Friday, 17 May 2024

Kuman Penyebab Keracunan Makanan pada Lansia.

       Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan dan organ tubuh mereka tidak mampu mengenali dan membersihkan tubuh dari kuman berbahaya, termasuk kuman penyebab keracunan makanan. Banyak orang lanjut usia juga hidup dengan kondisi kronis, seperti diabetes dan kanker, dan mengonsumsi obat yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, asam lambung juga menurun seiring bertambahnya usia, dan asam lambung berperan penting dalam membunuh kuman dan mengurangi risiko penyakit.  

Kuman penyebab keracunan makanan rentan terhadap lansia.
(Sumber: foto LPC-Lansia

Listeria pada lansia mengacu pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri Listeria monocytogenes, yang dapat menjadi serius terutama bagi kelompok rentan seperti orang lanjut usia. Listeria monocytogenes adalah bakteri yang ditemukan dalam tanah, air, dan beberapa makanan. Infeksi oleh bakteri ini disebut listeriosis.

        Listeria monocytogenes, bakteri penyebab infeksi listeriosis, dapat ditemukan di berbagai sumber makanan dan lingkungan. 

Beberapa sumber utama infeksi Listeria:

Produk Susu yang Tidak Dipasteurisasi: 
Susu mentah dan produk olahan susu yang tidak dipasteurisasi, seperti keju lunak (misalnya keju feta, brie, camembert), es krim, dan yogurt, merupakan sumber umum Listeria.

Daging Olahan dan Siap Saji: 
Daging olahan seperti sosis, hot dog, pâté, dan daging deli (daging yang dipotong tipis dan biasanya dimakan dalam sandwich) sering kali menjadi sumber kontaminasi. Makanan ini bisa terkontaminasi selama proses produksi atau penyimpanan.

Makanan Laut yang Siap Saji: 
Ikan asap, seperti salmon asap, serta makanan laut lainnya yang siap saji juga bisa menjadi sumber Listeria.

Sayuran dan Buah-buahan Mentah: 
Sayuran yang tidak dicuci dengan benar atau yang tumbuh di tanah yang terkontaminasi dapat membawa Listeria. Buah-buahan yang telah dikupas dan dipotong sebelumnya dan disimpan dalam kondisi yang tidak higienis juga berisiko.

Makanan yang Didinginkan atau Dibekukan: 
Listeria dapat bertahan dan bahkan tumbuh pada suhu lemari es. Makanan yang disimpan dalam waktu lama, terutama makanan siap saji, salad, dan produk daging, dapat menjadi sumber infeksi.

Lingkungan Produksi Makanan: 
Bakteri Listeria dapat bertahan di lingkungan produksi makanan, seperti di mesin pemotong daging atau peralatan lain yang tidak dibersihkan dengan benar. Kontaminasi silang bisa terjadi selama produksi dan pengemasan makanan.

Air dan Tanah: 
Listeria dapat ditemukan di air dan tanah yang terkontaminasi. Tanaman yang tumbuh di tanah tersebut atau yang disiram dengan air yang terkontaminasi bisa menjadi sumber infeksi.

Salah satu gejala listeria adalah demam.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

       Gejala infeksi Listeria (listeriosis) pada lansia dapat bervariasi dari ringan hingga berat dan sering kali lebih parah dibandingkan dengan kelompok usia yang lebih muda. 

Beberapa gejala utama infeksi listeria yang mungkin muncul pada lansia:

Demam: 
Demam tinggi adalah gejala umum infeksi Listeria. Pada lansia, demam mungkin disertai dengan menggigil.

Nyeri Otot: 
Infeksi sering menyebabkan nyeri otot yang signifikan.

Gejala Gastrointestinal:
Mual, muntah, dan diare bisa terjadi, terutama jika infeksi berasal dari makanan yang terkontaminasi.

Sakit Kepala: 
Sakit kepala bisa menjadi tanda awal infeksi, terutama jika Listeria telah menyebar ke sistem saraf pusat.

Leher Kaku:
Leher kaku merupakan gejala serius yang menunjukkan kemungkinan meningitis (infeksi pada selaput otak).

Kebingungan atau Perubahan Mental: 
Lansia dengan listeriosis mungkin mengalami kebingungan, disorientasi, atau perubahan kesadaran. Ini bisa menjadi tanda bahwa infeksi telah mempengaruhi sistem saraf pusat.

Kehilangan Keseimbangan dan Koordinasi: 
Kesulitan berjalan, kehilangan keseimbangan, atau koordinasi yang buruk dapat terjadi jika infeksi mempengaruhi otak atau saraf.

Kejang: 
Dalam kasus yang parah, infeksi Listeria dapat menyebabkan kejang.

Gejala-gejala ini biasanya berkembang beberapa hari hingga beberapa minggu setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi. Karena gejala listeriosis pada lansia bisa sangat mirip dengan penyakit lain, diagnosis yang cepat dan tepat sangat penting.  

       Lansia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena infeksi Listeria (listeriosis) karena berbagai faktor. 

Beberapa faktor risiko utama infeksi listeria pada lansia:

Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah: 
Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh menjadi kurang efektif dalam melawan infeksi. Lansia lebih rentan terhadap berbagai infeksi, termasuk listeriosis.

Penyakit Kronis: 
Penyakit kronis seperti diabetes, penyakit ginjal, penyakit hati, dan penyakit jantung dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko infeksi Listeria.

Penggunaan Obat-obatan Tertentu: 
Obat-obatan yang menekan sistem kekebalan tubuh, seperti kortikosteroid, kemoterapi, atau obat imunosupresan lainnya, dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.

Nutrisi yang Buruk:
Pola makan yang buruk atau malnutrisi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat lansia lebih rentan terhadap infeksi.

Kondisi Lingkungan dan Kebersihan:
Tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang buruk atau kebersihan makanan yang tidak memadai dapat meningkatkan risiko terpapar Listeria.

Konsumsi Makanan Berisiko Tinggi: 
Mengonsumsi makanan yang berisiko tinggi terkontaminasi Listeria, seperti produk susu yang tidak dipasteurisasi, daging olahan, dan makanan laut yang siap saji, dapat meningkatkan risiko infeksi pada lansia.

Prosedur Medis dan Hospitalisasi: 
Lansia yang sering menjalani prosedur medis atau yang sering dirawat di rumah sakit mungkin lebih berisiko terkena infeksi karena lingkungan rumah sakit dapat menjadi sumber patogen.

Penurunan Fungsi Fisik dan Mobilitas: 
Penurunan fungsi fisik dan mobilitas dapat mempersulit lansia untuk mempraktikkan kebersihan pribadi dan kebersihan makanan yang baik, meningkatkan risiko infeksi.

Dengan memahami faktor risiko ini, pencegahan dan pengelolaan risiko infeksi Listeria pada lansia dapat lebih efektif.  

        Pencegahan infeksi Listeria pada lansia melibatkan berbagai langkah untuk mengurangi risiko terpapar bakteri Listeria monocytogenes. 

Bebeberapa tindakan pencegahan yang bisa diambil:

Praktik Kebersihan Makanan yang Baik
Cuci Tangan dan Peralatan:
  • Cuci tangan dengan sabun dan air hangat sebelum dan sesudah menangani makanan.
  • Cuci peralatan, talenan, dan permukaan dapur dengan air panas dan sabun setelah digunakan untuk memotong atau menyiapkan makanan mentah.
Cuci Buah dan Sayuran:
  • Bilas buah dan sayuran segar di bawah air mengalir sebelum dikonsumsi, meskipun kulitnya tidak dimakan.
Penanganan dan Penyimpanan Makanan

Hindari Produk Susu yang Tidak Dipasteurisasi:
  • Konsumsi hanya produk susu yang dipasteurisasi, termasuk susu, keju, yogurt, dan es krim.
Masak Makanan dengan Benar:
  • Pastikan daging, unggas, dan makanan laut dimasak hingga suhu internal yang aman (daging sapi, babi, domba: 63°C, unggas: 74°C, ikan: 63°C).
Hindari Makanan Berisiko Tinggi:
  • Batasi atau hindari makanan siap saji seperti hot dog, daging deli, dan makanan laut asap yang tidak dimasak ulang hingga panas sebelum dikonsumsi.
Simpan Makanan dengan Benar:
  • Simpan makanan dalam lemari es pada suhu di bawah 4°C dan freezer pada suhu di bawah -18°C.
  • Simpan makanan siap saji dan sisa makanan di dalam wadah tertutup di dalam lemari es.
Pengawasan dan Kebersihan Lingkungan

Bersihkan Lemari Es Secara Rutin:
  • Bersihkan lemari es dan freezer secara rutin untuk menghindari penumpukan bakteri.
Hindari Kontaminasi Silang:
  • Gunakan talenan terpisah untuk makanan mentah dan matang.
  • Hindari kontak antara makanan mentah dan makanan siap saji.
Perhatian Khusus bagi Lansia dengan Risiko Tinggi
Pengawasan Medis:
  • Lansia dengan penyakit kronis atau yang menggunakan obat imunosupresan harus lebih waspada terhadap gejala infeksi dan segera berkonsultasi dengan dokter jika ada tanda-tanda yang mencurigakan.
Informasi dan Edukasi:
  • Edukasi lansia dan pengasuhnya tentang risiko dan langkah pencegahan infeksi Listeria, termasuk mengenali makanan berisiko tinggi dan cara memasak serta menyimpan makanan dengan aman.
Dengan mengikuti langkah-langkah pencegahan ini, risiko infeksi Listeria pada lansia dapat dikurangi secara signifikan. Pencegahan yang efektif melibatkan kombinasi antara kebersihan, penyimpanan yang tepat, dan pengawasan medis yang baik.





Sumber:















Sumber:

https://www.cdc.gov/listeria/risk-groups/elderly.html



Wednesday, 15 May 2024

Makanan yang Langsung Menimbulkan Sakit pada Lansia.

        Istilah medis yang umum digunakan untuk makanan yang menimbulkan rasa sakit pada lansia adalah "trigger food" atau "makanan pemicu". Ini merujuk pada jenis makanan yang dapat memicu atau memperburuk gejala sakit atau kondisi kesehatan tertentu pada lansia.

Pada kasus tertentu, makanan pemicu dapat menjadi penyebab langsung dari keluhan sakit yang dialami oleh lansia. Misalnya, makanan pedas dapat memperburuk gejala gastritis atau refluks asam, sementara makanan tinggi gula dapat meningkatkan risiko komplikasi diabetes.
Lansia harus waspada dengan makanan pemicu penyakit.
(Sumber: foto LPC-Lansia)
Dalam praktik medis, identifikasi makanan pemicu dan penghindarannya sering merupakan bagian dari manajemen kondisi kesehatan tertentu, seperti pengaturan diet bagi lansia dengan masalah pencernaan atau penyakit tertentu. Identifikasi makanan pemicu ini biasanya dilakukan melalui pencatatan makanan dan gejala yang terjadi setelah mengonsumsi makanan tertentu, serta pemantauan dan konsultasi dengan dokter atau ahli gizi.

        Beberapa makanan tertentu mungkin dapat menyebabkan keluhan sakit pada lansia, terutama jika mereka memiliki kondisi medis tertentu atau sensitivitas terhadap beberapa jenis makanan. 

Beberapa contoh makanan yang dapat menimbulkan keluhan sakit pada sebagian lansia:

Makanan Pedas: 
Makanan pedas dapat menyebabkan iritasi pada lambung dan saluran pencernaan, yang dapat menyebabkan gejala seperti mulas atau gastritis pada beberapa lansia.

Makanan Asam: 
Makanan yang tinggi asam, seperti jeruk, tomat, atau makanan berbumbu asam, mungkin dapat memicu refluks asam atau meningkatkan gejala iritasi lambung pada lansia yang memiliki masalah pencernaan.

Makanan Tinggi Lemak: 
Konsumsi makanan tinggi lemak, terutama yang mengandung lemak jenuh dan trans, dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan menyebabkan peningkatan kolesterol darah pada lansia.

Makanan Tinggi Garam:
Konsumsi makanan tinggi garam dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah pada lansia yang menderita hipertensi atau penyakit jantung.

Makanan Tinggi Gula: 
Konsumsi makanan tinggi gula, terutama gula tambahan yang terdapat dalam minuman manis atau makanan olahan, dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2 pada lansia.

Makanan tinggi gula dapat meningkatkan risiko diabetes tipe2.
(Sumber: foto LPC-Lansia)
Makanan Pengiritasi: 
Beberapa lansia mungkin memiliki sensitivitas terhadap makanan tertentu, seperti gluten (dalam gandum), susu, telur, atau kacang-kacangan, yang dapat menyebabkan reaksi alergi atau intoleransi makanan.

Makanan yang Rendah Serat: 
Kurangnya serat dalam makanan dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti sembelit pada lansia.

Reaksi terhadap makanan dapat bervariasi antara individu. Jika seorang lansia mengalami keluhan sakit setelah mengonsumsi makanan tertentu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk evaluasi lebih lanjut dan penyesuaian diet yang sesuai.

Beberapa langkah membantu lansia menghindari makanan yang bisa langsung menimbulkan penyakit :

Memahami Kondisi Kesehatan:

Konsultasi dengan Dokter: Lansia harus berkonsultasi dengan dokter untuk memahami kondisi kesehatan mereka, termasuk alergi makanan, diabetes, hipertensi, atau kondisi lainnya.

Diet Khusus: Dokter atau ahli gizi dapat memberikan rekomendasi diet khusus yang sesuai dengan kondisi kesehatan lansia.

Menghindari Makanan yang Berisiko:

Makanan Olahan: Hindari makanan olahan yang tinggi garam, gula, dan lemak jenuh karena bisa memperburuk kondisi seperti hipertensi dan diabetes.

Makanan Mentah atau Kurang Matang: Hindari konsumsi daging, ikan, telur, dan produk susu yang mentah atau kurang matang untuk mencegah keracunan makanan.

Alergen Umum: Jika memiliki alergi makanan, pastikan untuk menghindari makanan yang bisa memicu reaksi alergi.

Memilih Makanan Sehat:

Sayur dan Buah Segar: Konsumsi sayur dan buah segar yang kaya akan vitamin, mineral, dan serat.

Protein Sehat: Pilih sumber protein sehat seperti ikan, ayam tanpa kulit, kacang-kacangan, dan produk susu rendah lemak.

Karbohidrat Kompleks: Pilih karbohidrat kompleks seperti biji-bijian utuh, quinoa, dan beras merah.

Memperhatikan Kebersihan Makanan:

Cuci Tangan: Selalu cuci tangan sebelum menyiapkan atau mengonsumsi makanan.

Cuci Makanan: Cuci buah dan sayuran sebelum dikonsumsi untuk menghilangkan pestisida dan kotoran.

Penyimpanan yang Tepat: Simpan makanan pada suhu yang tepat untuk mencegah pertumbuhan bakteri.

Membaca Label Makanan:

Periksa Kandungan: Baca label makanan untuk menghindari bahan-bahan yang tidak diinginkan seperti gula berlebih, garam, atau lemak jenuh.

Tanggal Kedaluwarsa: Pastikan makanan yang dikonsumsi belum melewati tanggal kedaluwarsa.

Membuat Pilihan Cerdas di Luar Rumah:

Restoran yang Tepercaya: Pilih restoran yang menjaga kebersihan dan memiliki reputasi baik.

Pilih Menu Sehat: Pilih menu yang lebih sehat seperti salad tanpa dressing berat, sup bening, dan daging panggang daripada gorengan.

Mengatur Pola Makan:

Makan Teratur: Makan dalam porsi kecil dan sering untuk menjaga kadar gula darah stabil.

Hindari Makan Berlebihan: Makan dalam porsi yang wajar untuk menghindari tekanan berlebihan pada sistem pencernaan.

Dengan mengikuti langkah-langkah ini, lansia dapat mengurangi risiko penyakit yang disebabkan oleh makanan dan menjaga kesehatan secara keseluruhan.




Sumber: 







Sunday, 12 May 2024

Cara Lansia untuk Mendapat Penuaan Sehat.

        Penuaan sehat merujuk pada proses penuaan di mana seseorang dapat mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosialnya sebaik mungkin seiring bertambahnya usia. Ini melibatkan mengadopsi gaya hidup yang sehat, seperti pola makan yang seimbang, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan mengelola stres. 

Selain itu, penuaan sehat juga melibatkan pencegahan penyakit dan kondisi kronis, serta pemeliharaan fungsi kognitif dan fisik yang optimal. 

Lansia dapat memperoleh penuaan sehat.
(Sumber: foto LPC-Lansia)
       Penuaan sehat ditandai oleh beberapa ciri yang mencerminkan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial seseorang seiring bertambahnya usia. 

Beberapa ciri dari penuaan sehat meliputi:

Kesehatan Fisik yang Baik: 
Orang yang mengalami penuaan sehat cenderung mempertahankan berat badan yang sehat, memiliki tingkat kebugaran fisik yang baik, dan mengalami sedikit masalah kesehatan kronis.

Fungsi Kognitif yang Baik: 
Penuaan sehat sering kali ditandai dengan fungsi kognitif yang baik, seperti kemampuan berpikir, mengingat, dan memecahkan masalah yang tetap terjaga.

Aktivitas dan Mobilitas yang Tinggi: 
Orang yang menua secara sehat biasanya tetap aktif secara fisik dan memiliki tingkat mobilitas yang tinggi. Mereka mungkin terlibat dalam berbagai aktivitas fisik, termasuk berjalan, berenang, atau berolahraga ringan.

Kemandirian yang Dipertahankan: 
Individu yang mengalami penuaan sehat biasanya dapat menjaga kemandirian mereka dalam aktivitas sehari-hari, seperti mandi, berpakaian, dan berbelanja sendiri.

Kualitas Hidup yang Tinggi: 
Penuaan sehat sering kali dikaitkan dengan tingkat kepuasan hidup yang tinggi dan kemampuan untuk menikmati kehidupan secara penuh.

Hubungan Sosial yang Kuat: 
Orang yang mengalami penuaan sehat sering memiliki hubungan sosial yang kuat dengan keluarga, teman, dan komunitas mereka. Hubungan yang positif ini dapat memberikan dukungan emosional dan praktis yang penting.

Hubungan sosial yang positif memberikan dukungan emosional.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Kemampuan untuk Menyesuaikan Diri: 
Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, sosial, dan lingkungan yang terjadi seiring bertambahnya usia merupakan ciri penting dari penuaan sehat.

Kualitas Tidur yang Baik: 
Penuaan sehat seringkali dikaitkan dengan pola tidur yang baik, di mana seseorang dapat tidur nyenyak dan mendapatkan istirahat yang memadai setiap malam.

Pemeliharaan Kualitas Hidup: 
Individu yang mengalami penuaan sehat biasanya tetap aktif secara sosial dan terlibat dalam berbagai kegiatan yang memberi makna dan tujuan pada hidup mereka.
Kecerdasan Emosional yang Terjaga: Kemampuan untuk mengelola emosi dengan baik dan menjaga keseimbangan emosional menjadi ciri penting dari penuaan sehat.

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi proses penuaan sehat meliputi:

Genetik:
Faktor genetik dapat memainkan peran penting dalam menentukan bagaimana seseorang menua. Namun, meskipun gen mungkin menentukan predisposisi terhadap penyakit tertentu, gaya hidup dan lingkungan juga memainkan peran besar dalam menentukan seberapa sehat proses penuaan seseorang.

Gaya Hidup Sehat:
Pola makan yang seimbang, aktivitas fisik yang teratur, tidur yang cukup, dan menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan konsumsi alkohol berlebihan dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental sepanjang usia.

Perawatan Medis Preventif:
Mengikuti pemeriksaan kesehatan rutin dan vaksinasi yang direkomendasikan, serta mengelola kondisi kesehatan kronis dengan baik, dapat membantu mencegah perkembangan penyakit serius dan mempertahankan kesehatan seiring bertambahnya usia.

Aktivitas Kognitif: 
Melakukan latihan otak, seperti belajar hal baru, membaca, atau bermain puzzle, dapat membantu menjaga fungsi kognitif yang optimal seiring bertambahnya usia.

Dukungan Sosial: 
Hubungan yang kuat dengan keluarga, teman, dan komunitas dapat memberikan dukungan emosional dan praktis yang penting untuk menjaga kesehatan mental dan sosial sepanjang usia.

Pengelolaan Stres: 
Mengelola stres dengan baik melalui teknik relaksasi, meditasi, atau aktivitas yang menenangkan dapat membantu menjaga keseimbangan mental dan fisik.

Lingkungan yang Sehat:
Lingkungan yang bersih dan aman, baik di rumah maupun di komunitas, dapat membantu mencegah penyakit dan cedera yang berkaitan dengan lingkungan.

Adaptasi terhadap Perubahan:
Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, sosial, dan emosional yang terjadi seiring bertambahnya usia juga merupakan faktor penting dalam penuaan sehat. 

       Cara paling sederhana untuk mendapatkan penuaan sehat pada lansia adalah dengan mengikuti langkah-langkah yang mudah diimplementasikan sehari-hari. 

Beberapa contoh cara yang sederhana namun efektif:

Pola Makan Sehat: 
Makan makanan sehat seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein rendah lemak dapat membantu menjaga kesehatan dan mengurangi risiko penyakit kronis terkait penuaan. Makan sehat adalah bagian penting dari penuaan yang sehat. 

Seperti halnya olahraga, makan dengan baik bukan hanya soal berat badan. Memiliki pola makan yang sehat dapat membantu mendukung otot dan memperkuat tulang, sehingga dapat membantu keseimbangan dan kemandirian. 

Pola makan bergizi yang melibatkan beragam buah dan sayur segar, biji-bijian, lemak sehat, dan protein tanpa lemak juga dapat membantu meningkatkan kekebalan tubuh dan menurunkan risiko gangguan kesehatan tertentu seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, obesitas, diabetes tipe 2, stroke. , dan beberapa jenis kanker. 

Olahraga Ringan: 
Lakukan aktivitas fisik ringan seperti berjalan kaki, berenang, atau senam ringan secara teratur. Bahkan aktivitas fisik ringan dapat membantu menjaga kekuatan otot, fleksibilitas, dan keseimbangan. Ada banyak alasan untuk menjadikan aktivitas fisik sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari.

Aktivitas ringan dapat menjaga keseimbangan lansia.
(Sumber: foto LPC- Lansia)
Olahraga dapat membantu mengurangi tingkat stres dan kecemasan, meningkatkan keseimbangan dan menurunkan risiko jatuh, meningkatkan kualitas tidur, dan mengurangi perasaan depresi. Yang terpenting, orang yang berolahraga secara rutin tidak hanya bisa hidup lebih lama, tapi juga bisa hidup lebih baik , yang berarti mereka menikmati hidup lebih lama dengan lebih sedikit rasa sakit atau cacat. Di sisi lain, kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan peningkatan kunjungan ke dokter, lebih banyak rawat inap, dan peningkatan risiko kondisi kronis tertentu.

Jaga Kesehatan Mental: 
Terlibat dalam aktivitas yang merangsang pikiran seperti membaca, menulis, atau menyelesaikan teka-teki dapat membantu menjaga fungsi kognitif yang baik. Serta, menjaga kesehatan mental dengan berbagi waktu dengan keluarga dan teman-teman.

Tidur yang Cukup: 
Pastikan untuk mendapatkan tidur yang cukup setiap malam. Tidur yang baik diperlukan untuk pemulihan fisik dan mental yang optimal. Kualitas tidur penting untuk memori dan suasana hati. Dalam sebuah penelitian terhadap orang dewasa yang berusia lebih dari 65 tahun, para peneliti menemukan bahwa mereka yang memiliki kualitas tidur buruk memiliki waktu lebih sulit dalam memecahkan masalah dan berkonsentrasi dibandingkan mereka yang memiliki kualitas tidur yang baik.

Konsultasi Medis Rutin: 
Rajinlah melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan konsultasi dengan dokter untuk mendeteksi dan mengelola kondisi kesehatan sejak dini. Mengunjungi dokter untuk pemeriksaan kesehatan rutin sangat penting untuk penuaan yang sehat.

Sebuah studi menemukan bahwa melakukan pemeriksaan rutin membantu dokter mendeteksi penyakit kronis sejak dini dan dapat membantu pasien mengurangi faktor risiko penyakit, seperti tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol. Orang yang mengunjungi dokter secara teratur juga melaporkan peningkatan kualitas hidup dan perasaan sejahtera.

Pertahankan Sosialisasi: 
Pertahankan hubungan sosial yang positif dengan keluarga, teman, dan tetangga. Interaksi sosial dapat memberikan dukungan emosional yang penting dan meningkatkan kualitas hidup.
Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang lanjut usia yang terisolasi secara sosial atau merasa kesepian memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung, depresi, dan penurunan kognitif.

Hindari Kebiasaan Berisiko: 
Tidak peduli berapa usia Anda atau berapa lama Anda merokok, penelitian menegaskan bahwa meskipun Anda berusia 60 tahun atau lebih dan telah merokok selama beberapa dekade, berhenti merokok akan meningkatkan kesehatan Anda. 

Seperti semua orang dewasa, orang lanjut usia harus menghindari atau membatasi konsumsi alkohol. Faktanya, penuaan dapat menyebabkan perubahan sosial dan fisik yang membuat orang lanjut usia lebih rentan terhadap penyalahgunaan dan penyalahgunaan alkohol serta lebih rentan terhadap konsekuensi alkohol.

Jauhi kebiasaan merokok dan batasi konsumsi alkohol. Merokok dan konsumsi alkohol berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit serius pada lansia. 

Kelola Stres: 
Temukan cara-cara untuk mengelola stres sehari-hari, seperti meditasi, yoga, atau berbicara dengan teman dekat. Mengelola stres dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental.

Orang dewasa yang lebih tua mempunyai risiko khusus untuk mengalami stres dan masalah terkait stres. Sebuah penelitian baru-baru ini meneliti bagaimana kadar hormon stres kortisol berubah seiring waktu.

Para peneliti telah menemukan bahwa kadar kortisol dalam tubuh seseorang terus meningkat setelah usia paruh baya, dan peningkatan stres yang berkaitan dengan usia ini dapat mendorong perubahan pada otak.

Dengan mengadopsi langkah-langkah sederhana ini dan membuatnya menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari, lansia dapat mencapai penuaan yang sehat dan bermakna.





Sumber:

https://www.nia.nih.gov/health/healthy-aging/what-do-we-know-about-healthy-aging#nextsteps

https://www.nia.nih.gov/health/caregiving/healthy-aging-tips-older-adults-your-life

https://www.cdc.gov/chronicdisease/resources/infographic/healthy-aging.htm

https://www.ageuk.org.uk/information-advice/health-wellbeing/mind-body/10-tips-for-ageing-better/

https://www.healthhub.sg/live-healthy/healthy-active-ageing