Friday, 23 February 2024

Sindrom Iritasi Urus Besar pada lansia.

        Banyak orang lanjut usia yang mengalami kram perut, nyeri, kembung, gas, diare, sembelit, atau gejala gastrointestinal tidak menyenangkan lainnya mungkin menderita sindrom iritasi usus besar. 
Sindrom Usus Besar yang Iritasi (Irritable Bowel Syndrome/IBS) pada lansia memiliki pengertian yang sama dengan IBS pada populasi umum. IBS adalah gangguan saluran pencernaan yang kronis dan dapat mempengaruhi usus besar (kolon). IBS pada lansia menunjukkan gejala dan karakteristik yang serupa dengan IBS pada kelompok usia lainnya.

Lansia sangat rentan dengan berbagai penyakit karena penuaan.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

       Gejala Sindrom Usus Besar yang Iritasi (IBS) pada lansia umumnya mirip dengan gejala pada kelompok usia lainnya. Namun, perlu diingat bahwa gejala IBS dapat bervariasi dari orang ke orang.  

Beberapa ciri yang mungkin dialami oleh lansia dengan IBS meliputi:

Perubahan pola buang air besar: 
Lansia dengan IBS mungkin mengalami diare, sembelit, atau perubahan antara kedua kondisi tersebut.

Kram perut: 
Lansia dengan IBS sering mengalami kram perut yang dapat berubah dalam intensitas dan lokasi.

Kembung: 
Lansia dengan IBS dapat mengalami sensasi kembung atau rasa penuh di perut.

Nyeri abdomen: 
Nyeri abdomen atau ketidaknyamanan di daerah perut sering dialami oleh lansia dengan IBS.

Tidak nyaman di daerah perut sering dialami lansia.
(Sumber: foto canva.com)
Perubahan dalam konsistensi tinja: 
Tinja dapat berubah dalam konsistensi, seperti menjadi lebih keras atau lebih lunak dari biasanya.

Sensasi tidak lengkap saat buang air besar: 
Lansia dengan IBS mungkin merasa seperti tidak sepenuhnya mengosongkan usus setelah buang air besar.

Perasaan perlu segera buang air besar setelah makan: 
Beberapa orang dengan IBS, termasuk lansia, mungkin mengalami keinginan mendadak untuk buang air besar setelah makan.

Gejala terkait lainnya: 
Lansia dengan IBS juga dapat mengalami gejala terkait lainnya seperti kelelahan, mual, dan perasaan tidak enak badan.

Gejala IBS pada lansia bisa bervariasi dari individu ke individu, dan diagnosis yang tepat serta perencanaan pengelolaan yang sesuai harus dilakukan oleh profesional medis.

       Penyebab pasti dari Sindrom Usus Besar yang Iritasi (IBS) pada lansia belum sepenuhnya dipahami, tetapi ada beberapa faktor yang diyakini dapat berperan dalam munculnya kondisi ini pada populasi lansia. 

Beberapa faktor yang mungkin berperan dalam memicu atau memperburuk IBS pada lansia meliputi:

Perubahan fisik usia: 
Proses penuaan dapat mempengaruhi sistem pencernaan, termasuk lambung dan usus, yang dapat meningkatkan risiko IBS.

Gangguan motilitas usus:
Lansia mungkin mengalami perubahan dalam gerakan dan kontraksi usus, yang dapat memengaruhi pola buang air besar dan menyebabkan gejala IBS.

Stres dan faktor psikologis: 
Lansia sering kali mengalami stres yang lebih tinggi, serta gangguan psikologis seperti depresi atau kecemasan, yang dapat memperburuk gejala IBS.

Lansia sering mengalami stres dan depresi.
(Sumber: foto canva.com)

Perubahan dalam pola makan dan diet: 
Lansia mungkin mengalami perubahan dalam kebiasaan makan dan diet mereka seiring bertambahnya usia, yang dapat memengaruhi fungsi pencernaan dan memicu gejala IBS.

Penyakit dan kondisi lainnya: 
Lansia sering kali memiliki kondisi kesehatan lain yang mungkin berkontribusi pada perkembangan IBS, seperti sindrom metabolik, diabetes, atau gangguan neurologis.

Perubahan hormonal:
Perubahan hormonal yang terjadi selama proses penuaan, termasuk penurunan kadar hormon estrogen pada wanita, dapat mempengaruhi fungsi usus dan berkontribusi pada IBS.

Faktor genetik:
Meskipun belum sepenuhnya dipahami, faktor genetik juga mungkin berperan dalam kemungkinan seseorang mengembangkan IBS, termasuk pada populasi lansia.

Kombinasi dari faktor-faktor ini mungkin berkontribusi pada munculnya atau memperburuk gejala IBS pada lansia. 

       Mengatasi Sindrom Usus Besar yang Iritasi (IBS) pada lansia melibatkan pendekatan yang holistik dan dapat mencakup perubahan gaya hidup, diet, manajemen stres, dan pengobatan simptomatik.  

Beberapa langkah yang dapat membantu mengelola gejala IBS pada lansia:

Perubahan Gaya Hidup:
Mengatur jadwal buang air besar yang teratur.
Berolahraga secara teratur untuk meningkatkan fungsi usus dan mengurangi stres.
Menjaga kecukupan istirahat dan tidur yang berkualitas.

Perubahan Diet:
Memperhatikan makanan yang memicu atau memperburuk gejala, seperti makanan pedas, berlemak, atau berkarbonasi.
Makan dalam porsi kecil dan sering, dan menghindari makan terlalu cepat.
Menjaga asupan serat yang cukup dari buah-buahan, sayuran, dan sumber serat lainnya, tetapi secara bertahap untuk menghindari peningkatan gejala.

Manajemen Stres:
Berlatih teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga.
Melakukan aktivitas yang menyenangkan dan melepas stres, seperti berjalan-jalan di alam, mendengarkan musik, atau membaca buku.

Obat-obatan:
Penggunaan obat-obatan seperti antispasmodik atau antidiare mungkin diresepkan oleh dokter untuk mengatasi gejala spesifik.
Penggunaan suplemen probiotik tertentu juga telah diteliti untuk membantu mengurangi gejala IBS pada beberapa individu.

Terapi Psikologis:
Terapi kognitif-perilaku atau terapi stres dapat membantu mengatasi gejala IBS yang berkaitan dengan stres dan faktor psikologis lainnya.

Konsultasi dengan Profesional Kesehatan:
Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan saran yang sesuai mengenai diet, pengobatan, dan manajemen gejala IBS yang spesifik untuk kondisi lansia.

Setiap individu mungkin merespons berbeda terhadap strategi pengelolaan IBS, dan perlu waktu untuk menemukan kombinasi perubahan gaya hidup, diet, dan pengobatan yang paling efektif untuk mengatasi gejala. Penting juga untuk tetap berkomunikasi dengan profesional medis Anda selama proses pengelolaan IBS.





Sumber:






No comments:

Post a Comment