Showing posts with label kesehatan lansia. Show all posts
Showing posts with label kesehatan lansia. Show all posts

Friday, 4 April 2025

Ternyata Pikiran Bisa Bikin Sakit: Fakta Mengejutkan pada Lansia

         Seiring bertambahnya usia, tubuh memang mulai melemah. Tapi tahukah Bapak/Ibu, bahwa pikiran juga ikut menentukan kesehatan fisik dan mental?

Banyak orang berpikir bahwa sakit itu semata-mata urusan fisikโ€”padahal tidak selalu. Terkadang, penyakit muncul karena pikiran yang terlalu penuh, hati yang tak tenang, atau beban batin yang lama dipendam.

Sehat di hari tua menjadi harapan lansia.
(Sumber: foto Sunaryati)

๐Ÿง  Apa Itu Pikiran?

Secara sederhana, pikiran adalah segala hal yang kita rasakan dan pikirkan dalam hati dan kepala. Termasuk saat kita mengingat masa lalu, merasa sedih, bersyukur, gelisah, bingung mengambil keputusan, atau membayangkan masa depan.

Di usia lanjut, pikiran sering kali dipenuhi oleh:

  • Kenangan masa lalu,

  • Kekhawatiran terhadap anak-cucu,

  • Rasa sepi atau kehilangan,

  • Pertanyaan tentang makna hidup atau akhir kehidupan.

Semua ini wajar. Tapi jika tidak disikapi dengan baik, bisa berdampak pada kesehatan.

๐ŸŒฟ Bagaimana Pikiran Bisa Menyebabkan Penyakit pada Lansia?

1. ๐Ÿ˜Ÿ Kecemasan dan Depresi

Banyak lansia mengalami kesepian, apalagi jika tinggal jauh dari keluarga. Ini bisa menimbulkan perasaan hampa, tidak berguna, bahkan hilangnya semangat hidup.

Jika dibiarkan, perasaan seperti ini bisa menjadi depresi atau gangguan kecemasan.

2. ๐Ÿฉบ Sakit Fisik karena Pikiran

Pikiran yang cemas bisa membuat tubuh ikut tegang. Contohnya:

  • Maag kambuh saat terlalu banyak pikiran,

  • Pusing atau tekanan darah naik karena stres,

  • Sesak napas padahal hasil pemeriksaan jantung normal.

Ini disebut gangguan psikosomatik: ketika pikiran memengaruhi tubuh.

3. โค๏ธโ€๐Ÿฉน Memperparah Penyakit yang Sudah Ada

Bagi lansia yang sudah punya penyakit seperti:

  • Tekanan darah tinggi,

  • Asma,

  • Nyeri sendi atau otot (rematik, fibromyalgia),

pikiran yang gelisah bisa memperparah kondisinya. Misalnya, saat stres, tekanan darah bisa langsung naik, atau nyeri badan terasa lebih hebat.

๐Ÿง˜โ€โ™€๏ธ Apa yang Bisa Dilakukan?

Kesehatan di masa tua bukan cuma soal obat dan makan sehat, tapi juga ketenangan batin. Beberapa langkah yang bisa membantu:

โœ… 1. Menjaga Pikiran Positif

  • Bersyukur setiap hari atas hal-hal kecil,

  • Fokus pada hal-hal baik, bukan yang sudah lewat,

  • Jangan ragu bercerita pada anak, teman, atau pendamping rohani.

๐Ÿง˜ 2. Latihan Menenangkan Pikiran

  • Tarik napas dalam-dalam, hembuskan perlahan (latihan pernapasan),

  • Berdzikir, berdoa, atau meditasi,

  • Jalan santai sambil menikmati alam.

๐Ÿ‘จโ€๐Ÿ‘ฉโ€๐Ÿ‘งโ€๐Ÿ‘ฆ 3. Tetap Terhubung Sosial

  • Berkumpul di pengajian, posyandu lansia, atau kelompok doa,

  • Telepon anak atau cucu walau sebentar,

  • Saling menguatkan dengan teman sebaya.

๐Ÿชท Jiwa yang Tenang, Badan pun Ikut Tenang

Pikiran yang tenang adalah obat bagi tubuh.
Hati yang damai adalah kekuatan yang tak terlihat.

Di usia senja, tubuh mungkin tidak sekuat dulu, tapi pikiran dan hati yang tenang bisa jadi sumber kekuatan luar biasa. Merawat pikiran adalah bagian penting dari merawat tubuh.

Yuk, jaga pikiran agar tetap sehat. Karena sehat itu bukan hanya soal fisik, tapi juga soal batin.




Sumber:

https://www.nhs.uk/every-mind-matters/lifes-challenges/health-issues/

https://www.webmd.com/mental-health/how-does-mental-health-affect-physical-health

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21521-psychosomatic-disorder

https://www.medanta.org/patient-education-blog/mental-and-physical-health-are-separate

https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC9845882/



Friday, 28 March 2025

Selamat Lebaran! Begini Lansia Bisa Nikmati Hari Raya Tanpa Masalah Kesehatan!

        Hari Lebaran adalah momen penuh kebahagiaan, tetapi bagi lansia, momen ini juga bisa membawa tantangan tersendiri. Setelah sebulan berpuasa, tubuh lansia merasakan banyak manfaat, namun ada beberapa risiko yang perlu diwaspadai. 

Remaja SMA tahun 80-an
(Sumber: foto Dwipatri)

Berikut adalah dampak positif dan negatif yang bisa muncul pada lansia saat Lebaran:

Dampak Positif Hari Lebaran bagi Lansia

โœ… Kebahagiaan & Keceriaan Psikologis Bertemu keluarga dan sanak saudara membawa kebahagiaan serta memberikan dampak positif bagi kesehatan mental lansia. Aktivitas berkumpul dan berbagi kebahagiaan membantu mengurangi stres serta rasa kesepian.

โœ… Kualitas Tidur Meningkat Setelah sebulan berpuasa, tubuh lansia lebih bisa beradaptasi, sehingga tidur menjadi lebih nyenyak. Tidur yang cukup membantu mengurangi kelelahan dan meningkatkan kesejahteraan fisik serta mental.

โœ… Interaksi Sosial Lebih Aktif Lebaran memberikan kesempatan bagi lansia untuk bertemu dengan keluarga dan teman yang jarang dijumpai. Interaksi sosial ini meningkatkan kebahagiaan dan mencegah isolasi sosial.

โœ… Meningkatnya Rasa Spiritual Lebaran memberikan kedamaian spiritual, terutama bagi lansia yang menjalani ibadah dengan khusyuk. Momen ini memperkuat rasa syukur dan kedekatan dengan Tuhan.

Dampak Negatif yang Muncul untuk Lansia

โš  Kelelahan Fisik Akibat Aktivitas Berlebih Berkunjung ke rumah keluarga, menerima tamu, atau memasak dapat menyebabkan kelelahan fisik. Jika tidak diimbangi dengan istirahat yang cukup, dapat memicu pusing dan lemas.

โš  Gangguan Pencernaan Akibat Pola Makan Berlebihan Makanan khas Lebaran sering kali tinggi lemak, pedas, atau kaya gula, yang bisa menyebabkan gangguan pencernaan seperti asam lambung naik dan perut kembung.

โš  Peningkatan Tekanan Darah Makanan asin dan berlemak dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, terutama bagi lansia dengan riwayat hipertensi, yang meningkatkan risiko stroke dan masalah jantung.

โš  Dehidrasi Karena Kurang Minum Dalam kesibukan Lebaran, lansia bisa lupa minum air yang cukup, yang berisiko menyebabkan pusing, kelelahan, atau bahkan infeksi saluran kemih.

โš  Risiko Jatuh & Cedera Aktivitas berlebih, seperti bergerak cepat saat berkunjung atau menerima tamu, dapat meningkatkan risiko jatuh dan cedera.

Cara Mengatasi Dampak Negatif di Hari Lebaran

๐Ÿ’ง Pastikan Asupan Cairan Cukup 

โœ… Minum air putih yang cukup, hindari minuman berkafein atau terlalu manis.

โœ… Konsumsi makanan dengan kadar air tinggi seperti buah-buahan dan sayuran.

๐Ÿฝ Jaga Pola Makan Seimbang 

โœ… Pilih makanan sehat dan bergizi, hindari makanan berlemak, pedas, atau terlalu manis. 

โœ… Makan dalam porsi kecil namun sering untuk mencegah gangguan pencernaan. 

โœ… Makan dengan perlahan agar tubuh lebih mudah mencerna makanan.

๐Ÿ› Istirahat Cukup 

โœ… Beri waktu istirahat yang cukup setelah aktivitas padat. 

โœ… Hindari berdiri atau berjalan terlalu lama tanpa duduk sejenak.

๐Ÿง‘โ€โš•๏ธ Kontrol Kesehatan Secara Berkala 

โœ… Lansia dengan hipertensi, diabetes, atau masalah jantung sebaiknya memantau tekanan darah dan kadar gula secara rutin. 

โœ… Konsultasikan dengan dokter jika muncul gejala yang mengkhawatirkan seperti pusing, mual, atau nyeri dada.

๐Ÿšถโ€โ™‚๏ธ Lakukan Aktivitas Ringan 

โœ… Jika ingin berkunjung, lakukan dengan perlahan dan hindari aktivitas fisik yang terlalu melelahkan. โœ… Jangan memaksakan diri jika tubuh merasa lelah.

Kesimpulan

Hari Lebaran membawa kebahagiaan dan kedamaian bagi lansia melalui interaksi sosial, waktu bersama keluarga, dan kedekatan spiritual. Namun, tetap perlu menjaga pola makan, hidrasi, dan istirahat agar terhindar dari kelelahan atau gangguan kesehatan. Dengan perhatian yang baik, lansia dapat menikmati Lebaran dengan sehat dan bahagia.


Sumber:

https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC8449521/

https://www.um-surabaya.ac.id/en/article/berlebihan-konsumsi-makanan-manis-saat-lebaran-dosen-um-surabaya-waspada-penyakit-ini

https://www.alzheimers.org.uk/blog/ramadan-and-dementia-care


 

Monday, 24 March 2025

Hari- hari Terakhir Berpuasa pada Lansia ? Inilah Manfaat Puasa Hari 26โ€“30!

         Memasuki tahap akhir bulan Ramadan, tubuh lansia sudah beradaptasi dengan pola puasa. Manfaatnya semakin terasa, tetapi ada beberapa risiko yang tetap perlu diwaspadai.

Lansia semakin bugar menjelang berakhir puasa.
(Sumber: foto Sutardi)

Manfaat yang Semakin Terasa di Hari 26โ€“30

๐Ÿ’ช Stamina & Energi Stabil

Lansia yang sudah terbiasa berpuasa lebih dari tiga minggu akan merasakan energi yang lebih stabil. Tubuh telah beradaptasi dengan menggunakan lemak sebagai sumber energi, mengurangi rasa lelah atau lemas.

โœจ Detoksifikasi & Regenerasi Sel Meningkat

Proses autofagi (pembersihan sel rusak) semakin optimal, membantu mengurangi peradangan dan mendetoksifikasi tubuh. Ini bisa memperlambat penuaan serta mengurangi risiko penyakit seperti Alzheimer, Parkinson, dan radang sendi.

๐ŸŒŸ Pencernaan Lebih Lancar

Pola makan yang lebih teratur meningkatkan fungsi pencernaan, mengurangi masalah seperti sembelit atau perut kembung. Konsumsi makanan berserat tinggi dan cukup cairan membantu menjaga kesehatan pencernaan.

๐Ÿ˜Š Kesehatan Mental & Mood Lebih Baik

Hormon endorfin dan serotonin meningkat, membuat lansia lebih bahagia dan tenang. Mereka juga lebih fokus dalam ibadah, merasa lebih dekat dengan Tuhan, dan mendapatkan kedamaian batin.

๐Ÿ’‰ Penurunan Risiko Penyakit Kronis

Tekanan darah lebih stabil, mengurangi risiko hipertensi. Lansia yang berpuasa dengan pola makan sehat juga dapat mengalami penurunan kadar gula darah, menurunkan risiko diabetes atau lonjakan gula darah setelah berbuka.

๐ŸŒœ Kualitas Tidur Lebih Baik

Lansia yang menjaga pola makan dengan baik (tidak berlebihan saat berbuka) dapat merasakan tidur yang lebih nyenyak. Tidur yang cukup meningkatkan kualitas hidup, memperbaiki mood, dan memberi energi untuk hari berikutnya.

Risiko yang Mungkin Muncul di Hari 26โ€“30

โš  Dehidrasi Jika Kurang Minum

Lansia sering lupa minum air yang cukup antara berbuka dan sahur. Dehidrasi bisa menyebabkan pusing, lemas, mulut kering, dan gangguan pencernaan. Pastikan minum cukup air serta konsumsi makanan dengan kandungan cairan tinggi.

โš  Kelelahan Jika Asupan Gizi Tidak Seimbang

Kurangnya karbohidrat kompleks, protein, atau vitamin dapat menyebabkan kelelahan berlebihan. Konsumsi makanan tinggi gula saat berbuka juga bisa menyebabkan lonjakan energi yang cepat tetapi cepat turun, menyebabkan tubuh kembali lelah.

โš  Hipotensi (Tekanan Darah Rendah)

Kurangnya garam sehat, kalium, atau magnesium bisa menyebabkan tekanan darah turun, yang membuat lansia merasa pusing atau lemas, terutama saat berdiri tiba-tiba.

โš  Kram Otot & Kesemutan

Kekurangan elektrolit seperti kalium dan magnesium dapat menyebabkan kram otot atau kesemutan. Pastikan lansia mengonsumsi pisang, alpukat, dan sayuran hijau.

โš  Asam Lambung Naik Jika Makan Berlebihan

Makan terlalu cepat atau terlalu banyak saat berbuka bisa memicu kenaikan asam lambung, terutama jika mengonsumsi makanan berlemak, pedas, atau tinggi gula.

โš  Kelelahan Ekstrem Jika Tidur Tidak Teratur

Walaupun tidur lebih nyenyak, rutinitas Ramadan yang padat (salat malam, sahur) bisa menyebabkan kelelahan jika tidak diatur dengan baik.

Cara Mengatasi Efek Negatif Agar Lansia Tetap Sehat

๐Ÿ’ง Pastikan Cairan Cukup

  • Minum 6โ€“8 gelas air antara berbuka dan sahur.

  • Konsumsi makanan kaya air seperti sup, buah-buahan, dan sayuran (semangka, timun, tomat).

๐Ÿš Konsumsi Makanan Bergizi & Seimbang

  • Makan karbohidrat kompleks seperti nasi merah atau roti gandum.

  • Konsumsi protein sehat (ikan, ayam, telur) dan makanan kaya serat (sayuran, buah-buahan).

  • Jangan makan berlebihan atau terlalu cepat saat berbuka.

๐Ÿ› Atur Waktu Tidur

  • Tidur cukup 6โ€“8 jam per malam.

  • Hindari makan besar terlalu dekat dengan waktu tidur.

๐Ÿƒ๏ธโ€โ™‚๏ธ Lakukan Aktivitas Ringan

  • Jalan kaki atau peregangan ringan setelah berbuka.

  • Hindari berdiri tiba-tiba dari posisi duduk untuk mencegah pusing.

โš• Konsultasi dengan Dokter Jika Diperlukan

  • Jika merasa kelelahan berlebihan, pusing, atau mengalami gangguan kesehatan, segera konsultasi dengan dokter.

  • Jika ada masalah tekanan darah, kadar gula darah, atau gangguan pencernaan yang tidak kunjung membaik, periksakan ke tenaga medis.

Kesimpulan

Pada hari 26โ€“30, lansia bisa merasakan manfaat besar dari puasa seperti energi stabil, pencernaan lancar, tidur lebih baik, dan pengurangan risiko penyakit kronis. Namun, risiko seperti dehidrasi, kelelahan, hipotensi, dan masalah pencernaan tetap harus diwaspadai. Dengan menjaga pola makan sehat, cukup cairan, tidur yang cukup, dan berkonsultasi dengan dokter jika perlu, lansia dapat melewati hari-hari terakhir puasa dengan lebih sehat dan bugar.



Sumber:

https://expert.taylors.edu.my/file/rems/publication/109111_7228_1.pdf

https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10820472/

https://medic.upm.edu.my/upload/dokumen/2022071815315220_MJMHS_1018.pdf

https://nutritionj.biomedcentral.com/articles/10.1186/1475-2891-9-57

Thursday, 20 March 2025

Hari ke-21 hingga ke-25 Puasa: Lansia Semakin Bugar atau Mulai Lelah?

         Memasuki hari ke-21 hingga ke-25 puasa, tubuh sudah semakin terbiasa dengan ritme puasa. Pada tahap ini, manfaat kesehatan bisa lebih dirasakan, tetapi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tetap sehat dan nyaman.

Berpuasa hari 21-25 membuat lansia terbiasa dengan ritme puasa.
(Sumber: foto brodeker)

Manfaat Baik di Hari ke-21 hingga ke-25

โœ… Tubuh Lebih Terbiasa dengan Puasa
Puasa tidak lagi terasa berat. Metabolisme sudah menyesuaikan diri, sehingga tubuh tetap berenergi sepanjang hari.

โœ… Berat Badan Lebih Terjaga
Jika makan dengan seimbang, berat badan bisa lebih stabil. Ini baik untuk mengurangi beban pada sendi dan menjaga kesehatan jantung.

โœ… Radang dalam Tubuh Berkurang
Proses alami tubuh membersihkan sel-sel yang rusak semakin baik. Ini membantu mengurangi radang yang bisa menyebabkan nyeri sendi atau penyakit jantung.

โœ… Pikiran Lebih Jernih
Otak mendapatkan energi dari keton, yang bisa meningkatkan fokus dan daya ingat.

โœ… Tubuh Lebih Kuat Melawan Penyakit
Puasa yang dijalani dengan baik dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Tubuh menjadi lebih kuat dalam melawan penyakit.

โœ… Tidur Lebih Nyenyak
Dengan pola makan yang teratur, banyak lansia merasakan tidur yang lebih baik dan lebih segar saat bangun.

โœ… Perasaan Lebih Tenang
Puasa dan ibadah dapat memberikan ketenangan hati dan membantu mengurangi stres.

Hal yang Perlu Diperhatikan

โš  Tetap Minum yang Cukup
Sebagian lansia tidak merasa haus, sehingga bisa kurang minum. Ini bisa menyebabkan lemas, pusing, atau sulit buang air kecil.

โš  Jaga Keseimbangan Mineral
Kurang garam atau kalium bisa menyebabkan kram otot atau pusing saat berdiri.

โš  Hindari Makanan yang Sulit Dicerna
Makanan berminyak, pedas, atau terlalu manis bisa menyebabkan kembung atau sembelit.

โš  Perhatikan Tekanan Darah
Bagi yang tekanan darahnya rendah, kurang garam dan air bisa membuat pusing.

โš  Jangan Sampai Lemas
Jika makan terlalu sedikit, tubuh bisa lemas dan sulit beraktivitas.

โš  Jangan Makan Terlalu Banyak Sebelum Tidur
Makan berat sebelum tidur bisa membuat tidur terganggu.

Tips Agar Tetap Sehat dan Nyaman

๐Ÿ’ง Banyak Minum Air

  • Minum 6โ€“8 gelas air dari waktu berbuka hingga sahur.

  • Makan buah-buahan seperti semangka atau jeruk yang banyak airnya.

  • Hindari minuman berkafein seperti kopi berlebihan.

๐Ÿš Pilih Makanan Sehat

  • Makan nasi merah, ubi, atau oatmeal agar energi tahan lama.

  • Pilih ikan, telur, tahu, atau tempe untuk menjaga kekuatan otot.

  • Makan sayur dan buah agar pencernaan lancar.

๐Ÿ› Tidur yang Cukup

  • Tidur 6โ€“8 jam agar tubuh tetap segar.

  • Hindari makan terlalu banyak sebelum tidur.

๐Ÿšถโ€โ™‚๏ธ Tetap Bergerak

  • Jalan santai atau lakukan peregangan ringan agar tubuh tidak kaku.

  • Jika duduk lama, berdiri perlahan agar tidak pusing.

Kesimpulan

Di hari ke-21 hingga ke-25 puasa, tubuh sudah lebih terbiasa dan manfaatnya semakin terasa. Namun, penting untuk tetap memperhatikan pola makan, minum yang cukup, dan beraktivitas ringan agar tetap sehat dan nyaman. Jika merasa terlalu lelah, pusing, atau mengalami gangguan pencernaan yang berkepanjangan, jangan ragu untuk berbuka dan berkonsultasi dengan dokter.




Sumber:

https://www.nature.com/articles/s41598-024-80049-2

https://www.liebertpub.com/doi/10.1089/jicm.2023.0352

https://www.kkh.com.sg/news/medical-news-singhealth/fast-track-to-good-health

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1279770723006498

https://www.emro.who.int/emhj-volume-25-2019/volume-25-issue-4/comparison-of-time-restricted-feeding-and-islamic-fasting-a-scoping-review.html

Wednesday, 5 March 2025

Waktunya Lansia Merasakan Manfaat Puasa di Hari 6โ€“10! Apa Saja?

        Setelah melewati fase adaptasi awal, tubuh lansia mulai menemukan ritme barunya. Periode hari ke-6 hingga 10 adalah masa di mana tubuh mulai "berdamai" dengan pola puasa baru, membawa sejumlah perubahan yang menarik.

Aktifitas lansia dan warga, siskamling selama ramadan
(Sumber: foto Dediplat)

Sisi Cerah Perjalanan Puasa

๐ŸŒŸ Energi yang Mulai Stabil

Bayangkan tubuh seperti orkestra yang awalnya berantakan, kini mulai menyesuaikan irama. Lansia mulai merasakan keseimbangan energi yang lebih baik. Gula darah tidak lagi seperti roller coaster, melainkan mengalir stabil seperti sungai yang tenang.

๐Ÿ”ฅ Metabolisme: Pembakaran Lemak yang Efisien

Tubuh kini telah belajar menggunakan lemak sebagai bahan bakar utama. Seperti mesin canggih yang mulai bekerja optimal, proses pembakaran lemak berlangsung lebih efisien. Bagi lansia dengan kelebihan berat badan, ini adalah kabar baik untuk kesehatan jantung.

๐Ÿง  Kejernihan Pikiran yang Meningkat

Ada semacam "kabut" mental yang mulai terangkat. Produksi keton - zat ajaib yang dihasilkan saat tubuh membakar lemak - membantu meningkatkan konsentrasi. Lansia mungkin merasakan fokus yang lebih tajam, seolah pikiran telah dibersihkan dari debu-debu kebiasaan lama.

โค๏ธ Tekanan Darah Menuju Keseimbangan

Seperti sebuah sistem kontrol canggih, tekanan darah mulai menemukan titik stabilnya. Dengan pola makan sehat, risiko stroke atau serangan jantung perlahan berkurang.

๐ŸŽ Pencernaan yang Lebih Teratur

Usus mulai "bersosialisasi" dengan pola makan baru. Dengan asupan serat yang cukup, masalah sembelit yang sempat menggangu mulai mereda.

Tantangan yang Masih Perlu Diwaspadai

๐Ÿ’ง Bahaya Tersembunyi Dehidrasi

Air adalah kunci kehidupan, terutama bagi lansia. Mulut kering, pusing, dan lemas bisa menjadi tanda tubuh masih berjuang mendapatkan cairan yang cukup. Bagi mereka dengan riwayat penyakit ginjal atau hipertensi, ini bukan sekadar gangguan kecil.

๐Ÿ˜ด Kelelahan di Siang Hari

Tubuh masih menyesuaikan, seperti pelancong yang baru tiba di zona waktu berbeda. Kelelahan bisa datang tanpa undangan, terutama jika sahur tidak memenuhi kebutuhan gizi.

๐Ÿค• Sakit Kepala yang Ngotot Bertahan

Bagi lansia dengan hipotensi atau diabetes, pusing bisa menjadi teman setia. Setiap perubahan posisi bisa terasa seperti naik roller coaster yang tidak terduga.

๐Ÿ”ฅ Amukan Asam Lambung

Gorengan, pedas, dan kafein bisa menjadi bom waktu bagi lambung. Satu gigitan atau tegukan yang salah, dan perut bisa langsung protes keras.

๐Ÿฆต Kram Otot: Isyarat Tubuh

Kesemutan atau kram otot adalah bahasa tubuh yang meneriakkan kebutuhan akan elektrolit dan sirkulasi darah yang baik.

Strategi Menjaga Kesehatan

๐Ÿ’ฆ Seni Menjaga Hidrasi

  • Minimal 6-8 gelas air sehari
  • Hindari kafein berlebih
  • Dengarkan haus tubuh, jangan diamkan

๐Ÿฅ— Makanan: Lebih dari Sekadar Asupan

  • Sahur: Pilih karbohidrat kompleks yang melepas energi perlahan
  • Berbuka: Hindari lonjakan gula
  • Tambahkan pisang, alpukat untuk elektrolit

๐Ÿ˜ด Siklus Istirahat yang Bijak

  • Tidur 6-8 jam
  • Tidur siang singkat jika perlu
  • Istirahat bukan kelemahan, tapi strategi

๐Ÿšถโ€โ™‚๏ธ Gerak Ringan, Manfaat Nyata

  • Jalan santai
  • Peregangan
  • Cegah tubuh membeku dalam diam

Penutup: Perjalanan Berlanjut

Hari 6-10 adalah bukti ketangguhan tubuh lansia. Setiap hari adalah pembelajaran, setiap tantangan adalah kesempatan untuk tumbuh. Tetap waspada, tetap bijak, dan nikmati perjalanan puasa ini.

Ingat: Tubuh adalah teman, bukan musuh. Dengarkan isyaratnya, rawat dengan cinta.




Sumber:

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33675469/

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S156816371530012X

https://www.healthline.com/health-news/fasting-like-diet-reduced-prediabetes-markers-and-signs-of-aging-by-2-5-years

Sunday, 2 March 2025

Waspada! Ini Efek Hari 1โ€“5 Puasa pada Lansia dan Cara Mengatasinya

        
    Saat lansia memulai perjalanan puasa, tubuh mereka akan menjalani proses adaptasi yang menarik. Fase awal ini membawa dua sisi berbeda: manfaat yang menyehatkan dan tantangan yang perlu disiasati. Mari kita lihat perjalanan tubuh lansia di 5 hari pertama berpuasa.

Berpuasa banyak memiliki nilai positif untuk lansia.
(Sumber: foto Paguyuban Pengawas Purna)

Manfaat Awal yang Menyegarkan Tubuh

โœ… Detoksifikasi Alami

Bayangkan tubuh seperti rumah yang sedang dibersihkan. Di hari-hari awal puasa, hati dan ginjal bekerja lebih efisien membersihkan "debu" berupa racun dari makanan olahan, gula berlebih, dan zat kimia yang telah menumpuk dalam tubuh.

โœ… Penyeimbang Gula Darah & Tekanan Darah

Seperti pendulum yang menemukan titik keseimbangannya, kadar gula darah lansia yang sebelumnya sering naik-turun mulai menemukan ritme stabilnya. Tekanan darah pun ikut menyesuaikan dengan pola makan yang lebih sehat.

โœ… Kesadaran Gizi yang Meningkat

Puasa mengajarkan lansia untuk "memilih, bukan memilah" makanan. Dengan waktu makan yang terbatas, mereka cenderung lebih perhatian memilih makanan bergizi untuk sahur dan berbuka.

โœ… Peremajaan Sel Tubuh

Tubuh yang berpuasa seperti kota yang sedang direnovasi - hormon pertumbuhan meningkat, membantu memperbaiki jaringan tubuh yang rusak dan memperlambat proses penuaan sel.

โœ… Manajemen Berat Badan yang Sehat

Bagi lansia dengan kelebihan berat badan, puasa menjadi pelatih pribadi yang lembut namun efektif. Lemak tubuh perlahan diubah menjadi energi, membantu menurunkan berat badan secara alami.

Tantangan yang Mungkin Dihadapi

โš ๏ธ Rasa Haus dan Lemah

Lansia seperti tanaman yang membutuhkan lebih banyak perhatian untuk kehausan. Seiring bertambahnya usia, sensitivitas rasa haus berkurang, meningkatkan risiko dehidrasi yang bisa menyebabkan lemas, pusing, bahkan penurunan tekanan darah.

โš ๏ธ Sakit Kepala dan Pusing

Saat tubuh beradaptasi dengan ritme baru, mungkin ada "protes" berupa sakit kepala. Ini lebih terasa pada lansia yang sebelumnya terbiasa mengonsumsi kafein secara rutin.

โš ๏ธ Gangguan Lambung

Perut lansia bisa menjadi lebih sensitif selama puasa. Perubahan jadwal makan dapat memicu asam lambung naik, menyebabkan rasa perih, mulas, atau mual - terutama jika berbuka terlalu cepat atau terlalu banyak.

โš ๏ธ Perubahan Pola Tidur

Bangun dini hari untuk sahur bisa mengacaukan "jam internal" tubuh. Lansia mungkin merasa lebih mengantuk di siang hari atau kesulitan mendapatkan tidur berkualitas di malam hari.

โš ๏ธ Gangguan Pencernaan

Tanpa asupan serat dan cairan yang cukup, sistem pencernaan bisa melambat, menyebabkan perut kembung atau sembelit yang tidak nyaman.

Strategi Menjaga Kesehatan di Awal Puasa

๐Ÿ’ง Jadikan Air Sahabat Setia

Minum minimal 6-8 gelas air per hari dengan pembagian yang bijak: 2 gelas saat sahur, 2 gelas saat berbuka, dan sisanya setelah tarawih hingga tidur.

๐Ÿš Pilih Menu Cermat

  • Utamakan karbohidrat kompleks seperti nasi merah atau roti gandum yang memberikan energi tahan lama
  • Sertakan protein berkualitas dari telur, ayam tanpa kulit, ikan, tahu, atau tempe
  • Hindari godaan makanan manis berlebihan yang bisa membuat gula darah naik-turun

๐Ÿ›๏ธ Kelola Waktu Istirahat

  • Tidur lebih awal agar tubuh tetap segar menghadapi sahur
  • Sempatkan tidur siang singkat (20-30 menit) untuk memulihkan energi tanpa mengganggu tidur malam

๐Ÿšถโ€โ™‚๏ธ Tetap Aktif dengan Bijaksana

  • Lakukan aktivitas ringan seperti jalan santai setelah berbuka untuk melancarkan pencernaan
  • Hindari gerakan tiba-tiba, terutama saat bangkit dari posisi duduk, untuk mencegah pusing

Kapan Harus Waspada?

Meski tantangan di hari-hari awal adalah normal, waspadai tanda-tanda yang memerlukan perhatian khusus seperti kelelahan ekstrem, pusing berkelanjutan, atau kondisi kesehatan yang memburuk. Dalam situasi ini, sebaiknya segera berbuka dan berkonsultasi dengan dokter.

Kesimpulan

        Lima hari pertama puasa bagi lansia memang seperti memasuki jalan baru yang membutuhkan penyesuaian. Dengan pengelolaan yang tepat pada pola makan, hidrasi, dan istirahat, tubuh akan menemukan ritme barunya dan manfaat puasa pun akan semakin terasa.



Sumber:

https://www.science.org/content/article/five-day-fasting-diet-could-fight-disease-slow-aging

https://www.medicalnewstoday.com/articles/fasting-like-diet-may-help-reverse-biological-aging-2-5-years

https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7956384/



Friday, 28 February 2025

Lansia Berpuasa? Kenali Risiko Penyakit Kronis yang Harus Diwaspadai!

        Penyakit kronis adalah penyakit yang berkembang perlahan, berlangsung dalam jangka waktu lama (biasanya lebih dari 3 bulan), dan sering kali tidak bisa disembuhkan sepenuhnya. Penyakit ini membutuhkan perawatan jangka panjang untuk mengelola gejala dan mencegah komplikasi. Contoh penyakit kronis meliputi diabetes, hipertensi, penyakit jantung, gagal ginjal, asam lambung kronis (GERD), dan osteoporosis.
Tips aman berpuasa untuk lansia yang memiliki penyakit kronis.
(Sumber: foto file)
       Lansia yang memiliki penyakit kronis perlu lebih berhati-hati saat berpuasa. Beberapa penyakit yang perlu diwaspadai karena bisa memburuk selama puasa meliputi:

1. Diabetes Mellitus 

Lansia dengan diabetes berisiko mengalami:
โœ” Hipoglikemia (gula darah turun drastis) jika tidak makan cukup saat sahur.
โœ” Hiperglikemia (gula darah terlalu tinggi) jika berbuka dengan makanan tinggi gula.
โœ” Dehidrasi, terutama jika sering buang air kecil.

๐Ÿ”น Tips Aman:
โœ… Cek gula darah sebelum sahur dan setelah berbuka.
โœ… Konsumsi karbohidrat kompleks (nasi merah, roti gandum) agar gula darah stabil.
โœ… Hindari makanan/minuman manis berlebihan saat berbuka.
โœ… Jika gula darah terlalu rendah (<70 mg/dL) atau terlalu tinggi (>300 mg/dL), segera berbuka.

2. Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) 

Lansia dengan hipertensi berisiko mengalami:
โœ” Tekanan darah naik turun akibat perubahan pola makan dan dehidrasi.
โœ” Pusing atau pingsan, terutama saat bangun tidur atau berdiri terlalu cepat.
โœ” Risiko stroke atau serangan jantung, jika tekanan darah tidak terkontrol.

๐Ÿ”น Tips Aman:
โœ… Konsumsi makanan rendah garam dan tinggi kalium (pisang, sayuran hijau).
โœ… Minum cukup air saat sahur dan berbuka untuk mencegah dehidrasi.
โœ… Hindari makanan tinggi lemak dan gorengan yang bisa meningkatkan tekanan darah.
โœ… Cek tekanan darah secara berkala, terutama sebelum dan setelah puasa.

3. Penyakit Jantung dan Gagal Jantung 

Lansia dengan penyakit jantung mungkin mengalami:
โœ” Sesak napas atau nyeri dada, terutama jika asupan cairan kurang.
โœ” Jantung berdebar atau lemah, akibat ketidakseimbangan elektrolit.
โœ” Penumpukan cairan di tubuh (edema), jika terlalu banyak garam dalam makanan.

๐Ÿ”น Tips Aman:
โœ… Konsumsi makanan rendah garam dan tinggi protein sehat (ikan, ayam tanpa kulit).
โœ… Hindari makanan tinggi lemak jenuh (gorengan, daging merah berlemak).
โœ… Jangan menunda minum obat sesuai anjuran dokter.
โœ… Jika merasa sangat lemah atau sesak, sebaiknya segera berbuka dan konsultasi ke dokter.

4. Penyakit Ginjal Kronis (PGK) 

Puasa bisa berbahaya bagi lansia dengan penyakit ginjal, terutama jika:
โœ” Fungsi ginjal sudah menurun sehingga sulit mengatur cairan tubuh.
โœ” Berisiko dehidrasi, yang bisa memperparah kerusakan ginjal.
โœ” Kadar elektrolit terganggu, menyebabkan kram otot atau lemas.

๐Ÿ”น Tips Aman:
โœ… Minum cukup air saat berbuka dan sahur (kecuali ada pembatasan cairan oleh dokter).
โœ… Kurangi makanan tinggi protein jika ginjal tidak mampu menyaring limbah dengan baik.
โœ… Hindari makanan tinggi natrium (garam) dan kalium (pisang, kentang, tomat berlebihan).
โœ… Jika sudah cuci darah, sebaiknya tidak berpuasa tanpa izin dokter.

5. Asam Lambung (GERD) dan Maag Kronis 

Puasa bisa memicu naiknya asam lambung, menyebabkan:
โœ” Nyeri ulu hati atau dada terasa terbakar (heartburn).
โœ” Mual, muntah, atau kembung setelah berbuka.
โœ” Sulit tidur akibat asam lambung naik ke tenggorokan.

๐Ÿ”น Tips Aman:
โœ… Hindari makanan pedas, asam, gorengan, dan minuman berkafein.
โœ… Makan dalam porsi kecil tapi sering (saat berbuka, setelah tarawih, dan sahur).
โœ… Jangan langsung tidur setelah makan, tunggu minimal 2 jam.
โœ… Minum obat maag sesuai anjuran dokter.

6. Osteoporosis dan Radang Sendi (Arthritis) ๐Ÿฆด

Puasa bisa memperburuk nyeri sendi dan tulang rapuh, terutama jika:
โœ” Kurang kalsium dan vitamin D.
โœ” Kurang bergerak, menyebabkan sendi kaku.
โœ” Dehidrasi, yang bisa memperburuk nyeri sendi.

๐Ÿ”น Tips Aman:
โœ… Konsumsi susu rendah lemak, ikan, dan sayuran hijau untuk kalsium.
โœ… Hindari makanan tinggi garam yang bisa mempercepat pengeroposan tulang.
โœ… Lakukan peregangan ringan setelah berbuka untuk menjaga kelenturan sendi.

Kesimpulan

Lansia dengan penyakit kronis masih bisa berpuasa jika kondisi stabil dan mendapat izin dokter. Namun, jika puasa menyebabkan kelelahan ekstrem, pusing, nyeri dada, atau hipoglikemia, sebaiknya segera berbuka dan berkonsultasi dengan tenaga medis.



Sumber:

https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC10839217/

https://cyprusjmedsci.com/articles/intermittent-fasting-and-its-potential-effects-on-health/doi/cjms.2024.2023-109

https://jnfh.mums.ac.ir/article_17511.html


Sunday, 23 February 2025

Jangan Sampai Lemas! Panduan Puasa Sehat untuk Lansia

         Bulan Ramadan segera tiba, dan umat Muslim di seluruh dunia bersiap menjalankan ibadah puasa. Bagi lansia, puasa bisa menjadi tantangan tersendiri karena perubahan kondisi tubuh dan kebutuhan kesehatan yang berbeda. Namun, dengan pola makan yang tepat dan menjaga keseimbangan tubuh, puasa tetap bisa dijalankan dengan nyaman dan sehat.

Selamat menjalankan ibadah puasa untuk kakek dan nenek.
(Sumber: foto file)
Berikut beberapa tips agar lansia tetap bugar selama berpuasa, mulai dari sahur hingga berbuka.

Sahur: Awali dengan Nutrisi yang Tepat

โœ… Pilih makanan bergizi seimbang โ€“ Konsumsi karbohidrat kompleks seperti nasi merah, oat, atau roti gandum agar energi bertahan lebih lama. Lengkapi dengan protein dari telur, ayam, ikan, atau kacang-kacangan, serta serat dari sayur dan buah.
โœ… Batasi garam dan gula berlebihan โ€“ Terlalu banyak garam bisa menyebabkan dehidrasi, sementara gula sederhana dapat membuat tubuh cepat lemas.
โœ… Minum cukup air โ€“ Pastikan minum 2-3 gelas air putih agar tubuh tetap terhidrasi sepanjang hari.
โœ… Konsumsi lemak sehat โ€“ Seperti alpukat, minyak zaitun, atau kacang-kacangan untuk menjaga stamina.
โœ… Jangan lewatkan sahur โ€“ Sahur sangat penting untuk mencegah tubuh lemas dan menjaga energi hingga berbuka.

Saat Berpuasa: Jaga Stamina dan Hidrasi

๐Ÿ’ก Kurangi aktivitas berat โ€“ Hindari terlalu banyak bergerak atau bekerja fisik yang bisa menyebabkan kelelahan.
๐Ÿ’ก Perbanyak istirahat โ€“ Tidur siang sejenak dapat membantu tubuh tetap segar hingga berbuka.
๐Ÿ’ก Jaga hidrasi โ€“ Jika merasa haus atau lemas, hindari paparan panas berlebihan agar tidak dehidrasi.
๐Ÿ’ก Pantau kondisi kesehatan โ€“ Jika memiliki penyakit tertentu seperti diabetes atau hipertensi, konsultasikan dengan dokter mengenai pola makan dan pengobatan selama puasa.

Berbuka: Konsumsi Makanan yang Ramah Pencernaan

๐ŸŒ™ Mulai dengan yang ringan โ€“ Awali dengan air putih dan kurma untuk mengembalikan energi secara perlahan.
๐ŸŒ™ Hindari makanan berminyak dan berlemak tinggi โ€“ Gorengan bisa menyebabkan gangguan pencernaan dan meningkatkan kadar kolesterol.
๐ŸŒ™ Makan dengan porsi kecil tapi sering โ€“ Jangan langsung makan dalam jumlah besar agar pencernaan tetap nyaman.
๐ŸŒ™ Minum cukup air โ€“ Pastikan tubuh tetap terhidrasi dengan mengonsumsi 5-6 gelas air dari berbuka hingga sahur.
๐ŸŒ™ Perbanyak serat โ€“ Sayuran, buah, dan biji-bijian membantu mencegah sembelit yang sering terjadi saat puasa.
๐ŸŒ™ Atur jadwal obat dengan dokter โ€“ Jika ada obat yang harus dikonsumsi rutin, pastikan jadwalnya sesuai dengan waktu berbuka dan sahur.

Makanan dan Minuman yang Sebaiknya Dihindari

๐Ÿšซ Gorengan dan makanan berlemak tinggi โ€“ Bisa menyebabkan masalah pencernaan dan meningkatkan kadar kolesterol.
๐Ÿšซ Makanan terlalu manis โ€“ Dapat menyebabkan lonjakan gula darah yang mendadak.
๐Ÿšซ Minuman berkafein seperti kopi atau teh pekat โ€“ Bisa menyebabkan dehidrasi dan mengganggu kualitas tidur.
๐Ÿšซ Minuman bersoda โ€“ Dapat memicu kembung dan tidak baik untuk sistem pencernaan.

Dengan menjaga pola makan yang seimbang dan cukup istirahat, lansia tetap bisa menjalankan puasa dengan nyaman dan sehat. Semoga Ramadan kali ini membawa keberkahan dan kesehatan untuk semua!




Sumber:

https://www.homage.sg/resources/ramadan-fasting-elderly/

https://www.rafflesmedicalgroup.com/health-resources/health-articles/fasting-during-ramadan-what-an-older-person-needs-to-know/

https://www.happiesthealth.com/articles/ageing/fasting-for-seniors-safe-or-unsafe

 

Wednesday, 19 February 2025

Jangan Anggap Sepele! Penyakit Autoimun yang Mengintai di Usia Tua

         Penyakit autoimun adalah kondisi medis yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh kita, yang biasanya berfungsi untuk melindungi tubuh dari patogen seperti virus dan bakteri, malah menyerang sel dan jaringan tubuh kita sendiri. Sistem kekebalan tubuh salah mengidentifikasi sel tubuh sebagai ancaman dan mulai menyerang organ atau jaringan yang sehat. Penyakit autoimun bisa mempengaruhi berbagai bagian tubuh, dari kulit hingga organ internal seperti ginjal, hati, dan jantung. 

Lansia harus waspada dengan penyakit autoimun.
(Sumber: foto Yayank)

Apa Itu Penyakit Autoimun?

Pada sistem kekebalan tubuh yang normal, sel-sel kekebalan seperti antibodi berfungsi melawan benda asing, seperti bakteri dan virus. Namun, dalam kondisi autoimun, sistem ini keliru dan mulai menyerang sel tubuh sendiri yang seharusnya tidak dianggap musuh. Hal ini menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan tubuh, yang bisa berdampak serius pada fungsi organ yang terlibat.

Penyebab Penyakit Autoimun

Penyebab penyakit autoimun umumnya tidak sepenuhnya dipahami, namun sejumlah faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini:

  1. Faktor Genetik: Ada bukti kuat bahwa penyakit autoimun dapat diturunkan dalam keluarga. Jika seseorang memiliki kerabat dekat yang menderita penyakit autoimun, mereka mungkin lebih berisiko mengalami kondisi yang serupa. Variasi dalam gen pengkode HLA (Human Leukocyte Antigen) telah dikaitkan dengan beberapa penyakit autoimun.

  2. Faktor Lingkungan: Paparan terhadap berbagai faktor lingkungan, seperti virus, infeksi bakteri, bahan kimia, atau bahkan paparan sinar matahari berlebihan, bisa memicu penyakit autoimun. Salah satu contoh yang sering disebut adalah infeksi virus Epstein-Barr yang dikaitkan dengan lupus dan multiple sclerosis.

  3. Faktor Hormon: Banyak penyakit autoimun lebih umum terjadi pada wanita dibandingkan pria, yang menunjukkan peran hormon, seperti estrogen, dalam pengembangan penyakit ini. Hormon dapat memengaruhi bagaimana sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap infeksi dan jaringan tubuh.

  4. Stres: Stres fisik atau emosional yang berkepanjangan dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit autoimun. Stres dapat memperburuk gejala dan mempercepat perkembangan penyakit.

Jenis-Jenis Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun sangat beragam, dan masing-masing mempengaruhi bagian tubuh yang berbeda. Berikut adalah beberapa contoh penyakit autoimun yang paling umum:

  1. Lupus Eritematosus Sistemik (SLE): Lupus adalah salah satu penyakit autoimun yang paling dikenal. Sistem kekebalan tubuh menyerang berbagai organ dalam tubuh, termasuk kulit, sendi, ginjal, jantung, dan paru-paru. Gejalanya termasuk kelelahan parah, ruam berbentuk kupu-kupu di wajah, nyeri sendi, dan demam.

  2. Rheumatoid Arthritis (RA): Pada rheumatoid arthritis, sistem kekebalan tubuh menyerang sendi-sendi tubuh, menyebabkan peradangan, nyeri, dan pembengkakan. Dalam jangka panjang, RA dapat menyebabkan kerusakan sendi permanen. Penderita juga dapat mengalami kelelahan dan penurunan fungsi sendi.

  3. Multiple Sclerosis (MS): Multiple sclerosis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang pelindung saraf (mielin) di sistem saraf pusat. MS dapat menyebabkan gangguan motorik, penglihatan kabur, kesulitan berbicara, dan bahkan kelumpuhan.

  4. Diabetes Tipe 1: Pada diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh menghancurkan sel-sel pankreas yang memproduksi insulin. Akibatnya, tubuh tidak dapat mengatur kadar gula darah dengan benar, yang mengarah pada kebutuhan insulin eksternal untuk menjaga keseimbangan.

  5. Penyakit Crohn dan Kolitis Ulseratif: Kedua kondisi ini merupakan penyakit radang usus (IBD) yang bersifat autoimun. Penyakit Crohn dapat memengaruhi saluran pencernaan dari mulut hingga anus, sementara kolitis ulseratif terutama menyerang usus besar. Gejalanya termasuk diare, nyeri perut, dan penurunan berat badan.

  6. Psoriasis: Psoriasis adalah penyakit kulit autoimun yang menyebabkan pembentukan sel kulit yang berlebih. Ini menghasilkan bercak kulit yang tebal, merah, dan seringkali bersisik. Psoriasis juga dapat menyebabkan peradangan sendi yang dikenal sebagai psoriatic arthritis.

  7. Graves' Disease: Pada penyakit Graves, sistem kekebalan tubuh menyerang kelenjar tiroid, menyebabkan hipertiroidisme (produksi hormon tiroid yang berlebihan). Gejalanya termasuk penurunan berat badan, jantung berdebar, kecemasan, dan mata yang menonjol.

Diagnosa Penyakit Autoimun

Mendiagnosis penyakit autoimun bisa menjadi tantangan karena gejalanya seringkali tumpang tindih dengan kondisi medis lainnya. Diagnosa biasanya dimulai dengan evaluasi riwayat medis dan pemeriksaan fisik. Tes darah untuk mendeteksi antibodi spesifik atau penanda peradangan seperti kadar C-reactive protein (CRP) dan laju endap darah (LED) sering digunakan untuk membantu diagnosis. Beberapa tes tambahan yang umum digunakan meliputi:

  • Tes ANA (Antinuclear Antibodies): Untuk mendeteksi adanya antibodi yang menyerang inti sel tubuh.
  • Tes untuk Antibodi Spesifik: Tes untuk antibodi tertentu yang terkait dengan penyakit autoimun, seperti anti-CCP (untuk rheumatoid arthritis) atau anti-dsDNA (untuk lupus).
  • Pencitraan Medis: Pencitraan seperti MRI atau ultrasound dapat membantu menilai kerusakan pada organ atau sendi yang diserang oleh sistem kekebalan tubuh.

Penanganan Penyakit Autoimun

Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit autoimun, pengelolaan yang tepat dapat membantu pasien hidup dengan kualitas hidup yang baik. Berikut adalah beberapa pendekatan pengobatan utama:

  1. Obat-Imunomodulator: Obat ini digunakan untuk menekan sistem kekebalan tubuh agar tidak menyerang tubuh sendiri. Kortikosteroid (seperti prednison) dan obat imunosupresif (seperti metotreksat atau azathioprine) sering diresepkan untuk mengontrol peradangan dan aktivitas penyakit.

  2. Obat Anti-inflamasi Nonsteroid (NSAID): Untuk mengurangi peradangan dan nyeri pada sendi, NSAID seperti ibuprofen dan naproxen sering digunakan.

  3. Biologics: Obat biologis seperti TNF inhibitors (etanercept, adalimumab) digunakan untuk mengurangi peradangan pada penyakit seperti rheumatoid arthritis, lupus, dan penyakit Crohn.

  4. Plasmaferesis: Pada beberapa penyakit autoimun, plasmaferesis (proses pembersihan darah) dapat digunakan untuk mengurangi antibodi yang berbahaya dalam darah.

  5. Perawatan Komplementer: Selain pengobatan medis, pasien juga dapat mengadopsi pola makan yang sehat, berolahraga, dan mengelola stres. Pengobatan fisik dan terapi okupasi seringkali diperlukan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam bergerak akibat kerusakan sendi atau otot.

Pola Hidup yang Mendukung Pemulihan

Beberapa langkah penting yang dapat membantu pasien mengelola penyakit autoimun termasuk:

  • Menjaga pola makan sehat dengan banyak sayuran, buah, dan makanan antiinflamasi seperti ikan berlemak.
  • Rutin berolahraga untuk menjaga fleksibilitas sendi dan kesehatan jantung.
  • Cukup tidur dan menjaga keseimbangan emosional untuk mengurangi stres.
  • Menghindari pemicu yang dapat memperburuk gejala, seperti merokok, alkohol, atau infeksi.

Kesimpulan

Penyakit autoimun adalah gangguan yang kompleks dan dapat memengaruhi banyak aspek tubuh. Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit autoimun secara total, pengelolaan yang tepat dapat membantu pasien untuk menjalani hidup dengan kualitas yang baik. Melalui pengobatan yang tepat, perawatan yang cermat, dan pola hidup yang sehat, banyak penderita penyakit autoimun yang dapat mengendalikan gejalanya dan hidup aktif. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan, karena diagnosis dini dapat meningkatkan hasil perawatan.



Sumber:

https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC4277694/

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1044532323001057

https://www.aarp.org/health/conditions-treatments/info-2021/autoimmune-diseases-rising.html

https://www.pcacares.org/news/autoimmune-disorders-in-older-adults-what-you-need-to-know/

Sunday, 16 February 2025

Rematik atau Asam Urat? Cek Tandanya Sebelum Terlambat!

       Rematik dan asam urat sering dianggap sama, padahal keduanya adalah kondisi yang berbeda. Meskipun sama-sama menyerang sendi, penyebab dan cara pengobatannya sangat berbeda. 

Lansia seringkali tidak dapat membedakan antara Rematik dan asam urat.
(Sumber: foto Bodreker)
Berikut penjelasannya:

1. Rematik (Rheumatoid Arthritis)

Penyebab:

  • Merupakan penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh justru menyerang sendi sendiri.

  • Faktor genetik, infeksi, dan gaya hidup dapat memicu kondisi ini.

Gejala:

  • Nyeri, bengkak, dan kaku pada sendi, terutama di pagi hari.

  • Menyerang sendi di kedua sisi tubuh secara simetris, seperti tangan dan lutut.

  • Jika tidak ditangani, bisa menyebabkan kelainan bentuk sendi.

Pengobatan:

  • Obat antiinflamasi (NSAID), kortikosteroid, dan obat imunosupresan untuk mengendalikan peradangan.

  • Terapi fisik untuk menjaga fungsi sendi dan mengurangi kekakuan.

  • Pola hidup sehat, seperti olahraga ringan, menghindari stres, dan mengatur pola makan seimbang.

2. Asam Urat (Gout Arthritis)

Penyebab:

  • Kadar asam urat yang tinggi dalam darah menyebabkan pembentukan kristal di sendi.

  • Konsumsi makanan tinggi purin seperti jeroan, seafood, daging merah, dan alkohol.

  • Gangguan ginjal yang menghambat pembuangan asam urat dari tubuh.

Gejala:

  • Nyeri sendi yang datang tiba-tiba, sering kali menyerang jempol kaki, lutut, atau pergelangan tangan.

  • Sendi membengkak, terasa panas, dan berwarna kemerahan.

  • Jika tidak dikontrol, asam urat bisa kambuh berulang kali dan memburuk seiring waktu.

Pengobatan:

  • Obat penurun asam urat seperti allopurinol dan colchicine.

  • Obat antiinflamasi untuk meredakan nyeri saat serangan terjadi.

  • Pola makan sehat dengan mengurangi makanan tinggi purin dan memperbanyak konsumsi air putih.

  • Menjaga berat badan ideal dan melakukan olahraga ringan secara rutin.

Mengapa Lansia Lebih Rentan?

Seiring bertambahnya usia, lansia lebih mudah terkena rematik dan asam urat karena beberapa faktor berikut:

Rematik pada Lansia

โœ… Penuaan dan Degenerasi Sendi
Tulang rawan di sendi semakin menipis, sehingga lebih mudah mengalami peradangan.
โœ… Sistem Imun yang Melemah
Sistem imun bisa menjadi lebih sensitif atau kurang efektif, sehingga lebih rentan mengalami gangguan autoimun seperti rematik.
โœ… Kurangnya Aktivitas Fisik
Sendi yang jarang digerakkan akan menjadi kaku dan kehilangan fleksibilitas.
โœ… Faktor Genetik dan Hormon
Lansia, terutama wanita setelah menopause, lebih berisiko karena kadar hormon estrogen yang menurun.

Asam Urat pada Lansia

โœ… Penurunan Fungsi Ginjal
Ginjal yang mulai melemah membuat pembuangan asam urat kurang efisien, sehingga lebih mudah menumpuk di sendi.
โœ… Pola Makan yang Tidak Seimbang
Konsumsi makanan tinggi purin selama bertahun-tahun bisa meningkatkan risiko asam urat.
โœ… Penggunaan Obat-obatan
Beberapa obat seperti diuretik atau obat tekanan darah tinggi bisa memperburuk kondisi asam urat.
โœ… Kurang Minum Air
Dehidrasi membuat tubuh sulit mengeluarkan kelebihan asam urat melalui urine.

Cara Mencegah dan Mengatasi pada Lansia

โœ” Makan Sehat: Hindari makanan tinggi purin dan perbanyak konsumsi sayur, buah, serta air putih.
โœ” Olahraga Ringan: Yoga, jalan kaki, atau berenang dapat menjaga fleksibilitas sendi dan mengurangi risiko nyeri.
โœ” Jaga Berat Badan: Obesitas meningkatkan tekanan pada sendi dan produksi asam urat dalam tubuh.
โœ” Cek Kesehatan Rutin: Pemeriksaan kadar asam urat dan kesehatan sendi secara berkala dapat membantu pencegahan lebih dini.

Kesimpulan

  • Rematik adalah penyakit autoimun yang menyerang banyak sendi dan bersifat kronis.

  • Asam urat terjadi akibat penumpukan kristal asam urat, lebih sering menyerang satu sendi tertentu.

  • Lansia lebih rentan terhadap kedua kondisi ini, tetapi dengan gaya hidup sehat, risikonya bisa dikurangi.

Jika sering mengalami nyeri sendi, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat. Jangan abaikan kesehatan sendi Anda



Sumber:

https://www.medicalnewstoday.com/articles/323421#symptoms-and-long-term-effects

https://www.healthline.com/health/rheumatoid-arthritis-vs-gout

https://www.webmd.com/arthritis/ra-vs-gout

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/39376825/

https://www.arthritis.org/diseases/more-about/is-it-rheumatoid-arthritis-or-gout



Wednesday, 5 February 2025

Bukan Sekadar Lelah! Hipoglikemia Bisa Bikin Lansia Terjatuh dan Berbahaya

        Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar gula darah (glukosa) dalam tubuh turun di bawah batas normal, biasanya di bawah 70 mg/dL. Glukosa merupakan sumber energi utama bagi tubuh, terutama otak, sehingga jika kadarnya terlalu rendah, berbagai gejala bisa muncul.

Durasi olahraga untuk lansia, 20-30 menit per sesi.
(Sumber: foto Dewkom)

Mengapa Lansia Rentan Mengalami Hipoglikemia?

Seiring bertambahnya usia, tubuh mengalami berbagai perubahan yang memengaruhi metabolisme gula darah. Hal ini membuat lansia lebih rentan terhadap hipoglikemia. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa berbahaya dan meningkatkan risiko jatuh serta cedera serius.

Gejala Hipoglikemia pada Lansia

Beberapa tanda umum hipoglikemia yang perlu diwaspadai, antara lain: 

โœ… Gemetar atau tubuh lemas
โœ… Pusing atau kebingungan
โœ… Keringat dingin
โœ… Jantung berdebar
โœ… Rasa lapar berlebihan
โœ… Penglihatan kabur
โœ… Kehilangan kesadaran (pada kasus yang parah)

Penyebab Hipoglikemia pada Lansia

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan lansia mengalami hipoglikemia, di antaranya:

1. Penggunaan Obat Diabetes

Lansia yang menggunakan insulin atau obat oral seperti sulfonilurea (misalnya glibenklamid, glimepirid) berisiko lebih tinggi mengalami hipoglikemia, terutama jika dosisnya tidak sesuai atau lupa makan setelah minum obat.

2. Pola Makan Tidak Teratur

Banyak lansia mengalami penurunan nafsu makan, lupa makan, atau memiliki pola makan yang tidak teratur. Hal ini menyebabkan gula darah turun drastis.

3. Gangguan Fungsi Hati dan Ginjal

Hati dan ginjal berperan dalam mengatur kadar gula darah. Jika fungsinya menurun akibat penuaan atau penyakit, tubuh akan kesulitan menjaga kadar gula tetap stabil.

4. Penurunan Cadangan Energi

Seiring bertambahnya usia, lansia mengalami penurunan massa otot dan lemak tubuh yang berfungsi sebagai cadangan energi. Hal ini membuat mereka lebih mudah mengalami hipoglikemia.

5. Gangguan Hormonal

Hormon glukagon dan adrenalin, yang berfungsi menaikkan kadar gula darah, bisa menurun pada lansia. Akibatnya, tubuh lebih sulit mengatasi hipoglikemia.

6. Penyakit Kronis

Penyakit seperti demensia, penyakit jantung, atau kanker dapat mengganggu metabolisme glukosa dan meningkatkan risiko hipoglikemia.

7. Konsumsi Alkohol Berlebihan

Alkohol dapat menghambat produksi glukosa di hati, terutama jika dikonsumsi tanpa makanan yang cukup.

Olahraga dan Hipoglikemia pada Lansia

Olahraga sangat baik untuk kesehatan lansia, tetapi jika tidak dilakukan dengan benar, bisa meningkatkan risiko hipoglikemia. Berikut beberapa alasan mengapa olahraga bisa menyebabkan kadar gula darah turun drastis:

โœ… Meningkatkan Penggunaan Glukosa oleh Otot
Saat berolahraga, tubuh menggunakan lebih banyak glukosa untuk energi. Jika tidak ada asupan makanan yang cukup, hipoglikemia bisa terjadi.

โœ… Efek Obat Diabetes + Olahraga
Lansia yang menggunakan obat diabetes (seperti insulin atau sulfonilurea) berisiko lebih tinggi mengalami hipoglikemia, terutama jika olahraga dilakukan dalam waktu lama atau intensitas tinggi.

โœ… Tidak Makan Sebelum Olahraga
Berolahraga dalam keadaan perut kosong bisa membuat kadar gula darah turun drastis.

โœ… Respon Hormonal yang Lebih Lambat
Hormon yang membantu menaikkan gula darah seperti glukagon dan adrenalin mungkin tidak bekerja seefektif pada usia muda, sehingga tubuh lebih sulit menyeimbangkan kadar gula darah setelah olahraga.

โœ… Durasi atau Intensitas Olahraga Berlebihan
Olahraga yang terlalu lama atau berat dapat menyebabkan hipoglikemia jika tidak ada asupan energi tambahan selama atau setelah aktivitas.

Cara Mencegah Hipoglikemia Saat Olahraga untuk Lansia

Untuk tetap aktif tanpa risiko hipoglikemia, lansia dapat menerapkan beberapa langkah berikut:

โœ… Makan sebelum olahraga โ€“ Konsumsi camilan sehat seperti pisang, roti gandum, atau susu rendah lemak sebelum beraktivitas.
โœ… Pilih olahraga ringan hingga sedang โ€“ Seperti jalan kaki, yoga, atau senam lansia agar kadar gula darah tidak turun drastis.
โœ… Periksa kadar gula darah sebelum dan sesudah olahraga, terutama jika memiliki diabetes.
โœ… Batasi durasi olahraga โ€“ Idealnya 20-30 menit per sesi, tergantung kondisi tubuh.
โœ… Selalu bawa camilan manis โ€“ Seperti permen atau jus buah, untuk berjaga-jaga jika gejala hipoglikemia muncul.

Jika lansia mengalami keringat dingin, gemetar, pusing, atau lemas saat olahraga, segera hentikan aktivitas dan konsumsi makanan atau m inuman manis. Jika gejala tidak membaik, segera cari bantuan medis. \

Kesimpulan

       Hipoglikemia pada lansia bisa berbahaya jika tidak ditangani dengan baik. Faktor seperti penggunaan obat diabetes, pola makan tidak teratur, gangguan fungsi organ, hingga olahraga yang berlebihan dapat meningkatkan risiko. Oleh karena itu, penting bagi lansia untuk menjaga pola makan, berolahraga dengan aman, dan rutin memantau kadar gula darah agar tetap sehat dan terhindar dari risiko jatuh akibat hipoglikemia.


Sumber: 






Sunday, 26 January 2025

Lansia Aktif Tanpa Rasa Sakit: Solusi Tepat untuk Nikmati Hari-Hari Bahagia

        Secara biologi, rasa sakit adalah mekanisme perlindungan tubuh untuk memberi tahu kita tentang adanya potensi bahaya atau kerusakan pada tubuh. Rasa sakit diproses oleh sistem saraf dan melibatkan interaksi kompleks antara reseptor nyeri, sistem saraf pusat, dan otak. Rasa sakit adalah istilah yang lebih luas dan mencakup semua bentuk ketidaknyamanan, baik fisik maupun emosional. Nyeri lebih sempit dan biasanya mengacu pada rasa sakit fisik yang spesifik, intens, atau terlokalisasi.

Bercanda dan berjumpa kawan-kawan dapat melupakan rasa sakit.
(Sumber: foto Rozali) 

Daya Tahan Rasa Sakit Daya tahan rasa sakit adalah kemampuan seseorang untuk menahan atau mengatasi rasa sakit fisik atau emosional yang dialaminya. Tingkat daya tahan rasa sakit berbeda untuk setiap individu dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti:

1. Faktor Fisiologis

  • Sistem Saraf: Perbedaan sensitivitas saraf terhadap rasa sakit memengaruhi intensitas yang dirasakan.

  • Hormon: Hormon seperti endorfin dapat membantu mengurangi rasa sakit secara alami.

2. Faktor Psikologis

  • Ketangguhan Mental: Orang yang lebih tangguh secara mental cenderung memiliki toleransi rasa sakit lebih tinggi.

  • Pengaruh Emosi: Stres atau ketakutan dapat meningkatkan rasa sakit, sementara relaksasi atau pikiran positif dapat menguranginya.

3. Faktor Sosial dan Budaya

  • Norma Budaya: Dalam beberapa budaya, menunjukkan rasa sakit dianggap kelemahan, sehingga orang cenderung menahannya.

  • Pengalaman Hidup: Orang yang terbiasa dengan pekerjaan fisik berat atau cedera memiliki toleransi rasa sakit lebih tinggi.

4. Pengalaman Masa Lalu

  • Jika seseorang pernah mengalami rasa sakit serupa sebelumnya, ia mungkin lebih mampu mengelolanya di masa depan.

Apakah Daya Tahan Rasa Sakit Dapat Dilatih? 

Daya tahan rasa sakit dapat ditingkatkan melalui beberapa latihan, seperti:

  • Teknik Relaksasi: Meditasi, pernapasan dalam, atau mindfulness.

  • Latihan Mental: Visualisasi positif atau fokus pada hal lain untuk mengalihkan perhatian.

  • Paparan Bertahap: Membiasakan tubuh untuk menghadapi ketidaknyamanan dalam kadar yang aman.

Mengelola Rasa Sakit pada Lansia

Lansia sering merasakan rasa sakit, terutama jika mereka menderita penyakit tertentu meskipun sedang dalam pengobatan. Mengatasi rasa sakit pada lansia memerlukan pendekatan holistik, yang melibatkan aspek fisik, emosional, dan sosial. Berikut adalah beberapa cara lansia dapat bersikap dan mengelola rasa sakit:

1. Menerima Kondisi dengan Lapang Dada

  • Menerima Realitas: Memahami bahwa rasa sakit mungkin bagian dari proses penyembuhan atau efek dari penyakit kronis dapat mengurangi beban emosional.

  • Menghindari Penyangkalan: Dengan menerima kondisi, lansia lebih siap mencari solusi atau strategi manajemen rasa sakit.

2. Berkomunikasi dengan Tenaga Medis

  • Jujur tentang Gejala: Lansia sebaiknya melaporkan tingkat dan jenis rasa sakit yang dirasakan kepada dokter atau perawat.

  • Tanya tentang Alternatif: Jika pengobatan tidak efektif, diskusikan opsi lain seperti terapi fisik, obat pereda nyeri, atau intervensi medis tertentu.

  • Mengevaluasi Obat: Pastikan obat-obatan yang diminum tidak memperparah rasa sakit.

3. Menggunakan Teknik Relaksasi

  • Latihan Pernapasan Dalam: Membantu mengurangi ketegangan otot dan meningkatkan relaksasi.

  • Meditasi atau Doa: Aktivitas spiritual sering memberikan ketenangan dan pengalihan dari rasa sakit.

  • Aromaterapi: Minyak esensial seperti lavender atau peppermint dapat membantu menenangkan pikiran.

4. Aktivitas Fisik Ringan

  • Latihan Ringan: Jalan kaki pelan atau peregangan dapat meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi nyeri otot.

  • Terapi Fisik: Program yang dirancang khusus untuk lansia bisa membantu mengelola nyeri kronis.

5. Memanfaatkan Dukungan Sosial

  • Berbagi Cerita: Curhat kepada keluarga, teman, atau komunitas lansia dapat meringankan beban emosional.

  • Mendapatkan Pendampingan: Kehadiran orang terdekat dapat memberikan kenyamanan, baik fisik maupun emosional.

6. Fokus pada Hal yang Menyenangkan

  • Hobi: Melibatkan diri dalam kegiatan seperti membaca, merajut, atau mendengarkan musik dapat mengalihkan perhatian dari rasa sakit.

  • Nikmati Hal Sederhana: Menghabiskan waktu di taman atau melihat pemandangan dapat meningkatkan suasana hati.

7. Mencari Dukungan Psikologis

  • Konseling atau Terapi Psikologi: Terapi dapat membantu lansia mengatasi rasa takut atau cemas yang mungkin memperburuk rasa sakit.

  • Kelola Stres: Stres atau depresi dapat memperburuk persepsi terhadap rasa sakit.

8. Pertimbangkan Pengobatan Alternatif

Beberapa metode non-konvensional yang mungkin membantu:

  • Akupunktur.

  • Pijat terapi.

  • Terapi musik atau seni.

Rasa sakit sering kali bukan hanya masalah fisik, tetapi juga emosional dan psikologis. Pendekatan yang seimbang antara perawatan medis, dukungan sosial, dan pengelolaan pikiran dapat membantu lansia menjalani hidup dengan lebih nyaman dan bermakna.


Sumber:

https://www.webmd.com/pain-management/caregiver-pain-relief

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1470211824029270

https://newsnetwork.mayoclinic.org/discussion/mayo-clinic-minute-helping-older-adults-manage-chronic-pain/

https://www.oregonpainguidance.org/guideline/pain-control-in-the-elderly-and-individuals-with-dementia/