Saturday, 22 July 2023

Kekhawatiran Dan Kecemasan, Dua Hal Ini Merongrong lansia

           Lansia dengan segala permasalahan penyakit yang terus mendera tubuhnya dan segala macam gangguan, juga dirongrong oleh serangan mental berupa kekhawatiran dan kecemasan. 

Kecemasan dan kekhawatiran adalah dua konsep yang berhubungan erat, tetapi memiliki perbedaan yang penting. 

Berikut penjelasan tentang perbedaan antara kecemasan dan kekhawatiran:

👍 Kecemasan adalah respons emosional yang melibatkan perasaan tidak nyaman atau ketegangan yang berlebihan terhadap ancaman atau ketidakpastian. Ini sering merupakan respons yang lebih umum dan lebih menyeluruh terhadap situasi atau masalah tertentu. Kecemasan dapat disertai dengan gejala fisik seperti jantung berdebar, napas cepat, keringat, gemetar, atau ketegangan otot.

Lansia sehat tidak memiliki kekhawatiran yang berlebihan
(Sumber: foto pens 49 ceria)

👍 Kekhawatiran adalah pola pikir yang berkaitan dengan khawatir, cemas, atau takut terhadap kemungkinan terjadinya sesuatu yang buruk di masa depan. Kekhawatiran dapat berkaitan dengan situasi konkret atau hal-hal yang lebih abstrak. Meskipun kekhawatiran dapat memicu kecemasan, terutama berfokus pada pikiran atau perenungan tentang kemungkinan-kemungkinan buruk.

Dalam banyak kasus, kekhawatiran sering merupakan komponen yang penting dari kecemasan. Kekhawatiran yang berulang atau kronis dapat berkontribusi terhadap kecemasan yang berkelanjutan dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Dalam beberapa kasus, kecemasan yang terus-menerus dan berlebihan dapat menjadi gangguan kecemasan yang memerlukan perhatian dan penanganan medis.

Kecemasan dan kekhawatiran adalah pengalaman yang umum dan dapat dialami oleh siapa saja, termasuk lansia. Jika kecemasan atau kekhawatiran tersebut mengganggu kehidupan sehari-hari atau menyebabkan kesulitan yang signifikan, penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan  untuk evaluasi dan penanganan yang tepat.

Beberapa faktor yang membuat lansia memiliki kekhawatiran, antara lain:

🔔 Perubahan fisik dan kesehatan: 

Dalam proses penuaan, tubuh mengalami perubahan fisik dan penurunan kesehatan. Hal ini dapat menimbulkan kekhawatiran tentang kemandirian, penyakit, atau kemampuan untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Ilustrasi lansia mengalami kecemasan
( Sumber: canva.com)

🔔 Kehilangan orang terdekat:

Lansia sering menghadapi kehilangan teman, pasangan hidup, atau anggota keluarga. Hal ini dapat meningkatkan kecemasan, kesepian, dan ketidakpastian tentang masa depan.

🔔 Perubahan sosial: 

Dalam beberapa kasus, lansia dapat mengalami penurunan interaksi sosial karena pensiun, perubahan lingkungan, atau keterbatasan fisik. Perubahan ini dapat menyebabkan perasaan isolasi dan kecemasan tentang kehilangan hubungan sosial.

🔔 Perubahan kognitif: 

Beberapa lansia mengalami perubahan kognitif seperti gangguan memori atau penurunan fungsi kognitif yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengatasi situasi sehari-hari. Hal ini dapat menyebabkan kecemasan dan ketidakpastian tentang kemampuan mereka untuk menjaga kemandirian.

🔔 Kondisi kesehatan mental:

Lansia memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kecemasan, seperti gangguan kecemasan generalisasi atau gangguan kecemasan sosial. Gangguan ini dapat menyebabkan pola pikir yang cenderung khawatir.

            💬 Tidak semua lansia mengalami kecemasan atau pikiran khawatir secara berlebihan. Namun, jika kecemasan dan pikiran khawatir mengganggu kehidupan sehari-hari atau kualitas hidup seseorang, penting untuk mencari bantuan medis dari profesional kesehatan, seperti dokter atau psikolog. 

Berikut ciri-ciri umum yang dapat muncul pada lansia yang mengalami kecemasan atau pikiran khawatir:

💥 Kekhawatiran yang berlebihan:

Lansia yang mengalami kecemasan cenderung memiliki kekhawatiran yang terus-menerus dan berlebihan terkait berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk kesehatan, keuangan, masa depan, atau kehilangan orang terdekat.

💥 Sulit untuk mengendalikan kekhawatiran: 

Mereka mungkin merasa sulit untuk menghentikan atau mengendalikan pikiran-pikiran negatif yang membuat mereka cemas. Kekhawatiran dapat terus berputar dalam pikiran mereka sepanjang waktu.

💥 Gejala fisik:

Kecemasan pada lansia juga dapat menyebabkan gejala fisik seperti ketegangan otot, sakit kepala, gangguan tidur (insomnia), mulut kering, detak jantung yang cepat, atau perasaan gelisah.

💥 Ketidakmampuan untuk bersantai: 

Lansia yang mengalami kecemasan cenderung merasa sulit untuk bersantai atau menikmati momen saat ini. Mereka sering selalu terjaga dan waspada terhadap potensi bahaya atau masalah di sekitar mereka.

💥 Kecemasan sosial: 

Beberapa lansia yang cemas mungkin mengalami kecemasan sosial, merasa tidak nyaman dalam situasi sosial atau takut akan penghakiman orang lain. Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial atau penghindaran interaksi sosial.

💥 Kekhawatiran tentang kesehatan: 

Lansia yang cemas sering memiliki kekhawatiran yang berlebihan terkait kondisi kesehatan mereka. Mereka dapat menjadi terobsesi dengan gejala fisik kecil dan sering kali mencari perhatian medis yang berlebihan.

             💭 Ciri-ciri di atas hanyalah petunjuk umum, dan setiap individu dapat mengalami gejala yang berbeda. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala kecemasan atau pikiran khawatir yang signifikan dan mengganggu kehidupan sehari-hari, disarankan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan untuk evaluasi dan perawatan yang tepat.

Beberapa kiat yang dapat membantu lansia dalam mengatasi dan mencegah kekhawatiran:

👉 Mempertahankan gaya hidup sehat: 

Makan makanan seimbang, menjaga kecukupan tidur, dan berpartisipasi dalam aktivitas fisik secara teratur dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental yang baik. Ini dapat membantu mengurangi kekhawatiran dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

👉 Mengembangkan rutinitas:

Membuat rutinitas harian dapat memberikan rasa struktur dan kestabilan pada kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat membantu mengurangi ketidakpastian dan kecemasan.

👉 Tetap terhubung dengan orang lain:

Interaksi sosial yang aktif dan hubungan yang mendukung dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan kekhawatiran. Melibatkan diri dalam kelompok sosial, mengunjungi teman atau keluarga, atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial dapat memberikan dukungan emosional.

👉 Mengembangkan strategi pengelolaan stres:

Mempelajari teknik relaksasi, seperti pernapasan dalam, meditasi, atau yoga, dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kesejahteraan mental. Mengidentifikasi kegiatan yang menyenangkan atau hobi yang menenangkan juga dapat membantu mengurangi stres.

Lansia sehat mampu mengelola stres
( Sumber: foto pens 49 ceria)

👉 Mencari dukungan profesional:

Jika kekhawatiran lansia terus mengganggu kehidupan sehari-hari, penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan. Dokter atau psikolog dapat memberikan evaluasi dan penanganan yang tepat, seperti terapi kognitif perilaku atau terapi bicara, untuk membantu mengatasi kekhawatiran.

👉 Menghindari konsumsi berlebihan berita negatif: 

Berita negatif yang berlebihan dapat meningkatkan kekhawatiran dan kecemasan. Membatasi paparan terhadap berita yang menyebabkan stres dan mencari sumber informasi yang dapat dipercaya dan seimbang.

👉 Menggunakan strategi pemecahan masalah: 

Membangun keterampilan pemecahan masalah yang efektif dapat membantu lansia menghadapi kekhawatiran dengan lebih baik. Mengidentifikasi masalah, mencari solusi yang memungkinkan, dan mengambil tindakan yang tepat dapat membantu mengurangi kekhawatiran yang berlebihan.

👉 Mengidentifikasi kekhawatiran yang spesifik:

Mencoba mengidentifikasi kekhawatiran yang spesifik dan konkret dapat membantu lansia memahami dan mengatasi masalah yang mendasarinya. Menulis kekhawatiran tersebut dalam jurnal atau mencatatnya secara teratur dapat membantu dalam mengklarifikasi pikiran dan merencanakan tindakan yang tepat.

👉 Evaluasi realitas kekhawatiran: 

Lansia mungkin memiliki kekhawatiran yang berlebihan atau tidak realistis. Mengevaluasi kekhawatiran tersebut dengan objektivitas dan mempertimbangkan bukti-bukti yang ada dapat membantu menilai apakah kekhawatiran tersebut beralasan atau dibesar-besarkan. Hal ini dapat membantu menyeimbangkan pemikiran dan mengurangi kekhawatiran yang tidak perlu.

👉 Membangun jaringan dukungan sosial:

Berbagi kekhawatiran dengan teman, keluarga, atau kelompok dukungan dapat memberikan rasa pemahaman dan dukungan emosional. Mendapatkan perspektif dari orang lain dan mendiskusikan kekhawatiran dengan mereka dapat membantu mengurangi beban emosional yang dirasakan oleh lansia.

👉 Menghadiri terapi:

Terapi psikologis, seperti terapi perilaku  Cognitive Behavioral Therapy (CBT), dapat membantu lansia mengatasi kekhawatiran dengan bekerja sama dengan seorang profesional. Terapis dapat membantu mengidentifikasi pola pikir negatif, mengajarkan keterampilan pengelolaan kecemasan, dan mengubah pemikiran yang tidak sehat menjadi lebih seimbang dan positif.

           💬 Tidak ada makanan yang secara langsung dapat menghilangkan kekhawatiran pada lansia. Namun, pola makan yang sehat dan seimbang dapat memainkan peran penting dalam mendukung kesehatan fisik dan mental secara keseluruhan. 

Beberapa makanan memiliki nutrisi tertentu yang dapat membantu menjaga keseimbangan suasana hati dan mengurangi stres, yang pada gilirannya dapat membantu mengurangi kekhawatiran. Beberapa contoh:

🍓 Makanan tinggi omega-3: 

Makanan seperti ikan berlemak (sarden, salmon, trout), kacang-kacangan, dan biji-bijian (chia seeds, biji rami) mengandung asam lemak omega-3. Omega-3 dapat membantu menjaga keseimbangan kimia otak dan berpotensi memberikan efek positif pada kesehatan mental.

🍓 Buah-buahan dan sayuran: 

Buah-buahan dan sayuran yang kaya akan antioksidan, serat, dan vitamin dapat mendukung kesehatan umum dan keseimbangan nutrisi. Misalnya, buah-buahan beri seperti stroberi, blueberry, dan raspberry mengandung antioksidan yang dapat membantu mengurangi peradangan dan stres oksidatif.

🍓 Makanan tinggi tryptophan: 

Tryptophan adalah asam amino yang ditemukan dalam makanan seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Tryptophan merupakan bahan dasar untuk produksi serotonin, neurotransmiter yang terkait dengan suasana hati yang seimbang. Mengonsumsi makanan yang mengandung tryptophan dapat membantu meningkatkan produksi serotonin.

🍓 Teh herbal: 

Beberapa jenis teh herbal seperti chamomile, lavender, atau mint memiliki sifat menenangkan dan dapat membantu mengurangi kecemasan. Minum secangkir teh herbal hangat sebelum tidur atau dalam situasi yang menekankan dapat memberikan efek menenangkan.

           💬 Selain menjaga pola makan sehat, penting juga untuk menghindari konsumsi berlebihan kafein dan makanan olahan yang tinggi gula atau lemak jenuh. Memperhatikan pola makan secara keseluruhan sebagai bagian dari gaya hidup yang sehat dapat mendukung kesejahteraan mental dan fisik secara keseluruhan.

Namun, peran makanan dalam mengatasi kekhawatiran pada lansia terbatas dan bukan satu-satunya faktor yang perlu diperhatikan. Bantuan dari profesional kesehatan dan strategi lainnya, seperti terapi, dukungan sosial, dan teknik pengelolaan stres, juga perlu dipertimbangkan untuk mengatasi kekhawatiran secara holistik.







Sumber:

https://www.nia.nih.gov/health/loneliness-and-social-isolation-tips-staying-connected

https://www.helpguide.org/articles/depression/depression-in-older-adults.htm

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/social-anxiety-disorder/symptoms-causes/syc-20353561

https://www.agingcare.com/articles/senior-anxiety-hoarding-ocd-144712.htm

Thursday, 20 July 2023

Lansia Mengiler, Ada Masalah Pada Kesehatan

                 Istilah medis untuk mengiler adalah "sialorrhea" atau "ptyalism". Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana produksi saliva berlebihan, yang dapat menyebabkan air liur mengalir keluar dari mulut secara berlebihan. 

Sialorrhea dapat terjadi pada semua kelompok usia, termasuk lansia, dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi medis, obat-obatan, atau gangguan saraf. 

Mengiler (Sialorrhea) atau air liur yang berlebihan merupakan masalah utama pada anak-anak dengan cerebral palsy dan orang dewasa dengan gangguan neurodegeneratif. 

Keluarnya air liur dari mulut saat tidur adalah hal yang sangat normal. Pasalnya, mulut akan terus memproduksi air liur atau saliva, bahkan saat Anda tertidur. Penyebab mengiler saat tidur biasanya karena mulut yang terbuka ketika itu.

Ilustrasi lansia mengiler
( Sumber: canva.com)

Saat tidur, otot-otot tubuh rileks, apalagi jika memasuki tahap tidur REM (repid eye movement). Otot area mulut kondisi juga sama, sehingga mungkin saja Anda tertidur dalam posisi mulut yang terbuka. Mulut terbuka saat tidur juga biasanya disebabkan karena tubuh ingin mendapatkan lebih banyak oksigen, sehingga dengan otomatis Anda bernapas dari mulut.  

Air liur yang terus-terusan diproduksi tersebut tidak bisa tertelan semua karena Anda tertidur, akhirnya air liur tertumpuk di mulut dan malah keluar, alias Anda mengiler.

Pada lansia  air liur yang berlebihan tidak hanya memalukan, tetapi juga bisa menjadi tanda masalah kesehatan yang mendasarinya. Air liur pada lansia adalah bagian yang tak terhindarkan dari proses penuaan.  Lansia mengiler atau produksi saliva yang berlebihan dapat menjadi masalah yang lebih umum. 


Lansia terbit air liur melihat makanan lezat hal yang normal
(Sumber: foto grup bodrekers)

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan lansia mengiler adalah:

🎃 Perubahan struktur dan fungsi mulut:

Proses penuaan dapat menyebabkan perubahan dalam struktur dan fungsi mulut. Misalnya, penurunan kontrol otot-otot wajah dan mulut dapat mempengaruhi kemampuan mengendalikan produksi saliva, sehingga menyebabkan mengiler.

🎃 Masalah gigi dan gusi:

Lansia sering menghadapi masalah gigi dan gusi seperti gigi yang tanggal, gigi palsu yang tidak pas, atau penyakit gusi. Masalah ini dapat mengganggu keseimbangan normal saliva di mulut dan menyebabkan mengiler.

🎃 Penggunaan obat-obatan: 

Lansia umumnya lebih mungkin untuk mengonsumsi berbagai obat-obatan untuk kondisi kesehatan mereka. Beberapa obat-obatan tertentu, termasuk obat-obatan yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, depresi, atau penyakit Parkinson, dapat mempengaruhi produksi saliva dan menyebabkan mengiler.

🎃 Gangguan neuromuskuler:

Beberapa gangguan neuromuskuler yang lebih umum pada lansia, seperti penyakit Parkinson atau stroke, dapat mempengaruhi fungsi otot-otot yang terlibat dalam mengendalikan produksi saliva, sehingga menyebabkan mengiler.

🎃 Kehilangan gigi: 

Kehilangan gigi dapat mengganggu distribusi saliva di dalam mulut dan menyebabkan mengiler.

            💬  Mengiler yang berlebihan pada lansia dapat menyebabkan tidak nyaman dan kesulitan dalam berbicara, makan, atau menelan. 

Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan lansia mengiler adalah:

👷 Penyakit Parkinson: 

Penyakit Parkinson adalah gangguan neurodegeneratif yang mempengaruhi sistem saraf dan dapat menyebabkan perubahan dalam kontrol otot. Salah satu gejala yang mungkin terjadi pada penyakit Parkinson adalah peningkatan produksi saliva dan mengiler yang berlebihan.

👷 Stroke: 

Stroke adalah kondisi di mana pasokan darah ke otak terganggu, biasanya karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Stroke dapat mempengaruhi berbagai fungsi otak dan saraf, termasuk kontrol terhadap produksi saliva. Akibatnya, seseorang yang telah mengalami stroke dapat mengalami masalah mengiler.

👷 Gangguan neuromuskuler lainnya: 

Selain penyakit Parkinson, ada beberapa gangguan neuromuskuler lainnya yang dapat mempengaruhi kontrol otot dan mengakibatkan mengiler berlebihan pada lansia. Contoh lain termasuk sindrom Tourette, distrofi otot, atau neuropati perifer.

👷 Penyakit Alzheimer: 

Penyakit Alzheimer adalah bentuk umum dari demensia yang berkaitan dengan kerusakan otak dan penurunan fungsi kognitif. Pada tahap lanjut penyakit Alzheimer, kontrol terhadap produksi saliva dapat terganggu, menyebabkan mengiler berlebihan.

👷 Efek samping obat-obatan:

Lansia sering mengonsumsi berbagai jenis obat untuk mengelola kondisi kesehatan mereka. Beberapa obat, seperti obat-obatan untuk tekanan darah tinggi, depresi, atau penyakit Parkinson, dapat menyebabkan efek samping berupa meningkatnya produksi saliva dan mengiler.

              💭 Perlu diingat bahwa mengiler pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan lebih baik berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan penanganan yang tepat.

Beberapa contoh makanan yang dapat membantu mengurangi jumlah saliva atau air liur :

🍪 Biskuit kering: 

Biskuit kering atau kerupuk memiliki tekstur kering yang dapat membantu menyerap saliva berlebih.

🍪 Roti tawar atau roti gandum:

Roti tawar atau roti gandum dengan tekstur yang lebih kering dapat membantu menyerap saliva.

🍪 Biji-bijian:

Biji-bijian seperti beras, quinoa, atau bulgur memiliki tekstur kering dan serat tinggi yang dapat membantu mengurangi produksi saliva berlebih.

🍪 Buah-buahan yang dikeringkan:

Buah-buahan seperti kismis, aprikot kering, atau plum kering memiliki tekstur yang kering dan dapat membantu menyerap saliva.

🍪 Keripik singkong atau keripik kentang: 

Keripik singkong atau keripik kentang dapat menjadi pilihan makanan dengan tekstur kering untuk mengurangi mengiler.

🍪 Kurma: 

Kurma kering memiliki tekstur yang lebih kering dan dapat membantu menyerap saliva berlebih.

🍪 Sayuran mentah atau rebus: 

Sayuran mentah atau direbus seperti wortel, seledri, atau brokoli memiliki tekstur yang kering dan dapat membantu mengurangi produksi saliva.

🍪 Camilan garing:

Camilan seperti kacang panggang, biji labu panggang, atau kerupuk jagung memiliki tekstur yang kering dan dapat membantu menyerap saliva berlebih.

Beberapa kiat yang dapat membantu mencegah atau mengurangi masalah mengiler pada lansia:

💡 Konsultasikan dengan dokter: 

Jika mengiler menjadi masalah yang signifikan, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut dan penanganan yang tepat. Dokter dapat melakukan pemeriksaan dan mengevaluasi kondisi kesehatan yang mendasari yang mungkin mempengaruhi produksi saliva.

💡 Perawatan mulut yang baik:

Menjaga kebersihan mulut yang baik dapat membantu mengurangi masalah mengiler. Sikat gigi secara teratur, gunakan benang gigi, dan berkumurlah dengan air kumur antibakteri. Berkonsultasilah dengan dokter gigi untuk mendapatkan nasihat tentang perawatan mulut yang sesuai.

💡 Perhatikan pola makan: 

Hindari makanan yang menggugah produksi saliva seperti makanan yang terlalu manis, asam, atau pedas. Sementara itu, makan makanan yang lebih kering atau serat tinggi dapat membantu menyerap saliva berlebih.

Makanan yang dapat menggugah selera dan air liur
( Sumber: foto grup bodrekers)

💡 Hindari stimulus yang meningkatkan produksi saliva: 

Beberapa stimulus seperti permen karet, permen, atau makanan yang perlu dikunyah secara berlebihan dapat merangsang produksi saliva. Menghindari stimulus ini dapat membantu mengurangi mengiler.

💡 Posisi duduk yang baik saat makan: 

Saat makan, pastikan lansia dalam posisi duduk tegak dengan kepala sedikit miring ke depan. Ini dapat membantu mengarahkan aliran saliva ke dalam mulut dan mengurangi risiko mengiler.

💡 Evaluasi obat-obatan:

Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan efek samping berupa meningkatnya produksi saliva. Diskusikan dengan dokter atau apoteker tentang efek samping obat yang sedang dikonsumsi dan apakah ada alternatif yang dapat mengurangi masalah mengiler.

💡 Terapi fisik atau terapi okupasi: 

Untuk lansia dengan gangguan neuromuskuler yang mendasari, terapi fisik atau terapi okupasi dapat membantu meningkatkan kontrol otot dan mengurangi mengiler.

             💬  Bicarakan dengan dokter tentang penggunaan obat-obatan yang dapat membantu mengurangi produksi saliva berlebihan. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat-obatan seperti antikolinergik atau botulinum toxin untuk mengatasi masalah mengiler.

             💬 Makanan dengan tekstur kering atau serat tinggi dapat membantu menyerap saliva berlebih dan mengurangi masalah mengiler. 

              💬 Penting untuk diingat bahwa setiap individu dapat merespons makanan dengan cara yang berbeda, jadi eksperimen dengan berbagai makanan untuk menemukan yang paling membantu dalam mengurangi air liur. Selain itu, berkonsultasilah dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan nasihat yang sesuai dengan kebutuhan khusus Anda.





Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3709276/

https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2004/0601/p2628.html

https://www.healthline.com/health/dental-and-oral-health/hypersalivation

https://www.webmd.com/oral-health/what-is-saliva

https://www.parkinsonsresource.org/news/articles/ 

Tuesday, 18 July 2023

Apakah Kuku Dapat Menunjukkan Penyakit, Ayo Cari Tahu

              Mengingat pertumbuhan populasi lanjut usia dan perubahan demografis yang terkait serta rentang hidup yang lebih lama. Perubahan kuku  ini dapat memengaruhi berbagai komponen unit kuku dan mungkin merupakan perubahan kuku normal yang berkaitan dengan usia atau kelainan kuku yang memerlukan intervensi segera

Kuku lansia dapat mengalami kerusakan atau perubahan karena beberapa faktor yang terkait dengan penuaan dan kondisi kesehatan yang umum terjadi pada usia lanjut

Ilustrasi kuku lansia yang menunjukkan penyakit
(Sumber: canva.com)

Beberapa penyebab kerusakan kuku pada lansia meliputi:

💅 Penuaan alami: 

Proses penuaan alami dapat menyebabkan perubahan pada kuku. Produksi minyak alami di kuku dan kulit di sekitarnya dapat menurun seiring bertambahnya usia, menyebabkan kekeringan dan kerapuhan pada kuku.

💅 Kekurangan nutrisi: 

Lansia sering kali mengalami penurunan asupan nutrisi yang penting untuk kesehatan kuku, seperti zat besi, protein, vitamin A, dan vitamin B. Kekurangan nutrisi ini dapat menyebabkan kelemahan dan kerapuhan pada kuku.

💅 Penyakit atau kondisi kesehatan:

Beberapa kondisi kesehatan yang lebih umum pada lansia, seperti diabetes, gangguan sirkulasi, hipotiroidisme, atau masalah imunologi, dapat mempengaruhi kesehatan dan kekuatan kuku. Penurunan sirkulasi darah pada lansia juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan nutrisi kuku.

💅 Efek samping obat-obatan: 

Lansia sering mengonsumsi berbagai jenis obat untuk mengelola kondisi kesehatan mereka. Beberapa obat-obatan memiliki efek samping yang dapat mempengaruhi kesehatan kuku. Misalnya, beberapa obat tekanan darah tinggi atau diuretik dapat menyebabkan kekeringan atau kerapuhan pada kuku.

💅 Kurangnya perawatan yang tepat:

Lansia mungkin memiliki kesulitan dalam merawat dan menjaga kebersihan kuku mereka. Perubahan dalam fleksibilitas atau mobilitas sendi, penglihatan yang berkurang, atau masalah kesehatan lainnya dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam memotong, membersihkan, atau merawat kuku dengan baik. Kurangnya perawatan yang tepat dapat menyebabkan penumpukan kotoran, infeksi, atau perubahan struktural pada kuku.

Kuku sehat adalah kuku yang terawat sejak muda hingga lansia
( Sumber: foto pens 49 ceria)

            💭 Perubahan morfologi kuku dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk perubahan alami, penyakit, trauma, atau masalah kesehatan lainnya. 

Berikut komponen-komponen utama struktur kuku:

💧 Lempeng Kuku (Nail Plate): 

Ini adalah bagian terluar kuku yang terlihat, terbuat dari keratin yang keras dan transparan. Lempeng kuku melindungi jari-jari dan ujung jari serta memberikan bentuk dan kekuatan pada kuku.

💧 Lunula:

Lunula adalah area berbentuk setengah lingkaran berwarna putih atau pucat di pangkal kuku. Biasanya terlihat pada bagian atas kuku. Meskipun sering disebut "bulan kuku," sebenarnya lunula adalah area dari pangkal lempeng kuku yang tidak tertutupi oleh kulit. Warnanya dapat bervariasi tergantung pada individu.

💧 Matras Kuku (Nail Bed):

Matras kuku adalah jaringan lunak di bawah lempeng kuku yang memberikan nutrisi dan dukungan bagi pertumbuhan kuku. Matras kuku mengandung pembuluh darah dan saraf yang penting untuk mempertahankan kesehatan kuku.

💧 Kulit Kuku (Nail Fold): 

Kulit kuku merupakan lipatan kulit yang melingkupi sisi-sisi kuku dan membantu melindungi matras kuku dari infeksi atau cedera. Kulit kuku membantu menjaga kelembapan dan integritas kuku.

💧 Kulit Lunula (Cuticle):

Kulit lunula adalah lapisan tipis kulit yang terletak di pangkal kuku. Ini adalah pertumbuhan kulit yang melindungi area pertumbuhan kuku dari bakteri, jamur, atau infeksi lainnya.

💧 Matras Kuku Lunak (Nail Bed Matrix): 

Matras kuku lunak adalah area di bawah matras kuku yang bertanggung jawab untuk produksi sel-sel baru yang membentuk lempeng kuku. Matras kuku lunak terletak di bawah matras kuku dan mendukung pertumbuhan kuku baru dari pangkal ke ujung.

💧 Kulit Penyangga Kuku (Nail Bed Matrix Support): 

Kulit penyangga kuku adalah jaringan yang melindungi dan memberikan dukungan pada matras kuku. Ini membantu menjaga kuku tetap stabil dan mencegah pergeseran atau deformasi yang tidak diinginkan.

        💭 Struktur kuku yang sehat penting untuk kesehatan dan kekuatan kuku. Perawatan yang tepat, nutrisi yang seimbang, dan menjaga kebersihan kuku dapat membantu menjaga kuku tetap kuat dan sehat.

Beberapa perubahan morfologi kuku yang umum terjadi:

💩 Perubahan warna: 

Kuku yang normal memiliki warna merah muda atau putih dengan permukaan yang rata. Perubahan warna kuku dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Misalnya, kuku yang berubah menjadi kekuningan bisa menunjukkan infeksi jamur. Kuku yang berubah menjadi kecoklatan atau hitam dapat menjadi tanda adanya pendarahan di bawah kuku atau melanoma (kanker kulit).

💩 Kerapuhan: 

Jika kuku menjadi rapuh, mudah patah, atau terbelah, hal ini dapat menunjukkan adanya kekurangan nutrisi, seperti kekurangan zat besi, vitamin A, atau protein. Kegiatan yang berlebihan pada kuku, penggunaan produk kimia, atau paparan air yang berlebihan juga dapat membuat kuku menjadi rapuh.

💩 Perubahan bentuk:

Perubahan bentuk kuku dapat terjadi akibat trauma atau masalah kesehatan tertentu. Misalnya, kuku yang melengkung secara ke atas dan melekat erat pada ujung jari dapat menjadi tanda adanya penyakit paru-paru, seperti penyakit paru-paru obstruktif kronik (PPOK).

💩 Pembengkakan:

Jika kuku mengalami pembengkakan, bisa jadi ada infeksi di sekitar kuku atau ada masalah pada sistem peredaran darah. Pembengkakan kuku juga dapat disebabkan oleh kondisi seperti psoriasis atau reumatoid arthritis.

💩 Perubahan ketebalan: 

Kuku yang menjadi lebih tebal dari biasanya dapat menjadi tanda adanya infeksi jamur. Di sisi lain, kuku yang menjadi tipis dan cenderung mudah patah dapat disebabkan oleh masalah kesehatan seperti hipotiroidisme.

              💬 Kuku terbuat dari protein yang disebut keratin. Ini adalah protein yang sama yang membentuk kulit dan rambut. Kuku tumbuh dari sel-sel yang berkembang biak di dalam pangkal kuku, kemudian saling melapisi dan mengeras. Ini disebut keratinisasi. Kekuatan, ketebalan, dan tingkat pertumbuhan kuku merupakan karakteristik yang kita warisi dari orang tua kita. 

              💬 Melihat kuku lansia tidak dapat secara langsung mengungkapkan penyakit spesifik yang dialami oleh mereka. Namun, kondisi kuku dapat memberikan petunjuk umum tentang kesehatan mereka secara keseluruhan. Perubahan pada kuku dapat mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang mendasarinya.

             💭 Perubahan kuku tidak spesifik untuk lansia dan juga dapat terjadi pada orang-orang dari berbagai kelompok usia. Jadi, penting untuk diingat bahwa perubahan pada kuku hanya memberikan petunjuk umum dan tidak dapat dijadikan diagnosis tunggal. 

Beberapa penyakit kuku yang dapat menyerang lansia meliputi:

🔒 Onikomikosis: 

Ini adalah infeksi jamur pada kuku yang dapat menyebabkan perubahan warna, kekakuan, kerapuhan, dan penebalan kuku. Lansia lebih rentan terhadap infeksi jamur karena sistem kekebalan tubuh mereka biasanya melemah seiring bertambahnya usia.

🔒 Onikogrifosis:

Ini adalah kondisi di mana kuku tumbuh tebal, melengkung, dan sulit dipotong. Lansia mungkin memiliki risiko lebih tinggi mengembangkan onikogrifosis karena perubahan hormonal dan perubahan pada struktur kuku seiring bertambahnya usia.

🔒 Onikoskisis:

Ini adalah kondisi di mana kuku menjadi rapuh dan mudah terbelah atau terpecah. Lansia mungkin mengalami onikoskisis karena kehilangan kelembapan alami pada kulit dan kuku seiring bertambahnya usia.

🔒 Onikosklerosis: 

Ini adalah kondisi di mana kuku menjadi keras, tebal, dan terdistorsi. Onikosklerosis biasanya terjadi karena adanya gangguan sirkulasi darah yang mempengaruhi pertumbuhan kuku. Lansia yang menderita penyakit sirkulasi seperti aterosklerosis mungkin lebih rentan terhadap kondisi ini.

🔒 Paronikia:

Ini adalah infeksi pada jaringan di sekitar kuku, yang dapat menyebabkan peradangan, kemerahan, pembengkakan, dan rasa sakit. Paronikia dapat terjadi pada semua usia, tetapi lansia mungkin lebih rentan karena sistem kekebalan tubuh yang melemah.

🔒 Kanker kulit pada kuku: 

Kanker kulit, termasuk kanker yang berkembang di sekitar kuku, dapat mempengaruhi lansia. Perubahan kulit dan paparan sinar matahari selama bertahun-tahun dapat meningkatkan risiko kanker kulit pada kuku pada populasi lansia.

                Penting untuk konsultasi masalah kuku dengan dokter atau profesional kesehatan yang berkualifikasi untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan rekomendasi perawatan yang tepat.

Adanya kuku lansia yang rusak dapat memiliki beberapa dampak yang memengaruhi kenyamanan dan kualitas hidup mereka, antara lain:

😑 Nyeri dan tidak nyaman: 

Kuku yang rusak dapat menyebabkan rasa sakit, sensitivitas, atau tidak nyaman saat menggunakan tangan, memegang benda, atau melakukan aktivitas sehari-hari. Ini dapat mengganggu kualitas hidup dan kemampuan lansia untuk menjalani kegiatan sehari-hari dengan nyaman.

😑 Infeksi:

Kuku yang rusak atau terluka pada lansia dapat menjadi pintu masuk bagi infeksi bakteri, jamur, atau virus. Infeksi kuku dapat menyebabkan pembengkakan, kemerahan, dan bahkan dapat menyebar ke jaringan di sekitarnya. Infeksi ini dapat memperburuk masalah kuku dan memerlukan perawatan medis yang tepat.

😑 Gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari: 

Kuku yang rusak dapat mempengaruhi kemampuan lansia untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti berpakaian, membersihkan diri, memegang benda, dan mengoperasikan alat-alat rumah tangga. Kekakuan, kelemahan, atau nyeri pada kuku dapat membuat tugas-tugas tersebut sulit atau tidak nyaman dilakukan.

😑 Gangguan estetika: 

Kuku yang rusak pada lansia dapat memiliki tampilan yang tidak menarik, seperti patah, rapuh, atau berubah warna. Hal ini dapat mengganggu kepercayaan diri dan mengurangi kepuasan lansia terhadap penampilan mereka.

😑 Gangguan interaksi sosial:

Lansia yang merasa tidak nyaman atau malu dengan kondisi kuku yang rusak mungkin menghindari interaksi sosial atau mengurangi partisipasi dalam aktivitas sosial. Hal ini dapat memengaruhi hubungan sosial dan kesejahteraan emosional mereka.

            Penting untuk memperhatikan dan merawat kuku lansia dengan baik untuk mencegah dampak-dampak yang tidak diinginkan tersebut. 

Beberapa makanan yang dapat membantu menjaga kesehatan kuku pada lansia:

🌱 Protein:

Asupan protein yang cukup penting untuk pertumbuhan dan kesehatan kuku. Makan makanan seperti daging tanpa lemak, ikan, telur, kacang-kacangan, dan produk susu rendah lemak dapat memberikan protein yang diperlukan.

🌱 Vitamin A:

Vitamin A membantu dalam pertumbuhan dan perbaikan sel-sel tubuh, termasuk sel-sel kuku. Makan makanan seperti wortel, labu, bayam, mangga, dan hati sapi dapat memberikan vitamin A yang cukup.

🌱 Vitamin C:

Vitamin C membantu dalam produksi kolagen, yang penting untuk kekuatan dan integritas kuku. Konsumsi buah-buahan dan sayuran segar seperti jeruk, stroberi, kiwi, brokoli, dan paprika merah dapat membantu memenuhi kebutuhan vitamin C.

🌱 Vitamin E: 

Vitamin E memiliki sifat antioksidan dan membantu mempertahankan kelembapan kuku. Makan makanan seperti kacang-kacangan, biji-bijian, minyak sayur, dan sayuran hijau dapat memberikan vitamin E yang penting.

🌱 Zat besi: 

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan kuku rapuh dan lemah. Makan makanan yang kaya zat besi, seperti daging merah, hati, ayam, ikan, biji labu, kacang-kacangan, dan sayuran hijau, dapat membantu menjaga kesehatan kuku.

🌱 Biotin: 

Biotin atau vitamin B7 penting untuk pertumbuhan kuku yang sehat. Telur, kacang-kacangan, alpukat, dan ubi jalar adalah beberapa sumber makanan yang kaya biotin.

🌱 Omega-3 asam lemak:

Asam lemak omega-3 membantu menjaga hidrasi kuku dan melindungi mereka dari kekeringan. Makan makanan seperti ikan berlemak (sarden, salmon, tuna), biji chia, biji rami, dan minyak ikan dapat memberikan asupan omega-3 yang diperlukan.

        💬  Selain itu, pastikan lansia mengonsumsi diet seimbang yang mencakup berbagai makanan sehat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi secara menyeluruh. Juga, penting untuk minum cukup air setiap hari untuk menjaga hidrasi tubuh, termasuk kuku.

Beberapa kiat untuk menjaga kesehatan kuku pada lansia:

✅ Jaga kebersihan: 

Pastikan untuk membersihkan kuku secara teratur. Gunakan sikat lembut dan air hangat untuk membersihkan kuku, terutama di bawah tepi kuku. Hindari penggunaan alat yang tajam atau kasar yang dapat merusak kuku.

✅ Gunakan pelembab: 

Oleskan pelembab khusus untuk kuku atau minyak kuku pada kuku dan kulit di sekitarnya setiap hari. Ini membantu menjaga kelembapan alami kuku dan mencegah kekeringan dan kerapuhan.

✅ Potong kuku dengan benar:

Gunakan gunting atau kuku gunting yang tajam untuk memotong kuku secara teratur. Hindari memotong terlalu pendek atau memotong sudut-sudut tajam yang dapat menyebabkan masalah seperti kuku yang dalam atau kuku yang tumbuh ke dalam.

✅ Hindari trauma pada kuku: 

Lindungi kuku dari cedera atau trauma. Hindari kegiatan yang dapat merusak kuku, seperti memencet atau menggigit kuku. Selain itu, gunakan sarung tangan ketika melakukan pekerjaan rumah tangga atau kegiatan yang dapat mempengaruhi kesehatan kuku.

✅ Konsumsi makanan sehat:

Pastikan lansia mendapatkan diet seimbang dan nutrisi yang cukup. Nutrisi penting seperti protein, vitamin A, vitamin C, vitamin E, zat besi, dan kalsium dapat membantu menjaga kesehatan kuku. Makan makanan seperti ikan, kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran hijau, dan produk susu dapat membantu menjaga kuku yang kuat.

✅ Perhatikan kesehatan umum: 

Jaga kesehatan umum lansia dengan menjaga sistem kekebalan tubuh yang kuat, rutin berolahraga, tidur yang cukup, dan mengelola stres. Kesehatan yang baik secara keseluruhan dapat mempengaruhi kesehatan kuku.

✅ Kunjungi dokter atau ahli kesehatan:

Jika ada masalah kuku yang berkelanjutan atau infeksi, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan yang berkualifikasi. Mereka dapat memberikan diagnosis yang akurat dan perawatan yang sesuai.

            Dengan perawatan yang tepat dan gaya hidup yang sehat, lansia dapat menjaga kesehatan kuku mereka dan mencegah masalah yang mungkin timbul.




Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3038811

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16394478

https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/nails-fingernail-and-toenail-problems

https://www.agingcare.com/articles/fingernail-problems-indicating-health-issues-145734.htm

https://medlineplus.gov/ency/imagepages/8671.htm