Apakah ini salah satu dari bahaya ompong,
Sumber : merdeka.com |
Sumber:Liputan6.com |
Menurut World Health Organization (WHO), data terkini menunjukkan bahwa sekitar 30% dari populasi dewasa di seluruh dunia menderita gigi ompong. Persentase ini dapat bervariasi di antara populasi dan negara-negara yang berbeda.
Penting untuk dicatat bahwa persentase ini hanya merupakan perkiraan kasar dan dapat berfluktuasi di berbagai populasi. Data prevalensi gigi ompong dapat bervariasi berdasarkan metodologi penelitian, kriteria diagnosis yang digunakan, serta faktor-faktor risiko yang ada dalam populasi tertentu.
Ilustrasi orang ompong (canva.com) |
Dalam studi yang lebih baru pada tahun 2018, Pengpid dan Peltzer melaporkan bahwa prevalensi edentulisme secara keseluruhan di Indonesia adalah 7,2%, sementara itu 29,8% di antara orang berusia 80 tahun ke atas.
Gigi ompong, juga dikenal sebagai edentulisme, adalah kondisi di mana seseorang kehilangan satu atau lebih gigi permanen. Gigi yang hilang bisa terjadi pada gigi depan (gigi anterior) atau gigi belakang (gigi posterior), atau bahkan pada kelompok gigi yang lebih besar.
Beberapa faktor penyebab gigi ompong , antara lain :
😁 Karies gigi:
Infeksi yang tidak diobati pada gigi dapat menyebabkan kerusakan parah pada gigi hingga harus dicabut.
😁 Penyakit periodontal:
Infeksi dan peradangan pada jaringan penyangga gigi (jaringan periodontal) dapat menyebabkan kerusakan tulang rahang dan gigi menjadi goyah atau tanggal.
😁 Cedera atau trauma:
Cedera pada gigi akibat kecelakaan atau aktivitas olahraga yang keras dapat menyebabkan gigi patah atau terlepas.
😁 Penyakit gigi dan mulut lainnya:
Beberapa kondisi seperti abses gigi yang tidak diobati, gigi yang terimpaksi, atau penyakit gusi yang parah dapat menyebabkan kehilangan gigi.
Beberapa faktor risiko gigi ompong, antara lain:
- Faktor-faktor risiko untuk gigi ompong meliputi kebersihan mulut yang buruk, merokok, konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula, kurangnya perawatan gigi rutin, dan riwayat keluarga dengan masalah gigi.
- Gigi ompong dapat mempengaruhi fungsi pengunyahan, bicara, dan penampilan seseorang. Selain itu, kehilangan gigi dapat menyebabkan perubahan pada struktur wajah, penurunan kepercayaan diri, dan masalah psikologis.
- Perawatan untuk gigi ompong dapat mencakup penggunaan gigi palsu (seperti gigi tiruan atau jembatan gigi), implan gigi, atau perawatan ortodontik. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter gigi untuk mendapatkan diagnosis dan rekomendasi perawatan yang sesuai sesuai dengan kebutuhan individu.
Berikut adalah beberapa faktor yang umumnya berkontribusi terhadap gigi lansia yang ompong:
😀 Penurunan kepadatan tulang:
Seiring bertambahnya usia, terjadi penurunan kepadatan tulang pada rahang dan gigi. Hal ini dapat membuat gigi menjadi lebih rentan terhadap kerusakan dan lebih mudah goyang.
😁 Penumpukan plak dan karang gigi:
Jika lansia tidak menjaga kebersihan gigi dengan baik, plak (lapisan lengket bakteri) dapat menumpuk dan membentuk karang gigi. Karang gigi menghasilkan asam yang dapat merusak enamel gigi, menyebabkan pembusukan gigi, dan berkontribusi pada gigi ompong.
😁 Penurunan produksi saliva:
Produksi saliva (air liur) yang berkurang adalah masalah umum pada lansia. Saliva berperan penting dalam melindungi gigi dan membantu menghilangkan sisa makanan. Kurangnya saliva dapat menyebabkan peningkatan risiko pembusukan gigi.
😁 Kebiasaan buruk:
Kebiasaan seperti merokok, mengunyah tembakau, atau mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dapat merusak gigi dan gusi. Selain itu, menggigit benda-benda keras atau menggunakan gigi sebagai alat pembuka dapat mempercepat kerusakan gigi.
😁 Masalah kesehatan umum:
Beberapa kondisi kesehatan umum yang sering terjadi pada lansia, seperti diabetes, osteoporosis, atau penyakit gusi, dapat mempengaruhi kesehatan gigi. Penggunaan obat-obatan tertentu juga dapat mempengaruhi kesehatan mulut.
😁 Kurangnya perawatan gigi yang tepat:
Lansia yang tidak mendapatkan perawatan gigi rutin atau tidak memperhatikan kebersihan gigi dan gusi secara menyeluruh memiliki risiko lebih tinggi mengalami masalah gigi dan gusi.
Beberapa dampak gigi ompong pada kesehatan lansia:
😆 Kesulitan dalam makan dan nutrisi:
Gigi yang ompong dapat membuat lansia sulit mengunyah makanan dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam mengonsumsi makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi, terutama makanan yang lebih keras atau sulit dikunyah seperti buah-buahan dan sayuran. Kurangnya nutrisi yang adekuat dapat memengaruhi kesehatan secara keseluruhan.
😆 Gangguan pencernaan:
Lansia dengan gigi ompong yang tidak dapat mengunyah makanan dengan baik cenderung menelan makanan yang kurang tercerna dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti masalah perut kembung, sembelit, atau gangguan penyerapan nutrisi yang dapat mempengaruhi kesehatan umum.
😆 Gangguan bicara dan komunikasi:
Kehilangan gigi dapat mempengaruhi kemampuan bicara dan komunikasi lansia. Gigi yang hilang dapat mengubah cara lidah dan bibir berinteraksi saat berbicara, sehingga dapat mempengaruhi kejelasan dan kefasihan bicara.
😆 Penurunan kualitas hidup:
Gigi ompong dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia secara keseluruhan. Kesulitan dalam makan dan bicara, serta rasa tidak percaya diri yang mungkin muncul akibat gigi yang hilang, dapat menyebabkan lansia merasa malu atau mengurangi keinginan untuk berinteraksi sosial. Ini dapat memengaruhi aspek psikologis dan sosial kehidupan sehari-hari.
😆 Masalah kesehatan umum yang terkait:
Kondisi gigi dan mulut yang buruk, termasuk gigi ompong, dapat berkontribusi pada masalah kesehatan umum pada lansia. Infeksi gigi yang tidak diobati dapat menyebabkan radang pada gusi atau infeksi pada tulang rahang. Selain itu, penelitian telah menunjukkan adanya keterkaitan antara penyakit periodontal (penyakit gusi) dengan risiko penyakit jantung, diabetes, dan kondisi kesehatan umum lainnya.
Beberapa langkah mencegah gigi ompong pada lansia yang dapat dilakukan :
🙆 Menjaga kebersihan gigi dan gusi:
Lansia perlu membersihkan gigi dan gusi secara teratur setidaknya dua kali sehari dengan menggunakan sikat gigi lembut dan pasta gigi yang mengandung fluoride. Selain itu, menggunakan benang gigi atau sikat gigi interdental dapat membantu membersihkan sela-sela gigi yang sulit dijangkau.
🙆 Mengunjungi dokter gigi secara teratur:
Lansia sebaiknya menjadwalkan kunjungan rutin ke dokter gigi setidaknya dua kali dalam setahun, atau sesuai saran dokter. Pemeriksaan gigi yang teratur dapat membantu mendeteksi masalah gigi dan gusi sedini mungkin sehingga tindakan pencegahan dapat diambil.
🙆 Mengadopsi pola makan yang sehat:
Makanan yang seimbang dan bergizi penting untuk kesehatan gigi. Lansia sebaiknya menghindari makanan dan minuman yang tinggi gula, terutama yang kleplasma dan gula tambahan. Sebaliknya, pilih makanan yang kaya serat, seperti buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak, yang dapat membantu memperkuat gigi dan gusi.
🙆 Menghindari kebiasaan buruk:
Lansia sebaiknya menghindari merokok dan mengunyah tembakau, karena hal ini dapat merusak gigi dan gusi. Minuman beralkohol juga sebaiknya dikonsumsi secara terbatas, karena dapat menyebabkan kekeringan mulut dan meningkatkan risiko pembusukan gigi.
🙆 Menjaga kelembaban mulut:
Jika produksi saliva berkurang, lansia dapat mencoba mengunyah permen karet bebas gula atau menggunakan pengganti saliva buatan yang direkomendasikan oleh dokter gigi. Minum air putih secara teratur juga dapat membantu menjaga kelembaban mulut.
🙆 Mengelola kondisi kesehatan umum:
Lansia dengan kondisi kesehatan tertentu seperti diabetes atau osteoporosis sebaiknya menjaga kondisi tersebut dengan baik. Kontrol gula darah dan mengonsumsi makanan yang baik untuk kesehatan tulang dapat membantu menjaga kesehatan gigi.
Selalu penting untuk berkonsultasi dengan dokter gigi mengenai langkah-langkah pencegahan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan gigi dan gusi Anda.
Beberapa contoh makanan yang dapat membantu menjaga kesehatan gigi pada lansia:
👪 Buah-buahan segar:
Buah-buahan seperti apel, pir, stroberi, dan melon mengandung serat yang baik untuk gigi. Serat dalam buah-buahan dapat membantu membersihkan gigi secara alami dan merangsang produksi saliva, yang melindungi gigi dari kerusakan.
👪 Sayuran renyah:
Sayuran seperti wortel, brokoli, seledri, dan paprika memiliki konsistensi renyah yang dapat membantu membersihkan gigi saat dikunyah. Mereka juga kaya akan serat dan vitamin yang penting untuk kesehatan gigi dan gusi.
👪 Produk susu rendah lemak:
Susu, yogurt, dan keju rendah lemak mengandung kalsium dan fosfor, yang membantu memperkuat gigi dan melindungi enamel. Konsumsi produk susu rendah lemak secara teratur dapat membantu menjaga kesehatan gigi lansia.
👪 Protein hewani dan nabati:
Telur, ikan, daging tanpa lemak, kacang-kacangan, dan biji-bijian merupakan sumber protein yang penting untuk pembentukan dan perbaikan jaringan gigi dan gusi. Mereka juga mengandung fosfor yang baik untuk kesehatan gigi.
👪 Teh hijau:
Teh hijau mengandung senyawa antioksidan yang disebut polifenol, yang dapat membantu melawan bakteri penyebab kerusakan gigi dan pembusukan. Minum teh hijau tanpa tambahan gula dapat memberikan manfaat bagi kesehatan gigi.
👪 Air putih:
Air putih adalah pilihan minuman terbaik untuk menjaga kelembaban mulut dan membantu membersihkan sisa makanan dari gigi. Minumlah air putih secara teratur untuk menjaga kesehatan gigi dan mencegah mulut kering.
Selain itu, penting untuk menghindari atau membatasi konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula, makanan olahan yang lengket, dan minuman berkarbonasi yang dapat merusak gigi.
Berikut ini adalah beberapa langkah umum yang dapat membantu mengatasi gigi ompong:
😬 Kunjungi dokter gigi:
Pertama-tama, penting untuk menjadwalkan janji dengan dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh. Dokter gigi akan mengevaluasi kondisi gigi dan gusi Anda dan memberikan rekomendasi perawatan yang sesuai.
😬 Perawatan gigi berlubang:
Jika gigi ompong disebabkan oleh gigi berlubang, dokter gigi mungkin akan merekomendasikan perawatan tambalan gigi atau penambalan gigi. Prosedur ini melibatkan pengangkatan daerah gigi yang rusak dan pengisian dengan bahan tambalan gigi yang cocok.
😬 Perawatan periodontal:
Jika gigi ompong disebabkan oleh penyakit periodontal (penyakit gusi), perawatan periodontal yang menyeluruh mungkin diperlukan. Ini bisa mencakup scaling dan root planing untuk membersihkan plak dan karang gigi yang menumpuk di sekitar gigi dan akar. Jika penyakit gusi sudah parah, mungkin perlu dilakukan operasi periodontal.
😬 Pembuatan gigi palsu atau penyangga gigi:
Jika gigi ompong parah atau gigi yang hilang, dokter gigi dapat merekomendasikan pembuatan gigi palsu, seperti gigi tiruan atau jembatan gigi. Jika ada cukup sisa gigi yang kuat, penyangga gigi seperti implan gigi dapat dipertimbangkan.
😬 Perawatan ortodontik:
Dalam beberapa kasus gigi ompong, perawatan ortodontik seperti kawat gigi atau alat penjepit dapat membantu memperbaiki gigi yang bergeser atau goyang. Ini dapat membantu mengembalikan posisi gigi yang tepat dan meningkatkan penampilan dan fungsi gigi.
😬 Perubahan gaya hidup:
Selain perawatan medis, perubahan gaya hidup sehat juga penting untuk menjaga kesehatan gigi. Menjaga kebersihan gigi yang baik dengan sikat gigi, benang gigi, dan obat kumur secara teratur, serta menghindari kebiasaan buruk seperti merokok dan mengunyah tembakau, dapat membantu mencegah masalah gigi lebih lanjut.
Penting bagi lansia untuk mendapatkan perawatan gigi yang tepat dan menjaga kebersihan mulut secara teratur untuk mencegah dan mengatasi gigi ompong. Berkonsultasilah dengan dokter gigi untuk evaluasi dan rekomendasi perawatan yang sesuai dengan kondisi gigi dan mulut Anda.
Sumber:
http://www.webmd.com/oral-health/default.htm#