Konstipasi adalah gangguan umum pada populasi lansia secara global dan berhubungan dengan komorbiditas dan yang berdampak negatif pada kualitas hidup. Prevalensi konstipasi bervariasi dalam studi yang berbeda, terutama karena tidak seragam kriteria diagnostik. Namun, 15%–30% individu berusia lebih 60 tahun didiagnosis dengan konstipasi.
Konstipasi (sembelit) atau susah buang air besar kronis terjadi pada lansia. Kondisi ini tak bisa dianggap sepele, karena dapat memengaruhi kualitas hidup lansia. Oleh karena itu, mengetahui penyebab dan cara mengatasi konstipasi pada lansia adalah hal yang penting.
Susah buang air besar kronis pada lansia (Sumber: foto canva.com) |
Hal tersebut bertujuan agar lansia bisa memiliki rutinitas buang air besar yang normal. Dengan demikian, mereka dapat menikmati hari-hari tua tanpa adanya gangguan pencernaan.
Lansia cenderung mengalami gangguan buang air besar karena beberapa faktor yang terkait dengan penuaan dan perubahan fisik yang terjadi pada tubuh mereka.
Beberapa alasan umum mengapa gangguan buang air besar sering terjadi pada lansia, antara lain:
🏃 Penurunan aktivitas fisik:
Lansia cenderung menjadi kurang aktif secara fisik, yang dapat memperlambat pergerakan usus dan menyebabkan sembelit. Kurangnya aktivitas fisik juga dapat mengurangi tonus otot perut, termasuk otot-otot yang terlibat dalam proses buang air besar.
🏃 Perubahan pola makan:
Lansia sering mengalami perubahan pola makan, termasuk diet yang rendah serat dan tidak cukup cairan. Serat makanan membantu meningkatkan volume dan kelembutan tinja, serta merangsang pergerakan usus. Kurangnya serat dan cairan dalam diet dapat menyebabkan sembelit.
🏃 Efek samping obat-obatan:
Lansia sering mengonsumsi beberapa jenis obat untuk mengelola kondisi kesehatan mereka. Beberapa obat dapat memiliki efek samping yang menyebabkan sembelit atau diare.
Efek samping obat-obatan dapat sebabkan sembelit pada lansia (Sumber: foto canva.com) |
🏃 Penurunan fungsi pencernaan:
Dengan bertambahnya usia, sistem pencernaan cenderung mengalami perubahan. Produksi enzim pencernaan dan asam lambung dapat berkurang, yang dapat mempengaruhi proses pencernaan makanan dan pencernaan yang tidak adekuat dapat menyebabkan masalah buang air besar.
🏃 Penyakit kronis:
Lansia sering menderita penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, atau gangguan tiroid. Beberapa kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi sistem pencernaan dan menyebabkan perubahan dalam pola buang air besar.
💭 Untuk mengatasi gangguan buang air besar pada lansia, penting untuk menjaga pola makan yang sehat dengan asupan serat, cukup minum air, dan menjaga tingkat aktivitas fisik yang memadai.
Ada beberapa penyakit yang umumnya ditemukan pada lansia dan dapat menyebabkan gangguan buang air besar. Beberapa di antaranya meliputi:
😓 Sembelit (konstipasi):
Sembelit adalah kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan dalam buang air besar atau frekuensi buang air besar yang berkurang. Ini bisa disebabkan oleh faktor-faktor seperti diet rendah serat, kurangnya cairan, kurangnya aktivitas fisik, atau efek samping obat-obatan tertentu yang sering dikonsumsi oleh lansia.
😓 Sindrom usus iritabel (irritable bowel syndrome/IBS):
IBS adalah gangguan yang mempengaruhi usus besar dan dapat menyebabkan gangguan buang air besar seperti diare, sembelit, atau perubahan pola buang air besar yang tidak teratur. Gejala IBS meliputi nyeri perut, kembung, dan perubahan pola buang air besar yang terkait dengan stres atau pola makan.
😓 Penyakit divertikular:
Penyakit divertikular terjadi ketika divertikula, yaitu kantung-kantung kecil yang berkembang di dinding usus besar, terinfeksi atau meradang. Ini bisa menyebabkan gejala seperti sembelit, diare, nyeri perut, dan perubahan pola buang air besar pada lansia.
😓 Ensefalopati hepar (hepatic encephalopathy):
Ensefalopati hepar adalah kondisi yang terjadi pada lansia dengan gangguan fungsi hati, seperti sirosis. Kondisi ini dapat menyebabkan perubahan perilaku, perubahan mood, perubahan pola tidur, dan gangguan buang air besar.
😓 Kanker usus besar:
Kanker usus besar merupakan penyakit yang dapat terjadi pada lansia dan menyebabkan perubahan dalam pola buang air besar, seperti diare kronis atau sembelit yang persisten.
😓 Penyakit Parkinson:
Lansia yang menderita penyakit Parkinson sering mengalami gangguan buang air besar. Gangguan pergerakan dan kelemahan otot yang terkait dengan penyakit ini dapat mempengaruhi fungsi usus dan menyebabkan sembelit.
Penyakit Parkinson sering membuat gangguan buang air besar (Sumber: foto canva.com) |
😓 Gangguan neurologis:
Beberapa gangguan neurologis seperti stroke atau penyakit Alzheimer juga dapat berdampak pada fungsi usus dan menyebabkan gangguan buang air besar pada lansia.
💬 Penting untuk diingat bahwa jika ada perubahan dalam pola buang air besar atau gejala yang tidak biasa pada lansia, sebaiknya berkonsultasi dengan profesional medis untuk evaluasi dan diagnosis yang tepat.
Beberapa contoh makanan yang tinggi serat dan bisa membantu mencegah sembelit:
🍏 Buah-buahan:
Buah-buahan seperti apel, pir, jeruk, stroberi, dan buah beri mengandung serat yang tinggi. Serat dalam buah-buahan dapat membantu melunakkan tinja dan mendorong gerakan usus.
🍏 Sayuran:
Sayuran hijau seperti bayam, brokoli, kubis, wortel, dan kacang polong mengandung serat yang tinggi. Sayuran juga mengandung air, yang dapat membantu mencegah sembelit.
🍏 Biji-bijian dan sereal:
Biji-bijian utuh seperti gandum, oat, beras merah, dan quinoa mengandung serat yang tinggi. Sereal gandum utuh yang rendah gula juga bisa menjadi pilihan yang baik untuk melancarkan buang air besar.
🍏 Kacang-kacangan:
Kacang-kacangan seperti almond, kenari, kacang merah, dan kacang hijau mengandung serat dan nutrisi penting lainnya yang bisa membantu melancarkan buang air besar.
🍏 Legum:
Kacang-kacangan seperti kacang hitam, kacang polong, dan lentil merupakan sumber serat yang baik. Mereka juga mengandung protein nabati yang sehat.
🍏 Air:
Konsumsi cairan yang cukup sangat penting untuk menjaga kecukupan cairan dalam tubuh dan mencegah sembelit. Pastikan lansia mengonsumsi cukup air sepanjang hari.
Selain mengonsumsi makanan yang tinggi serat, lansia juga harus memastikan bahwa mereka memiliki gaya hidup aktif secara fisik. Berolahraga secara teratur dapat membantu melancarkan buang air besar dan menjaga kesehatan usus.
Untuk mencegah gangguan buang air besar pada lansia, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
🍚 Konsumsi makanan tinggi serat:
Makan makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan dapat membantu melancarkan buang air besar. Serat membantu meningkatkan volume tinja dan memperbaiki gerakan usus. Pastikan lansia mendapatkan asupan serat yang cukup setiap hari.
🍚 Cukupi kebutuhan cairan:
Minum cukup air dan cairan lainnya sangat penting untuk menjaga hidrasi yang baik dan mencegah sembelit. Air membantu melunakkan tinja dan memperlancar proses pencernaan. Anjurkan lansia untuk minum air setidaknya 6-8 gelas sehari, kecuali ada pembatasan cairan yang ditentukan oleh dokter.
🍚 Tetap aktif secara fisik:
Aktivitas fisik yang cukup membantu merangsang pergerakan usus dan mencegah sembelit. Lansia sebaiknya melakukan olahraga ringan seperti berjalan, berenang, atau senam yang disesuaikan dengan kemampuan mereka. Kegiatan sehari-hari seperti membersihkan rumah, berkebun, atau berjalan-jalan juga dapat membantu menjaga fungsi usus yang sehat.
Lansia harus aktif secara fisik untuk mencegah sembelit (Sumber: foto canva.com) |
🍚 Jaga kebiasaan buang air besar yang teratur:
Mendorong lansia untuk menjaga kebiasaan buang air besar yang teratur dapat membantu mencegah sembelit. Anjurkan mereka untuk menggunakan waktu yang sama setiap hari untuk buang air besar, dan memberikan waktu yang cukup untuk proses tersebut.
🍚 Hindari penundaan buang air besar:
Lansia sebaiknya menghindari menunda keinginan buang air besar. Ketika merasakan dorongan buang air besar, sebaiknya mereka segera pergi ke toilet untuk menghindari penyerapan kembali air dari tinja yang menyebabkan sembelit.
🍚 Perhatikan efek samping obat-obatan:
Beberapa obat yang dikonsumsi lansia dapat menyebabkan sembelit sebagai efek samping. Jika ada masalah buang air besar yang muncul setelah memulai penggunaan obat baru, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mempertimbangkan alternatif atau penyesuaian dosis.
🍚 Hindari konsumsi berlebihan alkohol dan kafein:
Alkohol dan kafein dapat menyebabkan dehidrasi dan mengganggu fungsi pencernaan. Lansia sebaiknya mengonsumsi alkohol dengan moderat dan membatasi konsumsi kafein.
🍚 Perhatikan kesehatan mental:
Stres dan kecemasan dapat mempengaruhi fungsi pencernaan. Dukung lansia dalam menjaga kesehatan mental mereka dengan melibatkan mereka dalam aktivitas sosial, menjaga rutinitas tidur yang baik, dan memberikan dukungan emosional.
💬 Penting untuk diingat bahwa setiap individu memiliki kebutuhan yang unik, terutama pada lansia. Pengobatan gangguan buang air besar pada lansia tergantung pada penyebab dan gejala spesifik yang dialami.
Beberapa cara umum yang dapat digunakan untuk mengobati gangguan buang air besar pada lansia:
💮 Perubahan pola makan:
Menyesuaikan pola makan dengan memperbanyak konsumsi makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan. Serat membantu melunakkan tinja dan memperlancar gerakan usus. Selain itu, lansia juga perlu meningkatkan asupan cairan yang cukup untuk mencegah dehidrasi.
💮 Suplemen serat:
Jika konsumsi serat dari makanan saja tidak mencukupi, dokter dapat merekomendasikan suplemen serat yang dapat membantu melancarkan buang air besar. Namun, perlu diingat untuk menggunakan suplemen serat sesuai petunjuk dokter.
💮 Obat pencahar:
Dokter mungkin meresepkan obat pencahar untuk membantu melancarkan buang air besar jika perubahan pola makan dan suplemen serat tidak memberikan hasil yang cukup. Ada berbagai jenis obat pencahar yang tersedia, seperti pencahar serat, pencahar osmotik, pencahar stimulan, dan lain-lain. Penggunaan obat pencahar harus sesuai dengan instruksi dan dosis yang dianjurkan oleh dokter.
💮 Pengelolaan obat-obatan:
Jika gangguan buang air besar disebabkan oleh efek samping obat-obatan yang sedang dikonsumsi, dokter dapat mempertimbangkan untuk mengubah dosis, mengganti obat dengan yang memiliki efek samping lebih sedikit pada sistem pencernaan, atau memberikan saran lain yang sesuai.
💮 Terapi fisik:
Terapi fisik atau latihan khusus dapat membantu merangsang gerakan usus dan mencegah sembelit. Ahli terapi fisik dapat memberikan latihan spesifik yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan lansia.
💮 Penanganan kondisi medis yang mendasari:
Jika buang air besar yang tidak normal disebabkan oleh kondisi medis yang mendasari, seperti penyakit divertikular, sindrom usus iritabel, atau penyakit Parkinson, pengobatan akan difokuskan pada penanganan kondisi tersebut. Dokter akan meresepkan perawatan yang sesuai dengan penyakit yang mendasari untuk membantu mengendalikan gejala dan memperbaiki fungsi usus.
Beberapa istilah medis yang terkait dengan gangguan buang air besar adalah sebagai berikut:
🚫 Konstipasi:
Konstipasi adalah istilah medis untuk sembelit, yaitu kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan dalam buang air besar atau frekuensi buang air besar yang berkurang.
🚫 Diare:
Diare adalah kondisi di mana seseorang mengalami buang air besar dengan tinja yang encer dan sering, biasanya disertai dengan frekuensi buang air besar yang meningkat.
🚫 Sindrome Usus Iritabel (Irritable Bowel Syndrome/IBS):
IBS adalah gangguan fungsi usus yang ditandai oleh perubahan pola buang air besar, termasuk diare, sembelit, atau kombinasi keduanya. IBS juga dapat disertai dengan gejala lain seperti nyeri perut, kembung, dan perubahan dalam konsistensi tinja.
🚫 Obstruksi usus:
Obstruksi usus terjadi ketika ada hambatan fisik atau mekanik yang menghalangi pergerakan tinja melalui saluran pencernaan. Hal ini dapat menyebabkan gejala sembelit, mual, muntah, nyeri perut, dan distensi abdomen.
🚫 Inkontinensia feses:
Inkontinensia feses adalah ketidakmampuan untuk mengontrol keluarnya tinja secara sukarela. Ini bisa melibatkan kehilangan kontrol sepenuhnya atau kehilangan sebagian atas buang air besar.
🚫 Disimpaksi:
Disimpaksi adalah kondisi di mana tinja keras menumpuk dan mengeras di dalam rektum, menyebabkan sumbatan dan kesulitan dalam buang air besar.
🚫 Hemoroid:
Hemoroid, juga dikenal sebagai wasir, adalah pembengkakan pembuluh darah di dalam atau sekitar anus atau rektum. Hemoroid dapat menyebabkan gejala seperti perdarahan, rasa gatal, dan tidak nyaman saat buang air besar.
🚫 Prolaps rektum:
Prolaps rektum terjadi ketika bagian dari dinding usus besar (rektum) melorot atau menonjol keluar dari anus. Hal ini bisa menyebabkan kesulitan dalam buang air besar dan perasaan tidak nyaman.
💬 Penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan terlatih sebelum memulai pengobatan atau perubahan dalam penanganan gangguan buang air besar pada lansia. Mereka dapat melakukan evaluasi yang tepat dan memberikan saran serta perawatan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan individu.
Sumber:
https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/constipation#
https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/constipation/symptoms-causes/syc-20354253
https://www.nhs.uk/conditions/constipation/
https://www.webmd.com/digestive-disorders/digestive-diseases-constipation
https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/constipation
https://medlineplus.gov/ency/patientinstructions/000120.htm
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7272371/