usia.
Demikian disebutkan dalam I’anatut Thalibin syarah kitab Fathul Mu’in,
sebagai berikut.
وإنـما يجِبُ صَوْمُ
رَمَضانَ (علـى) كل مُكلِّفٍ ــــ أي بـالغ ــــ عاقِلٍ، (مُطيقٍ له) أي للصوم حِسّاً،
وشَرعاً، فلا يجبُ علـ
صَبـيّ،
ومـجنونٍ، ولا علـى من لا يُطيقُه ــــ لِكَبِرٍ، أو مَرَضٍ لا يُرْجى بَرْؤه، ويَـلزمهُ
مِدّ لكل يوم
Artinya:
“Puasa Ramadhan itu wajib bagi setiap mukallaf yang baligh dan berakal, yang
mampu melaksanakan puasa secara fisik maupun syara’. Maka puasa tidak wajib
bagi anak-anak serta orang dengan gangguan jiwa. Serta tidak wajib bagi orang
yang tidak mampu melakukannya disebabkan lanjut usia, atau penyakit yang tidak
dapat disembuhkan dan wajib mengeluarkan (fidyah) setiap hari satu mud.”
Para ulama sepakat bahwa orang tua atau lansia dengan kondisi tidak mampu berpuasa, dapat tidak berpuasa dan tidak ada qodho baginya.
Namun, bagi lansia yang tidak
berpuasa mereka cukup membayar fidyah sesuai dengan jumlah puasa yang ditinggalkan.
Pendapat ini merujuk pada firman Allah dalam QS. Al Baqarah ayau 184 yang
berbunyi:
وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ
“Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi
makan seorang miskin.” (QS. Al Baqarah: 184)
Lansia yang sudah sangat renta, lemah, pikun dan tidak mampu dalam menjalankan puasa ramadhan.
Dan jika masih mampu dan tidak
menyebabkan kekhawatiran terhadap kesehatan atau kondisinya, maka orang
tersebut masih memiliki kewajiban untuk berpuasa.
Sumber: https://islam.nu.or.id/puasa-ramadhan-untuk-lansia-dan-orang-pikun