Sebagai manusia, kita semua memiliki suara di dalam kepala yang kita gunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri. Dialog batin ini dikenal sebagai self-talk , dan ini memainkan peran penting dalam pikiran, emosi, dan perilaku kita.
Dialog dengan diri sendiri adalah suatu hal yang umum dan dapat terjadi pada siapa pun, termasuk lansia. Pada dasarnya, self talk adalah proses mental di mana seseorang berbicara atau berpikir sendiri, baik secara verbal maupun non-verbal.
Self-talk adalah proses mental seseorang berbicara sendiri. (Sumber: foto LPC-Lansia ) |
Pembicaraan pada diri sendiri dapat berdampak positif atau negatif, dan dapat mempengaruhi pengambilan keputusan, harga diri, dan kesejahteraan kita secara keseluruhan. Meskipun self-talk adalah fenomena universal, penting untuk dicatat bahwa self-talk dapat berbeda-beda di berbagai kelompok umur.
Self-talk Berbagai Kelompok Umur:
Self-Talk pada Anak:
Self-talk pada anak sering kali ditandai dengan sifat eksternalnya. Anak-anak cenderung mengutarakan pikiran dan perasaannya dengan lantang , terutama saat mereka mempelajari keterampilan baru atau sedang bermain.
Self-Talk pada Remaja:
Ketika anak-anak mencapai usia remaja, self-talk mereka menjadi lebih kompleks dan bersifat pribadi. Mereka mulai mengembangkan suara hati yang mereka gunakan untuk mengatur pikiran dan emosi mereka. Self-talk remaja cenderung terfokus pada pengalaman internalnya, seperti perasaan, keyakinan, dan nilai-nilainya.
Self-talk remaja lebih kompleks dan bersifat pribadi. (Sumber: foto canva.com) |
Self-Talk pada Orang Dewasa:
Self talk pada orang dewasa biasanya lebih stabil dan konsisten dibandingkan pada anak-anak atau remaja. Orang dewasa telah sepenuhnya mengembangkan suara hati dan kenyamanannya untuk mengatur pikiran, emosi, dan perilaku mereka.
Self-Talk pada Orang Dewasa yang Lebih Tua (Lansia):
Ketika seseorang mencapai usia dewasa, pembicaraan pada diri sendiri mungkin berubah ke arah yang lebih reflektif dan evaluatif. Orang dewasa yang lebih tua mungkin menggunakan self-talk untuk merefleksikan pengalaman hidup mereka, mencapai pencapaian mereka, dan menerima kematian mereka. Mereka mungkin juga menggunakan self-talk untuk mengatur emosi dan mengatasi perubahan fisik dan kognitif yang terjadi seiring bertambahnya usia.
Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dewasa yang lebih tua cenderung menggunakan self-talk yang lebih positif dibandingkan orang dewasa yang lebih muda , sehingga dapat berkontribusi terhadap kesejahteraan mereka secara keseluruhan.
Self-talk atau berbicara pada diri sendiri dapat memiliki beberapa manfaat bagi lansia, terutama dalam konteks kesejahteraan mental dan koping sehari-hari.
Beberapa manfaat self talk yang potensial pada lansia:
Mengatasi Stres dan Kecemasan:
Lansia sering menghadapi stres terkait dengan perubahan dalam kehidupan, kesehatan, atau kehilangan orang-orang yang dicintai. Self-talk positif dapat menjadi cara untuk mengatasi stres dan kecemasan, memberikan dukungan emosional pada diri sendiri.
Meningkatkan Fungsi Kognitif:
Self-talk dapat membantu meningkatkan fungsi kognitif, termasuk memori dan memecahkan masalah. Lansia mungkin menggunakan self-talk sebagai strategi untuk membantu mereka mengingat informasi atau mengatur pikiran mereka.
Pemecahan Masalah:
Berbicara pada diri sendiri dapat menjadi cara untuk memikirkan masalah, mencari solusi, dan membuat keputusan yang baik. Ini dapat membantu lansia menghadapi tantangan sehari-hari dengan lebih baik.
Berbicara dengan diri sendiri, cara lansia cari solusi. (Sumber: foto canva.com) |
Lansia yang mengalami isolasi sosial atau kesepian mungkin menggunakan self-talk sebagai cara untuk mengatasi perasaan kesepian. Berbicara pada diri sendiri dapat memberikan perasaan koneksi dan dapat mengisi kekosongan sosial.
Penguatan Diri dan Motivasi:
Self-talk positif dapat menjadi alat untuk memperkuat rasa harga diri dan motivasi. Lansia dapat memberikan dukungan pada diri sendiri dengan mengatakan hal-hal positif atau merangsang semangat.
Memfasilitasi Pengambilan Keputusan:
Self-talk dapat membantu lansia dalam proses pengambilan keputusan. Merefleksikan pikiran mereka secara verbal dapat membantu mereka memahami pro dan kontra serta merumuskan keputusan yang baik.
Mengatasi Rasa Kehilangan :
Lansia yang mengalami kehilangan orang yang dicintai atau perubahan signifikan dalam hidup mereka mungkin menggunakan self-talk sebagai cara untuk mengatasi rasa kehilangan dan memahami perasaan mereka.
Manfaat self-talk dapat bervariasi antar individu, dan dalam beberapa kasus, tergantung pada konteks dan isi percakapan dengan diri sendiri. Jika self talk tersebut memberikan manfaat positif dan tidak mengganggu fungsi sehari-hari, hal itu biasanya dianggap sebagai mekanisme koping yang sehat.
Mengatasi kehilangan pasangan dengan self-talk. (Sumber: foto canva.com) |
Beberapa faktor yang mempengaruhi self-talk sepanjang umur:
Perkembangan Kognitif:
Perkembangan kognitif memainkan peran penting dalam pengembangan self-talk. Ketika anak-anak mengembangkan kemampuan kognitifnya, mereka mulai menginternalisasikan self-talk mereka dan kurang bergantung pada isyarat eksternal. Internalisasi ini berlanjut sepanjang masa remaja dan dewasa muda, dan pada saat individu mencapai usia dewasa, mereka telah mengembangkan suara batin mereka sepenuhnya.
Pengalaman hidup:
Pengalaman hidup juga dapat mempengaruhi self-talk. Misalnya, individu yang pernah mengalami trauma atau kesulitan yang signifikan mungkin lebih banyak melakukan self-talk negatif dibandingkan mereka yang tidak mengalaminya. Demikian pula, individu yang telah mencapai kesuksesan dan prestasi mungkin lebih banyak melakukan self-talk positif.
kepribadian:
Kepribadian juga dapat mempengaruhi self-talk. Misalnya, individu yang secara alami optimis dan positif mungkin lebih banyak melakukan self-talk positif , sedangkan mereka yang lebih cemas atau pesimis mungkin lebih banyak melakukan self-talk negatif. Selain itu, individu yang sangat kritis terhadap dirinya sendiri mungkin akan lebih banyak membicarakan dirinya sendiri secara negatif, yang dapat berkontribusi pada berkembangnya masalah kesehatan mental.
Kesehatan Mental:
Kesehatan mental juga dapat memainkan peran penting dalam self-talk. Individu dengan depresi atau kecemasan mungkin lebih banyak melakukan self-talk negatif dibandingkan mereka yang tidak mengalami kondisi tersebut. Pembicaraan diri sendiri yang negatif juga dapat berkontribusi pada berkembangnya kondisi ini, menciptakan umpan balik negatif.
Tidak melibatkan diri dalam self-talk tidak secara otomatis menimbulkan kerugian atau masalah. Beberapa lansia mungkin menggunakan strategi koping atau menyampaikan informasi yang berbeda tanpa menggunakan self-talk verbal.
Beberapa pertimbangan lansia tidak melakukan self-talk :
Alternatif Koping:
Beberapa lansia mungkin menggunakan metode koping alternatif, seperti meditasi, refleksi diam, atau aktivitas fisik, sebagai gantinya. Jika metode-metode ini efektif dan mendukung kesejahteraan mereka, tanpa adanya self-talk tidak perlu dianggap sebagai masalah.
Komunikasi eksternal dengan orang lain juga penting. (Sumber: foto canva.com ) |
Pentingnya Komunikasi Eksternal:
Meskipun self talk dapat menjadi alat internal yang bermanfaat, komunikasi eksternal dengan orang lain juga memiliki peran penting, terutama dalam membangun hubungan sosial dan mendapatkan dukungan dari orang lain. Lansia yang tidak melakukan self-talk namun tetap aktif secara sosial mungkin masih dapat memenuhi kebutuhan ini.
Informasi Kesehatan Mental dan Pemrosesan:
Self-talk dapat menjadi alat penyimpanan informasi dan mengelola stres. Jika lansia tidak melibatkan diri dalam self-talk dan ini memengaruhi kemampuan mereka untuk mengelola stres atau memproses informasi, hal ini dapat menjadi area yang perlu dijelajahi atau diperhatikan.
Pentingnya Kesadaran Diri:
Self-talk dapat memainkan peran dalam meningkatkan kesadaran diri dan pemahaman diri. Bagi sebagian orang, self talk dapat menjadi cara untuk berpikir, memikirkan perasaan, atau memahami pengalaman hidup. Tidak melakukan self-talk mungkin berarti mengurangi refleksi ini.
Faktor-faktor Kesehatan Mental :
Pada beberapa kasus, janji atau janji self-talk juga dapat berkaitan dengan masalah kesehatan mental tertentu. Meskipun bukan suatu aturan, kurangnya self-talk atau kurangnya komunikasi internal dapat menjadi gejala atau bagian dari masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan.
💬 Setiap individu unik, dan tidak ada pendekatan satu ukuran untuk kesehatan mental atau kesejahteraan. Ini bukan selalu indikator penyakit mental; sebenarnya, self-talk dapat menjadi cara yang normal untuk memproses informasi, mengambil keputusan, atau mengelola emosi.
Self-talk menjadi semakin kompleks seiring bertambahnya usia, dan ini bisa menjadi strategi penanggulangan yang penting untuk menjalani perubahan dan tantangan yang muncul seiring penuaan. Pada lansia, dialog dengan diri sendiri bisa berfungsi sebagai cara untuk mengingat informasi, mengambil keputusan, atau menjaga keseimbangan emosional.
Namun, jika self-talk menjadi terus-menerus negatif, mengganggu fungsi sehari-hari, atau disertai dengan gejala-gejala penyakit mental lainnya seperti kecemasan berlebihan, isolasi sosial, atau ketidakmampuan berfungsinya, itu mungkin menjadi pertanda adanya masalah kesehatan mental.
Sumber:
https://smilingsenior.com/resources/elderly-talking-to-themselves/
https://selfpause.com/how-does-self-talk-differ-between-ages/
https://www.healthdirect.gov.au/self-talk
https://www.webmd.com/balance/why-people-talk-to-themselves
https://alzheimersnewstoday.com/columns/self-talk-positif-outlook-caregiving-challenges/