Tuesday 26 March 2024

Iri Hati Menghancurkan Kebahagiaan dan Penyakit Fisik pada Lansia.

       Salah satu pandangan mengenai masyarakat modern adalah bahwa masyarakat modern secara sistematis mengembangkan serangkaian institusi, seperti media sosial, facebook, whatsapp dan bentuk media yang lain yang membuat orang merasa tidak mampu dan iri terhadap orang lain. 

Iri hati adalah perasaan tidak senang atau tidak puas dengan keberhasilan, prestasi, atau keberuntungan orang lain, dan seringkali disertai dengan keinginan untuk memiliki atau meraih hal yang sama atau lebih baik daripada orang tersebut. 

Lansia sehat mental selalu bersosialisasi dan menjauhi sifat iri hati.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Ini adalah emosi negatif yang biasanya muncul ketika seseorang merasa bahwa orang lain mendapatkan sesuatu yang diinginkannya atau merasa bahwa dirinya tidak sebanding dengan orang lain dalam hal pencapaian atau keberuntungan. Iri hati dapat timbul dalam berbagai konteks, baik dalam hubungan pribadi, lingkungan kerja, maupun dalam kompetisi sosial atau profesional.

Teori perbandingan sosial menyatakan bahwa orang pada umumnya memilih untuk membandingkan dirinya dengan orang lain yang dekat dengan kemampuan dan pendapatnya, namun orang pada umumnya menganggap diri mereka lebih baik daripada yang sebenarnya.

Oleh karena itu masyarakat cenderung melakukan perbandingan sosial ke atas, yaitu membandingkan dirinya dengan mereka yang sebenarnya lebih mampu, mempunyai harta lebih banyak, dan lain sebagainya. Individu dengan tingkat rasa iri yang tinggi akan menganggap perbedaan ini lebih menonjol dan sebagai akibatnya menghadapi lebih banyak pengalaman negatif. 

Hal ini termasuk perasaan rendah diri dan kecewa, yang dapat menyebabkan depresi. Selain itu, beberapa penelitian empiris menunjukkan korelasi positif antara rasa iri dan depresi.

Dalam konteks medis, istilah yang sering digunakan untuk merujuk pada iri hati adalah "envy" atau "invidia" dalam bahasa Latin. Ini adalah istilah yang umum digunakan di bidang psikologi dan psikiatri untuk menyatakan perasaan iri atau dengki terhadap keberhasilan, prestasi, atau kebahagiaan orang lain.

Iri hati dan dengki adalah dua konsep yang sering kali dianggap mirip tetapi memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam arti dan penggunaannya:

Iri Hati (Envy):
  • Iri hati adalah perasaan tidak senang atau tidak puas dengan keberhasilan, prestasi, atau keberuntungan orang lain.
  • Biasanya melibatkan perasaan kurangnya kepuasan diri sendiri atau keinginan untuk memiliki atau meraih hal yang sama atau lebih baik daripada orang lain.
  • Iri hati seringkali timbul ketika seseorang merasa bahwa mereka tidak sebanding dengan orang lain dalam hal pencapaian atau keberuntungan.
Dengki (Jealousy):
  • Dengki adalah perasaan tidak senang atau cemburu terhadap seseorang karena mereka memiliki atau menikmati sesuatu yang diinginkan oleh orang lain.
  • Biasanya melibatkan perasaan ancaman terhadap hubungan atau keadaan tertentu, seperti hubungan romantis, persahabatan, atau keuntungan sosial.
  • Dengki seringkali timbul ketika seseorang merasa bahwa posisi atau hubungan mereka terancam oleh keberhasilan atau keberuntungan orang lain.
Iri hati perasaan tidak puas dengan keberhasilan orang lain.
(Sumber: foto canva.com)
Perbedaan utama antara iri hati dan dengki adalah bahwa iri hati berkaitan dengan perasaan tidak puas dengan diri sendiri dan keinginan untuk memiliki hal yang dimiliki orang lain, sementara dengki berkaitan dengan perasaan cemburu atau ancaman terhadap hubungan atau keadaan tertentu. Iri hati lebih fokus pada diri sendiri dan apa yang tidak dimiliki atau dicapai, sementara dengki lebih fokus pada orang lain dan apa yang dimilikinya.

Ciri iri hati pada lansia mungkin tidak jauh berbeda dengan ciri-ciri iri hati pada orang dewasa pada umumnya. Iri hati adalah perasaan tidak senang atau tidak puas dengan keberhasilan, prestasi, atau keberuntungan orang lain. Namun, pada lansia, iri hati juga dapat muncul dalam konteks tertentu terkait dengan perasaan kurang dihargai, merasa terpinggirkan, atau merasa kehilangan relevansi dalam situasi sosial atau keluarga.

Beberapa ciri iri hati pada lansia bisa mencakup:

Perasaan Tidak Puas dengan Pencapaian atau Prestasi Orang Lain: 
Lansia mungkin merasa iri terhadap keberhasilan atau prestasi orang lain dalam hal seperti kesehatan, keuangan, atau kehidupan sosial.

Perasaan Terpinggirkan: 
Lansia mungkin merasa iri ketika mereka merasa diabaikan atau diabaikan dalam situasi keluarga atau sosial, seperti acara keluarga atau pertemuan sosial.

Perasaan Kurang Diakui atau Diapresiasi: 
Lansia yang merasa bahwa kontribusi mereka tidak dihargai atau diakui oleh keluarga atau masyarakat dapat merasa iri terhadap perlakuan yang lebih baik atau perhatian yang diberikan kepada orang lain.

Kecemburuan Terhadap Kesejahteraan Orang Lain: 
Lansia mungkin merasa iri terhadap kesejahteraan atau kebahagiaan orang lain, terutama jika mereka mengalami kesulitan atau ketidakpuasan dalam kehidupan mereka sendiri.

Perasaan Kehilangan Relevansi atau Signifikansi: 
Lansia mungkin merasa iri terhadap orang lain yang terlihat lebih relevan atau signifikan dalam situasi sosial atau keluarga, sehingga mereka merasa tidak lagi dihargai atau diperhatikan seperti sebelumnya.

Seperti pada semua usia, penting untuk diingat bahwa iri hati adalah emosi alami yang dapat muncul pada siapa pun, termasuk lansia. Namun, penting bagi individu yang mengalami iri hati untuk mengatasi emosi tersebut dengan cara yang sehat dan memilih respons yang konstruktif.  

Faktor penyebab iri hati pada lansia dapat bervariasi dan kompleks, melibatkan faktor-faktor psikologis, sosial, dan situasional. 

Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan iri hati pada lansia meliputi:

Kesehatan dan Keterbatasan Fisik:
 
Lansia yang mengalami masalah kesehatan atau keterbatasan fisik mungkin merasa iri terhadap orang lain yang lebih sehat atau lebih aktif secara fisik.

Keuangan dan Kesejahteraan: 
Kesenjangan ekonomi atau ketidaksetaraan keuangan dapat menyebabkan iri hati pada lansia. Mereka yang merasa kurang memiliki sumber daya keuangan mungkin iri terhadap orang yang lebih mampu.

Hubungan Sosial dan Keluarga: 
Perasaan iri hati bisa timbul dalam hubungan sosial atau keluarga, terutama jika lansia merasa diabaikan, tidak dihargai, atau terpinggirkan oleh anggota keluarga atau teman-teman.

Perasaan iri hati dapat muncul dalam hubungan sosial dan keluarga.
(Sumber: foto canva.com)
Kesejahteraan Emosional: 
Lansia yang mengalami kesedihan, kesepian, atau perasaan tidak puas dengan kehidupan mereka sendiri mungkin lebih rentan terhadap perasaan iri hati terhadap orang lain yang dianggap lebih bahagia atau sukses.

Perubahan Peran dan Identitas:
Lansia sering mengalami perubahan peran dalam keluarga atau masyarakat, seperti pensiun atau kehilangan pasangan hidup. Perubahan ini dapat memicu perasaan iri hati terhadap orang yang masih aktif atau sukses dalam peran mereka.

Tingkat Pendidikan dan Keterampilan: 
Orang yang merasa kurang terdidik atau merasa kurangnya keterampilan tertentu mungkin merasa iri terhadap orang yang dianggap lebih terampil atau berpendidikan.

Perubahan Sosial dan Lingkungan: 
Perubahan dalam lingkungan sosial atau komunitas, seperti kehilangan teman-teman atau perubahan dalam dinamika sosial, dapat memicu perasaan iri hati pada lansia.

Pengakuan dan Perhatian: 
Lansia yang merasa kurang mendapatkan pengakuan atau perhatian dari orang lain mungkin merasa iri terhadap mereka yang lebih banyak mendapatkan perhatian atau pujian.

       Iri hati pada dasarnya adalah respons emosional dan sosial terhadap perasaan ketidakpuasan atau ketidakadilan, dan bukan penyakit langsung. Namun, dampak iri hati pada kesehatan mental dan fisik dapat memengaruhi lansia dalam berbagai cara, dan dalam jangka panjang, dapat berkontribusi pada risiko penyakit atau masalah kesehatan tertentu.

Beberapa penyakit yang dapat timbul dari iri hati pada lansia, antara lain:

Stres Pada Kesehatan Mental: 
Iri hati yang terus-menerus dapat menyebabkan stres yang berkepanjangan, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental. Stres yang berlebihan dapat meningkatkan risiko gangguan mental seperti depresi atau kecemasan.

Masalah Kesehatan Jantung: 
Stres kronis dan perasaan negatif seperti iri hati dapat memberikan dampak buruk pada kesehatan jantung. Ini dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular pada lansia.

Menurunkan Sistem Kekebalan Tubuh: 
Stres kronis yang disebabkan oleh iri hati dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat tubuh lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi.

Gangguan Tidur: 
Emosi negatif yang terkait dengan iri hati dapat mengganggu pola tidur seseorang. Gangguan tidur dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental lansia.

Penurunan Kesejahteraan Psikologis: 
Iri hati yang berlebihan dapat merugikan kesejahteraan psikologis lansia, menyebabkan penurunan mood, perasaan putus asa, atau hilangnya motivasi.

Isolasi Sosial:
Perasaan iri hati yang tidak diatasi dapat menyebabkan isolasi sosial. Lansia yang merasa iri terhadap orang lain mungkin cenderung menjauh dari interaksi sosial, yang dapat berdampak negatif pada kesejahteraan sosial dan mental mereka.

Penurunan Kualitas Hidup: 
Iri hati yang terus-menerus dapat merusak kualitas hidup lansia. Perasaan ketidakpuasan dan frustrasi dapat menghambat kemampuan mereka untuk menikmati hidup dan merasa bahagia.

Pengaruh Perilaku Merugikan: 
Beberapa orang mungkin mencoba mengatasi perasaan iri hati dengan perilaku merugikan, seperti konsumsi alkohol berlebihan, merokok, atau pola makan yang tidak sehat, yang dapat meningkatkan risiko penyakit terkait gaya hidup.

       Mencegah iri hati pada lansia melibatkan pendekatan yang komprehensif untuk mempromosikan kesejahteraan mental dan emosional mereka. 

Beberapa kiat yang dapat membantu mencegah iri hati pada lansia:

Kembangkan Rasa Harga Diri Positif:
Dorong lansia untuk mengakui dan menghargai prestasi dan kualitas positif dalam diri mereka sendiri.
Fokus pada aspek-aspek positif dari kehidupan mereka dan apresiasi atas kontribusi yang mereka buat.

Aktif Sosial dan Komunitas:
Mendorong keterlibatan sosial dapat membantu mencegah perasaan isolasi dan iri hati.
Terlibat dalam aktivitas kelompok atau klub sosial dapat memperluas jaringan sosial dan merangsang kehidupan sosial.

Pentingkan Kesehatan Mental dan Fisik:
  • Menjaga kesehatan mental dan fisik dapat membantu meningkatkan perasaan kesejahteraan dan mengurangi stres.
  • Ajak lansia untuk berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi mereka dan dorong untuk merawat kesehatan mental, seperti dengan meditasi atau berbicara dengan seorang profesional kesehatan mental.

Promosikan Keterlibatan dalam Kegiatan Baru:
Mendorong partisipasi dalam kegiatan baru dapat membantu menjaga semangat dan minat yang positif.
Lansia dapat menemukan kepuasan baru dan merasa lebih termotivasi dengan mengeksplorasi minat atau hobi baru.

Bentuk Dukungan Sosial yang Positif:
Bangun dan pertahankan hubungan sosial yang positif.
Dorong lansia untuk berbicara dengan teman atau anggota keluarga jika mereka merasa tertekan atau memiliki perasaan negatif.

Terapkan Penilaian Realistik dan Terima Kebahagiaan Orang Lain:
Ajarkan pentingnya menerima bahwa setiap orang memiliki kebahagiaan dan pencapaian masing-masing.
Bantu lansia untuk merayakan kesuksesan orang lain dan melihatnya sebagai inspirasi, bukan ancaman.

Latih Keterampilan Mengatasi Stres dan Emosi:
  • Ajarkan teknik relaksasi atau praktik kegiatan yang dapat membantu mengurangi stres.
  • Bantu lansia untuk mengembangkan keterampilan mengatasi konflik dan mengelola emosi dengan cara yang positif.
Menciptakan lingkungan yang mendukung, merawat kesehatan secara holistik, dan mempromosikan pola pikir positif dapat membantu mencegah atau mengurangi iri hati pada lansia. Selain itu, peran keluarga, teman, dan tenaga kesehatan dapat sangat penting dalam memberikan dukungan dan bimbingan.

       Meskipun iri hati bukan penyakit fisik yang dapat diobati secara langsung, namun mengatasi atau mengurangi gejala-gejala iri hati pada lansia melibatkan pendekatan holistik terhadap kesejahteraan mental dan emosional mereka. 

Beberapa strategi yang dapat membantu mengelola iri hati pada lansia:

Dorong Pembicaraan Terbuka:
Ajak lansia untuk berbicara terbuka tentang perasaan mereka. Pembicaraan yang jujur dapat membantu mereka memahami dan mengidentifikasi akar permasalahan yang mungkin menyebabkan iri hati.

Bimbing untuk Mengidentifikasi Perasaan:
Membantu lansia untuk mengenali perasaan mereka, memahami apa yang menyebabkan iri hati, dan mengidentifikasi pola pikir yang mungkin memperburuk situasi.

Fokus pada Berpikir Positif dan Bersyukur:
Ajarkan teknik melihat sisi positif dari situasi dan menghargai hal-hal yang positif dalam hidup mereka.
Mendorong praktik rasa syukur dapat membantu menggeser fokus dari kekurangan ke aspek positif.

Kembangkan Empati dan Pemahaman:
  • Latih lansia untuk mengembangkan empati terhadap orang lain dan memahami bahwa setiap individu memiliki perjuangannya sendiri.
  • Mengajarkan mereka untuk merayakan keberhasilan orang lain sebagai inspirasi, bukan sebagai ancaman.
Partisipasi dalam Kegiatan Positif:
  • Mendorong lansia untuk terlibat dalam kegiatan positif dan membangun hubungan yang positif dengan orang lain.
  • Aktivitas yang meningkatkan kesejahteraan emosional, seperti seni, olahraga ringan, atau kegiatan sosial, dapat membantu mengurangi iri hati.

Dorong Pencarian Dukungan Sosial:
  • Ajak lansia untuk mencari dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok pendukung.
  • Berbicara dengan seseorang yang dapat memahami dan memberikan dukungan dapat membantu meredakan perasaan iri hati.
Bantu Mengelola Stres:
Latih teknik relaksasi, seperti meditasi atau pernapasan dalam, untuk membantu mengelola stres.
Jaga agar lingkungan sekitar lansia mendukung kesejahteraan mental mereka.

Perhatikan Kesehatan Fisik:
  • Pastikan kesehatan fisik lansia terjaga, karena kesehatan fisik yang buruk dapat memengaruhi kesejahteraan mental.
  • Bantu mereka menjalani pola hidup sehat dengan makanan seimbang dan olahraga yang sesuai dengan kondisi fisik mereka.

Jika perasaan iri hati pada lansia menjadi semakin parah dan memengaruhi kesejahteraan mereka secara signifikan, konsultasi dengan profesional kesehatan mental atau konselor dapat menjadi pilihan yang baik. Profesional ini dapat memberikan dukungan dan bimbingan khusus untuk membantu mengatasi masalah emosional.




Sumber:








No comments:

Post a Comment