Monday, 19 February 2024

Isolasi Sosial pada Lansia, Peningkatan Risiko kematian Dini.

         Isolasi sosial umumnya didefinisikan sebagai rendahnya kuantitas dan kualitas kontak dengan orang lain. Situasi isolasi sosial melibatkan sedikit kontak sosial dan sedikit peran sosial, serta tidak adanya hubungan yang saling menguntungkan. Isolasi sosial dapat menyebabkan kesehatan yang buruk, kesepian, tekanan emosional dan dampak negatif lainnya.

Tidak semua lansia yang terisolasi secara sosial menderita akibat negatif dari isolasi sosial. Misalnya, beberapa lansia mungkin lebih suka menyendiri dan tidak mengalami kesepian. Di sisi lain, karena kesepian adalah pengalaman subjektif, beberapa lansia yang aktif secara sosial mungkin merasa kesepian.

Lansia dalam suatu komunitas mengurangi risiko isolasi sosial.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Isolasi sosial berbeda dengan perasaan kesepian, meski keduanya sering kali berkaitan. Kesepian adalah penderitaan yang diakibatkan oleh ketidaksesuaian antara hubungan sosial yang ideal dan yang dirasakan. Perspektif kesenjangan ini memperjelas bahwa kesepian tidak identik dengan kesendirian, dan kebersamaan dengan orang lain juga tidak menjamin perlindungan dari perasaan kesepian. Sebaliknya, kesepian adalah perasaan tertekan yang terjadi ketika hubungan sosial seseorang dianggap kurang memuaskan dibandingkan yang diinginkan.

Beberapa faktor dapat menempatkan lansia pada risiko isolasi sosial dan kesepian, antara lain:

Kesehatan Fisik: 
Masalah kesehatan fisik seperti gangguan mobilitas, penurunan fungsi sensorik (penglihatan dan pendengaran), atau penyakit kronis dapat membatasi kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara sosial. Hal ini dapat membuat lansia merasa sulit untuk keluar rumah atau berpartisipasi dalam aktivitas sosial.

Kehilangan Pasangan Hidup:
Kematian pasangan hidup atau teman-teman sebaya dapat meninggalkan lansia dalam situasi isolasi sosial. Pasangan hidup sering kali merupakan sumber dukungan sosial yang kuat, dan kehilangan mereka dapat meninggalkan lansia merasa terisolasi secara emosional dan sosial.

Mobilitas Terbatas:
Lansia yang mengalami penurunan mobilitas, baik karena masalah kesehatan fisik atau kendala transportasi, mungkin tidak dapat dengan mudah melakukan aktivitas sosial di luar rumah mereka. Ini dapat menyebabkan isolasi sosial karena mereka tidak dapat mengakses kegiatan sosial di masyarakat.

Keterbatasan Finansial:
Keterbatasan finansial dapat menjadi hambatan bagi lansia untuk berpartisipasi dalam aktivitas sosial. Biaya transportasi, keanggotaan klub, atau bahkan biaya makan di luar rumah dapat menjadi penghalang bagi lansia yang memiliki pendapatan terbatas.

Keterbatasan finasial menjadi hambatab lansia beraktivitas sosial.
(Sumber: foto canva.com)

Stigma Sosial: 
Beberapa lansia mungkin mengalami isolasi sosial karena stigma sosial terkait usia tua, usia 80 tahun atau lebih. Stigma ini dapat mendorong mereka untuk menghindari interaksi sosial karena merasa tidak dihargai atau tidak relevan dalam lingkungan sosial yang lebih muda.

Kehilangan Kemandirian: 
Lansia yang kehilangan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari mungkin merasa malu atau tidak nyaman untuk berinteraksi dengan orang lain. Rasa rendah diri ini dapat menyebabkan mereka menarik diri dari situasi sosial.

Kehilangan Jaringan Sosial: 
Lansia yang mengalami kehilangan teman-teman atau keluarga dekat dalam jumlah besar, misalnya karena kematian, pindah, atau pertengkaran, dapat merasa kehilangan dukungan sosial yang penting. Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial karena mereka merasa tidak memiliki jaringan sosial yang kuat lagi.

Perubahan Lingkungan:
Perubahan lingkungan seperti pindah ke tempat tinggal yang baru atau masalah aksesibilitas dalam lingkungan tempat tinggal lama juga dapat menyebabkan isolasi sosial bagi lansia.

Kesadaran terhadap layanan dan program masyarakat: 
Lansia kurang kesadaran atau akses terhadap layanan dan program masyarakat, seperti posyandu lansia.

Beberapa akibat yang timbul dari isolasi dan pengucilan sosial, antara lain: 

Penurunan Kesehatan Mental:
Isolasi sosial dapat meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan stres pada lansia. Kurangnya interaksi sosial dapat menyebabkan perasaan kesepian, rendah diri, dan kurangnya dukungan emosional, yang semuanya dapat berdampak negatif pada kesehatan mental.

Penurunan Kesehatan Fisik:
Lansia yang mengalami isolasi sosial cenderung kurang aktif secara fisik. Hal ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, obesitas, diabetes, dan kondisi kesehatan fisik lainnya. Selain itu, kurangnya dukungan sosial juga dapat mempengaruhi kepatuhan terhadap pengobatan dan perawatan kesehatan.

Keterbatasan fisik cenderung mengalami isolasi sosial.
(Sumber: foto canva.com)
Penurunan Kognitif:
Interaksi sosial dapat memiliki dampak positif pada kognisi dan fungsi otak. Isolasi sosial pada lansia dapat meningkatkan risiko penurunan kognitif dan perkembangan penyakit seperti demensia dan Alzheimer.

Penurunan Kualitas Hidup:
Kurangnya interaksi sosial dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan. Lansia yang merasa terisolasi mungkin mengalami kesulitan dalam menemukan arti dan tujuan dalam kehidupan sehari-hari, serta kesulitan dalam menikmati aktivitas dan hobi yang mereka nikmati.

Penurunan Keterlibatan Sosial:
Isolasi sosial dapat menyebabkan lansia merasa terputus dari masyarakat dan kurang terlibat dalam kegiatan sosial yang bermanfaat. Ini dapat mengurangi rasa keterlibatan dan keterikatan dengan masyarakat, yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan sosial mereka.

Peningkatan Risiko Kematian Dini: 
Beberapa penelitian telah menemukan hubungan antara isolasi sosial pada lansia dengan peningkatan risiko kematian dini. Lansia yang merasa terisolasi secara sosial cenderung memiliki harapan hidup yang lebih pendek dibandingkan dengan mereka yang memiliki jaringan sosial yang kuat.

Kesulitan dalam Penyesuaian Perubahan: 
Isolasi sosial dapat membuat lansia lebih sulit menyesuaikan diri dengan perubahan dalam kehidupan mereka, seperti kehilangan pasangan hidup, perubahan kondisi kesehatan, atau transisi ke tahap kehidupan yang baru.

Perasaan Terabaikan dan Tidak Diakui: 
Lansia yang merasa terisolasi sosial mungkin mengalami perasaan tidak diakui atau terabaikan oleh keluarga, teman, atau masyarakat secara umum. Hal ini dapat meningkatkan perasaan kesepian dan merugikan kesejahteraan emosional mereka.

Peningkatan jumlah jatuh:
Lansia yang mengalami isolasi sosial cenderung kurang aktif secara fisik karena mereka memiliki sedikit kesempatan untuk bergerak dan berinteraksi dengan orang lain. Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan penurunan kekuatan otot, keseimbangan, dan koordinasi, yang merupakan faktor risiko utama untuk jatuh.

Beberapa faktor, sifat, situasi atau keadaan tertentu  dapat membantu lansia untuk berintegrasi secara sosial dan mengurangi risiko isolasi sosial:    
 
Mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi:
Lansia dengan pendidikan tinggi mungkin memiliki minat yang lebih besar dalam kegiatan intelektual dan budaya, seperti diskusi kelompok, pertunjukan seni, atau kursus pendidikan lanjutan. Partisipasi dalam kegiatan semacam itu dapat membantu mereka tetap terlibat dalam masyarakat dan mencegah isolasi sosial.

Memiliki pendapatan yang cukup :
Memiliki pendapatan yang cukup memungkinkan lansia untuk mengikuti kegiatan sosial dan rekreasi yang memerlukan biaya, seperti bergabung dengan klub, menghadiri acara budaya atau olahraga, atau berpartisipasi dalam tur dan perjalanan kelompok. Ini membantu mereka untuk tetap aktif dan terlibat dalam masyarakat.

Berada dalam kondisi kesehatan fisik yang baik: 
Kemampuan fisik yang baik memungkinkan lansia untuk tetap aktif dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial dan rekreasi. Lansia yang memiliki mobilitas yang baik dan keseimbangan yang stabil akan lebih mungkin terlibat dalam kegiatan di luar rumah dan berinteraksi dengan orang lain.

Mempertahankan Koneksi Sosial:
Penting untuk mendorong lansia untuk tetap terhubung dengan teman, keluarga, dan komunitas mereka. Ini bisa dilakukan melalui panggilan telepon, obrolan video, atau pertemuan langsung jika memungkinkan.

Mendorong Partisipasi dalam Kegiatan Sosial:
Lansia harus didorong untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan rekreasi yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Ini bisa termasuk klub buku, kelompok seni, atau klub olahraga.

Mengadakan Program Komunitas: 
Membangun program komunitas yang dirancang khusus untuk lansia dapat membantu menciptakan kesempatan untuk berinteraksi dengan sesama dan membangun jaringan sosial yang kuat.

Mempromosikan Transportasi yang Ramah Lansia:
Memastikan aksesibilitas transportasi yang mudah bagi lansia dapat membantu mereka tetap terlibat dalam kegiatan sosial di luar rumah.

Menyediakan Dukungan Kesehatan Mental: 
Penting untuk menawarkan dukungan kesehatan mental kepada lansia yang mengalami kesulitan emosional atau psikologis. Ini bisa berupa konseling, dukungan kelompok, atau akses ke layanan kesehatan mental.

Menyediakan Akses ke Layanan Perawatan Diri: 
Membantu lansia untuk tetap merawat diri mereka sendiri dengan baik dapat membantu mereka merasa lebih percaya diri dan independen. Ini bisa meliputi akses ke layanan perawatan pribadi di rumah atau di komunitas.

Membangun Kesadaran akan Isolasi Sosial: 
Pendidikan dan kesadaran tentang risiko isolasi sosial pada lansia dapat membantu masyarakat dan penyedia layanan kesehatan untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah ini.

Menggunakan Teknologi Secara Efektif:
Mendorong penggunaan teknologi seperti komputer, tablet, atau ponsel pintar dapat membantu lansia tetap terhubung dengan teman dan keluarga, serta memperluas jaringan sosial mereka.

Mendorong Keterlibatan dalam Pekerjaan Sukarela:
Menyediakan kesempatan untuk terlibat dalam pekerjaan sukarela dapat membantu lansia merasa terhubung dengan masyarakat dan memberikan perasaan memiliki tujuan dan kontribusi yang berarti.

Membangun Lingkungan yang Dukung lansia: 
Membangun lingkungan sosial yang inklusif dan mendukung di komunitas dan tempat tinggal dapat membantu mencegah isolasi sosial pada lansia.

Lingkungan yang mendukung lansia.
(Sumber: foto canva.com)
Dengan mengambil langkah-langkah ini, Anda dapat mengurangi risiko isolasi sosial pada lansia dan meningkatkan kesejahteraan sosial, emosional, dan fisik mereka. Bergabung dengan posyandu lansia dan komunikasi dengan tenaga kesehatan atau dokter.



Sumber:

https://www.canada.ca/en/employment-social-development/corporate/partners/seniors-forum/social-isolation-toolkit-vol1.html

https://bluemoonseniorcounseling.com/10-ways-to-help-seniors-avoid-social-isolation/

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28515187/

https://www.aplaceformom.com/caregiver-resources/articles/social-isolation

https://www.who.int/activities/reducing-social-isolation-and-loneliness-among-older-people/1000

https://www.ncoa.org/article/staying-socially-connected-can-stave-off-isolation-and-loneliness



No comments:

Post a Comment