Beberapa penelitian menemukan bahwa lansia yang sangat religius dan menggunakan mekanisme penanggulangan yang religius memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami depresi dan kecemasan serta memiliki rasa kesejahteraan psikologis yang lebih besar dibandingkan mereka yang tidak . Bahkan persepsi tentang disabilitas tampaknya berubah seiring dengan tingkat religiusitas mereka.
|
Lansia yang religius dan menggunakan coping religius tidak depresi. (Sumber: foto paguyuban 209) |
Coping religius dan spiritual pada lansia merujuk pada cara-cara tertentu yang digunakan oleh orang tua atau lansia untuk mengatasi stres, kesulitan, atau tantangan dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan sumber daya dan keyakinan spiritual atau religius mereka.
Berikut adalah pengertian masing-masing dari kedua konsep tersebut:
Coping Religius:
Coping religius melibatkan penggunaan keyakinan, nilai-nilai, dan praktik-praktik keagamaan dalam menghadapi situasi-situasi yang menantang dalam kehidupan. Ini bisa mencakup doa, meditasi, ritual keagamaan, atau keterlibatan dalam kegiatan keagamaan yang bertujuan untuk menenangkan pikiran, mencari ketenangan batin, atau menemukan makna dalam pengalaman hidup. Coping religius sering kali berfungsi sebagai sumber kekuatan dan ketenangan bagi individu dalam menghadapi stres dan kesulitan.
Coping Spiritual:
Coping spiritual melibatkan pencarian dan pengalaman individu terhadap makna, tujuan hidup, dan koneksi dengan yang lebih besar atau transenden. Ini bisa mencakup refleksi diri, pencarian makna dalam penderitaan, atau penemuan kekuatan dalam keyakinan akan keberadaan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri. Coping spiritual juga dapat melibatkan pencarian kepuasan dalam hubungan interpersonal, pengalaman alam, atau ekspresi seni yang mendalam.
Bagi lansia, coping religius dan spiritual sering kali menjadi sumber daya yang signifikan dalam menghadapi perubahan fisik, sosial, dan emosional yang terkait dengan penuaan. Ini bisa membantu mereka dalam mencari makna dalam pengalaman hidup mereka, menemukan ketenangan dalam menghadapi keterbatasan fisik atau sosial, serta merasa terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari diri mereka sendiri. Dengan demikian, coping religius dan spiritual dapat menjadi aspek penting dalam perawatan holistik bagi lansia.
Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan coping religius dan spiritual pada lansia:
Keyakinan dan Nilai-Nilai Agama:
Lansia yang memiliki keyakinan agama yang kuat cenderung menggunakan coping religius dan spiritual sebagai cara untuk menghadapi stres dan kesulitan dalam kehidupan mereka. Keyakinan dan nilai-nilai agama ini menjadi sumber kekuatan dan ketenangan bagi mereka.
Pengalaman Hidup dan Pendidikan Agama:
Pengalaman hidup dan tingkat pendidikan agama juga mempengaruhi penggunaan coping religius dan spiritual. Lansia yang telah terlibat dalam praktik keagamaan sepanjang hidup mereka atau yang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang ajaran agama cenderung lebih mungkin menggunakan coping religius dan spiritual.
|
Pendidikan agama mempengaruhi penggunaan coping religius. (Sumber: foto canva.com) |
Dukungan Sosial dari Komunitas Keagamaan:
Dukungan sosial dari komunitas keagamaan juga dapat menjadi faktor yang mempengaruhi penggunaan coping religius dan spiritual pada lansia. Lansia yang terlibat secara aktif dalam komunitas keagamaan mereka mungkin merasa lebih didukung dan terhubung, yang dapat memperkuat penggunaan coping religius dan spiritual.
Keterbatasan Fisik dan Kesehatan:
Lansia yang mengalami keterbatasan fisik atau masalah kesehatan tertentu mungkin cenderung mencari dukungan dalam coping religius dan spiritual. Praktik-praktik seperti meditasi, doa, atau refleksi spiritual dapat membantu mereka mengatasi rasa sakit, kelelahan, atau keterbatasan fisik lainnya.
Perubahan dalam Kehidupan Sosial:
Perubahan dalam kehidupan sosial, seperti pensiun, kehilangan pasangan hidup, atau terpisah dari keluarga, dapat mendorong lansia untuk mencari makna dan ketenangan dalam coping religius dan spiritual.
Penerimaan akan Kematian dan Ketidakpastian:
Lansia yang semakin menyadari keterbatasan usia dan kematian juga mungkin menggunakan coping religius dan spiritual sebagai cara untuk mencari makna dalam kehidupan mereka dan menghadapi ketidakpastian yang terkait dengan masa depan.
Faktor-faktor ini secara bersama-sama mempengaruhi bagaimana lansia menggunakan coping religius dan spiritual sebagai cara untuk menghadapi tantangan dan stres dalam kehidupan mereka.
Tanda-tanda bahwa seorang lansia membutuhkan coping religius dan spiritual dapat bervariasi tergantung pada individu dan situasi mereka.
Berapa ciri umum yang menunjukkan bahwa seorang lansia mungkin membutuhkan coping religius dan spiritual meliputi:
Peningkatan Stres atau Kecemasan:
Lansia yang mengalami peningkatan stres atau kecemasan dalam kehidupan sehari-hari mungkin mencari dukungan dalam praktik-praktik spiritual atau religius untuk menenangkan pikiran dan mencari ketenangan batin.
|
Lansia yang mengalami stres mencari dukungan praktik spiritual. (Sumber: foto canva.com) |
Krisis Identitas atau Makna:
Lansia yang menghadapi krisis identitas atau mencari makna dalam kehidupan mereka pada tahap-tahap akhir kehidupan mungkin merasa tertarik pada pencarian spiritual atau religius untuk menemukan arti yang lebih dalam.
Pengalaman Kehilangan atau Kesedihan:
Lansia yang mengalami kehilangan signifikan, seperti kematian pasangan hidup atau kehilangan kemampuan fisik atau mental, mungkin mencari dukungan dalam iman dan keyakinan spiritual mereka.
Keterbatasan Fisik atau Kesehatan:
Lansia yang mengalami keterbatasan fisik atau masalah kesehatan tertentu mungkin mencari dukungan dalam praktik-praktik spiritual atau religius untuk mengatasi rasa sakit, kelelahan, atau ketidaknyamanan fisik.
Pertanyaan tentang Kematian dan Kehidupan Setelahnya:
Lansia yang mulai mempertanyakan makna hidup, tujuan, dan eksistensi mereka mungkin mencari jawaban dalam keyakinan spiritual atau religius mereka tentang kematian dan kehidupan setelahnya.
Kesepian atau Isolasi Sosial:
Lansia yang merasa kesepian atau terisolasi secara sosial mungkin mencari dukungan dalam komunitas keagamaan atau praktik-praktik spiritual untuk merasa terhubung dengan orang lain dan merasa didukung.
Perubahan Dalam Kehidupan Sosial atau Lingkungan:
Perubahan dalam kehidupan sosial atau lingkungan, seperti pensiun, pindah tempat tinggal, atau perubahan besar dalam rutinitas sehari-hari, dapat mendorong lansia untuk mencari dukungan dalam keyakinan spiritual atau religius mereka.
Setiap individu memiliki kebutuhan dan preferensi yang unik dalam hal spiritualitas dan religiusitas mereka. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan menghormati kebutuhan individu saat mencari dukungan dalam coping religius dan spiritual.
Cara menggunakan coping religius dan spiritual pada lansia dapat bervariasi tergantung pada preferensi dan keyakinan individu.
Beberapa cara umum yang dapat membantu lansia menggunakan coping religius dan spiritual:
Doa dan Meditasi:
Lansia dapat menggunakan doa atau meditasi sebagai cara untuk mencari ketenangan batin, merasa terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri, dan menenangkan pikiran mereka dalam menghadapi stres atau kesulitan.
|
Lansia mencari ketenangan batin dengan berdoa. (Sumber: canva.com) |
Partisipasi dalam Kegiatan Keagamaan:
Lansia dapat terlibat dalam kegiatan keagamaan seperti ibadah, perayaan keagamaan, atau kelompok doa sebagai cara untuk merasa terhubung dengan komunitas keagamaan mereka dan mendapatkan dukungan sosial dari sesama umat.
Pembacaan atau Studi Teks Keagamaan:
Membaca atau mempelajari teks-teks keagamaan dapat membantu lansia menemukan ketenangan batin, mendapatkan wawasan tentang makna hidup, dan menemukan dukungan dalam keyakinan spiritual mereka.
Mendiskusikan Isu-Isu Spiritual dengan Orang Lain:
Lansia dapat mencari dukungan dalam berbicara dengan anggota komunitas keagamaan mereka, teman-teman, atau anggota keluarga tentang isu-isu spiritual atau religius yang mereka hadapi.
Mengembangkan Rutinitas Spiritual:
Membuat rutinitas spiritual seperti waktu harian untuk berdoa, meditasi, atau refleksi spiritual dapat membantu lansia menjaga kesehatan mental dan emosional mereka.
Mengikuti Konseling atau Pendampingan Spiritual:
Lansia dapat mencari bimbingan dari seorang konselor atau pendeta/pemimpin agama untuk membantu mereka menjelajahi masalah spiritual atau religius yang mungkin mereka hadapi dalam proses penuaan.
Menyumbang atau Melayani Komunitas:
Melakukan amal atau melayani komunitas dalam kerangka keagamaan mereka dapat menjadi cara bagi lansia untuk merasa terhubung dengan orang lain dan menemukan makna dalam pengalaman hidup mereka.
Pengembangan Koneksi Emosional:
Lansia dapat mencari dukungan dalam membangun dan memelihara hubungan emosional dengan sesama umat atau keluarga yang membagikan keyakinan spiritual mereka.
Penggunaan coping religius dan spiritual harus disesuaikan dengan preferensi dan keyakinan individu masing-masing. Selain itu, lansia juga dapat mencari dukungan dari profesional kesehatan mental atau agama jika mereka merasa perlu bantuan tambahan dalam mengatasi stres atau kesulitan yang mereka hadapi.
Sumber:
https://www.snydervillage.com/spiritual-needs-older-adults/
https://www.msdmanuals.com/professional/geriatrics/social-issues-in-older-adults/religion-and-spirituality-in-older-adults
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/36991287/
https://www.researchgate.net/publication/286444901_Spiritual_Religious_Coping_is_Associated_with_Quality_of_Life_in_Institutionalized_Older_Adults
https://www.intechopen.com/chapters/40016
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0197457217301520
No comments:
Post a Comment