Tuesday, 26 March 2024

Waspada, Penyakit Tulang Lunak pada Lansia

        Osteomalasia sering disebut sebagai “penyakit tulang lunak”, adalah penyakit metabolisme tulang yang ditandai dengan gangguan mineralisasi, beda dengan osteoporosis yang merupakan penyakit kerangka sistemik dengan penurunan massa tulang dan perubahan mikro dan mikroarsitektur tulang, sehingga menyebabkan tulang rapuh. 

Osteomalasia sering disebut penyakit tulang lunak dan menyerang lansia.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Osteomalasia merupakan suatu kondisi patologis yang ditandai dengan penurunan kepadatan mineral tulang dan gangguan mineralisasi pada matriks tulang. Keadaan ini dapat memengaruhi kualitas dan kekuatan tulang, meningkatkan risiko fraktur, dan membatasi mobilitas individu. Lansia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami osteomalasia karena berbagai faktor, baik intrinsik maupun ekstrinsik, yang mempengaruhi kesehatan tulang seiring bertambahnya usia.

Osteomalasia pada lansia dapat dijelaskan sebagai suatu gangguan metabolik tulang yang terjadi pada usia lanjut. Gangguan ini biasanya ditandai dengan penurunan kepadatan mineral tulang, terutama kalsium dan fosfor, serta gangguan dalam proses mineralisasi tulang. Akibatnya, tulang menjadi lemah, rapuh, dan rentan terhadap fraktur. Proses osteomalasia pada lansia sering kali merupakan hasil dari kumulasi perubahan terkait usia dalam metabolisme mineral dan hormonal.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan osteomalasia pada lansia meliputi:

Defisiensi Vitamin D:
Defisiensi vitamin D merupakan penyebab utama osteomalasia pada lansia. Vitamin D diperlukan untuk penyerapan kalsium dari usus ke dalam aliran darah, yang kemudian dibutuhkan untuk mineralisasi tulang. Lansia cenderung memiliki paparan sinar matahari yang lebih sedikit dan konversi vitamin D yang lebih rendah dalam kulit, yang dapat menyebabkan defisiensi vitamin D.

Kurangnya Paparan Matahari:
Paparan sinar matahari diperlukan untuk pembentukan vitamin D di dalam tubuh. Lansia sering kali memiliki aktivitas luar ruangan yang lebih terbatas, yang dapat menyebabkan kurangnya paparan sinar matahari dan konsekuensinya, defisiensi vitamin D.

Lansia berjemur sinar matahari agar tidak defisiensi vitamin D.
(Sumber: foto canva.com)
Penurunan Fungsi Ginjal:
Fungsi ginjal yang menurun pada lansia dapat mengganggu metabolisme vitamin D aktif, yang diperlukan untuk penyerapan kalsium. Ini dapat menyebabkan defisiensi vitamin D yang memperparah kondisi osteomalasia.

Kekurangan Asupan Kalsium dan Fosfor:
Asupan kalsium dan fosfor yang tidak memadai dalam diet juga dapat menyebabkan osteomalasia pada lansia. Kalsium dan fosfor merupakan mineral penting untuk kepadatan dan kekuatan tulang.

Gangguan Penyakit Kronis:
Penyakit kronis seperti penyakit ginjal, penyakit hati, atau penyakit inflamasi usus dapat mengganggu metabolisme kalsium, fosfor, dan vitamin D, yang semuanya berkontribusi pada osteomalasia pada lansia.

Beberapa ciri Lansia Terkena Osteomalasia:

Nyeri Tulang dan Otot:

Nyeri tulang dan otot sering kali merupakan gejala awal osteomalasia pada lansia. Nyeri ini dapat terjadi secara difus atau lokal, terutama di daerah pinggang, panggul, dan tungkai.

Lemah dan Rapuhnya Tulang:
Kekuatan dan kepadatan tulang yang menurun dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah bahkan dengan trauma ringan.

Deformitas Tulang:
Osteomalasia yang parah dapat menyebabkan deformitas tulang, terutama pada tulang panggul dan tulang belakang. Deformitas ini dapat memengaruhi postur tubuh dan mobilitas individu.

Fraktur yang Mudah Terjadi:
Tulang yang lemah dan rapuh meningkatkan risiko fraktur, bahkan dengan trauma ringan atau aktivitas sehari-hari.
Tulang yang lemah dan rapuh meningkatkan risiko fraktur.
(Sumber: foto canva.com)
Kelemahan Otot:
Kekurangan mineral dalam tulang juga dapat memengaruhi kekuatan otot, menyebabkan kelemahan otot dan penurunan fungsi motorik.

Beberapa Cara Mencegah Osteomalasia pada Lansia:

Asupan Vitamin D yang Cukup:
Menjaga asupan vitamin D yang cukup sangat penting dalam mencegah osteomalasia pada lansia. Hal ini dapat dicapai melalui paparan sinar matahari secara teratur dan konsumsi makanan yang kaya akan vitamin D, seperti ikan berlemak, telur, dan produk susu yang diperkaya.

Konsumsi Kalsium dan Fosfor yang Adekuat:
Kalsium dan fosfor adalah mineral penting untuk kesehatan tulang. Lansia sebaiknya mengonsumsi makanan yang kaya akan kalsium dan fosfor, seperti produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan biji-bijian.

Pemantauan Kesehatan Ginjal:
Gangguan fungsi ginjal dapat memengaruhi metabolisme kalsium dan fosfor dalam tubuh. Oleh karena itu, penting untuk memantau kesehatan ginjal secara teratur dan mengikuti saran medis yang diberikan oleh dokter untuk mencegah komplikasi yang berkaitan dengan ginjal.

Aktivitas Fisik Teratur:
Aktivitas fisik teratur, termasuk latihan beban ringan dan aerobik, dapat membantu menjaga kepadatan tulang dan memperkuat otot. Aktivitas fisik juga dapat meningkatkan keseimbangan, koordinasi, dan fleksibilitas tubuh, yang dapat mengurangi risiko jatuh dan fraktur pada lansia.

Penggunaan Suplemen Vitamin D dan Kalsium:
Pada kasus-kasus di mana asupan vitamin D dan kalsium melalui makanan tidak mencukupi, dokter dapat merekomendasikan penggunaan suplemen vitamin D dan kalsium untuk membantu menjaga kesehatan tulang.

Beberapa Cara Mengobati Osteomalasia pada Lansia:

Suplementasi Vitamin D:
Pada lansia dengan defisiensi vitamin D yang telah terdiagnosis, pengobatan utama biasanya melibatkan suplementasi vitamin D. Dosis vitamin D yang diberikan akan disesuaikan dengan tingkat keparahan defisiensi dan kondisi kesehatan individu.
Lansia dengan defisiensi vitamin D dengan suplemen vitamin D.
(Sumber: foto canva,com)
Terapi Hormon Paratiroid:
Pada beberapa kasus osteomalasia yang disebabkan oleh gangguan hormonal, seperti hiperparatiroidisme sekunder, terapi hormon paratiroid mungkin diperlukan. Terapi ini bertujuan untuk mengembalikan kadar hormon paratiroid ke dalam rentang normal dan memperbaiki metabolisme kalsium dan fosfor.

Pengobatan Penyakit Penyerta:
Jika osteomalasia disebabkan oleh penyakit kronis tertentu seperti penyakit ginjal atau penyakit hati, pengobatan penyakit penyerta tersebut akan menjadi prioritas dalam manajemen osteomalasia. Pengobatan yang tepat untuk penyakit penyerta dapat membantu memperbaiki metabolisme mineral dalam tubuh dan mengurangi risiko komplikasi tulang.

Terapi Fraktur:
Pada kasus osteomalasia yang sudah terjadi fraktur tulang, pengobatan utama akan fokus pada penanganan fraktur yang tepat. Ini mungkin melibatkan imobilisasi tulang yang patah, rehabilitasi fisik, dan manajemen nyeri untuk memfasilitasi penyembuhan yang optimal.

Pemantauan Rutin dan Pengobatan Simptomatik:
Pemantauan rutin oleh dokter dan tim medis yang terampil sangat penting dalam manajemen osteomalasia pada lansia. Dokter dapat meresepkan pengobatan simptomatik seperti analgesik untuk mengatasi nyeri tulang dan otot, serta memberikan saran nutrisi dan gaya hidup yang sesuai untuk membantu menjaga kesehatan tulang.


Mencegah dan mengobati osteomalasia pada lansia membutuhkan pendekatan yang holistik dan terkoordinasi yang melibatkan aspek nutrisi, aktivitas fisik, pemeriksaan kesehatan rutin, dan pengobatan medis yang tepat. Upaya pencegahan yang dilakukan sejak dini dapat membantu mengurangi risiko osteomalasia pada lansia, sedangkan pengobatan yang tepat dan pemantauan yang teratur dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan meminimalkan komplikasi yang berkaitan dengan kondisi ini.



Sumber:
 





No comments:

Post a Comment