Tuesday, 6 June 2023

Jangan Meremehkan Kepala Botak, Awas!

 

      Rambut selain melindungi kepala, juga berfungsi estetika maka ada pepatah berbunyi rambut adalah mahkota bagi wanita. Banyak permasalahan muncul pada rambut, seperti rambut menjadi putih (uban),kerontokan, botak dan sebagainya.

Rambut botak pada lansia bisa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

👸 Predisposisi Genetik: 

Kebotakan pada lansia dapat terkait dengan faktor genetik. Pola kebotakan pria (androgenetic alopecia) dan pola kebotakan wanita (female pattern baldness) adalah contoh kondisi yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan biasanya berkembang seiring bertambahnya usia.         

👸 Hormon:

Perubahan hormonal yang terjadi seiring dengan penuaan dapat mempengaruhi pertumbuhan rambut. Pada laki-laki, peningkatan hormon dihidrotestosteron (DHT) dapat menyebabkan rambut menjadi lebih tipis dan akhirnya rontok. Pada wanita, penurunan kadar hormon estrogen setelah menopause juga dapat berkontribusi pada rambut yang tipis.

👸 Penurunan Sirkulasi Darah: 

Seiring bertambahnya usia, sirkulasi darah ke folikel rambut mungkin menurun. Kekurangan pasokan darah dan nutrisi ke folikel rambut dapat menghambat pertumbuhan rambut dan menyebabkan rambut menjadi tipis atau bahkan botak.

👸 Kerusakan Folikel Rambut:

Seiring bertambahnya usia, folikel rambut dapat mengalami kerusakan atau degenerasi. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh faktor seperti peradangan kulit kepala, paparan sinar matahari berlebih, atau penggunaan produk perawatan rambut yang tidak tepat.

👸 Kondisi Medis:

Beberapa kondisi medis tertentu seperti alopecia areata (penyakit autoimun yang menyebabkan kerontokan rambut), skleroderma, atau kondisi tiroid yang tidak seimbang juga dapat menyebabkan kebotakan pada lansia.

👸 Efek Samping Obat: 

Beberapa obat yang digunakan oleh lansia untuk mengatasi kondisi medis tertentu dapat memiliki efek samping berupa penipisan rambut atau kebotakan.

   💭 Jangan kecewa bahwa kebotakan pada lansia adalah proses alami dan tidak selalu dapat dihindari. 

Sumber:Style.tribunnewas

Beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa uban tumbuh pada lansia:

😵 Reduksi Pigmen Melanin:

Pigmen melanin adalah pigmen yang memberikan warna pada rambut kita. Seiring dengan penuaan, sel-sel yang menghasilkan melanin di folikel rambut mulai mengurangi produksi melanin. Akibatnya, rambut kehilangan warna aslinya dan tumbuh menjadi uban atau beruban.

😵 Genetika:

Faktor genetika dapat mempengaruhi kemungkinan tumbuhnya uban pada lansia. Jika anggota keluarga dekat, seperti orang tua atau kakek nenek, memiliki uban pada usia dini, maka ada kemungkinan lansia juga akan mengalami uban lebih awal.

😵 Stres:

Meskipun belum ada penelitian yang meyakinkan, beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara stres kronis dan tumbuhnya uban lebih cepat. Stres dapat mempengaruhi kondisi folikel rambut dan mempercepat proses ubanan.

😵 Kekurangan Nutrisi: 

Kekurangan nutrisi tertentu, seperti vitamin B12, tembaga, dan zat besi, dapat mempengaruhi produksi melanin dalam folikel rambut. Kondisi medis tertentu yang menghambat penyerapan nutrisi dalam tubuh juga dapat mempengaruhi warna rambut.

😵 Kondisi Medis Tertentu:

Beberapa kondisi medis, seperti alopecia areata (penyakit autoimun yang menyebabkan kerontokan rambut) atau gangguan tiroid, dapat mempengaruhi produksi melanin dan menyebabkan uban tumbuh lebih awal.

        💬Tumbuhnya uban pada lansia adalah proses alami dan umum. Meskipun tidak ada cara untuk mencegah sepenuhnya pertumbuhan uban, menjaga pola makan sehat, mengelola stres, dan merawat rambut dengan baik dapat membantu menjaga kesehatan dan penampilan rambut.

Beberapa penyakit rambut yang sering menyerang lansia meliputi:

👴 Kebotakan (Alopecia): 

Kebotakan atau penipisan rambut adalah masalah umum yang dialami oleh banyak lansia. Alopecia dapat disebabkan oleh faktor genetik, perubahan hormonal, stres, atau kondisi medis tertentu. Biasanya, alopecia pada lansia lebih sering terjadi pada pria dan dapat mempengaruhi area kepala maupun tubuh lainnya.

👴 Rambut Rapuh:

Rambut lansia cenderung menjadi lebih kering, rapuh, dan mudah patah. Hal ini dapat disebabkan oleh proses penuaan alami, perubahan hormon, kekurangan nutrisi, atau paparan terhadap faktor lingkungan seperti sinar matahari dan polusi.

👴 Kulit Kepala Kering dan Gatal:

Lansia sering mengalami kulit kepala yang kering dan gatal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh kekurangan kelembaban alami kulit, perubahan hormonal, penggunaan produk rambut yang tidak tepat, atau kondisi medis seperti dermatitis seboroik.

👴 Infeksi Jamur (Tinea Capitis): 

Infeksi jamur pada kulit kepala, yang dikenal juga sebagai tinea capitis, dapat menyerang lansia. Infeksi ini dapat menyebabkan gatal, kulit kepala bersisik, dan kerontokan rambut pada area yang terinfeksi.

👴 Kudis Rambut (Pediculosis Capitis):

Lansia juga rentan terhadap infeksi kutu rambut, yang dikenal sebagai pediculosis capitis. Kutu ini dapat menyerang kulit kepala dan menyebabkan rasa gatal yang intens serta iritasi kulit. Infeksi kutu rambut umumnya terjadi di lingkungan yang padat dan tidak higienis.

Beberapa makanan yang baik untuk kesehatan rambut lansia:

🍉 Protein:

Konsumsi protein yang cukup penting untuk menjaga kesehatan rambut. Sumber protein yang baik meliputi ikan, telur, daging tanpa lemak, ayam, kacang-kacangan, dan produk susu rendah lemak.

🍉 Omega-3 Asam Lemak:

Asam lemak omega-3 membantu menjaga kelembapan dan kekuatan rambut. Makanan yang kaya omega-3 meliputi ikan berlemak (salmon, sarden, trout), biji chia, biji rami, dan kacang-kacangan (kenari, kacang mete).

🍉 Zat Besi: 

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan kebotakan dan rambut yang lemah. Konsumsi makanan yang kaya zat besi seperti daging merah, hati, unggas, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, dan biji-bijian.

🍉 Vitamin C:

Vitamin C membantu penyerapan zat besi yang lebih baik, yang penting untuk pertumbuhan rambut yang sehat. Buah-buahan seperti jeruk, stroberi, kiwi, dan pepaya adalah sumber vitamin C yang baik.

🍉 Vitamin E:

Vitamin E membantu meningkatkan sirkulasi darah ke kulit kepala, yang dapat memperbaiki kesehatan rambut. Sumber vitamin E termasuk alpukat, kacang-kacangan, biji bunga matahari, dan minyak gandum.

🍉 Zinc: 

Zinc berperan penting dalam pertumbuhan dan perbaikan jaringan rambut. Sumber zinc yang baik meliputi kerang, tiram, daging merah, ikan, biji labu, dan biji wijen.

🍉 Air: 

Pastikan lansia mengonsumsi cukup air setiap hari. Air membantu menjaga hidrasi kulit kepala dan rambut, mencegah rambut kering dan rapuh.

     💭 Selain makanan-makanan tersebut, penting juga untuk menjaga pola makan seimbang dan bergizi secara umum dengan mengonsumsi beragam makanan seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan produk susu rendah lemak

Berikut adalah beberapa tips untuk menjaga kesehatan dan penampilan rambut lansia:

🌜 Kepatuhan pada kebersihan rambut: 

Lansia harus menjaga kebersihan rambut dengan rutin mencuci rambut mereka. Meskipun frekuensi cuci rambut dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan individu, sebaiknya cuci rambut minimal dua kali seminggu atau sesuai petunjuk dari tenaga medis yang merawat mereka.

🌜 Penggunaan produk perawatan yang tepat: 

Gunakan produk perawatan rambut yang lembut dan sesuai dengan jenis rambut lansia. Pilih sampo dan kondisioner yang dirancang khusus untuk lansia atau yang memberikan kelembaban dan nutrisi ekstra untuk rambut yang kering dan rapuh. Hindari penggunaan produk yang mengandung bahan kimia keras atau bisa menyebabkan iritasi pada kulit kepala.

🌜 Perawatan dan penanganan yang lembut: 

Saat mencuci dan mengeringkan rambut lansia, perlakukan dengan lembut. Hindari menggosok rambut dengan kasar saat mencuci atau mengeringkannya dengan handuk. Gunakan gerakan lembut saat mencuci rambut dan hindari penggunaan alat-alat styling yang panas, seperti hair dryer atau catokan, yang dapat merusak rambut.

🌜 Menjaga kelembaban rambut: 

Rambut lansia cenderung menjadi kering dan rapuh. Untuk menjaga kelembapan rambut, gunakan kondisioner secara teratur setelah mencuci rambut. Selain itu, pertimbangkan untuk menggunakan minyak atau serum rambut yang mengandung bahan alami, seperti minyak argan atau minyak kelapa, untuk memberikan hidrasi tambahan pada rambut.

🌜 Memotong rambut secara teratur:

Lansia sebaiknya memotong rambut secara teratur untuk menjaga penampilan yang rapi dan mencegah rambut bercabang. Potongan rambut yang pendek atau sedang dapat lebih mudah dalam perawatan sehari-hari dan meminimalkan risiko terjebak atau mengganggu aktivitas sehari-hari.

🌜 Nutrisi yang seimbang:

Nutrisi yang baik dapat berkontribusi pada kesehatan rambut. Pastikan lansia mengonsumsi makanan yang seimbang dan kaya nutrisi, termasuk protein, vitamin, mineral, dan asam lemak sehat. Ini bisa didapatkan dari konsumsi makanan seperti ikan, telur, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, dan buah-buahan.

🌜 Kunjungan ke ahli perawatan rambut: 

Lansia juga dapat mempertimbangkan kunjungan ke salon atau ahli perawatan rambut yang berpengalaman dalam merawat rambut lansia. Ahli perawatan rambut dapat memberikan saran dan perawatan khusus yang sesuai dengan kondisi rambut dan kulit kepala mereka.






Sumber:

https://www.aad.org/public/diseases/hair-loss

https://www.nia.nih.gov/news/how-stress-causes-hair-loss

https://www.americanhairloss.org/men_hair_loss/causes_of_hair_loss.html

https://www.webmd.com/anxiety-panic/guide/trichotillomania

 

 

 


 

Sunday, 4 June 2023

Waspada, OA Banyak Memakan Korban

      Sering dijumpai pada saat lari pagi, beberapa teman mengeluh mengenai sakit di sekitar sendi, terutama lutut. Rasa nyeri dan mungkin dengan kekakuan pada sendi lutut, sering disebut Osteoarthritis atau sering disingkat OA.

Ini adalah kondisi yang ditandai oleh kerusakan dan peradangan pada sendi-sendi tubuh, terutama sendi yang menopang berat atau sering digunakan, seperti sendi lutut, pinggul, tangan, dan tulang belakang.

Osteoarthritis  merupakan suatu gangguan degeneratif, terjadi ketika perlindungan yang melapisi ujung tulang di dalam sendi, yang disebut tulang rawan, mengalami kerusakan atau kehilangan elastisitasnya.

Akibatnya, tulang rawan menjadi aus dan tidak bisa melindungi sendi dengan baik saat bergerak, yang menyebabkan dua tulang saling bergesek satu sama lainnya dan menyebabkan timbulnya nyeri sendi, kaku sendi, peradangan sendi, terbatasnya pergerakan sendi setelah suatu aktivitas fisik, dan nyeri sendi dikemudian hari. 

Ini tidak berarti bahwa OA hanya memengaruhi orang lanjut usia dengan sendi yang sudah aus. Memang OA lebih umum pada usia 65 tahun, namun  OA dapat terjadi pada usia berapa pun, dan biasanya mulai mengenai dari usia sekitar 45 tahun.

Seiring waktu, tulang rawan yang rusak dapat menyebabkan perubahan pada sendi, seperti pembentukan benjolan tulang yang disebut osteofit.

Sumber: Grid.id

Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami osteoarthritis meliputi:

🎈 Usia: 

Risiko osteoarthritis meningkat seiring bertambahnya usia. Lansia lebih rentan terhadap kondisi ini.

🎈 Jenis kelamin:

Wanita cenderung lebih sering mengalami osteoarthritis dibandingkan pria, terutama setelah menopause.

🎈 Riwayat keluarga:

Jika ada riwayat keluarga dengan osteoarthritis, risiko seseorang untuk mengembangkan kondisi ini dapat meningkat.

🎈 Cedera sendi: 

Cedera pada sendi, baik yang disebabkan oleh kecelakaan atau aktivitas olahraga yang berulang, dapat meningkatkan risiko osteoarthritis pada sendi yang terkena.

🎈 Obesitas: 

Berat badan yang berlebihan menempatkan tekanan ekstra pada sendi, khususnya sendi lutut dan pinggul, sehingga meningkatkan risiko terjadinya osteoarthritis.

🎈 Aktivitas fisik berlebihan: 

Pekerjaan atau olahraga yang memerlukan gerakan berulang atau stres berlebih pada sendi dapat meningkatkan risiko osteoarthritis.


Beberapa gejala umum yang sering terkait dengan osteoarthritis:

😖 Nyeri sendi:

Nyeri adalah gejala paling umum dari osteoarthritis. Nyeri biasanya muncul saat sendi digunakan atau setelah aktivitas fisik, dan dapat berkurang dengan istirahat. Pada tahap awal osteoarthritis, nyeri mungkin terasa ringan, tetapi dapat menjadi lebih parah seiring berjalannya waktu.

😖 Kekakuan sendi: 

Pada pagi hari atau setelah periode istirahat yang lama, sendi yang terkena osteoarthritis mungkin terasa kaku dan kaku. Kekakuan ini cenderung berkurang dengan gerakan dan aktivitas ringan.

😖 Pembengkakan: 

Sendi yang terkena osteoarthritis dapat mengalami pembengkakan ringan atau pembengkakan yang lebih signifikan. Pembengkakan ini biasanya terjadi karena peradangan dan penumpukan cairan di sekitar sendi.

😖 Keterbatasan gerakan: 

Osteoarthritis dapat menyebabkan keterbatasan gerakan pada sendi yang terkena. Anda mungkin mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang melibatkan sendi yang terkena, seperti membungkuk, berjalan, atau menekuk dan meluruskan sendi.

😖 Sensasi menggelitik atau terasa seperti menggerutu:

Beberapa orang dengan osteoarthritis melaporkan sensasi menggelitik atau terasa seperti menggerutu di sekitar sendi yang terkena.

       Catatan untuk diingat bahwa gejala osteoarthritis cenderung berkembang secara perlahan dan memburuk seiring waktu. 

 Beberapa tips untuk mencegah osteoarthritis:

💪 Pertahankan berat badan sehat:

Menjaga berat badan yang sehat dapat mengurangi tekanan pada sendi dan mengurangi risiko terjadinya osteoarthritis. Jika Anda overweight atau obesitas, penurunan berat badan yang sehat dapat membantu meringankan beban pada sendi.

💪 Jaga kekuatan otot dan fleksibilitas: 

Melakukan latihan fisik secara teratur dapat membantu mempertahankan kekuatan otot dan fleksibilitas sendi. Latihan yang melibatkan latihan aerobik, latihan kekuatan, dan latihan fleksibilitas dapat membantu menjaga kesehatan sendi.

💪 Hindari cedera sendi: 

Mencegah cedera sendi penting untuk mencegah perkembangan osteoarthritis. Gunakan peralatan pelindung saat berolahraga atau beraktivitas yang berisiko tinggi, seperti menggunakan pelindung lutut saat bermain olahraga. Hindari gerakan yang berlebihan atau berulang yang dapat menyebabkan cedera sendi.

💪 Perhatikan postur tubuh yang baik:

Memperhatikan postur tubuh yang baik saat beraktivitas sehari-hari dan menghindari posisi yang memberi tekanan berlebih pada sendi dapat membantu mengurangi risiko osteoarthritis.

💪 Pilih sepatu yang tepat: 

Gunakan sepatu yang nyaman dan mendukung dengan baik untuk mengurangi tekanan pada sendi kaki dan tulang belakang. Pilih sepatu yang memiliki sol yang empuk dan fleksibel untuk mengurangi dampak pada sendi.

💪 Hindari merokok: 

Merokok dapat merusak jaringan sendi dan menyebabkan peradangan, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya osteoarthritis. Jika Anda merokok, pertimbangkan untuk berhenti atau mengurangi kebiasaan merokok.

💪 Jaga pola makan yang sehat: 

Mengadopsi pola makan yang seimbang dan kaya akan nutrisi dapat membantu menjaga kesehatan sendi. Konsumsi makanan yang kaya antioksidan, seperti buah-buahan, sayuran, ikan berlemak, dan makanan yang mengandung omega-3, dapat membantu mengurangi peradangan dalam tubuh.

      Meskipun tidak ada jaminan bahwa menerapkan langkah-langkah di atas akan sepenuhnya mencegah osteoarthritis, tetapi mengikuti gaya hidup sehat ini dapat membantu mengurangi risiko dan menjaga kesehatan sendi.

Beberapa makanan yang baik untuk mencegah OA:

🍅 Ikan berlemak: 

Ikan seperti salmon, tuna, sarden, dan makarel mengandung omega-3 asam lemak, yang memiliki sifat anti inflamasi dan dapat membantu mengurangi peradangan dalam tubuh. Konsumsi ikan berlemak secara teratur dapat membantu mengurangi risiko terjadinya OA.

🍅 Buah dan sayuran: 

Buah-buahan dan sayuran yang kaya antioksidan, seperti beri, ceri, anggur merah, stroberi, brokoli, kubis, bayam, dan lobak, dapat membantu melawan radikal bebas dan peradangan dalam tubuh. Selain itu, sayuran hijau daun kaya akan vitamin C dan kalsium yang baik untuk kesehatan tulang dan sendi.

🍅 Minyak zaitun:

Minyak zaitun mengandung senyawa anti inflamasi seperti oleuropein dan polifenol, yang dapat membantu mengurangi peradangan dan meredakan gejala OA. Minyak zaitun juga dapat membantu menjaga elastisitas dan kekuatan tulang dan sendi.

🍅 Biji-bijian utuh: 

Biji-bijian utuh seperti gandum utuh, beras merah, dan quinoa mengandung serat, vitamin, mineral, dan antioksidan yang baik untuk kesehatan sendi. Serat dalam biji-bijian utuh juga dapat membantu menjaga berat badan yang sehat, yang penting dalam mencegah tekanan berlebih pada sendi.

🍅 Kacang-kacangan dan biji-bijian: 

Kacang-kacangan seperti kacang almond, kenari, dan kacang-kacangan, serta biji-bijian seperti biji rami dan biji chia, kaya akan omega-3, serat, protein, dan nutrisi penting lainnya. Konsumsi kacang-kacangan dan biji-bijian ini secara teratur dapat membantu menjaga kesehatan sendi.

🍅 Teh hijau:

Teh hijau mengandung senyawa antioksidan yang dikenal sebagai polifenol, yang dapat membantu mengurangi peradangan dalam tubuh. Teh hijau juga memiliki efek perlindungan terhadap kerusakan tulang rawan dan dapat mendukung kesehatan sendi.

       Penting untuk diingat bahwa makanan ini sebaiknya menjadi bagian dari pola makan seimbang secara keseluruhan. Mengadopsi pola makan yang sehat dengan makanan alami, mengurangi konsumsi makanan olahan, makan dalam porsi yang tepat, dan menjaga hidrasi yang baik adalah langkah-langkah penting dalam menjaga kesehatan sendi dan mencegah OA

Beberapa jenis olahraga yang baik untuk lansia agar terhindar dari OA:

🎯 Berjalan: 

Berjalan adalah bentuk olahraga yang rendah dampak dan dapat dilakukan hampir oleh semua orang. Hal ini membantu menjaga kesehatan sendi, meningkatkan kekuatan otot, dan meningkatkan keseimbangan.

🎯 Bersepeda: 

Bersepeda adalah olahraga yang lembut pada sendi dan memberikan manfaat kardiovaskular. Anda dapat memilih bersepeda di luar ruangan atau menggunakan sepeda statis di dalam ruangan.

🎯 Berenang: 

Berenang atau senam air merupakan olahraga yang sangat baik untuk lansia karena memberikan latihan seluruh tubuh tanpa memberikan tekanan berlebih pada sendi. Air memberikan dukungan dan mengurangi tekanan pada sendi.

🎯 Senam ringan atau yoga: 

Senam ringan atau yoga khusus untuk lansia dapat membantu meningkatkan fleksibilitas, kekuatan, dan keseimbangan. Latihan ini dapat dilakukan dengan aman dan dapat membantu menjaga kesehatan sendi.

🎯 Latihan kekuatan: 

Melakukan latihan kekuatan yang ringan hingga sedang, dengan menggunakan beban atau alat-alat kecil, dapat membantu memperkuat otot dan menopang sendi. Ini bisa dilakukan dengan bantuan seorang pelatih atau fisioterapis yang berpengalaman.

🎯 Tai chi: 

Tai chi adalah bentuk seni bela diri Tiongkok yang melibatkan gerakan yang lambat, terkontrol, dan aliran energi yang lancar. Ini membantu meningkatkan keseimbangan, fleksibilitas, dan kekuatan otot, serta dapat bermanfaat bagi kesehatan sendi.

       Selalu penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan sebelum memulai program latihan baru, terutama jika Anda memiliki kondisi kesehatan yang mendasarinya. Mereka dapat memberikan saran yang tepat berdasarkan kondisi kesehatan dan tingkat kebugaran Anda

       Meskipun tidak ada obat yang dapat menyembuhkan osteoarthritis (OA) secara permanen, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengelola gejala dan mengurangi ketidaknyamanan secara mandiri.

Beberapa metode pengobatan mandiri yang dapat membantu mengatasi OA:

✅ Latihan fisik: 

Melakukan latihan fisik secara teratur dapat membantu memperkuat otot di sekitar sendi dan meningkatkan fleksibilitas. Latihan rendah dampak seperti berjalan, bersepeda, dan berenang dapat bermanfaat. Konsultasikan dengan dokter atau fisioterapis untuk mendapatkan program latihan yang sesuai dengan kondisi Anda.

✅ Menjaga berat badan yang sehat: 

Menjaga berat badan yang sehat adalah penting untuk mengurangi tekanan pada sendi yang terkena OA. Berbicara dengan dokter atau ahli gizi tentang pola makan yang seimbang dan strategi penurunan berat badan yang tepat untuk Anda.

✅ Terapi panas atau dingin: 

Penerapan kompres panas atau dingin pada sendi yang sakit dapat membantu mengurangi nyeri dan peradangan. Kompres panas dapat membantu meredakan kekakuan dan meningkatkan aliran darah, sementara kompres dingin dapat mengurangi pembengkakan dan mengurangi nyeri.

✅ Penggunaan obat bebas: 

Obat anti inflamasi nonsteroid  yang dijual bebas, seperti ibuprofen atau naproxen, dapat membantu meredakan nyeri dan peradangan pada sendi. Namun, konsultasikan dengan apoteker atau dokter Anda sebelum mengonsumsi obat bebas untuk memastikan kesesuaian dan dosis yang tepat.

✅ Penggunaan peralatan bantu: 

Peralatan bantu, seperti tongkat jalan, penyangga lutut, atau sepatu ortopedi, dapat membantu mengurangi tekanan pada sendi yang terkena dan memberikan dukungan tambahan saat bergerak.

✅ Menerapkan perubahan gaya hidup: 

Menghindari gerakan yang berulang dan mengatur aktivitas dengan bijaksana dapat membantu mencegah pemicu nyeri dan memperlambat perkembangan OA. Juga, pastikan untuk menjaga postur tubuh yang baik saat beraktivitas sehari-hari.

       Berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan untuk menyembuhkan OA, agar dapat beraktifitas dengan nyaman.






Sumber:

https://www.arthritis.org/about-arthritis

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/osteoarthritis/symptoms-causes/syc-20351925

https://www.niams.nih.gov/health-topics/osteoarthritis

https://www.webmd.com/osteoarthritis/guide/osteoarthritis-basics


Friday, 2 June 2023

Saraf Terjepit, Siapa Saja Yang Terkena

      

      Pernahkah merasakan nyeri yang tajam saat akan membungkuk. Sebagian orang mungkin akan mengabaikannya karena rasa sakit ini akan reda dengan sendirinya. Namun sebenarnya ada beberapa dampak yang dapat terjadi ketika saraf terjepit dibiarkan dan tidak ditangani dengan tepat. 

Saraf terjepit  (pinched nerve) dapat mengenai siapa saja, tua-muda, kaya-miskin, bahkan ada beberapa pesohor yang terkena penyakit ini, contohnya Sheryl Sheinafia dan Raffi Ahmad.saraf

Sumber: suara.com


Sumber:Pikiran rakyat

Saraf terjepit terjadi ketika ada tekanan atau kompresi pada saraf di dalam tubuh. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa sakit, mati rasa, kelemahan, atau gangguan fungsi di area yang dilayani oleh saraf tersebut. Saraf dapat terjepit di berbagai bagian tubuh, tetapi yang paling umum adalah di leher (saraf terjepit leher) dan punggung bawah (saraf terjepit pinggang atau saraf kejepit ischiadicus).

Sumber:mayoclinic.org


Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan saraf terjepit meliputi:

😖 Herniasi cakram: 

Ini terjadi ketika bantalan gelatin di antara tulang belakang (diskus intervertebralis) tergeser keluar dari tempatnya dan mengenai saraf di sekitarnya.

😖 Stenosis spinal: 

Ini terjadi ketika saluran tulang belakang menyempit dan memberikan tekanan pada saraf yang lewat di dalamnya.

😖 Radikulopati: 

Ini adalah kondisi di mana akar saraf tulang belakang terganggu atau teriritasi, biasanya oleh peradangan akibat cedera atau penyakit seperti herniasi cakram.

😖 Sindrom piriformis:

 Otot piriformis, yang berada di dalam bokong, dapat menekan saraf ischiadicus dan menyebabkan gejala yang mirip dengan saraf terjepit.

Beberapa faktor risiko mengalami saraf terjepit, antara lain:

👴 Degenerasi tulang belakang: 

Penuaan menyebabkan degenerasi alami pada tulang belakang, termasuk perubahan pada diskus intervertebralis (bantalan di antara tulang belakang) dan tulang belakang itu sendiri. Perubahan ini dapat menyebabkan herniasi cakram atau stenosis spinal, yang kemudian dapat mengompresi saraf.

👴 Perubahan postur dan kelemahan otot: 

Seiring bertambahnya usia, otot-otot tubuh cenderung melemah dan kehilangan fleksibilitas. Ini dapat menyebabkan perubahan postur, seperti pembungkukan tulang belakang, yang meningkatkan risiko tekanan pada saraf.

👴 Penurunan elastisitas jaringan: 

Struktur dan jaringan tubuh lansia, termasuk diskus intervertebralis, cenderung kehilangan elastisitas dan kekuatan. Ini membuatnya lebih mudah bagi diskus untuk bergeser atau mendorong saraf di sekitarnya.

👴 Penyakit degeneratif: 

Lansia cenderung memiliki kondisi medis yang lebih umum, seperti osteoartritis atau penyakit degeneratif lainnya. Kondisi-kondisi ini dapat menyebabkan perubahan struktural pada tulang belakang dan meningkatkan risiko saraf terjepit.

👴 Aktivitas fisik yang berlebihan atau kurang: 

Kegiatan fisik yang berlebihan atau kurang dapat memengaruhi kesehatan tulang belakang dan otot. Lansia yang terlibat dalam aktivitas fisik yang berlebihan atau kurang aktif dapat mengalami ketidakseimbangan yang meningkatkan risiko saraf terjepit.

👴 Penyakit yang mempengaruhi saraf: 

Beberapa kondisi medis yang lebih umum pada lansia, seperti diabetes, dapat mempengaruhi kesehatan saraf dan meningkatkan risiko saraf terjepit.

👴 Kehamilan:

Penambahan air dan berat badan yang terkait dengan kehamilan dapat membengkakkan jalur saraf dan menekan saraf .

👴 Istirahat di tempat tidur yang lama:

Berbaring dalam waktu lama dapat meningkatkan risiko kompresi saraf.

👴 Gerakan berulang-ulang :

Pekerjaan atau hobi yang membutuhkan gerakan tangan, pergelangan tangan atau bahu yang berulang, seperti pekerjaan perakitan, meningkatkan kemungkinan saraf terjepit.

👴 Gerakan Tiba-tiba : 

Ketika kita melakukan gerakan tiba-tiba, tubuh merespons dengan mengencangkan semua otot dan saraf, yang tentunya dapat memperburuk saraf terjepit.

Hindari aktivitas yang sekiranya dapat membuat Anda melakukan gerakan tiba-tiba, misalnya melakukan olahraga yang membuat Anda diam selama beberapa saat, kemudian melakukan gerakan yang intens.

Aktivitas lain misalnya menonton film yang menegangkan, menjaga anak-anak (terutama yang baru belajar berjalan).

👴 Naik Wahana Permainan:

Wahana permainan yang membuat tubuh Anda berputar atau terbentur ke segala arah sebaiknya dihindari. Tubuh Anda dapat dengan mudah tertarik dan terdorong ke segala arah sehingga mengganggu kesejajaran tubuh yang sangat tidak disarankan terutama ketika Anda mengalami saraf terjepit di tulang belakang.


Gejala saraf terjepit dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan sejauh mana saraf tersebut terjepit. Berikut adalah beberapa gejala umum yang dapat terjadi:

😟 Nyeri: 

Nyeri merupakan gejala yang paling umum pada saraf terjepit. Nyeri dapat berupa rasa sakit tajam, terbakar, atau menusuk di sepanjang jalur saraf yang terjepit. Nyeri ini dapat menyebar ke area yang dilayani oleh saraf tersebut.

😟 Mati rasa atau kesemutan: 

Saraf terjepit juga dapat menyebabkan sensasi mati rasa atau kesemutan pada area yang dilayani oleh saraf yang terjepit. Sensasi ini sering kali terasa seperti kebas atau sensasi jarum-jarum yang menusuk.

😟 Kelemahan otot: 

Kompresi saraf dapat mengganggu sinyal yang dikirim ke otot, menyebabkan kelemahan atau kehilangan kekuatan pada otot yang terkait. Kelemahan ini biasanya terjadi pada area yang dilayani oleh saraf yang terjepit.

😟 Gangguan fungsi: 

Saraf terjepit dapat menyebabkan gangguan fungsi pada area yang terkena. Misalnya, jika saraf terjepit di leher, seseorang dapat mengalami kesulitan menggerakkan atau memutar kepala dengan bebas. Jika saraf terjepit di punggung bawah, seseorang dapat mengalami kesulitan berjalan atau menjaga keseimbangan.

😟 Sensitivitas meningkat:

Beberapa orang dengan saraf terjepit mengalami sensitivitas yang meningkat terhadap sentuhan atau rangsangan ringan pada area yang terkena.

Berikut adalah beberapa pencegahan  saraf terjepit yang mungkin membantu:

🏃 Pertahankan postur yang baik: 

Pastikan Anda menjaga postur tubuh yang baik saat beraktivitas sehari-hari, terutama ketika duduk, berdiri, dan mengangkat beban. Hindari membungkuk atau melengkungkan punggung secara berlebihan, dan pastikan tulang belakang Anda tetap sejajar.

🏃 Lakukan olahraga dan latihan fisik secara teratur: 

Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu menjaga kekuatan dan fleksibilitas otot, serta meningkatkan postur tubuh secara keseluruhan. Pilih latihan yang melibatkan peregangan dan penguatan otot inti (core muscles) untuk mendukung kesehatan tulang belakang.

🏃 Hindari gerakan yang berulang secara berlebihan:

Jika Anda terlibat dalam pekerjaan atau kegiatan yang melibatkan gerakan yang berulang, berikan waktu istirahat yang cukup untuk menghindari penumpukan tekanan pada saraf-saraf tertentu. Cobalah untuk melakukan variasi gerakan atau menggunakan alat bantu untuk mengurangi tekanan pada area yang rentan.

🏃 Jaga berat badan yang sehat: 

Kegemukan atau obesitas dapat meningkatkan beban pada tulang belakang dan meningkatkan risiko saraf terjepit. Upayakan untuk menjaga berat badan yang sehat melalui pola makan seimbang dan gaya hidup aktif.

🏃 Gunakan teknik pengangkatan yang benar:

Ketika mengangkat beban berat, pastikan Anda menggunakan teknik pengangkatan yang benar. Tekuk lutut dan pinggul Anda, bukan punggung, dan angkat dengan menggunakan kekuatan kaki Anda. Hindari mengangkat beban yang terlalu berat untuk Anda.

🏃 Pemanasan dan peregangan: 

Sebelum melakukan aktivitas fisik atau pekerjaan yang berat, lakukan pemanasan dan peregangan untuk mempersiapkan otot dan sendi Anda. Ini dapat membantu mengurangi risiko cedera dan saraf terjepit.

🏃 Perhatikan ergonomi: 

Pastikan area kerja dan tempat tidur Anda dirancang dengan baik secara ergonomis. Gunakan kursi yang nyaman dan mendukung punggung Anda dengan meja yang sesuai. Jika diperlukan, tambahkan bantalan atau dukungan tambahan untuk memastikan postur yang benar saat duduk atau tidur.

Berikut adalah beberapa nutrisi dan makanan yang dapat Anda pertimbangkan untuk menjaga kesehatan tulang belakang dan mencegah kondisi yang dapat menyebabkan saraf terjepit:

🌿 Kalsium: 

Makanan yang kaya akan kalsium, seperti susu, keju, yoghurt, dan sayuran hijau (misalnya brokoli, bayam), dapat membantu memperkuat tulang dan mencegah osteoporosis. Tulang yang kuat dapat membantu mengurangi risiko cedera pada tulang belakang.

🌿 Vitamin D: 

Vitamin D penting untuk penyerapan kalsium dan kesehatan tulang yang baik. Sumber alami vitamin D meliputi ikan berlemak (salmon, sarden), kuning telur, dan paprika merah. Selain itu, paparan sinar matahari juga merupakan sumber utama vitamin D.

🌿 Omega-3 asam lemak: 

Omega-3 asam lemak memiliki efek anti inflamasi yang dapat membantu mengurangi peradangan pada tubuh. Ikan berlemak seperti salmon, tuna, dan sarden adalah sumber yang baik dari asam lemak omega-3. Juga, biji rami, chia seed, dan kacang-kacangan juga mengandung omega-3.

🌿 Antioksidan: 

Makan makanan yang kaya antioksidan dapat membantu melawan peradangan dan memperbaiki kerusakan sel. Buah-buahan dan sayuran berwarna cerah seperti blueberry, stroberi, wortel, paprika merah, dan brokoli mengandung banyak antioksidan.

🌿 Protein:

Protein penting untuk membangun dan memperbaiki jaringan tubuh, termasuk otot. Asupan protein yang cukup dapat membantu menjaga kekuatan dan elastisitas otot. Pilih sumber protein sehat seperti daging tanpa lemak, ikan, telur, kacang-kacangan, dan produk susu rendah lemak.

🌿 Serat:

Mengonsumsi makanan tinggi serat seperti biji-bijian, sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan dapat membantu menjaga berat badan yang sehat dan mencegah konstipasi. Hal ini penting karena kelebihan berat badan dan sembelit dapat meningkatkan tekanan pada tulang belakang.               

Berikut adalah beberapa opsi pengobatan yang mungkin direkomendasikan oleh dokter atau profesional kesehatan:

🚑 Istirahat dan perubahan aktivitas: 

Jika aktivitas tertentu atau gerakan tertentu memicu atau memperburuk gejala saraf terjepit, dokter dapat merekomendasikan istirahat sementara dan menghindari aktivitas yang memicu. Pemodifikasi aktivitas atau perubahan postur mungkin juga diperlukan untuk meringankan tekanan pada saraf yang terjepit.

🚑 Terapi fisik:

Terapi fisik dapat membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan fleksibilitas serta kekuatan otot. Fisioterapis dapat merancang program latihan khusus yang melibatkan peregangan, penguatan, dan teknik pelenturan untuk membantu meredakan tekanan pada saraf terjepit.

🚑 Obat anti inflamasi non steroid : 

Obat seperti ibuprofen atau naproxen dapat membantu mengurangi peradangan dan nyeri yang terkait dengan saraf terjepit. Namun, penggunaan jangka panjang harus dilakukan dengan pengawasan medis.

🚑 Terapi injeksi: 

Dalam beberapa kasus, injeksi kortikosteroid dapat diberikan di sekitar saraf yang terjepit untuk mengurangi peradangan dan mengurangi gejala. Prosedur ini biasanya dilakukan oleh ahli saraf atau dokter bedah saraf.

🚑 Obat penghilang nyeri:

Dalam beberapa kasus, dokter dapat meresepkan obat penghilang nyeri yang lebih kuat seperti opioid atau obat-obatan lainnya untuk mengatasi nyeri yang parah. Namun, penggunaan obat penghilang nyeri opioid harus dilakukan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan dokter.

🚑 Pembedahan: 

Jika saraf terjepit parah atau tidak merespons pengobatan konservatif, dokter dapat merekomendasikan pembedahan. Pembedahan biasanya dilakukan untuk mengurangi tekanan pada saraf dan memperbaiki kondisi yang mendasarinya, seperti hernia cakram atau stenosis spinal.

        Pilihan pengobatan terbaik untuk saraf terjepit akan ditentukan oleh faktor-faktor seperti penyebab dan tingkat keparahan kondisi, riwayat medis, serta preferensi individu. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan rekomendasi pengobatan yang tepat dalam kasus Anda.




Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pinched-nerve/symptoms-causes/syc-20354746

https://www.ninds.nih.gov/health-information/disorders/pinched-nerve?search-term=pinched

https://www.medicalnewstoday.com/articles/320045#symptoms

https://www.southeasttexasspine.com/blog/8-top-warning-signs-you-have-a-pinched-nerve