Showing posts with label Lingkungan Lansia. Show all posts
Showing posts with label Lingkungan Lansia. Show all posts

Monday, 7 October 2024

Keseimbangan di Usia Emas: Teknik Berdiri Satu Kaki untuk Senior

        Istilah medis yang digunakan untuk latihan keseimbangan pada satu kaki adalah "single-leg balance exercise" atau "single-leg stance exercise". Istilah ini mengacu pada latihan yang melibatkan berdiri pada satu kaki secara stabil tanpa bantuan, untuk meningkatkan keseimbangan dan kekuatan otot-otot yang terlibat dalam menjaga keseimbangan tubuh.

Latihan keseimbangan sangat penting untuk Senior.
(Sumber: foto M Soleh)
       Latihan keseimbangan sangat bermanfaat bagi lansia, terutama karena membantu meningkatkan kemampuan fisik dan kualitas hidup mereka. 

Beberapa manfaat utama latihan keseimbangan untuk senior:

1. Mengurangi Risiko Jatuh

Lansia memiliki risiko tinggi jatuh akibat penurunan keseimbangan dan kekuatan otot seiring bertambahnya usia. Latihan keseimbangan dapat memperkuat otot inti dan memperbaiki postur tubuh, sehingga mengurangi risiko cedera akibat jatuh, yang sering kali berakibat serius pada lansia.

2. Meningkatkan Mobilitas dan Fleksibilitas

Latihan keseimbangan juga meningkatkan fleksibilitas dan rentang gerak, memungkinkan lansia untuk bergerak lebih mudah dan bebas dalam aktivitas sehari-hari. Dengan mobilitas yang lebih baik, mereka dapat menjaga kemandirian lebih lama, seperti saat berjalan, berdiri, atau beralih posisi dari duduk ke berdiri​.

3. Memperbaiki Postur dan Stabilitas

Seiring bertambahnya usia, postur tubuh dapat memburuk, yang menyebabkan berbagai masalah fisik seperti nyeri punggung atau ketidakseimbangan. Latihan keseimbangan memperbaiki postur tubuh dan membantu menjaga stabilitas, terutama saat bergerak atau berdiri dalam jangka waktu lama​.

4. Mengurangi Risiko Cedera Otot dan Sendi

Dengan meningkatkan keseimbangan, lansia juga mengurangi ketegangan yang berlebihan pada sendi dan otot saat melakukan aktivitas fisik. Ini membantu mencegah cedera dan memperpanjang kesehatan sendi, yang penting dalam menjaga aktivitas sehari-hari seperti berjalan atau menaiki tangga​.

5. Meningkatkan Kesehatan Mental

Latihan keseimbangan, seperti yoga atau tai chi, dapat memberikan manfaat mental melalui teknik relaksasi dan mindfulness. Latihan ini membantu mengurangi kecemasan, meningkatkan suasana hati, dan memberikan rasa pencapaian, yang sangat penting untuk kesehatan mental lansia​.

6. Menjaga Kemandirian dan Kualitas Hidup

Dengan keseimbangan yang lebih baik, lansia dapat tetap melakukan kegiatan sehari-hari dengan lebih mandiri, seperti berpakaian, mandi, atau berjalan di lingkungan rumah. Ini tidak hanya memberikan mereka kemandirian tetapi juga meningkatkan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.

Secara keseluruhan, latihan keseimbangan memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan fisik dan mental lansia serta memungkinkan mereka untuk tetap aktif dan mandiri lebih lama.

       Latihan keseimbangan berdiri pada satu kaki merupakan latihan yang efektif untuk meningkatkan keseimbangan dan kekuatan pada lansia. 

Beberapa langkah untuk melakukan latihan ini dengan aman:
 
Persiapkan Lingkungan: 
Pastikan Anda berada di area yang aman, di mana Anda dapat berdiri dengan stabil tanpa risiko jatuh. Anda juga dapat menggunakan kursi atau meja untuk dukungan jika diperlukan.

Posisi Tubuh yang Tepat: 
Mulailah dengan berdiri tegak, dengan bahu rileks dan tegak. Letakkan berat badan secara merata di kedua kaki.

Pilih Kaki yang Akan Dihubungi dengan Tanah: 
Angkat satu kaki dari lantai, kemudian tekuk lutut kaki yang tidak berdiri sedikit untuk menjaga keseimbangan. Pastikan bahwa kaki yang digunakan untuk berdiri kokoh menyangga tubuh Anda.

Fokus Pada Titik Tetap: 
Fokuskan pandangan Anda pada titik tetap di depan Anda untuk membantu menjaga keseimbangan. Titik tetap ini bisa berupa objek yang tidak bergerak di dinding atau di depan Anda.

Gunakan Dukungan Jika Diperlukan: 
Jika Anda kesulitan menjaga keseimbangan pada awalnya, Anda dapat menggunakan dukungan seperti kursi atau meja di depan Anda. Anda dapat menyentuh dukungan tersebut untuk menjaga keseimbangan, tetapi cobalah untuk mengurangi dukungan seiring waktu.

Tahan Posisi: 
Tahan posisi berdiri pada satu kaki selama mungkin, mulai dari beberapa detik hingga beberapa menit, sesuai dengan kemampuan Anda. Jika Anda merasa tidak nyaman atau kelelahan, turunkan kaki dan istirahat sejenak sebelum mencoba lagi.

Lakukan Pada Kedua Kaki: 
Setelah selesai dengan satu kaki, lakukan latihan yang sama pada kaki yang lain untuk menjaga keseimbangan otot secara merata.

Latihan Secara Teratur: 
Lakukan latihan ini secara teratur, idealnya beberapa kali seminggu, untuk memperbaiki keseimbangan dan kekuatan tubuh Anda.


        Latihan keseimbangan berdiri pada satu kaki pada lansia bisa disesuaikan dengan kemampuan individu dan preferensi mereka. 

Latihan keseimbangan berdiri pada satu kaki:

Pemanasan Ringan: 
Mulailah dengan beberapa gerakan pemanasan ringan untuk menghangatkan tubuh dan persiapkan otot-otot untuk latihan. Ini bisa berupa gerakan seperti berjalan di tempat, mengayunkan lengan, atau melakukan gerakan peregangan ringan.

Latihan Keseimbangan dengan Dukungan: 
Mulailah dengan latihan keseimbangan dengan dukungan, seperti berdiri dengan satu kaki sambil memegang kursi atau meja untuk keseimbangan ekstra. Latihan ini membantu membangun kepercayaan diri dan koordinasi sebelum mencoba berdiri tanpa dukungan.

Berdiri pada Satu Kaki dengan Dukungan: 
Setelah merasa nyaman dengan latihan keseimbangan dengan dukungan, cobalah untuk berdiri pada satu kaki dengan dukungan. Anda dapat menggunakan kursi atau meja sebagai dukungan. Mulailah dengan menahan posisi selama beberapa detik (sampai 30 detik), kemudian tingkatkan secara bertahap sesuai dengan kemampuan Anda.

Berdiri pada Satu Kaki Tanpa Dukungan: 
Setelah Anda merasa cukup percaya diri, coba untuk berdiri pada satu kaki tanpa dukungan. Fokuskan pandangan Anda pada titik tetap di depan Anda dan coba tahan posisi sebanyak mungkin. Jika diperlukan, Anda dapat menempatkan tangan di dinding atau benda lain sebagai dukungan ringan.

Tahap Progresif: 
Secara bertahap, tingkatkan tingkat kesulitan dengan menambahkan waktu atau menutup mata saat berdiri pada satu kaki. Ini akan meningkatkan tantangan dan membantu meningkatkan keseimbangan secara bertahap.

Peregangan dan Pemulihan: 
Setelah selesai dengan latihan keseimbangan, penting untuk melakukan peregangan ringan pada otot-otot yang terlibat dan memberikan waktu istirahat yang cukup untuk pemulihan.

Latihan Rutin: 
Latihan keseimbangan berdiri pada satu kaki sebaiknya dilakukan secara rutin, idealnya beberapa kali seminggu, untuk memperkuat keseimbangan dan mencegah penurunan fungsi keseimbangan seiring waktu.

Dengan mengikuti urutan latihan yang progresif ini, lansia dapat membangun keterampilan keseimbangan mereka secara bertahap dan meningkatkan kepercayaan diri mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Selalu penting untuk mendengarkan tubuh Anda dan berhenti jika merasa tidak nyaman atau ada rasa sakit. 

Catatan :
  • Mulailah dengan menahan posisi selama beberapa detik, dan perlahan-lahan tingkatkan waktu seiring meningkatnya kekuatan dan keseimbangan Anda.
  • Jika Anda merasa sangat tidak stabil, pertimbangkan untuk melakukan latihan ini di dekat dinding atau kursi untuk dukungan ekstra.
  • Jangan khawatir jika Anda merasa sulit pada awalnya. Keseimbangan adalah keterampilan yang dapat ditingkatkan dengan latihan yang teratur.
  • Latihan keseimbangan berdiri pada satu kaki dapat membantu meningkatkan keseimbangan, stabilitas, dan kepercayaan diri Anda dalam melakukan aktivitas sehari-hari. 
  • Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan fisioterapis atau profesional kesehatan lainnya jika Anda memiliki kekhawatiran atau masalah kesehatan tertentu sebelum memulai latihan ini.



Sumber:




Friday, 16 August 2024

Hati-hati Bercanda dengan Senior: Berdampak karena tidak Lucu

        Bercanda adalah tindakan atau ucapan yang dilakukan untuk tujuan menghibur, membuat orang tertawa, atau menciptakan suasana yang lebih santai dan akrab. Bercanda biasanya tidak dimaksudkan untuk diseriusi dan sering kali melibatkan humor, lelucon, atau sindiran ringan.  

Senior membutuhkan bercanda untuk tetap sehat.
(Sumber: foto Dwipatri Club)
Beberapa contoh candaan yang ringan dan menghibur yang mungkin cocok untuk Senior:

Candaan tentang Ingatan:
"Katanya semakin tua, semakin bijak. Tapi kenapa aku malah semakin sering lupa di mana aku menaruh kacamata ya? Mungkin bijaknya itu biar aku selalu ingat untuk tetap mencari!"

Candaan tentang Teknologi:
"Cucuku bilang, 'Nenek, kalau mau lebih cepat tahu berita, gunakan smartphone.' Saya bilang, 'Nak, saya sudah hidup lama dan saya sudah tahu lebih banyak berita sebelum smartphone itu ada!'"

Candaan tentang Kesehatan:
"Dulu saya olahraga untuk menjaga bentuk tubuh, sekarang saya olahraga biar bisa bangun dari kursi tanpa bunyi 'krak' di lutut!"

Candaan tentang Usia:
"Mereka bilang usia itu cuma angka, tapi kenapa angka ini terus naik tanpa henti? Harusnya bisa disetop kayak meteran listrik!"

Candaan tentang Waktu:
"Dulu, waktu saya muda, hari-hari terasa lama. Sekarang, baru saja mulai hari Senin, tahu-tahu sudah Jumat lagi. Sepertinya kalender saya sedang terburu-buru!"

Candaan-candaan ini bersifat ringan dan positif, serta menghindari topik yang mungkin sensitif. Tujuannya adalah untuk membawa senyum dan tawa, bukan untuk menyinggung perasaan.

       Senior  bisa memerlukan candaan, sama seperti kelompok usia lainnya. Candaan bisa memberikan banyak manfaat bagi mereka, seperti:

Meningkatkan Suasana Hati: Candaan dapat membantu meningkatkan suasana hati dan mengurangi perasaan kesepian atau depresi yang mungkin dialami oleh lansia.

Mengurangi Stres: Humor dan tertawa dapat mengurangi stres dan membantu menghadapi situasi sulit dengan lebih positif.

Memperkuat Hubungan Sosial: Bercanda dengan orang lain dapat memperkuat ikatan sosial dan membuat lansia merasa lebih terhubung dengan orang di sekitarnya.

Menjaga Kesehatan Mental: Humor dapat merangsang otak dan menjaga kesehatan mental, membantu lansia tetap berpikir tajam dan merasa bahagia.

Penting untuk memperhatikan sensitivitas dan kondisi Senior. Candaan yang tepat dan sesuai konteks sangat penting, karena tidak semua humor cocok untuk setiap individu. Pendekatan yang penuh rasa hormat dan pengertian sangat penting ketika bercanda dengan Senior.

       Mengetahui candaan yang sesuai dengan  Senior membutuhkan kepekaan, empati, dan pemahaman terhadap individu yang bersangkutan. 

Beberapa  kiat untuk memastikan candaan yang diberikan sesuai dengan Senior:

Kenali Karakter dan Selera Humor: Setiap orang memiliki selera humor yang berbeda. Luangkan waktu untuk mengenal Senior secara pribadi, pelajari apa yang mereka anggap lucu, dan hindari topik yang mungkin sensitif atau tidak nyaman bagi mereka.

Hindari Candaan yang Menyinggung: Hindari candaan yang mungkin menyinggung perasaan, seperti candaan tentang usia, kesehatan, atau topik sensitif lainnya. Pastikan candaan Anda tidak merendahkan atau membuat mereka merasa tidak dihargai.

Perhatikan Reaksi Mereka: Saat bercanda, amati bagaimana mereka bereaksi. Jika mereka tertawa dan tampak menikmati, candaan tersebut mungkin cocok. Namun, jika mereka tampak tidak nyaman atau tidak tertawa, sebaiknya segera hentikan candaan tersebut dan alihkan topik.

Pilih Candaan yang Sederhana dan Positif: Candaan yang ringan, sederhana, dan tidak terlalu rumit biasanya lebih cocok untuk  Senior. Candaan yang bersifat positif dan mengangkat semangat lebih disukai daripada candaan yang bersifat sarkastik atau negatif.

Sesuaikan dengan Situasi: Pertimbangkan situasi dan lingkungan saat bercanda. Candaan yang sesuai dalam suasana santai mungkin tidak cocok dalam situasi yang lebih serius atau formal.

Bertanya Jika Ragu: Jika Anda ragu tentang apakah suatu candaan akan diterima dengan baik, tidak ada salahnya untuk bertanya dengan cara yang sopan apakah mereka nyaman dengan jenis candaan tertentu.

Dengan pendekatan yang hati-hati dan penuh hormat, candaan bisa menjadi cara yang baik untuk menjalin hubungan yang lebih dekat dengan  Senior dan membawa kebahagiaan dalam kehidupan mereka.

       Mengatasi candaan yang melewati batas pada  Senior memerlukan pendekatan yang sensitif dan bijaksana. 

Berikut langkah-langkah yang bisa diambil:

Segera Hentikan Candaan: Jika Anda atau orang lain menyadari bahwa candaan tersebut sudah melewati batas, segera hentikan percakapan atau candaan tersebut. Penting untuk tidak melanjutkan topik yang bisa membuat  Senior merasa tidak nyaman atau tersinggung.

Minta Maaf dengan Tulus: Jika Anda yang membuat candaan yang tidak sesuai, segera minta maaf dengan tulus. Akui bahwa Anda tidak bermaksud untuk menyakiti atau membuat mereka merasa tidak nyaman. Ucapan maaf yang cepat dan tulus dapat membantu meredakan situasi.

Alihkan Pembicaraan ke Topik Lain: Setelah meminta maaf, cobalah mengalihkan pembicaraan ke topik lain yang lebih ringan atau netral. Ini bisa membantu mengurangi ketegangan dan mengembalikan suasana yang lebih positif.

Perhatikan Bahasa Tubuh dan Respons: Perhatikan bahasa tubuh dan ekspresi wajah  Seniorsetelah candaan tersebut. Jika mereka masih tampak tidak nyaman, berikan mereka ruang untuk berbicara atau sekadar memberikan waktu bagi mereka untuk pulih dari kejadian tersebut.

Belajar dari Pengalaman: Jadikan kejadian ini sebagai pelajaran untuk lebih memahami batasan-batasan dalam bercanda, terutama dengan  Senior. Ini akan membantu Anda menghindari situasi serupa di masa depan.

Berikan Dukungan Emosional: Jika candaan tersebut benar-benar menyakiti perasaan  Senior, beri mereka dukungan emosional. Dengarkan jika mereka ingin berbicara tentang perasaannya, dan pastikan mereka merasa didengar dan dihargai.

Berbicara dengan Orang Lain yang Terlibat: Jika ada orang lain yang terlibat dalam candaan tersebut, ajak mereka untuk memahami dampak dari candaan itu dan diskusikan cara untuk lebih berhati-hati di masa depan.

Mengatasi candaan yang melewati batas, selesaikan dengan cepat dan penuh empati akan membantu memperbaiki hubungan dan memastikan bahwa  Senior merasa dihormati dan dihargai.






Sumber:

https://www.ama-assn.org/delivering-care/population-care/why-older-adults-benefit-regular-doses-humor

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23689078/

https://bluemoonseniorcounseling.com/benefits-of-laughter-for-seniors/

https://assistedlivinglocators.com/articles/celebrating-the-healing-power-of-laughter-with-seniors


Wednesday, 7 August 2024

Cara Menghindar lansia dari Penipuan Melalui WhatsApp

        Penipu sering kali memanfaatkan kebutuhan emosional lansia, seperti keinginan untuk tetap terhubung dengan keluarga atau keinginan untuk membantu orang lain. Penipuan yang meminta bantuan finansial atau mengklaim adanya darurat keluarga bisa sangat efektif terhadap lansia. Banyak lansia yang tidak menyadari metode penipuan online.

Kebutuhan emosional pada lansia seringkali dimanfaatkan penipu.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)
Lansia (lanjut usia) sering kali menjadi target empuk penipuan di WhatsApp karena beberapa alasan berikut:

Kurangnya Pengetahuan Teknologi:
Lansia mungkin tidak terbiasa dengan teknologi dan cara kerja aplikasi seperti WhatsApp, sehingga mereka lebih rentan terhadap penipuan. Mereka mungkin tidak menyadari tanda-tanda peringatan dari pesan yang mencurigakan atau tautan berbahaya​. 

Kurangnya Kesadaran tentang Penipuan Online:
Banyak lansia yang tidak menyadari metode penipuan online yang umum digunakan oleh penipu. Mereka mungkin tidak terbiasa dengan konsep phishing, malware, atau rekayasa sosial yang sering digunakan dalam penipuan WhatsApp.​  

Ketergantungan pada Komunikasi Digital:
Lansia sering kali menggunakan WhatsApp untuk tetap terhubung dengan keluarga dan teman, terutama selama masa isolasi atau pandemi. Hal ini membuat mereka lebih mungkin untuk percaya pada pesan yang tampaknya berasal dari orang yang mereka kenal​.

Kurangnya Verifikasi:
Lansia mungkin tidak memverifikasi identitas pengirim pesan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh pengguna yang lebih muda. Mereka mungkin lebih cenderung mempercayai pesan yang mereka terima tanpa memeriksa lebih lanjut.

Kebutuhan Emosional:
Penipu sering kali memanfaatkan kebutuhan emosional lansia, seperti keinginan untuk tetap terhubung dengan keluarga atau keinginan untuk membantu orang lain. Penipuan yang meminta bantuan finansial atau mengklaim adanya darurat keluarga bisa sangat efektif terhadap lansia​.

Penggunaan Bahasa yang Sederhana:
Penipu sering menggunakan bahasa yang sederhana dan pendekatan langsung yang dapat dengan mudah dimengerti oleh lansia. Hal ini membuat penipuan tersebut lebih meyakinkan bagi mereka​.

Beberapa jenis penipuan WhatsApp yang sering terjadi di Indonesia:

Penipuan dengan Tautan Berbahaya:
Penipu mengirim tautan yang mengarahkan pengguna ke situs web phishing yang meminta informasi pribadi atau mengunduh malware ke perangkat pengguna, dalam bentuk undangan pernikahan, surat pemberitahuan berformat  Apk ((Android Package Kit)

Penipuan Undian Berhadiah:
Pengguna menerima pesan yang mengklaim mereka telah memenangkan hadiah besar dan diminta untuk membayar biaya administrasi atau memberikan informasi pribadi untuk mengklaim hadiah tersebut. Ini adalah skema penipuan yang umum di Indonesia.

Penipuan Kode OTP:
Penipu mencoba mendapatkan kode OTP (One-Time Password) yang dikirim ke ponsel pengguna untuk mengambil alih akun WhatsApp atau akun lainnya yang terkait dengan nomor telepon tersebut.

Penipuan Impersonasi:
Penipu berpura-pura menjadi teman atau anggota keluarga dan meminta bantuan finansial dengan alasan darurat. Mereka sering menggunakan foto profil dan informasi pribadi yang dicuri untuk membuat akun palsu.

Penipuan Investasi:
Pesan yang menawarkan peluang investasi yang tampaknya menguntungkan, tetapi sebenarnya adalah penipuan yang dirancang untuk mencuri uang dari korban. Ini termasuk skema Ponzi atau investasi palsu.

Penipuan Pekerjaan Palsu:
Pengguna menerima pesan yang menawarkan pekerjaan dengan gaji tinggi tanpa persyaratan yang jelas. Mereka kemudian diminta untuk membayar biaya pelatihan atau administrasi.

Penipuan Pembajakan Akun:
Penipu memperoleh akses ke akun WhatsApp pengguna dengan mendapatkan kode verifikasi yang dikirim ke ponsel korban, seringkali melalui serangan voicemail atau social engineering.

Penipuan Donasi Palsu:
Penipu meminta sumbangan untuk tujuan amal atau bantuan bencana, tetapi sebenarnya uang tersebut masuk ke rekening penipu.

 Cara melindungi diri dari penipuan ini, pengguna WhatsApp di Indonesia disarankan untuk:
  • Tidak mengklik tautan yang tidak dikenal atau mencurigakan.
  • Tidak membagikan kode OTP atau informasi pribadi kepada siapa pun.
  • Memverifikasi identitas pengirim sebelum mengirim uang atau informasi sensitif.
  • Mengaktifkan verifikasi dua langkah di WhatsApp.
  • Melaporkan dan memblokir nomor yang mencurigakan.
Dengan memahami jenis-jenis penipuan ini dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, pengguna dapat mengurangi risiko menjadi korban penipuan di WhatsApp.

       Jika seorang lansia tertipu di WhatsApp, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi kerugian dan melindungi diri di masa depan:

Hentikan Kontak dengan Penipu:
  • Segera berhenti berkomunikasi dengan penipu. Jangan membalas pesan atau telepon dari mereka.
Blokir dan Laporkan Penipu:
  • Blokir nomor telepon penipu di WhatsApp. Anda juga bisa melaporkan nomor tersebut ke WhatsApp agar mereka dapat mengambil tindakan lebih lanjut.
Laporkan ke Pihak Berwenang:
  • Laporkan insiden tersebut ke polisi atau pihak berwenang setempat. Di Indonesia, Anda dapat melaporkan penipuan siber melalui situs resmi Kepolisian Republik Indonesia atau Badan Reserse Kriminal (Bareskrim).
Laporkan ke Bank atau Penyedia Layanan Keuangan:
  • Jika Anda telah memberikan informasi keuangan atau melakukan transfer uang, segera hubungi bank atau penyedia layanan keuangan Anda untuk menghentikan transaksi dan memantau aktivitas mencurigakan di akun Anda.
Ganti Password dan Aktifkan Verifikasi Dua Langkah:
  • Ganti password akun yang mungkin telah diakses oleh penipu. Aktifkan verifikasi dua langkah di WhatsApp dan akun penting lainnya untuk menambah lapisan keamanan.
Pantau Aktivitas Akun:
  • Pantau aktivitas akun keuangan dan media sosial Anda secara berkala untuk memastikan tidak ada aktivitas yang mencurigakan.
Edukasi dan Kesadaran:
  • Pelajari tentang tanda-tanda penipuan dan cara melindungi diri di masa depan. Berbagi pengalaman ini dengan keluarga dan teman untuk meningkatkan kesadaran tentang penipuan serupa.
Cari Dukungan:
  • Jika merasa perlu, cari dukungan dari keluarga, teman, atau profesional untuk mengatasi dampak emosional dari penipuan ini.

       Langkah-langkah ini dapat membantu lansia mengurangi kerugian dan mencegah penipuan serupa di masa depan. Edukasi dan dukungan berkelanjutan sangat penting untuk melindungi kelompok rentan dari ancaman penipuan online.





Sumber:

https://ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/info-terkini/Pages/Satgas-PASTI-Menghentikan-Kegiatan-Penawaran-Investasi-Penghimpunan-dan-Pengelolaan-Dana-Masyarakat-Tanpa-Izin.aspx

https://djppi.kominfo.go.id/news/antisipasi-penipuan-online-laporkan-melalui-aduan-nomor

https://patrolisiber.id/


Friday, 19 July 2024

Hati-Hati! Penipuan Menargetkan Pensiunan: Banyak yang Jadi Korban.

       Seiring bertambahnya usia penduduk, eksploitasi finansial terhadap lansia menjadi masalah yang terus berkembang dan dikaitkan dengan konsekuensi besar, seperti kelangsungan hidup yang lebih pendek, rawat inap, serta kesehatan fisik dan mental yang buruk. 

Secara umum, data menunjukkan bahwa lansia sering menjadi target penipuan dan mengalami kerugian finansial yang signifikan. Upaya pencegahan, edukasi, dan dukungan sangat penting untuk mengurangi risiko dan melindungi mereka dari penipuan.

Penipuan kepada lansia terkait dengan investasi.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)
Laporan Federal Trade Commission (FTC) di Amerika Serikat, menurut FTC, lansia sering menjadi target penipuan. Pada tahun 2022, FTC mencatat bahwa orang berusia 60 tahun ke atas melaporkan kehilangan sekitar $1,7 miliar akibat penipuan, dan jenis penipuan yang paling umum meliputi penipuan investasi dan penipuan telepon.

Badan Regulasi dan Pemerintah, seperti Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK), di Indonesia, sering kali melaporkan bahwa penipuan terhadap lansia, terutama terkait dengan investasi dan pinjaman, merupakan masalah yang signifikan. 

Menjelang pensiun, para penipu berkeliaran di sekitar pegawai. Mereka membujuk dengan investasi yang menjanjikan keuntungan besar. Dengan cara merekrut kawan dari calon pensiunan, kemudian menyebar keseluruh pegawai.

Penipuan menjelang pensiun sering kali menargetkan individu yang akan atau baru saja pensiun. Jenis penipuan ini memanfaatkan kerentanan dan kekhawatiran finansial yang sering dialami oleh para pensiunan. 

Beberapa jenis penipuan yang sering terjadi:

Penipuan Investasi: Penipu menawarkan investasi dengan hasil yang sangat tinggi dan risiko rendah. Mereka mungkin menawarkan produk investasi yang rumit atau palsu, seperti obligasi yang tidak ada, reksa dana palsu, atau skema Ponzi.

Penipuan Pensiun dan Anuitas: Penipu dapat menawarkan skema pensiun atau anuitas dengan janji pengembalian yang menggiurkan. Mereka mungkin meminta korban untuk mentransfer tabungan pensiun mereka ke dalam produk investasi yang tidak jelas atau tidak sah.

Penipuan Telepon: Penipu menelepon korban dan berpura-pura menjadi perwakilan dari lembaga keuangan, badan pemerintah, atau perusahaan asuransi. Mereka meminta informasi pribadi atau menawarkan bantuan dengan imbalan biaya yang tidak masuk akal.

Penipuan Asuransi Kesehatan: Penipu menjanjikan polis asuransi kesehatan yang murah tetapi ternyata tidak ada atau tidak mencakup apa yang dijanjikan. Mereka sering kali menargetkan pensiunan yang khawatir tentang biaya perawatan kesehatan.

Penipuan Perbaikan Rumah: Penipu menawarkan layanan perbaikan rumah dengan harga rendah tetapi kemudian menghilang setelah menerima pembayaran tanpa melakukan pekerjaan yang dijanjikan atau hanya melakukan pekerjaan yang tidak memadai.

Penipuan Warisan atau Hadiah: Penipu menghubungi korban dan mengklaim bahwa mereka telah menerima warisan besar atau memenangkan hadiah besar, tetapi mereka harus membayar biaya administrasi atau pajak terlebih dahulu untuk mendapatkannya.

Penipuan Email dan Phishing: Penipu mengirim email yang tampak sah dari lembaga keuangan atau organisasi resmi, meminta korban untuk mengklik tautan dan memasukkan informasi pribadi atau keuangan.

Penipuan Amal: Penipu meminta sumbangan untuk amal palsu atau yang tidak sah, sering kali dengan cerita yang menyentuh hati untuk memanipulasi emosi korban.

Untuk melindungi diri dari penipuan ini, penting untuk selalu berhati-hati, tidak memberikan informasi pribadi atau keuangan kepada orang yang tidak dikenal, dan selalu memverifikasi keabsahan penawaran atau permintaan yang diterima.

Lansia rentan terhadap penipuan.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)
      Lansia sering kali menjadi target utama penipuan karena beberapa faktor yang membuat mereka lebih rentan. 

Beberapa alasan mengapa lansia mudah terpedaya penipuan:

Kurangnya Pengetahuan Teknologi: Banyak lansia yang tidak terbiasa dengan teknologi modern, seperti internet dan komputer, sehingga mereka lebih mudah terjebak dalam penipuan online dan phishing.

Kepercayaan dan Keramahan: Lansia cenderung lebih percaya dan ramah, sehingga mereka lebih mudah mempercayai orang yang tampak meyakinkan, termasuk penipu.

Keterasingan dan Kesepian: Lansia yang merasa kesepian atau terasing mungkin lebih rentan terhadap penipuan karena mereka mencari interaksi sosial dan perhatian, yang dapat dimanfaatkan oleh penipu.

Keterbatasan Kognitif: Beberapa lansia mengalami penurunan kognitif, seperti masalah memori atau penurunan kemampuan pengambilan keputusan, yang membuat mereka lebih sulit mengenali tanda-tanda penipuan.

Ketergantungan pada Orang Lain: Lansia yang bergantung pada orang lain untuk bantuan sehari-hari mungkin menjadi target penipuan oleh orang-orang yang mereka percayai, termasuk anggota keluarga atau pengasuh.

Ketakutan Kehilangan Tabungan: Lansia sering kali khawatir tentang keamanan finansial mereka dan mungkin lebih mudah terpengaruh oleh penawaran investasi yang menjanjikan pengembalian tinggi atau penipuan asuransi.

Kurangnya Pengetahuan tentang Penipuan: Lansia mungkin tidak selalu mendapatkan informasi terkini tentang berbagai modus penipuan yang berkembang, sehingga mereka tidak siap untuk mengenali dan menghindarinya.

Target Mudah bagi Penipu: Penipu sering kali menganggap lansia sebagai target yang lebih mudah dibandingkan dengan kelompok usia lainnya karena kombinasi faktor-faktor di atas.

Untuk melindungi lansia dari penipuan, penting untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang berbagai jenis penipuan, memberikan pendidikan tentang penggunaan teknologi dengan aman, dan memastikan mereka memiliki jaringan dukungan yang dapat mereka andalkan untuk nasihat dan bantuan.

       Agar tidak mudah tertipu menjelang pensiun, Anda dapat mengambil langkah-langkah berikut untuk melindungi diri dan keuangan Anda:

Edukasi Diri Sendiri: Pelajari berbagai jenis penipuan yang sering menargetkan pensiunan dan bagaimana cara mengidentifikasinya. Pahami modus operandi penipu dan cara mereka beroperasi.

Verifikasi Informasi: Selalu verifikasi informasi dari sumber yang tidak dikenal. Jika menerima penawaran investasi atau bantuan finansial, pastikan untuk memeriksa keabsahannya melalui lembaga atau pihak resmi yang terpercaya.

Hati-hati dengan Penawaran Terlalu Bagus: Waspadai tawaran yang terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, seperti investasi dengan imbal hasil yang sangat tinggi dan risiko rendah. Penawaran semacam ini sering kali merupakan penipuan.

Jangan Berikan Informasi Pribadi: Jangan memberikan informasi pribadi, seperti nomor KTP, nomor rekening bank, atau informasi kartu kredit kepada orang yang tidak dikenal atau melalui saluran yang tidak aman.

Gunakan Keamanan Teknologi: Pastikan perangkat digital Anda memiliki perangkat lunak keamanan terbaru dan gunakan kata sandi yang kuat. Hati-hati saat membuka email atau tautan dari sumber yang tidak dikenal.

Konsultasikan dengan Profesional: Jika Anda mendapatkan tawaran investasi atau keputusan finansial yang signifikan, konsultasikan terlebih dahulu dengan penasihat keuangan atau profesional terpercaya. Mereka dapat membantu Anda mengevaluasi keabsahan tawaran tersebut.

Bersikap Skeptis terhadap Penawaran Tak Terduga: Hati-hati terhadap penawaran atau hadiah yang tidak diminta atau yang datang dari sumber yang tidak dikenal. Penipu sering kali menggunakan taktik ini untuk mendapatkan perhatian dan informasi.

Pantau Rekening Keuangan: Secara rutin periksa rekening bank dan laporan keuangan Anda untuk mendeteksi aktivitas yang mencurigakan atau tidak dikenal. Segera laporkan jika Anda menemukan transaksi yang tidak sah.

Waspadai Telepon dan Email Palsu: Jangan cepat percaya pada telepon atau email yang meminta informasi pribadi atau pembayaran. Hubungi lembaga resmi atau perusahaan secara langsung melalui saluran komunikasi yang sudah dikenal untuk memverifikasi permintaan tersebut.

Jangan Terburu-buru: Jangan membuat keputusan finansial yang besar dengan terburu-buru. Penipu sering kali berusaha menciptakan rasa urgensi untuk memaksa Anda membuat keputusan cepat tanpa pertimbangan yang matang.

Tingkatkan Kesadaran Keluarga: Ajak anggota keluarga dan teman untuk berdiskusi tentang penipuan dan cara melindungi diri. Membagi informasi ini dapat membantu menciptakan sistem dukungan yang kuat.

Dengan melakukan langkah-langkah ini, Anda dapat membantu melindungi diri dari penipuan dan memastikan masa pensiun Anda lebih aman dan nyaman.




Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5508139/ 

https://www.ncoa.org/article/top-5-financial-scams-targeting-older-adults

https://nij.ojp.gov/topics/articles/examining-financial-fraud-against-older-adults

https://www.cnbc.com/2024/03/08/op-ed-financial-fraud-targets-older-adults-how-to-recognize-it.html

https://www.port.ac.uk/news-events-and-blogs/news/new-report-finds-scammers-are-repeatedly-targeting-older-people


Thursday, 18 July 2024

Ketika Lansia Terjebak: Bahaya Judi Online di Usia Senja

       Penelitian mengenai lansia yang terlibat dalam judi online menunjukkan beberapa dampak signifikan. Lansia, meskipun tidak sebanyak kelompok usia lainnya, tetap terpengaruh oleh perjudian online.  Menurut data, sekitar 34% dari pemain judi online di Indonesia berusia di atas 50 tahun (setara dengan 1,35 juta pelaku), menunjukkan bahwa lansia cukup rentan terhadap aktivitas ini.

Menkopolhukam Hadi Tjahjanto mengemukakan, nominal transaksi judi online di kelompok kelas menengah ke bawah mulai dari Rp10 ribu sampai Rp100 ribu. Kemudian di kelas menengah ke atas transaksinya mulai dari Rp100 ribu hingga Rp 40 miliar.

Seluruh lapisan masyarakat, tua-muda bahkan lansia harus terhindar dari judi online.
(Sumber: foto LPC-Lansia)
Judi online adalah bentuk perjudian yang dilakukan melalui internet. Ini mencakup berbagai jenis permainan dan taruhan yang dapat diakses menggunakan komputer, smartphone, atau perangkat lain yang terhubung ke internet. 

Beberapa jenis judi online yang umum:

Kasino Online:
Menyediakan berbagai permainan kasino tradisional seperti poker, blackjack, roulette, dan mesin slot yang dapat dimainkan secara virtual.

Taruhan Olahraga:
Melibatkan taruhan pada hasil pertandingan olahraga seperti sepak bola, basket, tenis, dan balap kuda.
Poker Online:

Permainan kartu poker yang dimainkan melawan pemain lain secara online.

Bingo Online:
Versi digital dari permainan bingo tradisional.

Lotere Online:
Membeli tiket lotere dan berpartisipasi dalam undian lotere yang diadakan secara online.

Perdagangan Taruhan (Betting Exchange):
Platform di mana pemain dapat bertaruh melawan satu sama lain daripada melawan bandar.
Judi online menawarkan beberapa keunggulan seperti kemudahan akses, berbagai macam permainan, dan bonus atau promosi menarik. Namun, ada juga risiko yang terkait dengan judi online, seperti kecanduan, masalah keuangan, dan potensi penipuan. 

       Judi online dapat menjadi perangkap yang sangat efektif karena sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk terjebak dalam aktivitas ini. 

Beberapa perangkap utama yang membuat orang terjebak dalam judi online:

Kemudahan Akses:
Judi online dapat diakses kapan saja dan di mana saja dengan perangkat yang terhubung ke internet, membuatnya sangat mudah diakses.

Anonimitas:
Pemain dapat berjudi secara anonim tanpa harus bertemu langsung dengan orang lain, sehingga mengurangi rasa malu atau stigma sosial.

Promosi dan Bonus Menarik:
Banyak situs judi online menawarkan bonus pendaftaran, putaran gratis, dan promosi menarik yang dapat memikat pemain untuk mencoba dan terus bermain.

Ilusi Kendali:
Banyak pemain merasa mereka memiliki kendali atas permainan, terutama dalam permainan yang melibatkan keterampilan seperti poker, padahal hasilnya sering kali bergantung pada keberuntungan.

Kecepatan dan Intensitas Permainan:
Permainan judi online sering kali sangat cepat dan intens, memberikan sensasi dan adrenalin yang bisa membuat pemain terus kembali untuk bermain lebih banyak.

Fitur Interaktif dan Menarik:
Situs judi online sering kali dirancang dengan grafis yang menarik, suara yang menggugah, dan fitur interaktif yang membuat permainan lebih menyenangkan dan menghibur.

Kemudahan Pembayaran:
Kemudahan dalam melakukan deposit dan penarikan uang secara online membuat transaksi menjadi cepat dan mudah, sehingga memudahkan pemain untuk terus bermain tanpa hambatan.

Kurangnya Pemantauan dan Regulasi:
Beberapa situs judi online beroperasi di yurisdiksi dengan regulasi yang lemah, sehingga kurangnya pengawasan dapat membuat pemain rentan terhadap praktik tidak etis atau penipuan.

Tekanan Sosial dan Emosional:
Orang yang merasa kesepian, stres, atau mengalami masalah emosional mungkin mencari pelarian melalui judi online sebagai cara untuk mengatasi perasaan mereka.

Ketergantungan dan Kecanduan:
Judi online memiliki potensi untuk menyebabkan ketergantungan dan kecanduan, di mana pemain merasa sulit untuk berhenti meskipun menyadari dampak negatifnya.

Penting untuk mengambil langkah-langkah pencegahan untuk menghindari terjebak dalam judi online, seperti menetapkan batasan waktu dan uang, mencari dukungan dari teman dan keluarga, dan mencari bantuan profesional jika diperlukan.

Pejabat pemeritntah dan tokoh masyarakat dapat memberikan edukasi bahaya judi online.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

       Istilah medis untuk orang yang kecanduan judi, termasuk judi online, adalah Gambling Disorder atau Gangguan Perjudian. Ini adalah kondisi yang diakui oleh American Psychiatric Association dan termasuk dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).

Beberapa karakteristik dari Gambling Disorder menurut DSM-5:
  • Kebutuhan untuk berjudi dengan jumlah uang yang semakin besar untuk mencapai kegembiraan yang diinginkan.
  • Gelisah atau mudah tersinggung ketika mencoba mengurangi atau menghentikan judi.
  • Berusaha berulang kali untuk mengontrol, mengurangi, atau menghentikan judi tanpa berhasil.
  • Sering memikirkan tentang judi (misalnya, mengingat pengalaman judi di masa lalu, merencanakan usaha judi berikutnya, memikirkan cara mendapatkan uang untuk berjudi).
  • Sering berjudi ketika merasa tertekan (misalnya, merasa tidak berdaya, bersalah, cemas, depresi).
  • Setelah kalah uang dalam berjudi, sering kembali keesokan harinya untuk membalas kekalahan ("chasing" losses).
  • Berbohong kepada anggota keluarga, terapis, atau orang lain untuk menyembunyikan sejauh mana keterlibatannya dalam judi.
  • Membahayakan atau kehilangan hubungan penting, pekerjaan, atau kesempatan pendidikan atau karier karena berjudi.
  • Mengandalkan orang lain untuk memberikan uang guna mengatasi situasi keuangan yang putus asa yang disebabkan oleh judi.
Gambling Disorder dapat memiliki dampak serius pada kehidupan individu, termasuk masalah keuangan, hubungan yang rusak, dan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. 

Beberapa alasan utama mengapa lansia bisa terjebak dalam judi online antara lain:

Kesepian dan Isolasi Sosial:
Lansia sering mengalami kesepian dan isolasi sosial, terutama jika mereka tinggal sendiri atau kehilangan pasangan hidup. Judi online dapat menjadi cara untuk mengisi waktu dan merasa terhubung dengan orang lain, meskipun hanya secara virtual.

Ketersediaan Waktu Luang:
Setelah pensiun, lansia memiliki lebih banyak waktu luang. Tanpa aktivitas yang berarti atau tujuan yang jelas, mereka mungkin mencari hiburan dan stimulasi melalui judi online.

Kesehatan Mental dan Emosional:
Masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, atau demensia dapat membuat lansia lebih rentan terhadap kecanduan judi online. Judi dapat menjadi cara untuk melarikan diri dari perasaan negatif atau mengisi kekosongan emosional.

Kemudahan Akses:
Judi online mudah diakses dari rumah, yang sangat menarik bagi lansia yang mungkin memiliki mobilitas terbatas atau kesulitan mengunjungi kasino fisik.

Kurangnya Pengetahuan tentang Risiko:
Lansia mungkin kurang memahami risiko dan dampak negatif dari judi online. Mereka mungkin tidak menyadari betapa mudahnya kehilangan uang atau betapa cepatnya kecanduan bisa berkembang.

Promosi dan Bonus Menarik:
Situs judi online sering menawarkan promosi dan bonus menarik yang dapat memikat lansia untuk mencoba dan terus bermain. Penawaran ini bisa membuat mereka merasa mendapatkan keuntungan tambahan atau kesempatan untuk menang besar.

Tekanan Finansial:
Beberapa lansia menghadapi tekanan finansial atau merasa tidak memiliki cukup uang untuk hidup nyaman di masa pensiun. Judi online bisa terlihat sebagai cara cepat untuk mendapatkan uang tambahan, meskipun risiko kehilangan jauh lebih besar.

Kurangnya Dukungan Sosial:
Lansia yang tidak memiliki jaringan dukungan sosial yang kuat mungkin lebih rentan terhadap kecanduan judi. Mereka mungkin merasa tidak ada yang memperhatikan atau peduli dengan apa yang mereka lakukan.

Nostalgia dan Kenangan Masa Lalu:
Beberapa lansia mungkin memiliki kenangan positif dari berjudi di masa lalu dan mencari pengalaman serupa melalui judi online. Mereka mungkin berharap bisa mengulang momen-momen menyenangkan tersebut.

Ilusi Kendali dan Keberuntungan:
Lansia mungkin merasa bahwa mereka memiliki kendali atas hasil permainan atau percaya bahwa mereka bisa menang dengan keberuntungan. Ilusi ini bisa membuat mereka terus bermain meskipun mengalami kerugian.

       Menyadarkan lansia yang terjebak dalam judi online membutuhkan pendekatan yang hati-hati dan penuh empati. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu lansia yang terjebak dalam judi online:

Membangun Komunikasi yang Terbuka:
  • Mulailah dengan percakapan yang terbuka dan tanpa penilaian. Dengarkan mereka dengan penuh perhatian dan empati.
  • Hindari menyalahkan atau menghakimi, karena ini bisa membuat mereka merasa defensif dan tidak terbuka untuk berdiskusi lebih lanjut.
Menyediakan Informasi yang Tepat:
  • Berikan informasi tentang risiko dan dampak negatif dari judi online, termasuk risiko keuangan, kesehatan mental, dan hubungan sosial.
  • Tunjukkan contoh nyata atau kisah orang lain yang mengalami masalah serupa dan berhasil keluar dari kecanduan judi online.
Mengidentifikasi Tanda-tanda Masalah:
  • Bantu mereka mengenali tanda-tanda bahwa judi online telah menjadi masalah, seperti perubahan dalam kebiasaan tidur, stres yang berlebihan, atau masalah keuangan.
  • Diskusikan bagaimana judi online mempengaruhi kehidupan mereka secara keseluruhan, termasuk hubungan dengan keluarga dan teman.
Menawarkan Dukungan dan Alternatif:
  • Tawarkan dukungan emosional dan bantuan praktis, seperti menemani mereka mencari kegiatan alternatif yang positif dan menghibur.
  • Ajak mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, hobi, atau olahraga yang bisa mengalihkan perhatian mereka dari judi online.
Membantu Membuat Batasan:
  • Bantu mereka menetapkan batasan waktu dan uang untuk judi online. Gunakan alat bantu seperti pengingat waktu atau aplikasi yang dapat membantu mereka mengatur penggunaan internet.
  • Ajak mereka untuk menghapus akun judi online atau menggunakan perangkat lunak pemblokir situs judi.
Menyarankan Konseling atau Terapi:
  • Sarankan mereka untuk mencari bantuan profesional dari konselor atau terapis yang berpengalaman dalam masalah kecanduan.
  • Tawarkan untuk menemani mereka ke sesi konseling pertama atau membantu mencari layanan yang tersedia.
Menghubungkan dengan Kelompok Dukungan:
  • Ajak mereka untuk bergabung dengan kelompok dukungan bagi orang yang mengalami masalah kecanduan judi, seperti Gamblers Anonymous.
  • Berpartisipasi dalam kelompok dukungan dapat memberikan mereka rasa komunitas dan dorongan untuk pulih.
Mendukung Keuangan yang Sehat:
  • Bantu mereka mengelola keuangan dengan lebih baik, termasuk membuat anggaran dan memonitor pengeluaran.
  • Jika perlu, ajak mereka untuk berkonsultasi dengan penasihat keuangan yang dapat memberikan saran tentang bagaimana mengatasi masalah keuangan akibat judi online.
Menjaga Kesehatan Mental dan Fisik:
  • Dorong mereka untuk menjaga kesehatan mental dan fisik dengan cara berolahraga, makan sehat, dan tidur yang cukup.
  • Bantu mereka menemukan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga yang dapat membantu mengurangi stres dan kecemasan.
Memberikan Dukungan Berkelanjutan:
  • Terus berikan dukungan dan dorongan selama proses pemulihan. Pemulihan dari kecanduan bisa memakan waktu dan memerlukan komitmen jangka panjang.
  • Jangan ragu untuk mencari bantuan tambahan jika diperlukan, baik dari profesional kesehatan atau anggota keluarga lainnya.
Dengan pendekatan yang penuh empati dan dukungan, lansia yang terjebak dalam judi online dapat diberikan kesempatan untuk menyadari masalah mereka dan mengambil langkah-langkah untuk pulih.






Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4444736/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6886010/

https://responsiblegambling.vic.gov.au/documents/747/VRGF_RR_OlderAdults_0220_FA.pdf

https://www.communitycare.co.uk/2017/08/07/gambling-impact-vulnerable-adults/

https://www.apa.org/monitor/2023/07/how-gambling-affects-the-brain

https://www.webmd.com/healthy-aging/features/senior-gamblers-testing-odds

https://aifs.gov.au/research/research-snapshots/exposure-and-impact-sports-and-race-betting-advertising-australia

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/06/24/4-juta-orang-indonesia-judi-online-dari-anak-sampai-orang-tua









Monday, 15 July 2024

Awas ada Hiburan Berbahaya: Pilih Hiburan yang Cocok untuk Lansia

        Hiburan dan rekreasi adalah dua konsep yang sering kali saling terkait, tetapi memiliki perbedaan utama dalam tujuan dan bentuk aktivitasnya. 

Lansia memerlukan hiburan dan rekreasi.
(Sumber: foto J.Hanaris)

Perbedaan antara hiburan dan rekreasi:

Hiburan
Hiburan adalah segala bentuk aktivitas yang dirancang untuk memberikan kesenangan, kegembiraan, atau relaksasi kepada seseorang. Hiburan biasanya pasif dan berfokus pada konsumsi konten yang menyenangkan.

Contoh Aktivitas:

  • Menonton film atau acara TV
  • Mendengarkan musik
  • Membaca buku atau majalah
  • Bermain video game
  • Menghadiri konser atau pertunjukan teater

Tujuan hiburan untuk memberikan kesenangan dan mengalihkan pikiran dari rutinitas sehari-hari. Hiburan sering kali merupakan aktivitas yang dilakukan untuk bersantai dan mengisi waktu luang.

Rekreasi
Rekreasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyegarkan tubuh dan pikiran, biasanya melibatkan aktivitas fisik atau interaksi sosial yang aktif. Rekreasi sering kali lebih interaktif dan dapat melibatkan elemen edukatif atau kesehatan.

Contoh Aktivitas:

  • Berolahraga (seperti berlari, bersepeda, berenang)
  • Berkebun
  • Mendaki gunung atau berjalan-jalan di alam
  • Bermain olahraga tim (seperti sepak bola, basket)
  • Berkemah atau piknik

Tujuan rekreasi untuk meningkatkan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial. Aktivitas rekreasi sering kali dirancang untuk menjaga kesehatan, mengembangkan keterampilan, atau menikmati alam dan lingkungan sekitar.

Meskipun keduanya memiliki perbedaan, hiburan dan rekreasi sama-sama penting untuk keseimbangan hidup yang sehat dan bahagia. Kombinasi keduanya dapat membantu seseorang mengelola stres, menjaga kesehatan, dan meningkatkan kualitas hidup.

Beberapa manfaat hiburan bagi lansia, antara lain:

Meningkatkan Kesehatan Mental: Hiburan seperti permainan, musik, dan aktivitas sosial dapat membantu mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. Ini penting untuk menjaga kesehatan mental mereka.

Meningkatkan Kualitas Hidup: Aktivitas hiburan memberikan kebahagiaan dan rasa puas, yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka.

Menjaga Kesehatan Fisik: Beberapa bentuk hiburan, seperti olahraga ringan, berjalan-jalan, atau menari, dapat membantu lansia tetap aktif secara fisik dan menjaga kesehatan mereka.

Stimulasi Kognitif: Aktivitas seperti bermain teka-teki, membaca, atau bermain game edukatif dapat merangsang otak dan membantu menjaga fungsi kognitif.

Sosialisasi: Hiburan yang melibatkan interaksi sosial, seperti bergabung dalam klub atau kelompok hobi, dapat membantu lansia merasa lebih terhubung dan mengurangi perasaan kesepian.

Pemenuhan Hobi dan Minat: Memberikan lansia kesempatan untuk mengejar hobi dan minat mereka dapat memberikan perasaan tujuan dan pencapaian.

Beberapa lansia yang kurang hiburan mungkin menunjukkan, ciri berikut:

Perubahan Suasana Hati: Mereka mungkin tampak lebih murung, cemas, atau depresi. Kehilangan minat pada kegiatan yang sebelumnya mereka nikmati juga bisa menjadi tanda.

Kesepian dan Isolasi Sosial: Lansia yang kurang hiburan mungkin merasa lebih kesepian dan terisolasi dari orang lain. Mereka mungkin jarang berinteraksi dengan teman atau keluarga.

Penurunan Kesehatan Mental: Kurangnya hiburan dapat menyebabkan penurunan kognitif, seperti masalah dengan memori, kesulitan berkonsentrasi, dan penurunan kemampuan berpikir.

Penurunan Kesehatan Fisik: Lansia yang tidak aktif mungkin mengalami penurunan kesehatan fisik, seperti penurunan mobilitas, kekuatan, dan kebugaran umum.

Kurangnya Motivasi: Mereka mungkin tampak kurang termotivasi untuk melakukan kegiatan sehari-hari atau untuk mencoba hal-hal baru.

Perubahan Pola Tidur: Kurangnya hiburan dan aktivitas bisa mempengaruhi pola tidur, menyebabkan insomnia atau tidur berlebihan.

Penurunan Kualitas Hidup: Lansia yang kurang hiburan mungkin merasa hidup mereka kurang bermakna atau tidak memuaskan.

Kurangnya Kepuasan Hidup: Mereka mungkin sering mengeluh tentang kebosanan dan merasa tidak ada hal menarik dalam hidup mereka.

Menyediakan hiburan yang sesuai dan mendukung keterlibatan sosial dapat membantu mencegah atau mengatasi masalah-masalah ini, serta meningkatkan kesejahteraan lansia secara keseluruhan.

       Kurangnya hiburan pada lansia dapat berkontribusi pada berbagai masalah kesehatan fisik dan mental. 

Beberapa penyakit dan kondisi yang bisa berkembang atau diperburuk oleh kurangnya hiburan:

Depresi dan Kecemasan: Kurangnya hiburan dan aktivitas sosial dapat menyebabkan perasaan kesepian, yang sering kali berujung pada depresi dan kecemasan.

Penurunan Kognitif: Kurangnya stimulasi mental dapat mempercepat penurunan kognitif, termasuk demensia dan penyakit Alzheimer.

Penyakit Jantung: Stres dan kurangnya aktivitas fisik akibat kebosanan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan kondisi kardiovaskular lainnya.

Insomnia dan Gangguan Tidur: Kebosanan dan kurangnya aktivitas bisa mengganggu pola tidur, menyebabkan insomnia atau gangguan tidur lainnya.

Obesitas dan Masalah Metabolik: Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan peningkatan berat badan, obesitas, dan masalah metabolik seperti diabetes tipe 2.

Masalah Mobilitas dan Kesehatan Tulang: Tidak aktif secara fisik dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot, masalah mobilitas, dan kesehatan tulang yang buruk, seperti osteoporosis.

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi): Stres kronis dan kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko hipertensi.

Sakit Kronis: Kurangnya aktivitas dapat memperburuk kondisi sakit kronis seperti arthritis atau nyeri punggung.

Masalah Pencernaan: Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan masalah pencernaan seperti sembelit.

Penurunan Imunitas: Kurangnya aktivitas dan stres dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat lansia lebih rentan terhadap infeksi.

       Berbagai jenis hiburan dapat bermanfaat bagi lansia, tergantung pada minat, kemampuan fisik, dan kondisi kesehatan mereka. 

Beberapa bentuk hiburan yang baik untuk lansia:

1. Aktivitas Sosial
  • Bergabung dengan Klub atau Komunitas: Klub buku, kelompok seni, klub jalan kaki, atau kelompok relawan dapat memberikan kesempatan untuk bersosialisasi dan bertemu teman baru.
  • Acara Keluarga: Menghadiri pertemuan keluarga, makan malam, atau perayaan dapat membantu menjaga hubungan keluarga yang kuat.
Contoh acara keluarga dengan bermain:

2. Aktivitas Fisik
  • Olahraga Ringan: Berjalan, yoga, tai chi, atau berenang adalah contoh olahraga yang aman dan bermanfaat.
  • Tarian: Menari dapat menjadi cara yang menyenangkan untuk tetap aktif dan berinteraksi sosial.
3. Aktivitas Mental
  • Bermain Teka-teki dan Permainan: Sudoku, teka-teki silang, permainan papan, dan permainan kartu dapat merangsang otak.
  • Membaca dan Menulis: Membaca buku, menulis jurnal, atau bahkan menulis surat dapat meningkatkan kesehatan mental.
4. Aktivitas Kreatif
  • Seni dan Kerajinan: Melukis, menggambar, merajut, menjahit, atau membuat kerajinan tangan lainnya dapat memberikan kepuasan dan ekspresi kreatif.
  • Musik: Mendengarkan musik, bermain alat musik, atau bernyanyi dapat meningkatkan suasana hati dan kesehatan mental.
5. Teknologi
  • Belajar Teknologi Baru: Menggunakan komputer, tablet, atau smartphone untuk menjelajahi internet, media sosial, atau video call dengan keluarga dan teman.
  • Menonton Film dan Program TV: Menonton film, acara TV, atau dokumenter yang menarik dapat menjadi hiburan yang menyenangkan.
6. Aktivitas Relaksasi
  • Meditasi dan Relaksasi: Meditasi, pernapasan dalam, atau terapi relaksasi lainnya dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan.
  • Berkebun: Berkebun dapat menjadi aktivitas fisik yang ringan dan memberikan kepuasan dari hasil kerja keras.
7. Aktivitas Relawan
  • Kegiatan Sosial: Menjadi sukarelawan dalam kegiatan sosial atau amal dapat memberikan perasaan berharga dan kontribusi pada komunitas.
8. Wisata dan Rekreasi
  • Perjalanan Singkat: Mengunjungi taman, museum, kebun binatang, atau tempat wisata lokal lainnya.
  • Piknik dan Berjalan-jalan di Alam: Menghabiskan waktu di alam dapat memberikan ketenangan dan kebahagiaan.
Contoh berjalan-jalan di alam:


Memilih jenis hiburan yang tepat untuk lansia sebaiknya mempertimbangkan minat dan kebutuhan individu. Dukungan dari keluarga dan teman juga penting untuk memastikan bahwa mereka terlibat dalam aktivitas yang bermanfaat dan memuaskan.

Beberapa contoh hiburan yang mungkin berisiko dan perlu diwaspadai:

1. Aktivitas Fisik Ekstrim
  • Olahraga Berat: Aktivitas seperti angkat beban berat, lari maraton, atau olahraga dengan kontak fisik (seperti sepak bola atau basket) dapat berisiko menyebabkan cedera.
  • Aktivitas Ekstrem: Bungee jumping, skydiving, atau kegiatan lain yang membutuhkan fisik yang prima dan keseimbangan yang baik bisa sangat berbahaya.
2. Hiburan dengan Paparan Suara Keras
  • Konser Musik Keras: Menghadiri konser dengan suara yang sangat keras dapat merusak pendengaran.
  • Acara dengan Kebisingan Tinggi: Pesta atau acara dengan tingkat kebisingan tinggi dapat menyebabkan stres dan gangguan pendengaran.
3. Hiburan yang Melibatkan Bahan Kimia
  • Penggunaan Alkohol Berlebihan: Mengonsumsi alkohol secara berlebihan dapat berdampak buruk pada kesehatan, termasuk risiko jatuh dan interaksi negatif dengan obat-obatan.
  • Merokok atau Penggunaan Narkoba: Kebiasaan ini sangat berbahaya bagi kesehatan dan dapat memperburuk kondisi medis yang sudah ada.
4. Aktivitas yang Membutuhkan Keterampilan Motorik dan Kognitif Tinggi
  • Bermain Game Video Intensif: Beberapa video game yang membutuhkan reaksi cepat dan keterampilan motorik halus mungkin sulit dan dapat menyebabkan frustrasi atau kelelahan mata.
  • Mengemudi di Malam Hari atau di Jalan Raya Sibuk: Aktivitas ini bisa berisiko jika lansia mengalami masalah penglihatan atau refleks yang melambat.
5. Paparan Prolonged Screen Time
  • Menonton TV atau Bermain Video Game Berlebihan: Terlalu banyak waktu di depan layar dapat menyebabkan masalah mata, gangguan tidur, dan gaya hidup yang tidak aktif.
6. Kegiatan yang Menyebabkan Keletihan Mental
  • Permainan dengan Kompleksitas Tinggi: Permainan yang membutuhkan konsentrasi tinggi dan berpikir keras dalam waktu lama dapat menyebabkan keletihan mental.
7. Hiburan yang Melibatkan Risiko Sosial atau Keamanan
  • Perjudian: Kegiatan perjudian dapat menyebabkan masalah finansial dan stres emosional.
  • Interaksi Online dengan Orang Tak Dikenal: Lansia mungkin rentan terhadap penipuan atau eksploitasi online.
Pencegahan dan Penyesuaian

Beberapa langkah pencegahan dapat diambil:
  • Konsultasi dengan Dokter: Sebelum memulai aktivitas fisik baru atau perubahan besar dalam rutinitas hiburan, konsultasikan dengan profesional kesehatan.
  • Modifikasi Aktivitas: Sesuaikan tingkat kesulitan dan intensitas aktivitas sesuai kemampuan fisik dan mental.
  • Pengawasan dan Pendampingan: Untuk aktivitas yang berisiko, pastikan ada pendamping atau pengawasan yang memadai.
  • Pilih Hiburan yang Aman: Fokus pada hiburan yang memberikan kesenangan dan manfaat tanpa menimbulkan risiko signifikan.
Dengan memperhatikan faktor-faktor ini, lansia dapat menikmati berbagai bentuk hiburan dengan aman dan tetap menjaga kesehatan serta kesejahteraan mereka.






Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9558104/

https://fairviewadc.com/recreation/elderly-entertainment-benefits-of-interaction/

https://openarmshc.org/is-watching-tv-good-for-seniors/

https://sukino.com/the-effects-of-social-media-on-the-elderly/






Tuesday, 25 June 2024

Realitas Pahit: Bagaimana Hoax Mengancam Kesejahteraan Lansia

        Berita hoax adalah informasi atau berita palsu yang disebarkan dengan maksud untuk menipu atau memanipulasi pendapat publik. Hoax sering kali dibuat dengan tujuan tertentu, seperti mempengaruhi opini politik, menciptakan ketakutan, atau mendapatkan keuntungan finansial.

Beberapa karakteristik umum dari berita hoax:

Informasi Tidak Benar: Berita hoax sering kali berisi informasi yang tidak berdasar atau dibuat-buat secara sengaja tanpa bukti atau fakta yang valid.
Lansia yang kritis selalu memverifikasi berita.
(Sumber: foto LPC-Lansia)
Tujuan Manipulasi: Hoax dapat dibuat untuk memanipulasi opini publik, menyebarkan kebencian, atau menciptakan ketakutan yang tidak berdasar.

Sensasional: Hoax sering kali memiliki judul atau klaim yang sensasional dan menarik perhatian, yang dirancang untuk menyebar dengan cepat di media sosial atau platform online lainnya.

Sumber yang Tidak Jelas atau Tidak Terpercaya: Seringkali, berita hoax berasal dari sumber yang tidak jelas atau tidak terpercaya, seperti situs web palsu, akun media sosial palsu, atau orang yang tidak berwenang.

Membuat Konflik atau Kecemasan: Hoax dapat menyebabkan kepanikan, konflik sosial, atau kekhawatiran yang tidak perlu di masyarakat.

Kurangnya Verifikasi: Hoax jarang memiliki verifikasi atau validasi informasi dari sumber yang dapat dipercaya.

Dalam era digital saat ini, berita hoax dapat dengan mudah menyebar luas dan memiliki dampak yang signifikan terhadap masyarakat.
       
       Kelompok lansia dari generasi baby boomers mungkin lebih rentan terhadap berita atau gambar hoax karena beberapa alasan berikut:

Kesenjangan Digital:
Baby boomers tumbuh di era sebelum internet dan teknologi digital menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Banyak dari mereka mungkin tidak memiliki keterampilan digital yang sama dengan generasi yang lebih muda, yang membuat mereka lebih sulit untuk membedakan antara informasi yang sah dan hoax di internet.

Kurangnya Pendidikan Media Digital:
Banyak baby boomers tidak menerima pendidikan formal tentang literasi media digital, sehingga mereka mungkin kurang terlatih dalam mengenali tanda-tanda berita palsu atau manipulasi gambar. Generasi yang lebih muda cenderung lebih terlatih dalam menilai kredibilitas sumber informasi secara kritis.

Kepercayaan yang Tinggi pada Sumber Tradisional:
Generasi baby boomers tumbuh dalam lingkungan di mana media tradisional seperti surat kabar, radio, dan televisi umumnya dianggap dapat dipercaya. Ketika mereka mengakses informasi dari internet atau media sosial, mereka mungkin cenderung memberikan tingkat kepercayaan yang sama tanpa menyadari bahwa sumber tersebut bisa tidak dapat diandalkan.

Algoritma Media Sosial:
Media sosial menggunakan algoritma yang sering menampilkan konten yang sejalan dengan keyakinan dan minat pengguna. Hal ini bisa membuat baby boomers terjebak dalam "filter bubble" atau "echo chamber," di mana mereka hanya terpapar pada informasi yang memperkuat keyakinan mereka, termasuk hoax.
Lansia yang teliti tidak mudah dimanipulasi.
(Sumber: foto LPC-Lansia)
Isolasi Sosial dan Emosional:
Lansia, termasuk baby boomers, mungkin mengalami isolasi sosial lebih besar dibandingkan generasi muda. Rasa kesepian dan kebutuhan akan koneksi sosial bisa membuat mereka lebih rentan terhadap konten yang emosional atau sensasional, termasuk hoax, karena konten tersebut sering kali dirancang untuk menarik perhatian dan emosi.

Keinginan untuk Menyebarkan Informasi:
Lansia mungkin memiliki dorongan untuk berbagi informasi yang mereka anggap penting atau bermanfaat kepada keluarga dan teman. Tanpa keterampilan verifikasi yang memadai, mereka bisa dengan mudah menyebarkan hoax yang mereka anggap benar.

Teknik Manipulasi Hoax:
Pembuat hoax sering kali menggunakan teknik yang sangat efektif dalam manipulasi psikologis, seperti memainkan emosi (ketakutan, kemarahan, simpati), menggunakan gambar yang mencolok, atau membuat klaim yang luar biasa. Baby boomers, seperti orang lain, bisa terpengaruh oleh teknik-teknik ini, terutama jika mereka tidak waspada terhadapnya.

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya peningkatan literasi media digital di kalangan lansia, termasuk pendidikan tentang cara memverifikasi informasi dan mengenali tanda-tanda hoax. Program-program komunitas, dukungan dari keluarga, dan panduan yang jelas dapat membantu lansia mengembangkan keterampilan kritis yang diperlukan untuk bernavigasi di dunia digital dengan lebih aman dan efektif.

Lansia yang terpapar berita hoax mungkin menunjukkan beberapa ciri :

Sering Membagikan Informasi yang Tidak Terverifikasi:
Mereka mungkin sering membagikan artikel, gambar, atau video yang belum diverifikasi kebenarannya, terutama melalui media sosial atau pesan grup.

Keyakinan Kuat pada Informasi Sensasional:
Lansia yang terpapar hoax cenderung memiliki keyakinan yang kuat terhadap informasi yang sensasional atau luar biasa, meskipun tidak memiliki dasar fakta yang kuat.

Reaksi Emosional yang Kuat:
Mereka mungkin menunjukkan reaksi emosional yang kuat terhadap berita tertentu, seperti ketakutan, kemarahan, atau kecemasan, yang sering kali merupakan tujuan dari berita hoax.

Keengganan untuk Menerima Klarifikasi:
Mereka mungkin menunjukkan keengganan untuk menerima klarifikasi atau bukti yang bertentangan dengan keyakinan mereka, sering kali karena berita hoax sudah menguatkan bias atau pandangan mereka.

Penggunaan Sumber Informasi yang Tidak Terpercaya:
Lansia yang terpapar hoax sering kali merujuk pada sumber informasi yang tidak dapat dipercaya atau tidak dikenal, dan kurang memiliki kebiasaan untuk memeriksa kredibilitas sumber tersebut.

Menyebarkan Informasi Melalui Pesan Berantai:
Mereka mungkin sering menyebarkan informasi melalui pesan berantai di platform seperti WhatsApp atau email, yang merupakan saluran umum bagi penyebaran hoax.

Kurangnya Skeptisisme:
Mereka mungkin menunjukkan kurangnya skeptisisme terhadap informasi yang mereka terima, terutama jika informasi tersebut datang dari teman, keluarga, atau kelompok sosial yang mereka percayai.

Menolak Sumber Informasi Mainstream:
Lansia yang terpapar hoax mungkin menunjukkan ketidakpercayaan terhadap sumber informasi mainstream seperti media arus utama, pemerintah, atau institusi resmi.

Kecenderungan untuk Mempercayai Teori Konspirasi:
Mereka mungkin lebih cenderung mempercayai teori konspirasi yang sering kali merupakan bagian dari berita hoax, dan dapat menyebarkan teori-teori tersebut sebagai kebenaran.

Perubahan Perilaku atau Pandangan yang Mendadak:
Mereka mungkin menunjukkan perubahan pandangan atau perilaku yang mendadak dan ekstrem yang tidak sesuai dengan kepribadian atau pemikiran mereka sebelumnya.

Beberapa Dampak kesehatan bagi lansia yang terpapar berita hoax bisa sangat beragam dan serius :

Kesehatan Mental:
  • Ketakutan dan Kecemasan: Berita hoax yang menyebarkan informasi menakutkan atau memicu kecemasan bisa menyebabkan stres berlebihan pada lansia.
  • Depresi: Konten yang negatif atau membingungkan dari berita hoax dapat mempengaruhi suasana hati dan menyebabkan depresi.
  • Ketidakpastian dan Kebingungan: Lansia mungkin kesulitan memilah informasi yang valid dari hoax, yang dapat meningkatkan rasa ketidakpastian dan kebingungan mereka.
Kesehatan Fisik:
  • Gangguan Tidur: Stres dan kecemasan yang diinduksi oleh berita hoax dapat mengganggu pola tidur lansia.
  • Penurunan Kesehatan Umum: Stres kronis yang disebabkan oleh ketakutan akan berita hoax dapat berkontribusi terhadap penurunan kesehatan fisik secara keseluruhan.
Hubungan Sosial:
  • Isolasi Sosial: Kecenderungan untuk percaya pada berita hoax tertentu bisa membuat lansia merasa terisolasi atau terasing dari kelompok sosialnya.
  • Konflik Interpersonal: Percaya pada hoax tertentu dapat menyebabkan konflik dalam hubungan dengan teman, keluarga, atau anggota komunitas lainnya.
Kesehatan Kognitif:
  • Peningkatan Risiko Penurunan Kognitif: Pengalaman stres yang berlebihan atau kecemasan terkait berita hoax dapat berkontribusi pada penurunan kesehatan kognitif, meskipun tidak langsung terkait, namun dapat dalam beberapa tahun menjadi sebuahMasalah
       Menghindari paparan berita hoax pada lansia memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. 

Beberapa langkah  menghindari berita hoax :

1. Edukasi Literasi Digital

Pelatihan dan Workshop:
  • Mengadakan pelatihan atau workshop yang fokus pada literasi digital dan cara memverifikasi informasi. Bisa dilakukan oleh komunitas, organisasi non-profit, atau instansi pemerintah.
Sumber Daya Online:
  • Membuat dan menyebarkan panduan sederhana tentang cara mengenali berita hoax, yang mencakup tips seperti memeriksa URL, mencari sumber asli, dan waspada terhadap judul sensasional.
2. Dukungan dari Keluarga

Komunikasi Terbuka:
  • Anggota keluarga dapat berperan aktif dengan berbicara secara terbuka tentang pentingnya memverifikasi informasi sebelum membagikannya. Menyediakan waktu untuk berdiskusi dan menjawab pertanyaan mereka mengenai informasi yang mereka temukan.
Membantu Verifikasi:
  • Membantu lansia dalam memverifikasi berita dengan menunjukkan cara menggunakan situs pengecek fakta seperti Snopes, Hoax-Slayer, atau Turn Back Hoax.
3. Penggunaan Teknologi yang Aman

Instalasi Aplikasi yang Terpercaya:
  • Mengatur perangkat digital lansia untuk menggunakan aplikasi berita dari sumber yang tepercaya dan mengurangi akses ke situs yang tidak terpercaya.
Pengaturan Privasi:
  • Mengatur pengaturan privasi di media sosial untuk membatasi paparan terhadap iklan dan konten yang tidak tepercaya.
4. Membangun Kesadaran Kritis

Ajarkan Skeptisisme Sehat:
  • Mengajarkan mereka untuk selalu skeptis terhadap informasi yang terlalu bagus untuk menjadi kenyataan atau sangat negatif, dan mengajarkan pentingnya mencari beberapa sumber informasi yang tepercaya.
Latih Mengenali Pola Hoax:
  • Ajarkan mereka mengenali pola umum dalam hoax seperti judul yang sensasional, klaim tanpa sumber, dan penggunaan gambar atau video yang mengharukan.
5. Peran Media dan Komunitas

Program Radio atau TV Edukasi:
  • Program radio atau TV khusus untuk lansia yang membahas literasi digital dan cara mengenali berita hoax.
Komunitas Dukungan:
  • Membentuk kelompok komunitas yang dapat berdiskusi dan saling membantu memverifikasi informasi.
6. Aplikasi dan Alat Verifikasi

Penggunaan Aplikasi Pengecek Fakta:
  • Mengajarkan dan membantu mereka menggunakan aplikasi atau ekstensi browser yang dapat membantu memverifikasi fakta, seperti NewsGuard atau Factmata.
7. Kampanye Kesadaran

Kampanye Publik:
  • Kampanye kesadaran publik yang luas mengenai bahaya berita hoax dan pentingnya verifikasi, yang ditargetkan untuk lansia melalui media yang mereka akses secara rutin.
Material Edukatif:
  • Menyediakan material edukatif seperti brosur atau video pendek yang dapat dibagikan di pusat-pusat komunitas lansia, rumah ibadah, atau fasilitas kesehatan.
Dengan pendekatan yang beragam dan terus-menerus, lansia dapat dibekali dengan pengetahuan dan alat yang diperlukan untuk menghindari berita hoax dan menjadi konsumen informasi yang lebih kritis.





Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7505057/

https://news.ufl.edu/2022/05/aging-adults-fake-news/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10956171/

https://www.abc.net.au/news/science/2019-01-25/older-people-share-more-social-media-fake-news-2016-election/10746348

https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1309&context=hubsasia