Tuesday, 1 August 2023

15 % Lansia Pada Sembelit, Bikin Sulit Dan Rumit

            Konstipasi adalah gangguan umum pada populasi lansia secara global dan berhubungan dengan komorbiditas dan yang berdampak negatif pada kualitas hidup. Prevalensi konstipasi bervariasi dalam studi yang berbeda, terutama karena tidak seragam kriteria diagnostik. Namun, 15%–30% individu berusia lebih 60 tahun didiagnosis dengan konstipasi.     

Konstipasi (sembelit) atau susah buang air besar kronis terjadi pada lansia. Kondisi ini tak bisa dianggap sepele, karena dapat memengaruhi kualitas hidup lansia. Oleh karena itu, mengetahui penyebab dan cara mengatasi konstipasi pada lansia adalah hal yang penting. 

Susah buang air besar kronis pada lansia 
(Sumber: foto canva.com)

Hal tersebut bertujuan agar lansia bisa memiliki rutinitas buang air besar yang normal. Dengan demikian, mereka dapat menikmati hari-hari tua tanpa adanya gangguan pencernaan. 

Lansia cenderung mengalami gangguan buang air besar karena beberapa faktor yang terkait dengan penuaan dan perubahan fisik yang terjadi pada tubuh mereka. 

Beberapa alasan umum mengapa gangguan buang air besar sering terjadi pada lansia, antara lain:

🏃 Penurunan aktivitas fisik: 

Lansia cenderung menjadi kurang aktif secara fisik, yang dapat memperlambat pergerakan usus dan menyebabkan sembelit. Kurangnya aktivitas fisik juga dapat mengurangi tonus otot perut, termasuk otot-otot yang terlibat dalam proses buang air besar.

🏃 Perubahan pola makan: 

Lansia sering mengalami perubahan pola makan, termasuk diet yang rendah serat dan tidak cukup cairan. Serat makanan membantu meningkatkan volume dan kelembutan tinja, serta merangsang pergerakan usus. Kurangnya serat dan cairan dalam diet dapat menyebabkan sembelit.

🏃 Efek samping obat-obatan: 

Lansia sering mengonsumsi beberapa jenis obat untuk mengelola kondisi kesehatan mereka. Beberapa obat dapat memiliki efek samping yang menyebabkan sembelit atau diare.

Efek samping obat-obatan dapat sebabkan sembelit pada lansia
(Sumber: foto canva.com)

🏃 Penurunan fungsi pencernaan: 

Dengan bertambahnya usia, sistem pencernaan cenderung mengalami perubahan. Produksi enzim pencernaan dan asam lambung dapat berkurang, yang dapat mempengaruhi proses pencernaan makanan dan pencernaan yang tidak adekuat dapat menyebabkan masalah buang air besar.

🏃 Penyakit kronis: 

Lansia sering menderita penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, atau gangguan tiroid. Beberapa kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi sistem pencernaan dan menyebabkan perubahan dalam pola buang air besar.

               💭  Untuk mengatasi gangguan buang air besar pada lansia, penting untuk menjaga pola makan yang sehat dengan asupan serat, cukup minum air, dan menjaga tingkat aktivitas fisik yang memadai

Ada beberapa penyakit yang umumnya ditemukan pada lansia dan dapat menyebabkan gangguan buang air besar. Beberapa di antaranya meliputi:

😓 Sembelit (konstipasi): 

Sembelit adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan dalam buang air besar atau frekuensi buang air besar yang berkurang. Ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor seperti diet rendah serat, kurangnya cairan, kurangnya aktivitas fisik, atau efek samping obat-obatan tertentu yang sering dikonsumsi oleh lansia.

😓 Sindrom usus iritabel (irritable bowel syndrome/IBS): 

IBS adalah gangguan yang mempengaruhi usus besar dan dapat menyebabkan gangguan buang air besar seperti diare, sembelit, atau perubahan pola buang air besar yang tidak teratur. Gejala IBS meliputi nyeri perut, kembung, dan perubahan pola buang air besar yang terkait dengan stres atau pola makan.

😓 Penyakit divertikular: 

Penyakit divertikular terjadi ketika divertikula, yaitu kantung-kantung kecil yang berkembang di dinding usus besar, terinfeksi atau meradang. Ini bisa menyebabkan gejala seperti sembelit, diare, nyeri perut, dan perubahan pola buang air besar pada lansia.

😓 Ensefalopati hepar (hepatic encephalopathy):

Ensefalopati hepar adalah kondisi yang terjadi pada lansia dengan gangguan fungsi hati, seperti sirosis. Kondisi ini dapat menyebabkan perubahan perilaku, perubahan mood, perubahan pola tidur, dan gangguan buang air besar.

😓 Kanker usus besar:

Kanker usus besar merupakan penyakit yang dapat terjadi pada lansia dan menyebabkan perubahan dalam pola buang air besar, seperti diare kronis atau sembelit yang persisten.

😓 Penyakit Parkinson:

Lansia yang menderita penyakit Parkinson sering mengalami gangguan buang air besar. Gangguan pergerakan dan kelemahan otot yang terkait dengan penyakit ini dapat mempengaruhi fungsi usus dan menyebabkan sembelit.

Penyakit Parkinson sering membuat gangguan buang air besar
 (Sumber: foto canva.com)

😓 Gangguan neurologis:

Beberapa gangguan neurologis seperti stroke atau penyakit Alzheimer juga dapat berdampak pada fungsi usus dan menyebabkan gangguan buang air besar pada lansia.

               💬  Penting untuk diingat bahwa jika ada perubahan dalam pola buang air besar atau gejala yang tidak biasa pada lansia, sebaiknya berkonsultasi dengan profesional medis untuk evaluasi dan diagnosis yang tepat.

Beberapa contoh makanan yang tinggi serat dan bisa membantu mencegah sembelit:

🍏 Buah-buahan: 

Buah-buahan seperti apel, pir, jeruk, stroberi, dan buah beri mengandung serat yang tinggi. Serat dalam buah-buahan dapat membantu melunakkan tinja dan mendorong gerakan usus.

🍏 Sayuran: 

Sayuran hijau seperti bayam, brokoli, kubis, wortel, dan kacang polong mengandung serat yang tinggi. Sayuran juga mengandung air, yang dapat membantu mencegah sembelit.

🍏 Biji-bijian dan sereal: 

Biji-bijian utuh seperti gandum, oat, beras merah, dan quinoa mengandung serat yang tinggi. Sereal gandum utuh yang rendah gula juga bisa menjadi pilihan yang baik untuk melancarkan buang air besar.

🍏 Kacang-kacangan: 

Kacang-kacangan seperti almond, kenari, kacang merah, dan kacang hijau mengandung serat dan nutrisi penting lainnya yang bisa membantu melancarkan buang air besar.

🍏 Legum: 

Kacang-kacangan seperti kacang hitam, kacang polong, dan lentil merupakan sumber serat yang baik. Mereka juga mengandung protein nabati yang sehat.

🍏 Air: 

Konsumsi cairan yang cukup sangat penting untuk menjaga kecukupan cairan dalam tubuh dan mencegah sembelit. Pastikan lansia mengonsumsi cukup air sepanjang hari.

               Selain mengonsumsi makanan yang tinggi serat, lansia juga harus memastikan bahwa mereka memiliki gaya hidup aktif secara fisik. Berolahraga secara teratur dapat membantu melancarkan buang air besar dan menjaga kesehatan usus.

Untuk mencegah gangguan buang air besar pada lansia, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

🍚 Konsumsi makanan tinggi serat: 

Makan makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan dapat membantu melancarkan buang air besar. Serat membantu meningkatkan volume tinja dan memperbaiki gerakan usus. Pastikan lansia mendapatkan asupan serat yang cukup setiap hari.

🍚 Cukupi kebutuhan cairan: 

Minum cukup air dan cairan lainnya sangat penting untuk menjaga hidrasi yang baik dan mencegah sembelit. Air membantu melunakkan tinja dan memperlancar proses pencernaan. Anjurkan lansia untuk minum air setidaknya 6-8 gelas sehari, kecuali ada pembatasan cairan yang ditentukan oleh dokter.

🍚 Tetap aktif secara fisik: 

Aktivitas fisik yang cukup membantu merangsang pergerakan usus dan mencegah sembelit. Lansia sebaiknya melakukan olahraga ringan seperti berjalan, berenang, atau senam yang disesuaikan dengan kemampuan mereka. Kegiatan sehari-hari seperti membersihkan rumah, berkebun, atau berjalan-jalan juga dapat membantu menjaga fungsi usus yang sehat.

Lansia harus aktif secara fisik untuk mencegah sembelit
(Sumber: foto canva.com)

🍚 Jaga kebiasaan buang air besar yang teratur: 

Mendorong lansia untuk menjaga kebiasaan buang air besar yang teratur dapat membantu mencegah sembelit. Anjurkan mereka untuk menggunakan waktu yang sama setiap hari untuk buang air besar, dan memberikan waktu yang cukup untuk proses tersebut.

🍚 Hindari penundaan buang air besar: 

Lansia sebaiknya menghindari menunda keinginan buang air besar. Ketika merasakan dorongan buang air besar, sebaiknya mereka segera pergi ke toilet untuk menghindari penyerapan kembali air dari tinja yang menyebabkan sembelit.

🍚 Perhatikan efek samping obat-obatan: 

Beberapa obat yang dikonsumsi lansia dapat menyebabkan sembelit sebagai efek samping. Jika ada masalah buang air besar yang muncul setelah memulai penggunaan obat baru, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mempertimbangkan alternatif atau penyesuaian dosis.

🍚 Hindari konsumsi berlebihan alkohol dan kafein: 

Alkohol dan kafein dapat menyebabkan dehidrasi dan mengganggu fungsi pencernaan. Lansia sebaiknya mengonsumsi alkohol dengan moderat dan membatasi konsumsi kafein.

🍚 Perhatikan kesehatan mental: 

Stres dan kecemasan dapat mempengaruhi fungsi pencernaan. Dukung lansia dalam menjaga kesehatan mental mereka dengan melibatkan mereka dalam aktivitas sosial, menjaga rutinitas tidur yang baik, dan memberikan dukungan emosional.

              💬 Penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki kebutuhan yang unik, terutama pada lansia. Pengobatan gangguan buang air besar pada lansia tergantung pada penyebab dan gejala spesifik yang dialami. 

Beberapa cara umum yang dapat digunakan untuk mengobati gangguan buang air besar pada lansia:

💮 Perubahan pola makan: 

Menyesuaikan pola makan dengan memperbanyak konsumsi makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan. Serat membantu melunakkan tinja dan memperlancar gerakan usus. Selain itu, lansia juga perlu meningkatkan asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi.

💮 Suplemen serat: 

Jika konsumsi serat dari makanan saja tidak mencukupi, dokter dapat merekomendasikan suplemen serat yang dapat membantu melancarkan buang air besar. Namun, perlu diingat untuk menggunakan suplemen serat sesuai petunjuk dokter.

💮 Obat pencahar: 

Dokter mungkin meresepkan obat pencahar untuk membantu melancarkan buang air besar jika perubahan pola makan dan suplemen serat tidak memberikan hasil yang cukup. Ada berbagai jenis obat pencahar yang tersedia, seperti pencahar serat, pencahar osmotik, pencahar stimulan, dan lain-lain. Penggunaan obat pencahar harus sesuai dengan instruksi dan dosis yang dianjurkan oleh dokter.

💮 Pengelolaan obat-obatan: 

Jika gangguan buang air besar disebabkan oleh efek samping obat-obatan yang sedang dikonsumsi, dokter dapat mempertimbangkan untuk mengubah dosis, mengganti obat dengan yang memiliki efek samping lebih sedikit pada sistem pencernaan, atau memberikan saran lain yang sesuai.

💮 Terapi fisik: 

Terapi fisik atau latihan khusus dapat membantu merangsang gerakan usus dan mencegah sembelit. Ahli terapi fisik dapat memberikan latihan spesifik yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan lansia.

💮 Penanganan kondisi medis yang mendasari:

Jika buang air besar yang tidak normal disebabkan oleh kondisi medis yang mendasari, seperti penyakit divertikular, sindrom usus iritabel, atau penyakit Parkinson, pengobatan akan difokuskan pada penanganan kondisi tersebut. Dokter akan meresepkan perawatan yang sesuai dengan penyakit yang mendasari untuk membantu mengendalikan gejala dan memperbaiki fungsi usus.

Beberapa istilah medis yang terkait dengan gangguan buang air besar adalah sebagai berikut:

🚫 Konstipasi: 

Konstipasi adalah istilah medis untuk sembelit, yaitu kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan dalam buang air besar atau frekuensi buang air besar yang berkurang.

🚫 Diare: 

Diare adalah kondisi di mana seseorang mengalami buang air besar dengan tinja yang encer dan sering, biasanya disertai dengan frekuensi buang air besar yang meningkat.

🚫 Sindrome Usus Iritabel (Irritable Bowel Syndrome/IBS): 

IBS adalah gangguan fungsi usus yang ditandai oleh perubahan pola buang air besar, termasuk diare, sembelit, atau kombinasi keduanya. IBS juga dapat disertai dengan gejala lain seperti nyeri perut, kembung, dan perubahan dalam konsistensi tinja.

🚫 Obstruksi usus: 

Obstruksi usus terjadi ketika ada hambatan fisik atau mekanik yang menghalangi pergerakan tinja melalui saluran pencernaan. Hal ini dapat menyebabkan gejala sembelit, mual, muntah, nyeri perut, dan distensi abdomen.

🚫 Inkontinensia feses: 

Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan untuk mengontrol keluarnya tinja secara sukarela. Ini bisa melibatkan kehilangan kontrol sepenuhnya atau kehilangan sebagian atas buang air besar.

🚫 Disimpaksi: 

Disimpaksi adalah kondisi di mana tinja keras menumpuk dan mengeras di dalam rektum, menyebabkan sumbatan dan kesulitan dalam buang air besar.

🚫 Hemoroid: 

Hemoroid, juga dikenal sebagai wasir, adalah pembengkakan pembuluh darah di dalam atau sekitar anus atau rektum. Hemoroid dapat menyebabkan gejala seperti perdarahan, rasa gatal, dan tidak nyaman saat buang air besar.

🚫 Prolaps rektum: 

Prolaps rektum terjadi ketika bagian dari dinding usus besar (rektum) melorot atau menonjol keluar dari anus. Hal ini bisa menyebabkan kesulitan dalam buang air besar dan perasaan tidak nyaman.

            💬  Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan terlatih sebelum memulai pengobatan atau perubahan dalam penanganan gangguan buang air besar pada lansia. Mereka dapat melakukan evaluasi yang tepat dan memberikan saran serta perawatan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan individu.

 






Sumber:

https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/constipation#

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/constipation/symptoms-causes/syc-20354253

https://www.nhs.uk/conditions/constipation/

https://www.webmd.com/digestive-disorders/digestive-diseases-constipation

https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/constipation

https://medlineplus.gov/ency/patientinstructions/000120.htm

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7272371/


Sunday, 30 July 2023

Tanda Bahaya, Bila Anda Jumpa TIA (Transient Ischemic Attack)

            Dalam perbincangan sehari-hari, sering mendengar ada tetangga atau kawan kena stroke ringan dan dibawa ke rumah sakit. Dalam benak sebagian besar orang, serangan penyakit stroke ringan itu biasa saja dan tidak berbahaya, karena kata "ringan" membuat persepsi tidak berisiko.         

Stroke ringan mempunyai gejala yang cukup identik dengan penyakit stroke pada umumnya yang biasanya akan muncul secara tiba-tiba. Secara umum, stroke ringan bisa merujuk pada kondisi yang disebut "transient ischemic attack" (TIA). 

TIA terjadi ketika pasokan darah ke otak terganggu untuk sementara waktu, biasanya hanya beberapa menit. Gejalanya mirip dengan stroke, tetapi berlangsung singkat dan tidak menyebabkan kerusakan permanen.

Jadi istilah medis untuk stroke ringan adalah "Ischemic Transient Attack" (ITA) atau "Transient Ischemic Attack" (TIA). Istilah "Transient" menunjukkan bahwa gejala stroke pada TIA bersifat sementara dan hanya berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 24 jam.

Serangan stroke ringan (TIA) terjadi tiba-tiba
dan berlangsung singkat
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

TIA sering disebut mini stroke, TIA mungkin merupakan peringatan. Sekitar 1 dari 3 orang yang mengalami TIA pada akhirnya akan mengalami stroke, dengan sekitar setengahnya terjadi dalam setahun setelah TIA

TIA adalah kondisi yang mirip dengan stroke, tetapi gejala-gejalanya berlangsung singkat karena penyumbatan pembuluh darah di otak bersifat sementara dan kemudian larut sendiri. 

Dua perbedaan penting antara stroke dan TIA. Yang pertama adalah TIA berhenti dengan sendirinya. Stroke tidak, dan perlu perawatan untuk menghentikan dan membalikkan efeknya. Stroke juga meninggalkan bukti pada pemindaian magnetic resonance imaging (MRI). 

Mini-stroke, yang dikenal dengan TIA, dapat terjadi pada usia berapa pun. Namun, risiko TIA cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Orang yang lebih tua memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami TIA dibandingkan dengan orang yang lebih muda.

Lansia memiliki risiko tinggi terkena mini-stroke atau TIA
(Sumber: foto canva.com)

TIA lebih umum terjadi pada orang di atas usia 60 tahun. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan TIA meliputi:

👴 Usia: 

Risiko TIA meningkat seiring bertambahnya usia.

👴 Riwayat medis:

Riwayat kondisi kesehatan seperti diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan penyakit arteri koroner dapat meningkatkan risiko TIA.

👴 Gaya hidup: 

Faktor gaya hidup seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, pola makan tidak sehat, dan kurangnya aktivitas fisik dapat berkontribusi pada risiko TIA.

👴 Riwayat keluarga: 

Jika ada riwayat keluarga dengan TIA atau stroke, risiko seseorang untuk mengalami TIA juga dapat meningkat.

          TIA  banyak mengenai lansia karena ada beberapa faktor yang berkontribusi pada risiko TIA yang meningkat seiring bertambahnya usia. 

Beberapa alasan mengapa TIA lebih banyak terjadi pada lansia :

⛔ Penumpukan plak arteri: 

Seiring bertambahnya usia, arteri cenderung mengalami penuaan dan mengalami penumpukan plak, yang disebut aterosklerosis. Plak arteri dapat menyempitkan pembuluh darah dan menghambat aliran darah ke otak, meningkatkan risiko TIA.

⛔ Penyakit jantung dan tekanan darah tinggi:

Orang tua cenderung lebih mungkin mengalami penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Kedua kondisi ini dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah atau emboli yang dapat menyumbat aliran darah ke otak, menyebabkan TIA.

Penyakit vaskular: 

⛔ Orang tua lebih mungkin mengalami penyakit vaskular, yang melibatkan gangguan pada sistem peredaran darah tubuh. Faktor-faktor seperti diabetes, obesitas, dan gaya hidup yang kurang sehat dapat berkontribusi pada penyakit vaskular dan meningkatkan risiko TIA.

Gangguan irama jantung:

⛔ Gangguan irama jantung, seperti fibrilasi atrium, lebih sering terjadi pada orang tua. Ketika irama jantung tidak normal, risiko pembentukan bekuan darah yang dapat menyebabkan TIA meningkat.

⛔ Kelemahan sistem kekebalan tubuh: 

Sistem kekebalan tubuh cenderung melemah seiring bertambahnya usia, yang dapat menyebabkan respons tubuh terhadap peradangan dan penyakit yang tidak efektif. Peradangan dan gangguan kekebalan tubuh dapat mempengaruhi kondisi pembuluh darah dan berkontribusi pada TIA.

            💬 Semua faktor ini berarti bahwa orang tua lebih rentan terhadap kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan TIA. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk menjaga gaya hidup sehat, mengelola kondisi kesehatan yang sudah ada, dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk mendeteksi faktor risiko potensial sejak dini.

Gejala ini dapat muncul tiba-tiba dan harus dianggap sebagai tanda peringatan serius bahwa ada risiko stroke yang lebih besar.

Beberapa gejala TIA secara umum, meliputi:

✅ Kesulitan berbicara: 

Penderita TIA mungkin mengalami gangguan berbicara, seperti kesulitan dalam mengucapkan kata-kata atau kesulitan memahami pembicaraan orang lain.

Gejala TIA antara lain kesulitan berbicara
(Sumber: foto canva.com)

✅ Kelemahan atau mati rasa: 

Penderita TIA dapat mengalami kelemahan atau mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki, biasanya hanya di satu sisi tubuh.

✅ Gangguan penglihatan: 

Penderita TIA mungkin mengalami gangguan penglihatan, seperti penglihatan ganda, penglihatan kabur, atau kehilangan penglihatan sebagian pada salah satu mata atau kedua mata.

✅ Kehilangan keseimbangan atau koordinasi:

Penderita TIA dapat merasa pusing atau sulit menjaga keseimbangan. Koordinasi gerakan juga dapat terpengaruh.

✅ Kebingungan atau sulit memahami:

Beberapa orang mengalami kebingungan, sulit memahami informasi, atau kebingungan dalam mengenali lingkungan sekitar mereka.

✅ Kehilangan kesadaran: 

Meskipun jarang terjadi pada TIA, beberapa orang dapat kehilangan kesadaran atau pingsan.

✅ Kelemahan atau kelumpuhan satu sisi ( hemiplegia ):

Kelumpuhan satu sisi disebut sebagai "hemiplegia" atau "hemiparesis ". Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kehilangan atau kelemahan fungsi otot pada satu sisi tubuh, baik itu lengan, kaki, atau wajah. Hemiplegia mengacu pada kelumpuhan total pada sisi tubuh yang terpengaruh, sementara hemiparesis mengacu pada kelemahan sebagian pada sisi tubuh yang terkena.

✅ Kesulitan dengan atau kehilangan kemampuan berbicara (afasia):

Afasia adalah gangguan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan atau gangguan pada area otak yang bertanggung jawab atas produksi atau pemahaman bahasa. Gangguan ini mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggunakan atau memahami bahasa secara efektif, meskipun kemampuan intelektual dan fungsi otak lainnya tetap utuh.

✅ Bicara cadel atau kacau (dysarthria) :

Dysarthria adalah gangguan bicara yang disebabkan oleh kerusakan pada otot-otot yang terlibat dalam produksi suara saat berbicara. Gangguan ini dapat menyebabkan kesulitan dalam mengontrol otot-otot bicara, lidah, bibir, dan rongga mulut, sehingga suara yang dihasilkan menjadi kabur, tidak jelas, atau terganggu.

✅ Kehilangan kontrol otot di satu sisi wajah atau wajah terkulai:

Kondisi di mana seseorang mengalami kelemahan atau kelumpuhan pada otot-otot wajah, sehingga wajah tampak kendur, tidak simetris, dan tidak dapat dikendalikan dengan baik. Kondisi ini juga disebut sebagai "Bell's palsy" atau "paralisis wajah perifer".

✅ Tiba-tiba kehilangan pancaindra :

Baik sebagian atau total,  dari satu atau lebih indra ( penglihatan , pendengaran , penciuman , rasa dan sentuhan).

✅ Kehilangan koordinasi atau kecanggungan (ataksia) :

Pada individu dengan ataksia, terjadi ketidakmampuan untuk mengontrol gerakan tubuh dengan akurat, sehingga menyebabkan ketidakstabilan dan kekakuan dalam berjalan, berbicara, menulis, atau melakukan gerakan lainnya.

✅ Pusing atau vertigo :

Sensasi ini dapat dirasakan seolah-olah lingkungan berputar atau bergerak, atau seolah-olah diri sendiri berputar atau berputar-putar. Sensasi vertigo sering disertai dengan rasa mual, muntah, dan ketidakstabilan.

           Penting untuk diingat bahwa gejala TIA bersifat sementara dan mungkin hilang dalam beberapa menit hingga beberapa jam. Meskipun demikian, TIA harus dianggap sebagai kondisi medis yang serius dan memerlukan evaluasi dan perawatan segera. 

💀 Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala seperti itu, segera hubungi layanan medis darurat. TIA bisa menjadi tanda peringatan adanya risiko stroke yang lebih besar di masa mendatang, dan penting untuk memeriksakan diri dan mencari pengobatan untuk mengurangi risiko tersebut.

TIA disebabkan oleh penyumbatan sementara pada pembuluh darah di otak. Penyumbatan ini dapat terjadi karena beberapa kondisi medis yang berhubungan dengan gangguan aliran darah ke otak.

Beberapa penyakit dan faktor risiko yang dapat menyebabkan TIA meliputi:

🚑 Aterosklerosis:

Ini adalah kondisi di mana plak (endapan lemak, kolesterol, dan zat lain) menumpuk di dinding arteri, menyempitkan pembuluh darah dan menghambat aliran darah ke otak.

🚑 Fibrilasi atrium:

Ini adalah gangguan irama jantung yang menyebabkan atrium jantung berdetak tidak teratur. Jika darah tidak dipompa dengan benar dari atrium, bisa terbentuk gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah di otak.

🚑 Penyakit jantung: 

Kondisi jantung tertentu, seperti gagal jantung, infark miokard (serangan jantung), dan katup jantung yang rusak, dapat meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah yang bisa menyebabkan TIA.

🚑 Tekanan darah tinggi (hipertensi): 

Tekanan darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko terjadinya TIA.

🚑 Diabetes:

Diabetes melitus menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan memperburuk aterosklerosis, yang meningkatkan risiko TIA.

🚑 Hiperlipidemia: 

Tingginya kadar kolesterol dan lemak dalam darah (hiperlipidemia) dapat menyebabkan akumulasi plak dalam arteri dan menyumbat aliran darah ke otak.

🚑 Merokok: 

Merokok merusak dinding pembuluh darah dan meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah.

🚑 Obesitas dan gaya hidup tidak sehat: 

Gaya hidup tidak sehat, termasuk diet yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik, dapat menyebabkan obesitas dan meningkatkan risiko TIA.

🚑 Riwayat keluarga: 

Jika ada anggota keluarga dengan riwayat TIA atau stroke, risiko Anda untuk mengalami TIA juga dapat meningkat.

         Mencegah TIA pada lansia melibatkan pengelolaan gaya hidup yang sehat dan mengendalikan faktor risiko kesehatan yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya TIA. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah TIA pada lansia:

⛹ Kendalikan tekanan darah:

Tekanan darah tinggi adalah salah satu faktor risiko utama TIA dan stroke. Penting untuk mengukur tekanan darah secara teratur dan mengikuti perawatan dan pengobatan yang diresepkan oleh dokter untuk menjaga tekanan darah dalam kisaran yang sehat.

⛹ Pertahankan kadar kolesterol sehat: 

Tingginya kadar kolesterol dalam darah dapat menyebabkan pembentukan plak arteri dan meningkatkan risiko TIA. Mengadopsi pola makan sehat dan menjalani gaya hidup aktif dapat membantu menjaga kadar kolesterol dalam kisaran yang sehat.

⛹ Jaga berat badan yang sehat: 

Obesitas merupakan faktor risiko TIA dan masalah kesehatan lainnya. Usahakan untuk menjaga berat badan yang sehat dengan mengadopsi pola makan sehat dan rutin berolahraga.

 ⛹ Berhenti merokok: 

Merokok merusak pembuluh darah dan meningkatkan risiko TIA dan stroke. Jika Anda merokok, mencari dukungan untuk berhenti merokok dapat memberikan manfaat besar bagi kesehatan Anda.

⛹ Kendalikan diabetes: 

Jika Anda memiliki diabetes, penting untuk mengelola kadar gula darah dengan baik. Ikuti rencana perawatan dan pengobatan yang telah ditentukan oleh dokter untuk mengendalikan diabetes.

⛹ Aktivitas fisik teratur:

Rajin berolahraga dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah, menjaga berat badan yang sehat, dan meningkatkan kesehatan jantung. Pilih aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi fisik Anda dan lakukan secara teratur.

Olahraga jalan kaki rutin setiap hari mencegah TIA
(Sumber: foto LPC-lansia)

⛹ Konsumsi makanan sehat: 

Makan makanan yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, ikan berlemak, dan kacang-kacangan dapat mendukung kesehatan jantung dan pembuluh darah.

⛹ Batasi konsumsi alkohol: 

Jika Anda minum alkohol, lakukan dengan bijak dan sesuai dengan panduan medis.

⛹ Rutin pemeriksaan kesehatan: 

Lakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur untuk memantau kondisi kesehatan Anda dan mendeteksi faktor risiko potensial sejak dini.

⛹ Periksakan faktor risiko keluarga:

Jika ada anggota keluarga dengan riwayat TIA atau stroke, bicarakan dengan dokter tentang langkah-langkah pencegahan yang sesuai untuk Anda.

            💬 Selain langkah-langkah di atas, penting juga untuk mengikuti semua saran medis yang diberikan oleh dokter dan menjalani pengobatan yang diresepkan untuk kondisi kesehatan yang ada. Mencegah TIA memerlukan komitmen untuk gaya hidup sehat dan pemantauan kesehatan secara berkala

Setelah diagnosis TIA dibuat oleh tim medis, pengobatan akan ditentukan berdasarkan penyebab dan faktor risiko individu. 

Pengobatan TIA bertujuan untuk mencegah serangan stroke lebih lanjut dan dapat mencakup beberapa langkah, seperti:

💉 Terapi Anti platelet: 

Dokter mungkin meresepkan obat anti platelet seperti aspirin untuk mencegah pembekuan darah dan mengurangi risiko pembentukan gumpalan darah.

💉 Anti koagulan: 

Untuk beberapa kasus TIA yang berhubungan dengan kondisi jantung tertentu, dokter dapat meresepkan anti koagulan, seperti warfarin, untuk mencegah pembekuan darah.

💉 Kontrol tekanan darah: 

Jika tekanan darah tinggi merupakan faktor penyebab TIA, dokter akan bekerja sama dengan pasien untuk mengelola tekanan darah dalam kisaran yang sehat melalui obat-obatan atau perubahan gaya hidup.

💉 Pengelolaan diabetes: 

Bagi penderita diabetes, pengelolaan kadar gula darah yang baik sangat penting untuk mencegah TIA dan masalah kesehatan lainnya.

💉 Modifikasi gaya hidup: 

Mengadopsi gaya hidup sehat dengan menerapkan diet seimbang, rutin berolahraga, berhenti merokok, dan mengurangi konsumsi alkohol dapat membantu mengurangi risiko TIA dan masalah kesehatan lainnya.

💉 Pemeriksaan lebih lanjut: 

Setelah TIA, pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengevaluasi kondisi kesehatan yang mendasarinya dan menentukan langkah-langkah pencegahan lebih lanjut.

                💀Alasan utama mengapa TIA keadaan darurat medis adalah karena sering merupakan peringatan bahwa stroke mungkin terjadi atau bahkan sudah dekat. Hingga 20% orang yang mengalami TIA mengalami stroke dalam 90 hari, dan setengah dari stroke tersebut terjadi dalam dua hari pertama setelah TIA.

              Ingatlah bahwa TIA adalah tanda peringatan serius bahwa Anda berisiko mengalami serangan stroke yang lebih besar di masa mendatang. Segera cari bantuan medis jika Anda mengalami gejala TIA.









Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/transient-ischemic-attack/symptoms-causes/syc-20355679

https://www.nhs.uk/conditions/transient-ischaemic-attack-tia/

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14173-transient-ischemic-attack-tia-or-mini-stroke

https://www.ninds.nih.gov/health-information/disorders/transient-ischemic-attack-tia

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459143/

https://www.stroke.org.uk/what-is-stroke/types-of-stroke/transient-ischaemic-attack



Friday, 28 July 2023

Sering Bikin Bentrok, Adanya Gangguan Komunikasi Pada ?Lansia,

            Komunikasi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan atau informasi antara dua atau lebih individu atau entitas. Ini adalah cara utama bagi manusia dan makhluk lainnya untuk berinteraksi, berbagi informasi, dan memahami satu sama lain. Komunikasi melibatkan pertukaran pesan melalui berbagai saluran, termasuk lisan, tulisan, visual, dan non-verbal.

Para lansia ini saling berkomunikasi satu dengan yang lain
(Sumber: foto paguyuban pensiun purna)
Orang menggunakan komunikasi untuk melakukan banyak fungsi dalam aktivitas sehari-hari mereka, termasuk pekerjaan, aktivitas sosial dan rekreasi, keterlibatan komunitas, hubungan pribadi, dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Dengan terjadinya proses penuaan , keterampilan komunikasi berubah secara halus setidaknya sebagian karena perubahan kesehatan fisik, depresi, dan penurunan kognitif. Penuaan bertanggung jawab atas perubahan fisiologis dalam pendengaran, suara, dan proses bicara

Dua lansia duduk bersebelahan, apakah saling berkomunikasi?
(Sumber: foto bodrekers)

Bahkan usia seseorang dapat diprediksi dengan cukup akurat melalui karakteristik ucapan termasuk getaran suara, nada, kecepatan berbicara, kenyaringan, dan kelancaran.

Beberapa keterampilan bahasa tetap utuh, sedangkan yang lain cenderung menurun. Misalnya, kosakata, penilaian gramatikal, dan kemampuan pengulangan relatif stabil seiring bertambahnya usia; pemahaman ucapan yang kompleks dan penamaan mungkin menurun.

Perubahan dalam komunikasi yang dihasilkan dari proses penuaan adalah normal dan juga dari kondisi kronis yang sudah berlangsung lama, banyak kondisi neurologis yang terkait dengan ketidakmampuan komunikasi yang mulai muncul di usia tua. Kondisi ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang status, kecacatan, dan umum terjadi pada penuaan.  

Dalam suatu eksperimen, orang dewasa yang lebih tua lebih rentan terhadap kegagalan pencarian kata karena semua koneksi jaringan melemah seiring bertambahnya usia; kata-kata lebih rentan daripada gagasan karena kata-kata harus diartikulasikan dengan tepat dari urutan fitur fonologis yang unik. 

Kesulitan memahami ucapan merupakan salah satu 
gangguan komunikasi pada lansia ( Sumber: canva.com)

Pernah mendengar lansia atau mungkin Anda sendiri, mencari kata hewan pengerat yang makan rumput, buah beri, lumut, akar atau bunga dan mirip tikus, (menjawab dan mengucapkan kata "marmot" dengan benar mungkin  Anda akan mengacungkan jempol) sedangkan gagasan secara berlebihan ditentukan oleh banyak asosiasi dan keterkaitan yang menyatu (alih-alih berpikir marmot Anda mungkin berpikir tentang tikus atau kelinci, atau mungkin bajing).

Penuaan menghasilkan perubahan normal dalam kognisi. Tiga perubahan spesifik terjadi: berkurangnya kecepatan pemrosesan, kecenderungan lebih besar untuk teralihkan, dan berkurangnya kapasitas untuk memproses dan mengingat informasi baru.

Ciri-ciri lansia yang mengalami gangguan komunikasi dapat bervariasi tergantung pada penyebab dan tingkat parah gangguan tersebut. 

Beberapa ciri umum lansia mengalami gangguan komunikasi, antara lain:

📢 Kesulitan Mendengar: 

Lansia dengan gangguan pendengaran mungkin menunjukkan ciri-ciri kesulitan mendengar seperti bertanya-tanya berulang kali, merespons percakapan secara tidak tepat, atau meminta orang untuk mengulang pesan.

📢 Kesulitan Bicara: 

Lansia dengan gangguan bicara, seperti afasia atau disartria, mungkin mengalami kesulitan dalam mengucapkan kata-kata dengan jelas, menemukan kata-kata yang tepat, atau merangkai kalimat dengan benar.

📢 Kesulitan Memahami:

Lansia dengan gangguan kognitif atau gangguan bahasa mungkin kesulitan memahami percakapan atau mengikuti arah dalam percakapan.

📢 Pengulangan atau Penggunaan Kata yang Tidak Tepat: 

Beberapa lansia yang mengalami gangguan komunikasi mungkin cenderung mengulang kata-kata atau menggunakan kata-kata yang tidak tepat secara berulang kali.

📢 Kesulitan dalam Menjaga Percakapan: 

Lansia dengan gangguan komunikasi dapat mengalami kesulitan dalam menjaga alur percakapan, terutama jika ada banyak orang yang berbicara atau topik yang kompleks.

📢 Ekspresi Wajah dan Bahasa Tubuh Tidak Tepat:

Lansia yang kesulitan berkomunikasi mungkin menunjukkan ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang tidak sesuai dengan isi pesan yang ingin mereka sampaikan.

📢 Kesulitan Berbicara tentang Topik Tertentu: 

Beberapa lansia mungkin kesulitan dalam berbicara tentang topik tertentu yang terkait dengan kenangan atau peristiwa tertentu.

📢 Penarikan Diri Sosial:

Lansia yang merasa kesulitan dalam berkomunikasi mungkin cenderung menarik diri dari interaksi sosial untuk menghindari frustrasi atau kebingungan.

              Penting untuk diingat bahwa gejala dan ciri-ciri di atas dapat disebabkan oleh berbagai kondisi atau penyakit yang berbeda.

Beberapa penyakit atau kondisi tertentu pada lansia dapat menjadi gangguan komunikasi karena mempengaruhi kemampuan fisik dan kognitif mereka, yaitu:

🔇 Gangguan Pendengaran: 

Hilangnya pendengaran atau gangguan pendengaran pada lansia dapat menyebabkan kesulitan dalam mendengar dan memahami percakapan. Ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan isolasi sosial.

🔇 Afasia: 

Afasia adalah gangguan bahasa yang disebabkan oleh kerusakan pada area otak yang mengendalikan bahasa. Lansia yang mengalami afasia mungkin mengalami kesulitan dalam berbicara, memahami kata-kata, atau menemukan kata-kata yang tepat saat berbicara.

🔇 Disartria: 

Disartria adalah gangguan bicara yang disebabkan oleh kelumpuhan atau kelemahan otot yang mengendalikan bicara. Lansia dengan disartria mungkin mengalami kesulitan dalam mengontrol gerakan lidah, bibir, dan rahang saat berbicara, sehingga bicaranya terdengar tidak jelas.

🔇 Apraksia: 

Apraksia adalah gangguan dalam melakukan gerakan motorik yang kompleks, termasuk gerakan bicara. Lansia dengan apraksia bicara mungkin mengalami kesulitan dalam mengkoordinasikan gerakan yang diperlukan untuk berbicara dengan benar.

🔇 Gangguan Kognitif seperti Demensia: 

Lansia dengan demensia, seperti penyakit Alzheimer, mungkin mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata, mengikuti percakapan, dan memproses informasi secara efisien.

🔇 Gangguan Neurologis: 

Beberapa gangguan neurologis lainnya, seperti Parkinson, stroke, atau cedera otak traumatis, dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi lansia melalui berbagai cara.

🔇 Gangguan Penglihatan: 

Gangguan penglihatan atau kehilangan penglihatan pada lansia dapat menyebabkan kesulitan dalam membaca, melihat ekspresi wajah, atau menginterpretasikan bahasa tubuh orang lain.

🔇 Disfonia: 

Disfonia adalah gangguan yang mempengaruhi suara atau kualitas suara seseorang. Ini bisa menyebabkan suara serak, lemah, atau tidak stabil.

🔇 Disfagi: 

Disfagi adalah gangguan menelan yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk mengonsumsi makanan atau minuman dengan benar, yang dapat mempengaruhi kemampuan berbicara.

🔇 Gangguan Artikulasi: 

Gangguan artikulasi menyebabkan kesulitan dalam mengucapkan suara, bunyi, atau kata-kata dengan benar.

            💭 Penting untuk diingat bahwa gangguan komunikasi dapat bersifat kompleks dan bervariasi pada setiap individu

Berkomunikasi dengan lansia yang mengalami gangguan komunikasi memerlukan pendekatan yang sensitif dan adaptif

Beberapa kiat yang dapat membantu berkomunikasi dengan lansia yang mengalami gangguan komunikasi:

🔊 Perhatikan Lingkungan Komunikasi:

Pastikan lingkungan komunikasi bebas dari gangguan dan cukup terang. Hindari latar belakang yang berisik atau bising yang dapat mengganggu pemahaman percakapan.

🔊 Mendekat dan Jaga Kontak Mata: 

Dekatkan diri Anda pada lansia dan pastikan Anda menjaga kontak mata. Ini membantu menciptakan ikatan dan mengalihkan perhatian mereka pada percakapan.

🔊 Bicara dengan Pelan dan Jelas: 

Gunakan suara yang pelan dan jelas. Bicaralah dengan tempo yang lambat dan pastikan kata-kata Anda mudah dipahami.

🔊 Gunakan Bahasa yang Sederhana: 

Gunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang pendek. Hindari penggunaan frasa atau kosakata yang rumit.

🔊 Gunakan Pertanyaan Terbuka:

Gunakan pertanyaan terbuka yang memungkinkan lansia memberikan respons yang lebih luas. Pertanyaan seperti "Bagaimana perasaanmu tentang ini?" atau "Ceritakan lebih lanjut" dapat membuka percakapan.

🔊 Dengarkan dengan Empati: 

Dengarkan dengan penuh perhatian dan empati. Biarkan mereka mengungkapkan perasaan mereka tanpa interupsi.

🔊 Perhatikan Bahasa Tubuh dan Ekspresi Wajah: 

Perhatikan bahasa tubuh dan ekspresi wajah lansia. Hal ini dapat membantu Anda memahami bagaimana mereka merespons percakapan.

Perhatikan Bahasa Tubuh dan Ekspresi Wajah
dapat membantu berkomunikasi
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

🔊 Sabar dan Tunggu Respons: 

Berikan waktu untuk lansia untuk bereaksi dan jangan terburu-buru untuk mengisi keheningan dalam percakapan.

🔊 Gunakan Gambar atau Bahasa Tubuh: 

Jika diperlukan, Anda dapat menggunakan gambar atau bahasa tubuh untuk membantu menyampaikan pesan atau memahami pesan dari lansia.

🔊 Hargai Perasaan dan Pengalaman: 

Hargai perasaan dan pengalaman lansia. Jangan mengabaikan perasaan mereka atau meremehkan pengalaman hidup mereka.

🔊 Jangan Meremehkan: 

Hindari meremehkan atau membicarakan lansia di depan mereka. Berbicaralah kepada mereka dengan hormat dan kesopanan.

🔊 Konfirmasi Pemahaman: 

Untuk memastikan bahwa Anda memahami dengan benar apa yang ingin disampaikan oleh lansia, konfirmasi dan ulangi poin-poin penting dari percakapan.

Konfirmasi Pemahaman penting dilakukan agar
pesan yang disampaikan kepada lansia sesuai
(Sumber: foto paguyuban pensiun purna)

        Ciri-ciri gangguan komunikasi pada lansia dapat bervariasi. Yang terpenting adalah mendekati mereka dengan penuh pengertian, kesabaran, dan kepekaan terhadap kebutuhan mereka.

Mencegah gangguan komunikasi pada lansia melibatkan beberapa langkah untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan sosial mereka. 

Beberapa cara untuk mencegah gangguan komunikasi pada lansia:

👄 Perawatan Kesehatan Rutin: 

Penting untuk menjalani pemeriksaan kesehatan rutin dan mengikuti arahan medis untuk mengelola kondisi kesehatan yang mungkin mempengaruhi komunikasi, seperti pendengaran, bicara, atau kognisi.

👄 Latihan Fisik: 

Aktivitas fisik yang teratur dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung, sirkulasi darah, dan fungsi otak, yang semuanya berperan dalam komunikasi yang baik.

👄 Pola Makan Sehat: 

Diet seimbang dan bergizi berkontribusi pada kesehatan secara keseluruhan, termasuk kesehatan otak dan fungsi kognitif.

👄 Latih Otak: 

Melakukan latihan otak, seperti teka-teki silang, permainan memori, atau kegiatan kognitif lainnya, dapat membantu menjaga keterampilan komunikasi dan kognitif.

👄 Batasi Penggunaan Alkohol dan Rokok: 

Konsumsi alkohol berlebihan dan merokok dapat merusak kesehatan fisik dan kognitif, termasuk kemampuan komunikasi.

👄 Hindari Cedera Kepala:

Mencegah cedera kepala dan menghindari kecelakaan yang dapat merusak otak adalah langkah penting dalam menjaga fungsi kognitif.

👄 Interaksi Sosial: 

Menjaga interaksi sosial yang aktif dapat membantu menjaga keterampilan komunikasi dan kognitif, serta memberikan dukungan sosial yang penting bagi kesejahteraan lansia.

👄 Jaga Kesehatan Mental:

Menjaga kesehatan mental, mengurangi stres, dan mengelola kondisi seperti depresi atau kecemasan dapat membantu mempertahankan kemampuan komunikasi yang baik.

👄 Perhatian pada Pendengaran:

Jika lansia mengalami masalah pendengaran, segera konsultasikan dengan profesional medis untuk penanganan dan solusi yang sesuai.

👄 Menggunakan Teknologi:

Beberapa aplikasi dan alat teknologi dapat membantu lansia dalam berkomunikasi, seperti aplikasi penerjemah teks untuk komunikasi lisan atau alat bantu dengar.

👄 Jaga Lingkungan Fisik: 

Pastikan lingkungan di sekitar lansia aman dan nyaman untuk mencegah cedera dan stres yang tidak perlu.

👄 Rutin Melakukan Aktivitas Otak:

Terlibat dalam aktivitas yang merangsang otak, seperti membaca, menulis, belajar, atau bermain permainan mental, dapat membantu menjaga keterampilan komunikasi dan kognitif.

             💬 Selain langkah-langkah di atas, menjaga komunikasi yang positif dan terbuka dengan lansia dapat membantu memastikan bahwa mereka merasa didukung dan terlibat dalam interaksi sosial.

 💀 Tantangan, bagaimana komunikasi dua lansia (suami-istri atau dua orang yang berbeda),  banyak lansia yang memiliki  gangguan komunikasi sehingga menimbulkan bentrok dan tidak akur suami-istri, dua sahabat lansia yang saling marah dan saling menyalahkan tanpa disadari penyebabnya. Namun dengan pendekatan yang tepat, komunikasi yang efektif masih bisa terjadi. 

Beberapa kiat untuk membantu komunikasi antara dua lansia atau lebih, yang mengalami gangguan komunikasi:

😁 Gunakan Bahasa yang Sederhana: 

Gunakan bahasa yang sederhana dan kalimat yang pendek. Hindari penggunaan frasa atau kosakata yang rumit.

😁 Bicara dengan Pelan dan Jelas: 

Gunakan suara yang pelan dan jelas. Bicaralah dengan tempo yang lambat dan pastikan kata-kata Anda mudah dipahami.

😁 Dengarkan dengan Sabar:

Berikan waktu untuk masing-masing lansia untuk merespon dan jangan terburu-buru untuk mengisi keheningan dalam percakapan.

😁 Gunakan Komunikasi Non-Verbal:

Ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan kontak mata dapat membantu menyampaikan perasaan dan maksud ketika kata-kata tidak cukup.

Gunakan Komunikasi Non-Verbal agar mudah berkomunikasi
(Sumber: foto bodrekers)

😁 Gunakan Gambar atau Gestur: 

Jika diperlukan, Anda dapat menggunakan gambar atau gestur untuk membantu menyampaikan pesan atau memahami pesan dari satu sama lain.

😁 Berikan Dukungan: 

Jika salah satu lansia kesulitan berbicara atau memahami, berikan dukungan dan tunjukkan kesabaran. Jangan menekan atau mengintimidasi mereka.

😁 Jangan Meremehkan:

Hindari meremehkan atau membicarakan satu sama lain di depan mereka. Berbicaralah dengan hormat dan kesopanan.

😁 Jaga Keterlibatan: 

Pertahankan keterlibatan dalam percakapan. Cobalah mencari topik yang menarik bagi mereka dan berbicara tentang hal-hal yang relevan dan bermakna.

😁 Konfirmasi Pemahaman: 

Untuk memastikan bahwa Anda memahami dengan benar apa yang ingin disampaikan oleh lansia lainnya, konfirmasi dan ulangi poin-poin penting dari percakapan.

😁 Gunakan Humor: 

Penggunaan humor yang tepat dapat membantu meredakan ketegangan dan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam komunikasi.

             Mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi dapat membantu mencegah gangguan komunikasi pada lansia dengan menjaga kesehatan fisik dan fungsi kognitif. 

Beberapa jenis makanan yang baik, untuk mencegah gangguan komunikasi pada lansia:

🍒 Buah-buahan dan Sayuran: 

Konsumsi beragam buah-buahan dan sayuran memberikan vitamin, mineral, dan antioksidan yang penting bagi kesehatan otak dan sistem saraf.

🍒 Ikan Berlemak: 

Ikan seperti salmon, tuna, dan sarden mengandung asam lemak omega-3 yang bermanfaat bagi fungsi otak dan kognitif.

🍒 Kacang-kacangan dan Biji-bijian:

Kacang-kacangan dan biji-bijian mengandung lemak sehat, serat, dan nutrisi lainnya yang baik untuk kesehatan otak dan tubuh.

🍒 Produk Susu Rendah Lemak: 

Susu, yogurt, dan keju rendah lemak mengandung kalsium dan protein yang penting untuk kesehatan tulang dan otak.

🍒 Sumber Protein Rendah Lemak:

Daging tanpa lemak, dada ayam, dan tahu adalah contoh sumber protein rendah lemak yang baik untuk kesehatan.

🍒 Biji Chia dan Biji Rami: 

Biji chia adalah salah satu jenis biji-bijian yang kerap menjadi campuran makanan dan minuman dan biji rami adalah salah satu jenis biji-bijian utuh yang sering dijadikan tepung untuk mengolah makanan,  kaya akan asam lemak omega-3, serat, dan nutrisi lainnya yang baik untuk otak.

🍒 Minyak Zaitun: 

Minyak zaitun mengandung lemak sehat yang bermanfaat bagi kesehatan otak dan kardiovaskular.

🍒 Telur:

Telur adalah sumber protein berkualitas tinggi dan kolin, yang penting untuk fungsi otak.

🍒 Produk Gandum Utuh: 

Roti gandum utuh, nasi merah, dan pasta gandum utuh mengandung serat dan nutrisi tambahan untuk kesehatan otak dan tubuh.

🍒 Air Putih: 

Menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan cukup minum air putih sangat penting untuk fungsi otak yang optimal.

              🔉 Selain mengonsumsi makanan yang baik untuk kesehatan, penting juga untuk membatasi konsumsi makanan tinggi gula, garam, dan lemak jenuh.






Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3074568/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK97337/

https://hellocare.com.au/improving-your-interactions-with-older-people-with-communication-difficulties/

https://gerontology.ku.edu/sites/gerontology.drupal.ku.edu/files/ 

https://www.cdc.gov/healthliteracy/developmaterials/audiences/olderadults/understanding-challenges.html

https://brieflands.com/articles/mejrh-65310.html

https://www.healthxchange.sg/seniors/caregiver-tips/communicate-effectively-with-elderly