Berdasarkan data dari WHO, jumlah dan proporsi penduduk berusia 60 tahun ke atas dalam populasi semakin meningkat. Pada 2019, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas adalah 1 miliar. Jumlah ini akan meningkat menjadi 1,4 miliar pada tahun 2030 dan 2,1 miliar pada tahun 2050.
Peningkatan ini terjadi dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan akan semakin cepat dalam beberapa dekade mendatang, terutama di negara-negara berkembang. Populasi penuaan adalah fenomena baru, religiusitas pada individu, menurut bukti merupakan faktor umum yang terkait dengan kesehatan, merupakan salah satu yang sudah berlangsung lama dan meluas ke seluruh penjuru dunia.
Religiusitas merujuk pada tingkat atau kecenderungan individu atau kelompok dalam melibatkan diri dalam praktik atau keyakinan agama. Secara umum, religiusitas melibatkan hubungan individu dengan kepercayaan, nilai-nilai, praktik ritual, moralitas, dan spiritualitas yang terkait dengan agama tertentu.
Religiusitas merujuk kecenderungan individu dalam praktik keyakinan agama (Sumber: foto canva.com) |
Tingkat religiusitas dapat beragam di antara individu dan kelompok, dari yang sangat religius yang terlibat secara aktif dalam praktik agama, hingga yang kurang religius yang mungkin tidak terlibat secara formal dalam agama tertentu, tetapi masih memiliki keyakinan atau spiritualitas yang kuat.
Keagamaan merujuk pada sistem kepercayaan, keyakinan, ajaran, praktik, dan ritual yang berkaitan dengan agama tertentu. Ini mencakup ajaran dan nilai-nilai agama, kitab suci, tradisi ritual, dan struktur organisasi keagamaan. Keagamaan lebih berfokus pada institusi, dogma, dan tata tertib yang terkait dengan suatu agama.
Perbedaan kunci antara religiusitas dan keagamaan adalah bahwa religiusitas lebih menekankan pada dimensi pribadi dan internal dari keyakinan dan praktik keagamaan seseorang, sementara keagamaan lebih terkait dengan aspek eksternal dan institusional dari agama itu sendiri.
Lanjut usia merupakan tahap akhir dari kehidupan dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap individu. Proses menua adalah proses alami yang dihadapi setiap manusia.
Pada tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut usia.
Perbedaan antara orang yang memiliki tingkat religiusitas tinggi dan mereka yang tidak memiliki religiusitas atau memiliki tingkat religiusitas rendah pada lansia dapat mencakup beberapa aspek:
🏠 Aktivitas keagamaan:
Lansia yang religius cenderung lebih aktif dalam praktik keagamaan, seperti menghadiri ibadah secara teratur, berdoa, atau berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan lainnya. Di sisi lain, lansia yang kurang religius mungkin tidak terlibat dalam praktik keagamaan atau mengalami keterlibatan yang lebih rendah.
🏠 Dukungan sosial:
Lansia yang aktif dalam kehidupan keagamaan mereka sering memiliki dukungan sosial yang lebih kuat dari komunitas keagamaan mereka. Mereka dapat membentuk ikatan sosial yang erat dengan sesama anggota jemaat, dan ini dapat memberikan dukungan emosional dan praktis yang berharga selama masa lanjut usia.
🏠 Koping dan ketenangan batin:
Koping adalah istilah yang digunakan dalam psikologi untuk menggambarkan upaya individu untuk mengatasi, menghadapi, atau mengurangi stres, tekanan, atau tantangan dalam kehidupan mereka. Ketika seseorang mengalami situasi atau peristiwa yang menimbulkan stres atau tekanan, mereka akan mencari cara-cara untuk mengatasi dan menghadapinya agar bisa berfungsi secara efektif dan adaptif.
Religiusitas pada lansia dapat menjadi sarana untuk mengatasi tantangan dan stres dalam hidup. Keterlibatan dalam keyakinan agama dapat memberikan ketenangan batin, harapan, dan arti dalam situasi-situasi yang sulit atau saat menghadapi penyakit atau kematian.
🏠 Perspektif pada kehidupan dan kematian:
Religiusitas juga dapat mempengaruhi pandangan seseorang tentang kehidupan dan kematian. Lansia yang religius mungkin memiliki pandangan yang lebih positif tentang kehidupan setelah kematian atau makna hidup yang lebih dalam berdasarkan keyakinan agama mereka.
Lansia religius memiliki pandangan positif tentang kehidupan setelah kematian (Sumber: foto canva.com) |
🏠 Kesehatan mental dan fisik:
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lansia yang religius cenderung memiliki tingkat kesehatan mental dan fisik yang lebih baik. Keyakinan agama mereka dapat memberikan dukungan psikologis dan memberikan harapan yang dapat membantu mengatasi depresi atau kecemasan.
💬 Meskipun ada perbedaan dalam tingkat religiusitas, penting untuk diingat bahwa setiap individu adalah unik dan dapat memiliki pengalaman yang berbeda dengan agama atau spiritualitas mereka.
Religiusitas lebih berarti bagi mereka karena kekhawatiran terhadap kematian, sering di anggap sebagai dorongan utama terhadap komitmen keagamaan. Kekhawatiran akan kematian muncul ketika seseorang telah mendekati usia lanjut.
Orang akan berubah menjadi lebih dekat pada agamanya untuk menenangkan diri. Orang lanjut usia merasa agama sangat penting dalam hidupnya sehingga banyak orang lanjut usia yang menjadi pemimpin spiritual di lingkungan masyarakatnya.
Mereka lebih banyak berdoa, membaca buku- buku agama, dan mendengar program - program siaran agama. Perhatian terhadap agama meningkat pada masa lanjut usia, dan hal ini berkaitan dengan kebahagiaan lanjut usia.
Religiusitas dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis yang penting pada lanjut usia, membantu mereka menghadapi kematian, memperoleh dan memelihara rasa berarti dalam hidupnya, serta penerimaan terhadap berbagai kehilangan yang tidak dapat dihindarkan pada masa lanjut usia. Arti dan harapan seseorang sebagai penganut suatu agama, menimbulkan rasa bahagia dan kualitas hidup.
Religiusitas dapat memberikan manfaat psikologis, antara lain:
- Sikap positif dan penuh harapan tentang hidup dan penyakit, yang memprediksi hasil kesehatan yang lebih baik dan tingkat kematian yang lebih rendah.
- Faktor terpenting yang memungkinkan lansia mengatasi masalah kesehatan fisik dan tekanan hidup (misalnya, penurunan sumber daya keuangan, kehilangan pasangan).
- Lansia yang menggunakan mekanisme koping religius, lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan depresi dan kecemasan dibandingkan mereka yang tidak
- Kesejahteraan psikologis yang lebih baik, kepuasan hidup yang lebih besar, dan hubungan sosial yang lebih baik daripada mereka yang tidak mempraktikkan agama.
- Lansia yang religius juga cenderung pulih dari depresi lebih cepat. Bahkan persepsi kecacatan tampaknya diubah oleh tingkat religiusitas. Misal, wanita tua dengan patah tulang pinggul, yang paling religius memiliki tingkat depresi terendah dan mampu berjalan jauh saat keluar dari rumah sakit dibandingkan mereka yang kurang religius.
- Religiusitas menawarkan kenyamanan dan kesejahteraan bagi lansia, membantu mengatasi perubahan yang timbul dari proses penuaan
- Mengingat kebutuhan lansia banyak didukung oleh kerabatnya, peningkatan dukungan sosial dan kepatuhan terhadap keagamaan secara efisien dapat meningkatkan kepuasan hidup mereka.
Meningkatkan religiusitas pada lansia dapat membantu memberikan dukungan spiritual dan emosional bagi mereka di masa lanjut usia.
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan religiusitas pada lansia:
🙏 Mendorong Aktivitas keagamaan:
Mendorong lansia untuk terlibat dalam praktik keagamaan yang mereka nikmati, seperti menghadiri ibadah secara teratur, berdoa, membaca kitab suci, atau mengikuti kegiatan keagamaan yang lain. Aktivitas ini dapat membantu meningkatkan keterlibatan mereka dalam kehidupan keagamaan.
🙏 Dukungan komunitas:
Bantu lansia untuk terhubung dengan komunitas keagamaan atau jemaat lokal. Interaksi dengan orang-orang dengan keyakinan serupa dapat memberikan dukungan sosial, membentuk ikatan yang erat, dan menciptakan rasa keterhubungan dalam agama.
🙏 Refleksi spiritual:
Ajak lansia untuk merenungkan nilai-nilai dan makna yang mereka temukan dalam agama mereka. Hal ini dapat membantu mereka merenungkan arti hidup, memberikan kekuatan di tengah tantangan, dan menemukan kedamaian batin.
🙏 Kegiatan sosial keagamaan:
Selain beribadah, lansia juga dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial keagamaan, seperti kelas pelajaran agama, kelompok studi, atau kegiatan sosial lainnya yang diselenggarakan oleh komunitas keagamaan mereka.
Kegiatan sosial keagamaan meningkatkan religiusitas lansia (Sumber: foto canva.com) |
🙏 Membaca dan belajar tentang agama:
Ajak lansia untuk membaca dan mempelajari lebih lanjut tentang agama mereka. Pengetahuan yang lebih dalam tentang keyakinan dan praktik keagamaan dapat memperkuat hubungan mereka dengan agama.
🙏 Dukungan keluarga:
Keluarga juga dapat berperan penting dalam mendorong lansia untuk menjalankan praktik keagamaan mereka. Dukungan dan penghargaan dari keluarga dapat memberikan motivasi yang kuat bagi lansia untuk mempertahankan atau meningkatkan religiusitas mereka.
🙏 Berbicara dengan pemimpin agama:
Bantulah lansia untuk berbicara dengan pemimpin agama mereka jika memerlukan panduan, pertanyaan, atau perhatian spiritual khusus.
💬 Perlu diingat bahwa religiusitas pada lansia adalah pilihan pribadi. Beberapa orang mungkin lebih terlibat dalam agama mereka saat usia lanjut, sementara yang lain mungkin mengalami perubahan dalam praktik keagamaan mereka. Penting untuk menghormati pilihan individu dan memastikan bahwa lingkungan sosial dan keluarga memberikan dukungan dan penghargaan atas pilihan tersebut.
Sumber:
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352827316300179
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29791624/
https://www.who.int/health-topics/ageing#tab=tab_1
https://www.psychologytoday.com/us/blog/culture-conscious/201602/why-are-old-people-so-religious