Populasi global lansia multimorbid terus bertambah. Multimorbiditas adalah penyebab utama polifarmasi yang kompleks, yang pada gilirannya merupakan faktor risiko utama untuk peresepan yang tidak tepat serta reaksi dan kejadian obat yang merugikan.
Kesalahan pengobatan dapat mengakibatkan cedera parah atau kematian pasien, dan hal ini dapat dicegah. Meskipun sebagian besar kesalahan kecil, spektrumnya sangat luas, dan beberapa di antaranya berakibat fatal. Kesalahan pengobatan (medication error) didefinisikan sebagai setiap peristiwa yang dapat dicegah yang dapat menyebabkan atau menyebabkan penggunaan obat yang tidak tepat atau membahayakan pasien ketika obat tersebut berada dalam kendali profesional layanan kesehatan, pasien, atau konsumen.
|
Kesalahan pengobatan dapat mengakibatkan cedera parah atau kematian pasien. (Sumber: foto pens 49 ceria) |
Pasien lansia yang memiliki masalah klinis kompleks dan menjalani banyak pengobatan, sangat rentan terhadap kesalahan pengobatan. Meskipun mereka mungkin benar-benar membutuhkan lebih banyak obat namun mereka sering kali menjadi korban dari 'peresepan kaskade', memiliki peningkatan risiko interaksi obat-obat dan obat-penyakit, dan sering menderita penggunaan obat-obatan yang tidak tepat. ].
Kesalahan dalam pengelolaan obat dapat menjadi penyebab masalah kesehatan pada lansia karena lansia sering kali memiliki karakteristik dan kondisi kesehatan tertentu yang membuat mereka lebih rentan terhadap efek samping obat.
Beberapa penyebab masalah kesehatan yang mungkin timbul pada lansia terkait dengan obat-obatan:
Penyakit Kronis:
Lansia cenderung menderita penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung yang membutuhkan penggunaan obat-obatan dalam jangka waktu yang panjang. Kesalahan dalam dosis atau penggunaan obat-obatan ini dapat mempengaruhi kesehatan secara keseluruhan.
Penurunan Fungsi Ginjal dan Hati:
Fungsi ginjal dan hati cenderung menurun seiring bertambahnya usia, sehingga kemampuan tubuh untuk mengeluarkan obat dari sistem tubuh juga menurun. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan risiko efek samping obat yang merugikan.
|
Kemampuan ginjal menurun seiring bertambah usia. (Sumber: foto canva.com) |
Penurunan Fungsi Kognitif:
Lansia yang mengalami penurunan fungsi kognitif atau gangguan seperti demensia mungkin kesulitan memahami instruksi penggunaan obat atau mengikuti jadwal pengobatan yang tepat.
Interaksi Obat:
Lansia sering mengonsumsi beberapa jenis obat sekaligus untuk mengelola beberapa kondisi kesehatan. Interaksi antar obat-obatan ini dapat meningkatkan risiko efek samping atau mengurangi efektivitas pengobatan.
Alergi atau Sensitivitas:
Lansia juga bisa memiliki alergi atau sensitivitas terhadap beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan reaksi alergi atau efek samping yang serius.
Penyimpanan Obat yang Tidak Tepat:
Lansia mungkin memiliki kesulitan dalam menyimpan obat dengan benar, sehingga obat-obatan dapat menjadi terkontaminasi atau kehilangan efektivitasnya.
Penurunan Fungsi Penglihatan dan Pendengaran:
Penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran pada lansia dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk membaca instruksi penggunaan obat atau mendengar informasi yang disampaikan oleh petugas kesehatan.
Muncul Gejala baru:
Gejala baru apa pun, seperti pusing atau mual, bisa jadi merupakan efek samping atau reaksi pengobatan. Dokter utama Anda harus mengetahui semua obat yang diminum, termasuk obat baru. Penting untuk selalu memberikan informasi kepada dokter daftar obat-obatan yang sedang digunakan, termasuk siapa yang meresepkan obat tersebut, untuk menghindari obat-obatan saling merugikan.
Masalah mobilitas:
Pusing dan sakit kepala ringan adalah efek samping umum dari banyak obat termasuk obat tekanan darah tinggi. Efek samping tersebut dapat memperburuk kemampuan berjalan pada orang yang mengalami kesulitan berjalan karena radang sendi atau masalah lainnya. Amankan rumah dari terjatuh dengan melepas atau mengamankan permadani yang longgar dan bahaya tersandung lainnya.
|
Lansia banyak yang mengalami kesulitan berjalan. (Sumber: foto canva.com) |
Perubahan cara berpikir, penalaran atau ketajaman mental:
Ada banyak kemungkinan penyebab kelupaan dan kebingungan. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah masalah pengobatan, termasuk pengobatan berlebihan. Minta dokter untuk menilai sepenuhnya perubahan kognitif atau mental. Obat-obatan bisa jadi penyebabnya.
Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari:
Potensi efek samping pengobatan apa pun dapat mempersulit perawatan diri bagi orang dewasa yang menua, mulai dari mandi dan menggunakan toilet hingga makan dan berpakaian. Itu sebabnya, jika tidak diperiksa oleh dokter, beberapa efek samping pengobatan bisa menimbulkan masalah serius yang membuat Anda lebih sulit tinggal di rumah.
Kesulitan tidur:
Beberapa obat resep, termasuk antidepresan, dapat menyebabkan insomnia dan kebutuhan akan obat tidur. Bicarakan dengan dokter tentang cara untuk membantu menghindari efek samping semacam ini.
Perubahan nafsu makan:
Beberapa obat berdampak pada nafsu makan , baik menurunkan nafsu makan atau, seperti yang umumnya terjadi ketika mengonsumsi obat steroid, meningkatkan rasa lapar. Jika lansia mengalami masalah nafsu makan, tanyakan kepada dokter tentang penjadwalan pertemuan dengan ahli gizi.
Perubahan kesejahteraan secara keseluruhan:
Obat-obatan yang tidak diminum dengan benar dapat mempengaruhi kesejahteraan seseorang. Atur agar obat-obatan ditinjau setidaknya setiap tahun atau setiap kali ada perubahan dalam resep.
Kesalahan pengelolaan obat pada lansia dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang bervariasi tergantung pada jenis kesalahan yang terjadi.
Beberapa contoh penyakit atau masalah kesehatan yang dapat timbul dari kesalahan pengelolaan obat pada lansia:
Efek Samping Obat:
Lansia cenderung lebih rentan terhadap efek samping obat karena tubuh mereka mungkin lebih sensitif terhadap zat-zat kimia dalam obat. Efek samping seperti mual, pusing, kebingungan, gangguan kognitif, gangguan keseimbangan, atau reaksi alergi dapat muncul sebagai hasil dari kesalahan dosis atau interaksi obat.
|
Efek samping obat seperti mual,pusing, kebingungan. (Sumber: foto canva.com) |
Kerusakan Organ:
Penggunaan obat yang tidak sesuai dosis atau obat yang berpotensi berbahaya bagi fungsi ginjal atau hati dapat menyebabkan kerusakan organ. Lansia, yang sering kali memiliki fungsi ginjal dan hati yang menurun, lebih rentan terhadap kerusakan organ tersebut.
Overdosis atau Keracunan:
Kesalahan dalam pengelolaan dosis obat dapat menyebabkan overdosis pada lansia, yang dapat mengakibatkan keracunan obat dan berbagai masalah kesehatan serius, bahkan kematian.
Reaksi Hipersensitivitas:
Lansia juga bisa mengalami reaksi hipersensitivitas terhadap obat-obatan tertentu, yang dapat menghasilkan ruam kulit, gatal-gatal, pembengkakan, atau reaksi alergi serius lainnya.
Gangguan Kognitif atau Mental:
Kesalahan dalam pengelolaan obat, terutama yang memengaruhi sistem saraf pusat, dapat menyebabkan gangguan kognitif atau mental pada lansia, seperti kebingungan, kehilangan memori, depresi, atau gangguan kejiwaan lainnya.
Penurunan Kualitas Hidup:
Kesalahan dalam pengelolaan obat dapat mengakibatkan penurunan kualitas hidup pada lansia, baik secara fisik maupun psikologis, karena efek samping yang mengganggu atau komplikasi kesehatan yang timbul.
Peningkatan Risiko Cedera atau Kecelakaan:
Efek samping obat tertentu, seperti pusing atau gangguan keseimbangan, dapat meningkatkan risiko jatuh dan cedera pada lansia, terutama jika mereka mengonsumsi obat-obatan yang memengaruhi sistem saraf pusat.
|
Peningkatan risiko jatuh karena efek samping obat pada lansia. (Sumber: foto canva.com) |
Penting untuk memastikan bahwa lansia menerima perawatan yang tepat dari penyedia layanan kesehatan yang terlatih dan bahwa mereka dan keluarga mereka memahami instruksi penggunaan obat dengan benar. Kesalahan pengelolaan obat dapat berdampak serius pada kesehatan lansia, oleh karena itu upaya pencegahan dan pemantauan yang baik sangat penting.
Interaksi obat adalah ketika dua atau lebih obat yang dikonsumsi bersama-sama mempengaruhi cara obat-obatan tersebut bekerja di dalam tubuh. Interaksi obat pada lansia bisa memiliki dampak yang lebih serius daripada pada kelompok usia lainnya karena lansia sering mengonsumsi beberapa jenis obat untuk mengelola kondisi kesehatan yang kompleks.
Beberapa dampak dari interaksi obat pada lansia meliputi:
Efek Samping yang Lebih Parah:
Interaksi obat dapat meningkatkan risiko efek samping obat secara keseluruhan. Lansia cenderung lebih rentan terhadap efek samping obat karena perubahan fisiologis dalam tubuh mereka seiring bertambahnya usia.
Penurunan Efektivitas Pengobatan:
Interaksi obat dapat mengurangi efektivitas satu atau beberapa obat yang dikonsumsi. Hal ini bisa mengurangi efektivitas pengobatan untuk kondisi kesehatan tertentu atau menyebabkan kondisi kesehatan yang ada menjadi lebih sulit dikontrol.
Resiko Kejadian Reaksi Alergi:
Interaksi obat dapat meningkatkan risiko terjadinya reaksi alergi pada lansia, terutama jika mereka memiliki riwayat alergi terhadap salah satu obat yang digunakan.
Gangguan Fungsi Organ:
Interaksi obat dapat menyebabkan gangguan fungsi organ tertentu, terutama hati dan ginjal. Lansia sering kali memiliki fungsi organ yang menurun seiring bertambahnya usia, sehingga lebih rentan terhadap efek negatif dari interaksi obat.
Kemungkinan Overdosis atau Toksisitas:
Interaksi obat juga bisa menyebabkan peningkatan risiko overdosis atau toksisitas obat karena pengaruh gabungan obat-obatan yang saling memperkuat efeknya.
Gangguan Kognitif atau Mental:
Beberapa interaksi obat dapat memengaruhi sistem saraf pusat dan menyebabkan gangguan kognitif atau mental pada lansia, seperti kebingungan, kehilangan memori, atau depresi.
Penurunan Kualitas Hidup:
Interaksi obat dapat mengakibatkan penurunan kualitas hidup pada lansia karena efek samping yang mengganggu atau komplikasi kesehatan yang timbul.
Oleh karena itu, penting bagi lansia dan penyedia layanan kesehatan untuk memantau interaksi obat dengan cermat dan memastikan bahwa obat-obatan yang diresepkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan individu serta meminimalkan risiko interaksi obat yang merugikan.
Mencegah kesalahan obat dan interaksi obat pada lansia memerlukan perhatian khusus dan kerja sama antara lansia, penyedia layanan kesehatan, dan keluarga atau penjaga.
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah kesalahan obat dan interaksi obat pada lansia:
Komunikasi Terbuka dengan Dokter:
Penting bagi lansia untuk berkomunikasi secara terbuka dengan dokter mereka tentang semua obat yang mereka konsumsi, termasuk obat resep, obat non-resep, dan suplemen. Dokter harus mengetahui riwayat kesehatan lengkap pasien, termasuk alergi, kondisi kesehatan yang sedang diobati, dan obat-obatan yang telah digunakan sebelumnya.
Daftar Obat yang Lengkap:
Lansia harus memiliki daftar obat yang lengkap, termasuk nama obat, dosis, frekuensi konsumsi, dan tujuan penggunaan. Daftar ini harus diperbarui secara teratur dan dibawa setiap kali berkonsultasi dengan dokter atau apoteker.
Konsultasi dengan Apoteker:
Apoteker adalah sumber informasi yang berharga tentang interaksi obat dan efek samping potensial. Lansia harus berkonsultasi dengan apoteker mereka untuk memastikan bahwa obat-obatan yang mereka konsumsi aman untuk dikonsumsi bersama-sama dan untuk memahami instruksi penggunaan obat dengan benar.
Pemantauan Teratur:
Lansia harus dipantau secara teratur oleh dokter mereka untuk memantau respons terhadap pengobatan dan memeriksa kemungkinan interaksi obat. Pemantauan ini juga dapat membantu dalam menyesuaikan dosis obat jika diperlukan.
Hindari Penggunaan Obat Non-Resep yang Tidak Perlu:
Lansia harus menghindari penggunaan obat non-resep tanpa konsultasi dokter atau apoteker. Beberapa obat non-resep dapat berinteraksi dengan obat resep atau kondisi kesehatan tertentu.
Jaga Ketersediaan Informasi:
Pastikan informasi tentang obat-obatan disimpan dengan baik dan mudah diakses, baik oleh lansia sendiri maupun oleh keluarga atau penjaga jika diperlukan.
Edukasi dan Pemahaman:
Lansia dan keluarga atau penjaga mereka harus mendapatkan edukasi yang memadai tentang obat-obatan yang dikonsumsi, termasuk instruksi penggunaan obat, efek samping yang mungkin terjadi, dan tanda-tanda interaksi obat yang perlu diperhatikan.
Pemantauan Efek Samping:
Lansia harus waspada terhadap gejala atau efek samping yang muncul setelah memulai penggunaan obat baru. Jika terjadi efek samping yang tidak diharapkan, segera konsultasikan dengan dokter atau apoteker.
Dengan memperhatikan langkah-langkah ini dan berkomunikasi dengan penyedia layanan kesehatan secara teratur, lansia dapat membantu mencegah kesalahan obat dan interaksi obat yang dapat membahayakan kesehatan mereka.
Sumber:
https://www.homeinstead.com/care-resources/health-conditions/10-signs-medications-could-be-to-blame/
https://www.mayoclinicproceedings.org/article/S0025-6196(14)00567-9/fulltext
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2723202/
https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/17512433.2019.1615442
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4922820/
https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S1551741121001145
No comments:
Post a Comment