Wednesday, 11 October 2023

Chondromalacia Patellae, Tulang Rawan Di lutut Rusak

        Sebagian besar persendian di tubuh manusia dilapisi dengan sejenis jaringan yang disebut tulang rawan artikular. Jaringan yang keras dan kenyal ini menutupi ujung tulang di dalam sendi. Saat sendi bergerak, tulang rawan membantu memberikan bantalan pada tulang dan memungkinkannya meluncur dengan mulus satu sama lain. 

Terkadang, tulang rawan di dalam sendi melunak dan rusak. Kondisi ini disebut chondromalacia. Tulang rawan kehilangan kemampuannya untuk melindungi ujung tulang saat sendi bergerak. Ujung-ujung tulang bisa bergesekan sehingga menimbulkan rasa sakit.

Chondromalacia dapat mempengaruhi sendi mana pun, namun lokasi yang paling umum adalah bagian bawah tempurung lutut (juga disebut patellae); bila mengenai lutut, kondisi ini disebut chondromalacia patellae.  

Berat badan yang sehat menjauhkan sakit lutut pada lansia.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Chondromalacia Patellae adalah istilah medis yang mengacu pada kondisi di mana tulang rawan di bawah patellae (tulang lutut) mengalami kerusakan atau penipisan. Kondisi ini juga sering disebut sebagai "sindrom patella grind" atau "sindrom lutut pemain ski" karena sering terjadi pada atlet, terutama mereka yang melakukan aktivitas yang melibatkan gerakan berulang-ulang pada lutut, seperti lari, bersepeda, atau olahraga dengan tendangan.

Chondromalacia patellae adalah masalah pada lutut yang sering kali terkait dengan aktivitas fisik dan biasanya lebih umum terjadi pada individu yang lebih muda, terutama atlet. Namun, meskipun lebih jarang, kondisi ini juga dapat memengaruhi lansia. Gejala chondromalacia patellae pada lansia dapat sedikit berbeda dari gejala pada populasi yang lebih muda. 

Beberapa gejala yang mungkin dialami oleh lansia dengan kondisi ini termasuk:

💢 Nyeri Lutut: 

Nyeri lutut adalah gejala utama chondromalacia patellae, dan ini dapat dialami oleh lansia. Nyeri ini dapat terjadi saat berjalan, berdiri, atau bahkan dalam posisi duduk lama.

💢Kekakuan: 

Lansia dengan chondromalacia patellae mungkin mengalami kekakuan pada lutut mereka, yang dapat membatasi gerakan dan aktivitas sehari-hari.

💢Keropos atau Bunyi Gemeretak:

Seperti pada populasi yang lebih muda, bunyi gemeretak atau kerotokan di dalam lutut saat bergerak dapat terjadi pada lansia dengan kondisi ini.

Pada lansia sering terdengar suara gemeretak di dalam lutut.
(Sumber: foto canva.com)

💢Menurunnya Kekuatan Otot:

Penuaan alami juga dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot di sekitar lutut, yang dapat memperburuk gejala chondromalacia patellae.

💢Penurunan Kualitas Hidup:

Gejala chondromalacia patellae pada lansia dapat memengaruhi kualitas hidup mereka, terutama jika mereka mengalami rasa nyeri yang kronis atau kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari.

      Chondromalacia patellae adalah kondisi yang lebih sering terjadi pada individu muda, terutama yang aktif secara fisik, seperti atlet. Meskipun demikian, kondisi ini dapat terjadi pada lansia.

Beberapa faktor penyebab yang dapat berkontribusi pada chondromalacia patellae pada lansia:

👵 Penuaan Alami: 

Salah satu faktor utama adalah proses penuaan alami tubuh. Seiring bertambahnya usia, komponen struktural dalam tubuh, termasuk tulang rawan di sekitar lutut, dapat mengalami perubahan degeneratif. Hal ini dapat membuat tulang rawan menjadi lebih rentan terhadap kerusakan dan penipisan.

👵 Abnormalitas Struktural: 

Lansia juga mungkin memiliki masalah struktural di dalam lutut mereka yang telah ada sejak lama, seperti penyejajaran yang buruk, yang dapat meningkatkan risiko terkena chondromalacia patellae.

👵 Arthritis: 

Lansia juga lebih rentan terhadap kondisi seperti osteoarthritis, yang dapat memengaruhi lutut. Osteoarthritis adalah penyakit yang mengakibatkan penipisan tulang rawan dan peradangan pada sendi, termasuk sendi lutut, yang dapat berkontribusi pada gejala chondromalacia patellae.

👵 Ketidakseimbangan Otot:

Penurunan massa otot dan kekuatan otot pada lansia dapat menghasilkan ketidakseimbangan otot di sekitar lutut. Hal ini dapat memengaruhi cara lutut menangani tekanan dan gerakan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan risiko chondromalacia patellae.

Ketidakseimbangan otot di lutut.
(Sumber: foto canva.com)

👵 Aktivitas Fisik yang Berlebihan:

Terlalu banyak aktivitas fisik atau aktivitas yang melibatkan gerakan berulang-ulang pada lutut, bahkan pada usia lanjut, dapat memicu chondromalacia patellae.

👵 Obesitas: 

Berat badan berlebih atau obesitas dapat meningkatkan tekanan pada lutut, yang dapat menyebabkan kerusakan pada tulang rawan.

👵 Perawatan Medis Sebelumnya:

Lansia yang telah menjalani operasi lutut atau perawatan medis pada lutut mereka di masa lalu, seperti artroskopi lutut, juga mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena chondromalacia patellae.

       Mencegah chondromalacia patellae pada lansia melibatkan beberapa tindakan yang dapat membantu menjaga kesehatan lutut dan mengurangi risiko kerusakan pada tulang rawan di sekitar lutut. 

Beberapa langkah untuk menjaga kesehatan lutut:

🙏 Latihan Fisik Teratur: 

Program latihan fisik yang teratur, termasuk latihan penguatan otot-otot sekitar lutut, dapat membantu menjaga stabilitas dan dukungan bagi lutut. Latihan yang fokus pada otot-otot paha, kaki, dan panggul dapat membantu mengurangi tekanan pada lutut.

🙏Pemanasan dan Peregangan:

Sebelum melakukan aktivitas fisik yang intens, penting untuk melakukan pemanasan yang cukup dan peregangan otot-otot, termasuk otot-otot di sekitar lutut. Ini membantu meningkatkan sirkulasi darah dan mengurangi risiko cedera.

Lakukan pemanasan dan peregangan sebelum beraktivitas.
(Sumber: foto canva.com)

🙏Pola Berjalan yang Baik: 

Memastikan bahwa pola berjalan lansia adalah yang baik dan seimbang dapat membantu menghindari tekanan berlebih pada lutut. Pergi ke seorang fisioterapis untuk mengevaluasi teknik berjalan dapat bermanfaat.

🙏Pengelolaan Berat Badan: 

Menjaga berat badan yang sehat sangat penting. Obesitas dapat meningkatkan tekanan pada lutut, sehingga mengurangi berat badan dapat mengurangi risiko kerusakan pada tulang rawan.

🙏Penggunaan Alat Bantu: 

Jika lansia memiliki kesulitan dengan mobilitas atau memiliki masalah lutut yang sudah ada, seperti osteoarthritis, pertimbangkan untuk menggunakan alat bantu seperti tongkat atau walker. Ini dapat membantu mengurangi beban pada lutut.

🙏Penghindaran Aktivitas yang Berisiko:

Lansia sebaiknya menghindari aktivitas yang berisiko tinggi untuk cedera lutut, terutama jika mereka memiliki riwayat masalah lutut. Ini termasuk aktivitas yang melibatkan gerakan melompat atau berlari yang berlebihan.

🙏Konsultasi dengan Dokter: 

Jika ada gejala yang mencurigakan pada lutut atau riwayat cedera lutut sebelumnya, konsultasikan dengan dokter atau spesialis ortopedi. Mereka dapat memberikan nasihat medis dan perawatan yang sesuai.

🙏Asupan Nutrisi: 

Diet seimbang yang kaya akan nutrisi seperti kalsium dan vitamin D dapat membantu menjaga kesehatan tulang, termasuk tulang rawan di sekitar lutut.

        Pengobatan chondromalacia patellae pada lansia bertujuan untuk mengurangi nyeri, meningkatkan fungsi lutut, dan meningkatkan kualitas hidup. Terapi yang diberikan dapat mencakup pengobatan non-bedah dan bedah, tergantung pada tingkat keparahan kondisi dan respons terhadap pengobatan. 

Beberapa pilihan pengobatan yang dapat digunakan:

😩 Terapi Fisik: 

Fisioterapi adalah komponen penting dalam pengobatan chondromalacia patellae pada lansia. Fisioterapis dapat merancang program latihan yang disesuaikan dengan kebutuhan individu untuk memperkuat otot-otot sekitar lutut, meningkatkan fleksibilitas, dan meningkatkan stabilitas. Terapi fisik juga dapat mencakup teknik-teknik pemijatan dan modalitas fisik seperti panas atau es untuk mengurangi nyeri dan peradangan.

😩Obat-obatan: 

Dokter dapat meresepkan obat pereda nyeri, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) atau analgesik, untuk mengurangi nyeri dan peradangan. Obat-obatan ini harus digunakan sesuai instruksi dokter.

😩Injeksi Steroid:

Pada beberapa kasus, dokter mungkin merekomendasikan injeksi kortikosteroid langsung ke dalam sendi lutut. Ini dapat membantu mengurangi peradangan dan nyeri. Namun, penggunaan steroid harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat memiliki efek samping.

😩Orthosis atau Penyangga: 

Menggunakan penyangga lutut atau pelindung patella dapat membantu mengurangi tekanan pada lutut dan memberikan dukungan tambahan. Ini dapat membantu dalam mengurangi ketidaknyamanan saat bergerak.

😩Modifikasi Aktivitas: 

Lansia dengan chondromalacia patellae mungkin perlu memodifikasi atau menghindari aktivitas yang memicu nyeri atau ketidaknyamanan pada lutut mereka. Pengurangan aktivitas berlebihan yang melibatkan lutut dapat membantu dalam proses penyembuhan.

😩Konseling Gaya Hidup:

Dokter dapat memberikan saran tentang perubahan gaya hidup yang sehat, termasuk manajemen berat badan, asupan makanan, dan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi.

😩Bedah: 

Bedah mungkin diperlukan dalam kasus yang parah dan ketika pengobatan konservatif tidak memberikan hasil yang memadai. Prosedur bedah yang mungkin dipertimbangkan termasuk artroskopi lutut (untuk membersihkan atau memperbaiki kerusakan tulang rawan) atau realignmen lutut (seperti osteotomi).

          Pengobatan chondromalacia patellae harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu dan selalu dikonsultasikan dengan dokter atau spesialis ortopedi. Penting untuk mengikuti instruksi dokter dan fisioterapis serta melakukan perubahan gaya hidup yang dianjurkan untuk memaksimalkan hasil pengobatan.




Sumber:

 https://www.health.harvard.edu/a_to_z/chondromalacia-patella

https://www.arthritis.org/diseases/chondromalacia-patella

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459195/

https://www.physio-pedia.com/Chondromalacia_Patellae


Tuesday, 10 October 2023

Meningitis, Peradangan Selaput Yang Melindungi Otak

       Meningitis adalah sebuah kondisi medis yang mengacu pada peradangan pada selaput yang melindungi otak dan sumsum tulang belakang, yang dikenal sebagai selaput otak (meninges). Peradangan ini biasanya disebabkan oleh infeksi, baik oleh bakteri, virus, jamur, atau bahkan parasit. Meningitis dapat menjadi kondisi yang sangat serius dan bahkan mengancam jiwa jika tidak diobati dengan cepat.

Meningitis adalah penyakit mematikan dengan tingkat kematian yang tinggi, yang dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang yang serius. Banyak organisme yang dapat menyebabkan meningitis, termasuk bakteri, virus, jamur, dan parasit.

Meningitis bakterial menjadi perhatian khusus. Sekitar 1 dari 6 orang yang terkena meningitis jenis ini meninggal dan 1 dari 5 mengalami komplikasi parah.

Peradangan pada selaput otak mengancam jiwa.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Gejala umum dari meningitis meliputi:

  • Sakit kepala yang parah.
  • Demam tinggi.
  • Kaku kuduk (kesulitan menundukkan kepala ke depan karena kaku dan nyeri pada leher).
  • Mual dan muntah.
  • Sensitivitas terhadap cahaya (fotofobia).
  • Kesulitan tidur atau kebingungan.
  • Ruam kulit (pada beberapa jenis meningitis).
Meningitis dapat terjadi pada semua kelompok usia, tetapi anak-anak dan orang dewasa muda memiliki risiko yang lebih tinggi. 

Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang untuk mengembangkan meningitis. 

Beberapa faktor risiko utama meliputi:

👴Usia: 
Anak-anak di bawah usia 5 tahun dan orang dewasa muda, terutama mahasiswa yang tinggal dalam lingkungan berdekatan seperti asrama, memiliki risiko lebih tinggi terkena meningitis.

👴Paparan Terhadap Infeksi: 
Paparan terhadap orang yang telah terinfeksi oleh bakteri atau virus yang dapat menyebabkan meningitis dapat meningkatkan risiko. Misalnya, jika Anda tinggal atau bekerja di lingkungan di mana ada orang-orang dengan infeksi menular, seperti dalam kelompok yang padat, maka risiko Anda mungkin lebih tinggi.

👴Kondisi Medis Predisposisi: 
Beberapa kondisi medis dapat meningkatkan risiko meningitis. Misalnya, memiliki sistem kekebalan tubuh yang melemah karena HIV/AIDS, pengobatan immunosupresif, atau kondisi medis lainnya dapat membuat seseorang lebih rentan terhadap infeksi.
Penyakit Infeksi Sebelumnya: Beberapa infeksi seperti sinusitis, otitis media, atau pneumonia, jika tidak diobati atau terkendali dengan baik, dapat menyebabkan penyebaran bakteri ke selaput otak dan meningitis.

👴Perjalanan ke Daerah dengan Risiko Tinggi:
Perjalanan ke daerah-daerah di mana meningitis lebih umum, terutama dalam keadaan wabah, dapat meningkatkan risiko tertularnya penyakit ini.

👴Kontak dengan Penderita Meningitis: 
Orang yang memiliki kontak dekat dengan seseorang yang telah didiagnosis menderita meningitis, terutama jika kontak tersebut bersifat jangka panjang dan dalam keadaan yang memungkinkan penularan, seperti dalam keluarga atau asrama, memiliki risiko lebih tinggi.
Kontak dengan orang terkena meningitis.
(Sumber: foto canva.com)
👴Kondisi Anatomis atau Medis Khusus: 
Beberapa kondisi medis atau anatomis, seperti kebocoran cairan serebrospinal (CSF) dari telinga atau hidung, dapat meningkatkan risiko infeksi yang menyebabkan meningitis.

👴Tidak Divaksinasi: 
Tidak mendapatkan vaksinasi yang direkomendasikan dapat meningkatkan risiko tertular meningitis. Vaksinasi melawan penyakit yang dapat menyebabkan meningitis, seperti vaksin meningokokus dan vaksin Hib, penting untuk mengurangi risiko.

        Mencegah meningitis adalah langkah yang sangat penting karena kondisi ini dapat sangat serius. 
Beberapa cara untuk mencegah meningitis:

👉Vaksinasi: 
Salah satu cara terbaik untuk mencegah meningitis adalah dengan mendapatkan vaksinasi yang direkomendasikan. Ada beberapa jenis vaksin yang dapat melindungi terhadap penyebab umum meningitis, termasuk:
  • Vaksin Meningokokus: Vaksin ini melindungi terhadap berbagai jenis bakteri meningokokus yang dapat menyebabkan meningitis. Ada beberapa jenis vaksin meningokokus yang disarankan, tergantung pada usia dan faktor risiko individu.
  • Vaksin Hib (Haemophilus influenzae tipe B): Vaksin ini melindungi terhadap jenis bakteri Haemophilus influenzae tipe B yang dapat menyebabkan meningitis pada anak-anak.
  • Vaksin Pneumokokus: Vaksin ini melindungi terhadap bakteri pneumokokus yang dapat menyebabkan jenis meningitis tertentu.
👉Hindari Kontak dengan Orang yang Terinfeksi:
Hindari kontak dekat dengan orang yang telah didiagnosis menderita meningitis, terutama jika Anda memiliki sistem kekebalan tubuh yang melemah atau faktor risiko lainnya.

👉Praktik Kebersihan yang Baik: 
Cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air mengalir, terutama sebelum makan dan setelah menggunakan toilet. Ini adalah cara yang efektif untuk menghindari penyebaran infeksi.
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
(Sumber" foto canva.com)
👉Hindari Berbagi Barang Pribadi: 
Jangan berbagi barang pribadi seperti sikat gigi, handuk, atau peralatan makan dengan orang lain, terutama jika Anda tahu bahwa mereka sedang sakit.

👉Vaksinasi Anak-anak: 
Pastikan anak-anak Anda mendapatkan semua vaksin yang direkomendasikan sesuai dengan jadwal imunisasi. Ini akan membantu melindungi mereka dari beberapa jenis meningitis.

👉Hindari Perilaku Berisiko: 
Jika Anda berisiko tinggi tertular HIV, hindari perilaku berisiko yang dapat meningkatkan risiko infeksi, seperti berhubungan seks tanpa pengaman atau berbagi jarum suntik.

👉Jaga Kesehatan Umum: 
Dalam kasus beberapa jenis meningitis, menjaga kesehatan umum dapat membantu melindungi Anda. Ini termasuk tidur yang cukup, makan makanan sehat, dan menjalani gaya hidup yang sehat untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh yang kuat.

Meningitis adalah kondisi medis yang serius dan memerlukan pengobatan segera. Pengobatan meningitis tergantung pada penyebabnya, yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, atau parasit. 

Berikut adalah panduan umum mengenai bagaimana meningitis biasanya diobati:

💧 Meningitis Bakteri:

Antibiotik:
Jika meningitis disebabkan oleh infeksi bakteri, pengobatan utama adalah dengan memberikan antibiotik. Antibiotik biasanya diberikan melalui infus intravena (IV) dalam waktu segera setelah diagnosis. Jenis antibiotik yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis bakteri yang menyebabkan infeksi tersebut, yang dapat diketahui melalui pemeriksaan cairan serebrospinal (CSF).
Meningitis karena bakteri, pengobatan dengan antibiotik.
(Sumber: foto canva.com)
Meningitis Virus:
Pengobatan Supportif: Meningitis virus umumnya tidak diobati dengan antibiotik, karena antibiotik tidak efektif melawan virus. Pengobatan biasanya bersifat supportif dan fokus pada meredakan gejala, seperti nyeri dan demam. Istirahat yang cukup dan hidrasi penting untuk membantu tubuh melawan infeksi virus.

Meningitis Jamur atau Parasit:
Antijamur atau Antiparasit: Jika meningitis disebabkan oleh jamur atau parasit, pengobatan akan melibatkan obat antijamur atau antiparasit yang sesuai. Pilihan pengobatan akan tergantung pada jenis patogen yang menyebabkan infeksi.

💧 Pengobatan Gejala: 
Selain pengobatan yang ditargetkan pada penyebab meningitis, perawatan juga dapat mencakup pengobatan gejala. Ini dapat mencakup penggunaan obat penghilang nyeri untuk mengatasi sakit kepala dan nyeri tubuh serta obat penurun panas jika demam tinggi.

💧 Pemantauan Medis: 
Orang yang didiagnosis dengan meningitis biasanya akan dimonitor secara ketat oleh tim medis. Ini termasuk pemantauan tekanan intrakranial (tekanan di dalam tengkorak) dan tanda-tanda vital.

💧 Isolasi: 
Selama periode infeksi, pasien dengan meningitis bakteri sering diisolasi untuk mencegah penyebaran infeksi. Orang yang memiliki kontak dekat dengan pasien mungkin juga perlu menjalani profilaksis antibiotik untuk menghindari penularan.

      Meningitis adalah kondisi medis yang serius dan perlu ditangani oleh profesional medis. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala meningitis, seperti sakit kepala berat, demam tinggi, dan kaku kuduk, segera cari bantuan medis darurat. Diagnosa dan pengobatan yang cepat dapat mengurangi risiko komplikasi serius atau kematian akibat meningitis.




Sumber:






Monday, 9 October 2023

Penyakit Hati Berlemak, Gaya Hidup Tidak Sehat.

       Penyakit hati berlemak non-alkohol adalah istilah untuk berbagai kondisi yang disebabkan oleh penumpukan lemak di hati. Biasanya terlihat pada orang yang kelebihan berat badan atau obesitas.

Penyakit Hati Berlemak Non-Alkoholik (Non-Alcoholic Fatty Liver Disease atau NAFLD) adalah kondisi medis di mana lemak berlebihan menumpuk dalam sel-sel hati seseorang yang tidak disebabkan oleh konsumsi alkohol yang berlebihan. NAFLD adalah salah satu masalah hati yang paling umum di dunia dan sering terkait dengan gaya hidup yang tidak sehat, seperti diet tinggi lemak dan kurangnya aktivitas fisik.

Ada dua bentuk utama dari NAFLD:

👉Steatosis Hepatis Non-Alkoholik (Non-Alcoholic Fatty Liver, atau NAFL): 

Ini adalah tahap awal NAFLD, di mana lemak menumpuk dalam hati, tetapi tidak ada peradangan atau kerusakan sel hati yang signifikan. Pada sebagian besar kasus, NAFL tidak menyebabkan gejala yang nyata.

👉Steatohepatitis Non-Alkoholik (Non-Alcoholic Steatohepatitis, atau NASH): 

Ini adalah tahap yang lebih serius dari NAFLD, di mana sel-sel hati mengalami peradangan dan kerusakan. NASH dapat mengakibatkan fibrosis (penggantian jaringan hati normal dengan jaringan parut), sirosis (kerusakan hati parah), dan bahkan kanker hati. NASH dapat menyebabkan gejala seperti kelelahan, nyeri abdomen, dan penurunan berat badan.

Penyakit hati pada lansia dapat memiliki gejala yang mirip dengan penyakit hati pada orang dewasa pada umumnya. Namun, karena proses penuaan dan potensi adanya penyakit lain yang menyertai, gejala penyakit hati pada lansia mungkin lebih kompleks.

Menghindari obesitas menjauhkan dari segala penyakit.
(Sumber: foto paguyuban kel.besar 49 JT)

Beberapa gejala umum penyakit hati pada lansia meliputi:

👀 Kelelahan: 

Lansia dengan penyakit hati mungkin mengalami kelelahan yang berlebihan, terutama setelah melakukan aktivitas fisik ringan.

👀 Kuning (jaundice): 

Kuningnya kulit dan mata (ikterus) dapat menjadi tanda penyakit hati. Ini terjadi ketika bilirubin, sebuah pigmen yang biasanya dikeluarkan oleh hati, tidak diolah dengan baik.

👀 Hilangnya nafsu makan:

Lansia dengan penyakit hati sering mengalami penurunan nafsu makan, yang dapat menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan.

👀 Mual dan muntah: 

Gejala ini sering terkait dengan gangguan pencernaan dan metabolisme yang disebabkan oleh penyakit hati.

Mual dan muntah gejala gangguan pencernaan.
(Sumber: foto canva.com)

👀 Perubahan urin dan feses: 

Perubahan dalam warna urin (misalnya, menjadi gelap) dan perubahan warna feses (misalnya, menjadi pucat) dapat menjadi tanda penyakit hati.

👀 Perut buncit:

Perut yang membesar karena penumpukan cairan (ascites) atau pembesaran hati dapat terjadi pada lansia dengan penyakit hati.

👀 Kembung dan nyeri perut:

Nyeri perut dan sensasi kembung bisa terjadi akibat peradangan atau tekanan pada area perut.

👀 Gangguan mental: 

Beberapa lansia dengan penyakit hati dapat mengalami gangguan mental seperti kebingungan, disorientasi, atau perubahan kepribadian.

👀 Gatal-gatal:

Gatal-gatal pada kulit dapat terjadi karena penumpukan zat beracun yang biasanya disaring oleh hati.

👀 Masalah perdarahan:

Lansia dengan penyakit hati mungkin cenderung mengalami masalah perdarahan lebih mudah karena hati juga memiliki peran dalam pembekuan darah.

💬 Gejala penyakit hati pada lansia dapat bervariasi, dan tidak semua lansia dengan penyakit hati akan mengalami gejala yang sama.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit hati pada lansia, meliputi:

👴 Penuaan: 

Proses penuaan alami dapat menyebabkan perubahan dalam struktur dan fungsi hati. Hati lansia mungkin tidak berfungsi sebaik hati pada orang muda.

Proses penuaan merobah struktur fungsi hati.
(Sumber: foto canva.com)

👴 Konsumsi Obat: 

Lansia sering memiliki lebih banyak masalah kesehatan yang memerlukan penggunaan obat-obatan. Beberapa obat dapat memengaruhi fungsi hati dan menyebabkan kerusakan hati.

👴 Penyakit Kronis:

Lansia lebih cenderung memiliki penyakit kronis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. Penyakit-penyakit ini dapat berkontribusi pada kerusakan hati.

👴 Obesitas dan Diabetes: 

Obesitas dan diabetes tipe 2 sering terkait dengan penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD) yang dapat berkembang menjadi NASH (steatohepatitis non-alkoholik), penyakit hati yang lebih serius.

👴 Kegemukan: 

Kegemukan adalah faktor risiko utama untuk penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD), dan lansia cenderung mengalami peningkatan berat badan seiring bertambahnya usia.

👴 Alkohol:

Meskipun NAFLD adalah penyakit hati yang tidak terkait dengan alkohol, konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati pada lansia, terutama jika fungsi hati sudah melemah akibat usia.

👴 Hepatitis B atau C:

Lansia yang terinfeksi virus hepatitis B atau C di masa muda dapat mengalami perkembangan penyakit hati yang lebih serius seiring bertambahnya usia.

👴 Penggunaan Suplemen Herbal dan Diet:

Lansia cenderung menggunakan lebih banyak suplemen herbal dan diet tertentu yang mungkin memiliki efek samping terhadap hati.

👴 Kesehatan Gigi yang Buruk: 

Penelitian menunjukkan bahwa masalah kesehatan gigi yang buruk, yang lebih umum terjadi pada lansia, dapat meningkatkan risiko peradangan hati.

👴 Genetik: 

Faktor genetik juga dapat memainkan peran dalam risiko penyakit hati pada lansia.

       Mencegah penyakit hati pada lansia melibatkan perubahan gaya hidup yang sehat dan pengelolaan faktor risiko yang dapat memengaruhi kesehatan hati. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah penyakit hati pada lansia:

🌾 Pola Makan Sehat:

Konsumsi makanan sehat yang rendah lemak jenuh, gula, dan garam. Fokus pada diet yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, protein rendah lemak, dan lemak sehat seperti lemak tak jenuh tunggal dan poli. Batasi konsumsi makanan cepat saji dan makanan tinggi lemak trans.

🌾 Pertahankan Berat Badan yang Sehat:

Pertahankan berat badan yang sehat dan hindari obesitas. Kegemukan adalah faktor risiko utama untuk penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD).

Pertahankan berat badan sehat, jauhi obesitas.
(Sumber: foto canva.com)

🌾 Aktivitas Fisik:

Lakukan aktivitas fisik secara teratur. Olahraga membantu meningkatkan metabolisme, mengurangi risiko obesitas, dan meningkatkan kesehatan hati. Konsultasikan dengan profesional medis sebelum memulai program olahraga baru.

🌾 Hindari Konsumsi Alkohol Berlebihan: 

Jika Anda mengonsumsi alkohol, lakukan dengan batasan yang aman. Untuk lansia, rekomendasi umum adalah mengonsumsi alkohol dengan sangat hemat atau menghindarinya sama sekali.

🌾 Pengelolaan Penyakit Kronis: 

Jika Anda memiliki penyakit kronis seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, penting untuk mengelolanya dengan baik. Kontrol gula darah dan tekanan darah Anda sesuai dengan anjuran dokter.

🌾 Hindari Penggunaan Obat-Obatan yang Berisiko:

Hindari penggunaan obat-obatan yang dapat merusak hati atau memerlukan hati untuk pemrosesan yang lebih keras. Jika Anda membutuhkan obat-obatan tertentu, konsultasikan dengan dokter Anda tentang potensi risiko terhadap hati.

🌾 Vaksinasi Hepatitis:

Pastikan Anda sudah divaksinasi terhadap hepatitis B, terutama jika Anda belum melakukannya sebelumnya. Vaksinasi adalah langkah penting dalam mencegah infeksi virus hepatitis B.

🌾 Jangan Merokok: 

Hindari merokok dan paparan asap rokok. Rokok dapat merusak hati dan meningkatkan risiko penyakit hati.

🌾 Periksa Kesehatan Secara Rutin:

Rutin menjalani pemeriksaan kesehatan dan tes laboratorium yang dianjurkan oleh dokter Anda, termasuk pemeriksaan fungsi hati, untuk mendeteksi masalah kesehatan hati sedini mungkin.

🌾 Hindari Risiko Terkontaminasi: 

Hindari konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, terutama jika Anda bepergian ke daerah yang berisiko tinggi terhadap infeksi parasit atau virus yang dapat merusak hati.

🌾 Konsultasi dengan Dokter: 

Jika Anda memiliki riwayat keluarga atau faktor risiko tertentu untuk penyakit hati, konsultasikan dengan dokter Anda untuk mendiskusikan langkah-langkah pencegahan yang sesuai.

💬 Pencegahan penyakit hati pada lansia melibatkan perubahan gaya hidup yang sehat, perawatan kesehatan yang baik, dan kesadaran tentang faktor risiko yang ada. 

       Pengobatan penyakit hati pada lansia akan sangat tergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit hati yang dimilikinya. Ada berbagai macam penyakit hati, termasuk penyakit hati berlemak non-alkoholik (NAFLD), hepatitis, sirosis, dan lain-lain, dan pengobatan akan disesuaikan dengan diagnosis spesifik dan keadaan kesehatan individu. 

Beberapa metode pengobatan umum untuk beberapa jenis penyakit hati:

👆 Penyakit Hati Berlemak Non-Alkoholik (NAFLD):

Perubahan Gaya Hidup: 

  • Peningkatan aktivitas fisik, penurunan berat badan, dan perbaikan pola makan dapat membantu mengatasi NAFLD, terutama pada tahap awal.

Pengendalian Penyakit Terkait:

  • Jika Anda memiliki diabetes atau tekanan darah tinggi, mengontrol kondisi-kondisi ini adalah bagian penting dari pengobatan NAFLD.

👆 Hepatitis:

Terapi Antivirus: 

  • Untuk beberapa jenis hepatitis (seperti hepatitis B dan C), terapi antivirus dapat digunakan untuk mengendalikan atau menyembuhkan infeksi.

Vaksinasi: 

  • Hepatitis A dan hepatitis B dapat dicegah dengan vaksinasi.

Penghindaran Zat Toksik: 

  • Hindari alkohol dan obat-obatan yang berbahaya bagi hati.

👆 Sirosis:

Manajemen Komplikasi: 

  • Sirosis adalah tahap lanjut dari kerusakan hati yang parah. Pengobatan bertujuan untuk mengelola komplikasi seperti ascites (penumpukan cairan di perut), ensefalopati (kerusakan fungsi otak), dan perdarahan.

Evaluasi Transplantasi Hati: 

  • Untuk beberapa kasus sirosis yang parah, transplantasi hati mungkin menjadi satu-satunya pilihan pengobatan yang efektif.

👆 Hemokromatosis

Untuk penyakit hemokromatosis (penumpukan besi dalam tubuh), pengobatan biasanya melibatkan pengambilan darah secara berkala (terapi pengeluaran darah) untuk mengurangi tingkat besi dalam tubuh.

👆 Penyakit Hati Autoimun: 

Pengobatan penyakit hati autoimun biasanya melibatkan obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh untuk menghentikan serangan terhadap hati.

👆 Penyakit Hati Alkoholik: 

Penting untuk menghindari konsumsi alkohol sepenuhnya jika Anda memiliki penyakit hati alkoholik. Pengobatan juga dapat melibatkan dukungan psikologis dan terapi.

        💬 Penting untuk mencari bantuan medis dari dokter spesialis hati (hepatologis atau gastroenterologis) untuk diagnosis yang tepat dan perencanaan pengobatan yang sesuai. Lansia juga mungkin membutuhkan perawatan yang lebih hati-hati dan perhatian khusus karena respons terhadap pengobatan dapat berbeda dari orang yang lebih muda.

Selain itu, menjaga gaya hidup sehat dengan diet yang baik, aktivitas fisik yang teratur, dan menghindari faktor risiko yang dapat merusak hati sangat penting dalam pengobatan dan pencegahan penyakit hati pada lansia. Konsultasikan dengan dokter untuk perawatan yang paling tepat sesuai dengan kondisi spesifik Anda.


Sumber:

https://www.nhs.uk/conditions/non-alcoholic-fatty-liver-disease 

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/nonalcoholic-fatty-liver-disease/symptoms-causes/syc-20354567

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/nonalcoholic-fatty-liver-disease

https://www.niddk.nih.gov/health-information/liver-disease/nafld-nash