Saturday 2 March 2024

Aneurisma, Melemah atau Menggembung Dinding Pembuluh Darah.

       Aneurisma adalah area yang menggembung dan melemah pada dinding pembuluh darah yang mengakibatkan pelebaran atau penggelembungan abnormal yang melebihi 50% diameter (lebar) normal pembuluh darah. Aneurisma dapat terjadi pada pembuluh darah mana pun, namun paling sering terlihat pada arteri dibandingkan vena.

Aneurisma mungkin terletak di banyak area tubuh, seperti pembuluh darah otak ( cerebral aneurysm ), aorta (arteri terbesar di tubuh), leher, usus, ginjal, limpa, dan pembuluh darah. di kaki (aneurisma iliaka, femoralis, dan poplitea). Lokasi aneurisma yang paling umum adalah aorta, yang membawa darah beroksigen dari jantung ke tubuh. Aorta toraks adalah segmen pendek aorta di rongga dada. Aorta perut adalah bagian aorta yang melewati perut. Aneurisma dapat ditandai berdasarkan lokasi, bentuk, dan penyebabnya.

Penuaan alami menyebabkan perubahan elastisitas pembuluh darah.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

 Aneurisma pada lansia merupakan kondisi di mana terjadi pelebaran atau pembengkakan pada dinding arteri, terutama arteri yang besar seperti arteri aorta. Aneurisma pada lansia umumnya disebabkan oleh degenerasi alami pembuluh darah seiring dengan proses penuaan tubuh.

Arteri adalah sejenis pembuluh darah yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Ketika arteri melebar, dindingnya menjadi lebih lemah. Hal ini dapat menyebabkan robekan atau pecahnya arteri. Ini disebut aneurisma yang pecah. Ketika aneurisma terjadi, orang mengalami pendarahan hebat (perdarahan), stroke, atau kematian.

Ciri-ciri lansia yang mungkin mengalami aneurisma dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan ukuran aneurisma, serta apakah aneurisma tersebut telah pecah atau belum. 

Beberapa ciri yang mungkin terkait dengan aneurisma pada lansia adalah sebagai berikut:

Nyeri atau ketidaknyamanan: 
Lansia yang mengalami aneurisma yang belum pecah mungkin merasakan nyeri atau ketidaknyamanan di daerah di mana aneurisma terjadi. Ini bisa berupa nyeri perut atau punggung jika aneurisma terjadi di aorta abdominalis, atau sakit kepala jika aneurisma terjadi di otak.

Pembengkakan: 
Aneurisma yang besar atau yang terletak dekat dengan permukaan tubuh dapat menimbulkan pembengkakan yang terlihat atau teraba.

Aneurisma yang besar dapat menimbulkan pembengkakan.
(Sumber: foto canva.com)
Gejala tekanan darah tinggi: 
Aneurisma yang terjadi karena hipertensi dapat menyebabkan gejala tekanan darah tinggi seperti sakit kepala, pusing, atau penglihatan kabur.

Pecahnya Aneurisma: 
Lansia yang mengalami aneurisma yang pecah mungkin mengalami gejala darurat medis, termasuk nyeri hebat tiba-tiba di daerah aneurisma, pingsan, pucat, nadi cepat, tekanan darah rendah, mual, muntah, dan gejala perdarahan internal lainnya.

Perubahan kesadaran atau fungsi neurologis: 
Aneurisma yang pecah di otak dapat menyebabkan perubahan tiba-tiba dalam kesadaran, kesulitan berbicara atau memahami, kelemahan atau mati rasa pada satu sisi tubuh, atau gejala neurologis lainnya.

Denyut pembuluh darah: 
Dalam beberapa kasus, terutama ketika aneurisma terletak dekat dengan permukaan tubuh, denyut pembuluh darah yang abnormal atau menonjol dapat terlihat atau teraba.

💬Gejala-gejala di atas tidak spesifik hanya untuk aneurisma, dan bisa juga disebabkan oleh kondisi medis lainnya.

Beberapa faktor yang umumnya diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya aneurisma pada populasi lansia antara lain:

Penuaan: 
Proses penuaan alami tubuh dapat menyebabkan perubahan struktural dan elastisitas pembuluh darah, yang meningkatkan risiko terjadinya aneurisma.

Hipertensi (tekanan darah tinggi):
Tekanan darah yang tinggi secara kronis dapat merusak dinding arteri dan meningkatkan risiko terjadinya aneurisma.

Tensi darah yang tinggi dapat merusak dapat merusak didnding arteri.
(Sumber : foto canva.com)
Aterosklerosis:
Penumpukan plak di dalam arteri, yang merupakan karakteristik dari kondisi aterosklerosis, dapat merusak dinding arteri dan meningkatkan risiko terjadinya aneurisma.

Riwayat keluarga:
Adanya riwayat aneurisma dalam keluarga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami aneurisma, menunjukkan adanya faktor genetik yang berperan.

Merokok: 
Merokok dapat merusak dinding arteri dan meningkatkan risiko terjadinya aneurisma, termasuk pada populasi lansia.

Alkohol:
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan merusak dinding arteri, yang dapat meningkatkan risiko aneurisma.

Obesitas:
Obesitas dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan meningkatkan risiko terjadinya aneurisma.

Penyakit pembuluh darah lainnya: 
Kondisi medis seperti arteritis (peradangan pembuluh darah), sindrom Marfan (gangguan genetik yang memengaruhi jaringan ikat), atau penyakit pembuluh darah lainnya juga dapat meningkatkan risiko terjadinya aneurisma pada lansia.

💬Adanya kombinasi dari beberapa faktor di atas atau faktor lainnya dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami aneurisma pada masa tua.

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko terjadinya aneurisma pada lansia:

Kontrol tekanan darah: 
Karena hipertensi adalah faktor risiko utama untuk aneurisma, penting untuk memantau dan mengendalikan tekanan darah secara teratur dengan menjalani gaya hidup sehat dan, jika diperlukan, dengan penggunaan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter.

Berhenti merokok: 
Merokok merusak dinding arteri dan meningkatkan risiko terjadinya aneurisma. Berhenti merokok dapat membantu mengurangi risiko aneurisma dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

Pola makan sehat: 
Mengonsumsi makanan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, dan garam dapat membantu menjaga kesehatan pembuluh darah. Diet yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein sehat seperti ikan dapat mendukung kesehatan jantung dan pembuluh darah.

Berolahraga secara teratur: 
Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu menjaga berat badan yang sehat, mengendalikan tekanan darah, dan meningkatkan kesehatan pembuluh darah. Konsultasikan dengan dokter sebelum memulai program latihan baru, terutama jika memiliki kondisi kesehatan yang mendasari.

Pengelolaan stres: 
Stres yang kronis dapat meningkatkan tekanan darah dan memengaruhi kesehatan pembuluh darah. Menemukan cara-cara untuk mengelola stres seperti meditasi, yoga, atau kegiatan yang menenangkan lainnya dapat membantu menjaga kesehatan pembuluh darah.

Pemantauan kesehatan secara teratur: 
Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dengan dokter dapat membantu dalam mendeteksi dan mengelola faktor risiko yang terkait dengan aneurisma atau kondisi kesehatan lainnya.

Hindari konsumsi alkohol yang berlebihan:
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah dan merusak pembuluh darah. Mengonsumsi alkohol dalam batas yang moderat atau menghindari alkohol secara total dapat membantu menjaga kesehatan pembuluh darah.

Genetika dan riwayat keluarga: 
Jika ada riwayat keluarga aneurisma atau kondisi kesehatan lain yang berhubungan dengan aneurisma, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan pengelolaan risiko yang sesuai.

Menjaga berat badan yang sehat:
Obesitas dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi dan penyakit pembuluh darah lainnya, sehingga menjaga berat badan yang sehat melalui pola makan sehat dan aktivitas fisik penting untuk mencegah aneurisma.

         Pengobatan aneurisma pada lansia tergantung pada beberapa faktor, termasuk lokasi, ukuran, jenis aneurisma, serta kondisi kesehatan secara keseluruhan. Pengobatan dapat mencakup tindakan medis atau pembedahan, tergantung pada kondisi spesifik setiap individu. 

Beberapa opsi pengobatan yang mungkin dipertimbangkan:

Pemantauan aktif: 
Untuk aneurisma kecil yang tidak menimbulkan gejala dan tidak mengancam jiwa, dokter mungkin merekomendasikan pemantauan aktif melalui pemeriksaan berkala dengan pencitraan medis seperti USG, CT scan, atau MRI untuk memantau ukuran dan perkembangan aneurisma.

Obat-obatan: 
Dokter dapat meresepkan obat-obatan untuk mengendalikan faktor risiko yang berhubungan dengan aneurisma, seperti obat antihipertensi untuk mengontrol tekanan darah tinggi, atau statin untuk mengendalikan kadar kolesterol.

Prosedur endovaskular: 
Prosedur endovaskular, seperti embolisasi dengan koil atau stent, dapat dilakukan untuk mengobati aneurisma dengan cara memasukkan kateter ke dalam arteri melalui sayatan kecil di kulit dan mengirimkan bahan embolisasi ke dalam aneurisma untuk menutupnya.

Bedah terbuka: 
Bedah terbuka dilakukan untuk mengobati aneurisma yang lebih besar atau yang terletak di lokasi yang sulit dijangkau secara endovaskular. Prosedur ini melibatkan pembukaan dinding arteri melalui sayatan besar di kulit untuk mengakses aneurisma dan memperbaiki atau menggantikan bagian arteri yang rusak.

Prosedur hybrid: 
Prosedur hybrid menggabungkan teknik endovaskular dan bedah terbuka untuk mengobati aneurisma yang kompleks. Ini melibatkan kombinasi sayatan kecil di kulit untuk mengakses arteri dan tindakan endovaskular dengan tindakan bedah terbuka untuk memperbaiki atau menggantikan bagian arteri yang rusak.

Pengobatan aneurisma pada lansia harus disesuaikan dengan kondisi spesifik setiap individu dan ditentukan oleh tim perawatan medis yang terdiri dari dokter spesialis bedah vaskular, neurologi, atau kardiologi bersama dengan faktor-faktor lain seperti kondisi kesehatan secara keseluruhan dan preferensi pasien. Penting untuk berkonsultasi dengan profesional medis untuk evaluasi dan rekomendasi pengobatan yang tepat.




Sumber:

https://bmcneurol.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12883-022-02786- 

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8530485/

https://journals.sagepub.com/doi/10.1177/0963689718823517

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1878875019325343

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/brain-aneurysm/symptoms-causes/syc-20361483

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/16800-brain-aneurysm

No comments:

Post a Comment