Penyihir bukan Nenek
Dahulu masyarakat Eropa dan Amerika memiliki pandangan bahwa para penyihir itu memiliki ciri-ciri : tua ( nenek-nenek), berwajah buruk, berhidung mancung dan panjang, punya sapu untuk terbang, pandai meramu berbagai obat / racun, memiliki kucing hitam, dsb. Gambaran dan penampilan yang negatif, jelek, menyeramkan kepada para penyihir.
Setiap Negara, daerah,
dan budayanya memiliki legenda atau
cerita rakyat. Beberapa di antaranya memberikan pesan moral yang baik.
Sementara sisanya dianggap sebagai dongeng seram untuk diceritakan di malam
hari, ada yang bersosok monster atau manusia dengan wajah menakutkan.
Legenda dan cerita
rakyat yang diturunkan dari mulut ke mulut, beberapa di antaranya berkaitan
dengan sosok hantu wanita tua alias nenek-nenek. Kebanyakan digambarkan sebagai
makhluk kejam, sesuai dengan paras mereka yang menakutkan.
Mengapa nenek atau
kakek yang sudah lansia dijadikan model untuk penyihir atau hantu yang menakutkan
dan kejam mungkin karena wajahnya yang tua dan keriput .
Bila ini terus berlanjut
menjadi bahan cerita dan dongeng kepada anak cucu tentu saja, simpati, empati dan
rasa hormat terhadap kakek-nenek yang sudah lansia memudar.
Mari bersama-sama
mengubah gambaran lansia yang menakutkan menjadi lansia yang baik dan
ramah. Beri lansia dengan layanan yang
menyenangkan dan kasih sayang, seperti mereka pernah menyayangi
anak-anaknya.