Friday, 4 August 2023

Apakah Anda Lansia Bahagia Atau Sengsara, Cari Solusinya

         Dalam istilah medis, kebahagiaan dapat diartikan sebagai kondisi emosional dan psikologis di mana seseorang merasa puas, senang, atau memiliki perasaan positif lainnya terhadap hidup dan diri sendiri. Istilah ini sering digunakan dalam konteks kesehatan mental dan kualitas hidup seseorang.

Kebahagiaan dalam istilah medis sering kali diukur dan dievaluasi dengan menggunakan alat atau skala penilaian psikologis. Misalnya, beberapa skala kebahagiaan umum yang digunakan adalah Skala Kebahagiaan Subjektif (Subjective Happiness Scale) atau Skala Kebahagiaan Oxford (Oxford Happiness Questionnaire)

Skala-skala ini membantu para profesional medis dan peneliti untuk mengukur tingkat kebahagiaan individu dan memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kebahagiaan tersebut.

Kebahagiaan juga telah menjadi fokus utama dalam bidang psikologi positif, yang berusaha memahami dan meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan, dan kebahagiaan seseorang. Penelitian dalam bidang psikologi positif telah menunjukkan bahwa kebahagiaan dapat memiliki dampak positif pada kesehatan fisik dan mental, serta meningkatkan ketahanan terhadap stres dan penyakit.

Meskipun kebahagiaan adalah pengalaman subjektif dan dapat berbeda bagi setiap individu, penting untuk diakui pentingnya kebahagiaan dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan keseluruhan. 

Kebahagiaan memiliki dampak positif pada kesehatan fisik dan mental,
 serta meningkatkan ketahanan terhadap stres dan penyakit.
(Sumber: foto paguyuban pensiun purna)

Dalam konteks medis, para profesional kesehatan, termasuk psikolog dan dokter, berupaya untuk membantu individu mencapai kebahagiaan dengan mengatasi masalah kesehatan mental dan mendukung kesehatan fisik secara keseluruhan.

Dalam istilah medis, kebahagiaan sering kali dikenal sebagai "eudaimonia" atau "subjective well-being." Penjelasannya keduanya:

Eudaimonia adalah konsep dalam bidang psikologi positif yang mengacu pada kebahagiaan dan kesejahteraan yang mendalam, terkait dengan merasa bermakna dan berarti dalam hidup. Istilah ini berasal dari filsafat Yunani kuno dan menggambarkan kebahagiaan yang lebih abadi, berpusat pada tujuan hidup, dan penemuan penuh makna, dalam menjalani kehidupan. 

Dalam konteks medis, konsep eudaimonia digunakan untuk menggambarkan kebahagiaan yang lebih mendalam dan terhubung dengan tujuan hidup dan kepuasan pribadi.

Kebahagiaan terhubung dengan tujuan hidup dan kepuasan pribadi.
(Sumber: foto canva.com)

Subjective well-being (SWB) adalah istilah dalam psikologi yang mengacu pada evaluasi subjektif individu terhadap kebahagiaan, kepuasan hidup, dan perasaan positif tentang kehidupan mereka. 

Ini melibatkan penilaian individu tentang kebahagiaan dan kepuasan secara keseluruhan dalam berbagai aspek kehidupan mereka, seperti kesehatan fisik, hubungan sosial, pekerjaan, dan pencapaian pribadi. Penelitian dalam bidang psikologi positif sering menggunakan konsep SWB untuk mengukur dan memahami kebahagiaan dan kesejahteraan subjektif.

Dalam konteks medis, pemahaman tentang kebahagiaan dan kesejahteraan subjektif menjadi penting karena kesejahteraan emosional yang baik dapat berdampak positif pada kesehatan fisik dan mental seseorang. Profesional medis, termasuk psikolog dan dokter, dapat menggunakan konsep ini dalam penilaian dan perawatan pasien untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan keseluruhan.

          Bahagia adalah perasaan atau keadaan emosional yang positif dan menyenangkan. Ini adalah pengalaman subjektif yang dirasakan oleh individu ketika mereka merasa puas, gembira, senang, atau damai

Kebahagiaan bisa timbul dari berbagai hal, seperti pencapaian tujuan, hubungan sosial yang erat, rasa cinta dan kasih sayang, kepuasan atas pekerjaan, menjalani hobi, merasa berarti dalam hidup, dan masih banyak lagi.

Setiap orang memiliki definisi kebahagiaan yang berbeda-beda, dan apa yang membuat seseorang bahagia bisa sangat bervariasi. 

Beberapa orang merasa bahagia dengan mencari kesuksesan material dan pencapaian karier, sementara yang lain menemukan kebahagiaan dalam momen-momen kecil, seperti merawat keluarga, menikmati hobi, atau memberikan kontribusi positif untuk komunitas.

Bahagia pada saat ini mungkin tidak selalu berlaku di masa depan,
karena kebahagiaan bersifat dinamis dan dapat berubah seiring waktu.
(Sumber: foto canva.com)

Penting untuk diingat bahwa kebahagiaan adalah hal yang dinamis dan dapat berubah seiring waktu. Hal-hal yang membuat kita bahagia saat ini mungkin tidak selalu berlaku di masa depan. Kunci untuk mencapai kebahagiaan adalah mengenali nilai-nilai dan tujuan hidup kita, memahami apa yang penting bagi diri kita, dan belajar menemukan makna dan kepuasan dalam perjalanan hidup kita.

Lansia dapat Bahagia Sesuai dengan Kemampuan dan Keterbatasan yang Dimiliki.

Kemampuan terbatas yang dimiliki lansia dapat mempengaruhi tingkat kebahagiaan mereka, kebahagiaan pada lansia dapat dipengaruhi oleh bagaimana mereka mengatasi keterbatasan dan perubahan yang terjadi seiring bertambahnya usia. 

Faktor-faktor seperti dukungan sosial, lingkungan yang mendukung, dan perawatan kesehatan yang tepat dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan pada lansia dengan keterbatasan.

Meskipun lansia mungkin memiliki keterbatasan fisik atau mobilitas, kebahagiaan mereka tetap dapat dipengaruhi oleh bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka dan menerima situasi yang ada.

Fokus pada hal-hal yang masih dapat mereka lakukan dan menemukan makna dan kepuasan dalam aktivitas yang masih mampu mereka lakukan dapat membantu meningkatkan kebahagiaan mereka.

Dukungan dari keluarga dan teman-teman dalam membantu lansia mengatasi keterbatasan dan menyesuaikan diri dengan perubahan juga sangat penting. Melibatkan mereka dalam kegiatan sosial dan memberikan perhatian dan kasih sayang dapat membuat perbedaan besar dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.

Meskipun ada batasan-batasan tertentu pada lansia, setiap individu memiliki potensi untuk mencapai kebahagiaan sesuai dengan kemampuan dan keadaan mereka. Menciptakan lingkungan yang memperhatikan kebutuhan dan preferensi lansia serta memberikan dukungan yang diperlukan adalah kunci untuk membantu mereka meraih kebahagiaan dalam usia lanjut.

Ciri-ciri lansia yang tidak bahagia dapat bervariasi dari individu ke individu, beberapa ciri umum yang mungkin :

😩 Perasaan kesepian: 

Lansia yang tidak bahagia mungkin merasa kesepian dan terisolasi, terutama jika mereka kehilangan pasangan atau teman-teman mereka dan memiliki keterbatasan dalam berinteraksi sosial.

😩 Depresi atau kecemasan: 

Lansia yang tidak bahagia mungkin mengalami perasaan terus-menerus sedih, kehilangan minat pada aktivitas yang biasa mereka nikmati, atau cenderung cemas dan khawatir.

Lansia tidak bahagia mengalami perasaan sedih terus menerus
(Sumber: foto canva.com)

😩 Ketidakpuasan dengan kesehatan: 

Jika lansia mengalami masalah kesehatan yang kronis atau merasa tidak nyaman secara fisik, hal ini dapat mempengaruhi tingkat kebahagiaan mereka.

😩 Kehilangan minat pada aktivitas: 

Lansia yang tidak bahagia mungkin kehilangan minat pada aktivitas-aktivitas yang sebelumnya mereka nikmati dan merasa kurang bersemangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

😩 Merasa tidak dihargai: 

Jika lansia merasa diabaikan atau tidak dihargai oleh keluarga atau masyarakat, ini dapat menyebabkan perasaan tidak bahagia.

😩 Kehilangan rasa tujuan: 

Ketika lansia merasa tidak memiliki tujuan hidup yang jelas atau merasa bahwa hidup mereka kehilangan makna, hal ini dapat menyebabkan tidak bahagia.

😩 Gangguan tidur: 

Masalah tidur yang sering, seperti insomnia, dapat berdampak negatif pada kualitas hidup dan tingkat kebahagiaan lansia.

😩 Ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan perubahan: 

Perubahan yang sering terjadi pada lansia, seperti pensiun, kehilangan anggota keluarga, atau perubahan dalam kesehatan, bisa menimbulkan tidak bahagia jika mereka tidak dapat beradaptasi dengan baik.

😩 Rasa putus asa: 

Lansia yang merasa putus asa atau kehilangan harapan tentang masa depan mungkin merasa tidak bahagia.

              Penting untuk mengenali ciri-ciri ini dan memberikan dukungan serta perhatian kepada lansia yang mungkin mengalami tidak bahagia. Bantuan dari keluarga, teman, atau profesional kesehatan mental dapat sangat penting dalam membantu lansia mengatasi masalah dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Berbagai faktor yang dapat membuat lansia tidak bahagia, antara lain :

😪 Kesehatan yang menurun:

Kondisi kesehatan yang memburuk atau mengalami penyakit kronis dapat menyebabkan tidak nyaman fisik dan mengganggu kualitas hidup lansia.

😪 Kehilangan orang terdekat: 

Kehilangan pasangan, saudara, atau teman dekat dapat menyebabkan kesedihan yang mendalam dan rasa kesepian.

😪 Keterbatasan fisik dan mobilitas: 

Jika lansia mengalami keterbatasan fisik yang menghambat aktivitas sehari-hari atau mobilitas, ini dapat menyebabkan perasaan frustasi dan terbatas dalam menjalani kehidupan.

😪 Kehilangan kemandirian: 

Apabila lansia mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan secara mandiri, seperti mandi, makan, atau berpakaian, hal ini dapat menyebabkan perasaan tidak bahagia dan kehilangan rasa nilai diri.

😪 Kesulitan keuangan: 

Kesulitan ekonomi dapat menyebabkan stres dan kecemasan pada lansia, terutama jika mereka tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau perawatan medis.

😪 Rasa tidak dihargai atau diabaikan: 

Jika lansia merasa diabaikan atau kurang mendapat perhatian dari keluarga atau masyarakat, ini dapat menyebabkan perasaan kesepian dan tidak bahagia.

😪 Kecenderungan isolasi sosial: 

Lansia yang mengalami isolasi sosial atau kurangnya dukungan sosial cenderung merasa kesepian dan kurang bahagia.

😪 Ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan: 

Lansia yang kesulitan beradaptasi dengan perubahan, seperti pensiun atau perubahan lingkungan, dapat merasa tidak bahagia karena merasa tidak mampu menghadapi perubahan tersebut.

😪 Masalah kesehatan mental: 

Depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya dapat mempengaruhi suasana hati dan kualitas hidup lansia.

😪 Kurangnya perasaan makna dan tujuan hidup: 

Lansia yang merasa kehilangan tujuan hidup atau kurang merasa memiliki arti dalam kehidupan mereka dapat merasa tidak bahagia.

          💬 Penting untuk mengenali faktor-faktor tersebut dan memberikan dukungan dan perhatian kepada lansia dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan mereka. Melibatkan mereka dalam kegiatan sosial, menyediakan dukungan emosional, dan memastikan akses ke perawatan kesehatan yang baik adalah beberapa langkah yang dapat membantu lansia merasa lebih bahagia dan dihargai.

Beberapa langkah untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah tidak bahagia pada lansia:

😀  Keterlibatan sosial: 

Mendorong lansia untuk tetap terlibat dalam kegiatan sosial dan menjaga hubungan dengan keluarga, teman, dan komunitas dapat membantu mengurangi rasa kesepian dan meningkatkan kebahagiaan.

😀  Aktivitas fisik: 

Mendorong lansia untuk tetap aktif secara fisik dengan berjalan-jalan, berenang, berkebun, atau berpartisipasi dalam kegiatan fisik lainnya dapat membantu meningkatkan mood dan kesejahteraan secara keseluruhan.

😀  Merawat kesehatan mental: 

Penting untuk memberikan dukungan dan memantau kesehatan mental lansia. Jika diperlukan, bantuan dari profesional kesehatan mental harus dicari untuk membantu mengatasi masalah seperti depresi, kecemasan, atau kesulitan emosional lainnya.

😀  Merawat kesehatan fisik: 

Lansia harus diupayakan untuk menjalani gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi, beristirahat yang cukup, menghindari kebiasaan merokok, dan mengikuti program olahraga yang sesuai.

😀  Menjaga koneksi dengan keluarga: 

Membantu lansia menjaga hubungan yang baik dengan anggota keluarga dan merasa didukung oleh orang-orang terdekatnya.

😀  Peningkatan literasi digital: 

Mengajari lansia menggunakan teknologi digital seperti smartphone dan komputer dapat membantu mereka tetap terhubung dengan orang lain dan mengakses informasi yang berguna.

😀  Mencari tujuan dan makna hidup: 

Mendorong lansia untuk menemukan tujuan dan makna dalam kehidupan mereka, seperti melalui sukarela atau kegiatan pencerahan, dapat membantu meningkatkan kebahagiaan.

Mengatasi perubahan hidup: 

Membantu lansia dalam menghadapi perubahan hidup yang tidak terelakkan, seperti pensiun atau kehilangan anggota keluarga, dapat membantu mereka beradaptasi dengan lebih baik dan mengurangi stres. Banyak dari lansia dapat berharap untuk hidup sampai usia 80 ke atas; karena itu, lansia perlu mengisi 15 tahun ke depan hidup ini dengan kegiatan. Saat ini setelah tidak lagi bekerja, pikirkan tentang arah apa yang akan di ambil selanjutnya.

😀  Menyediakan akses ke perawatan medis yang adekuat:

Pastikan lansia memiliki akses ke perawatan medis yang tepat dan berkualitas untuk menjaga kesehatan fisik mereka.

😀  Memberikan apresiasi dan penghargaan: 

Memberikan apresiasi, pujian, dan penghargaan atas pencapaian atau kontribusi lansia dapat meningkatkan perasaan bahagia dan berarti bagi mereka.

             💭  Bahagia pada lansia, seperti pada semua usia, dapat diartikan sebagai keadaan kesejahteraan dan kepuasan hidup secara keseluruhan. Meskipun lansia mungkin menghadapi beberapa perubahan fisik dan sosial yang berbeda dengan usia yang lebih muda, mereka tetap memiliki potensi untuk mencapai kebahagiaan yang memuaskan. 

Beberapa faktor yang dapat menyumbang pada kebahagiaan lansia meliputi:

😄 Kesehatan fisik yang baik: 

Lansia yang memiliki kesehatan fisik yang baik akan merasa lebih baik secara keseluruhan dan mampu menjalani aktivitas sehari-hari dengan lebih mudah.

😄 Koneksi sosial: 

Hubungan dengan keluarga, teman-teman, dan komunitas sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan lansia. Pastikan berinteraksi dengan setidaknya satu orang setiap hari. Jika teman telah pindah atau meninggal dunia, sekarang saatnya mencari teman baru. Bergabunglah dengan klub dengan aktivitas yang menarik minat atau menjadi relawan di mana kemungkinan besar akan bertemu orang-orang yang memiliki minat dan nilai yang sama.

😄 Dukungan emosional: 

Mendapatkan dukungan emosional dari orang-orang terdekat dapat membantu mengatasi stres dan menghadapi tantangan yang dihadapi.

😄 Rasa tujuan dan makna hidup:

Memiliki tujuan dan makna hidup yang jelas dapat memberikan arti dan kepuasan yang lebih dalam.

😄 Hobi dan minat: 

Menjalankan aktivitas yang disukai dan memiliki minat tertentu dapat membantu mengisi waktu luang dengan menyenangkan.

😄 Kemandirian:

Dalam batas-batas kemampuan mereka, mempertahankan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari dapat memberikan rasa pencapaian dan kepuasan.

😄 Mental dan kognitif yang baik:

Merawat kesehatan mental dan kognitif penting untuk mempertahankan fungsi otak dan kualitas hidup yang baik.

😄 Merayakan masa lalu dan menerima perubahan:

Mengenang kenangan baik dan merayakan peristiwa kehidupan dapat memberikan rasa bahagia dan menerima perubahan dengan lapang dada juga penting.

        💭 Penting untuk diingat bahwa kebahagiaan adalah hal yang subjektif dan dapat berbeda bagi setiap individu. Yang terpenting adalah memahami dan mendukung lansia sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka untuk mencapai kebahagiaan yang berarti dalam tahap kehidupan mereka yang saat ini.

Makanan yang sehat dan bergizi dapat berkontribusi pada kesehatan fisik dan mental, yang pada gilirannya dapat membantu lansia merasa lebih bahagia. 

Beberapa makanan yang dapat membantu meningkatkan suasana hati dan kesejahteraan lansia meliputi:

😁  Ikan berlemak:

Ikan seperti salmon, tuna, dan sarden mengandung asam lemak omega-3 yang dapat membantu meningkatkan mood dan menjaga kesehatan otak.

😁 Buah-buahan dan sayuran: 

Buah-buahan dan sayuran kaya akan vitamin, mineral, dan antioksidan yang penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental.

😁 Kacang-kacangan: 

Kacang-kacangan seperti almond, kenari, dan kacang merah mengandung magnesium dan vitamin B yang dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati.

😁  Whole grains (gandum utuh):

Gandum utuh seperti oatmeal, beras merah, dan quinoa mengandung serat dan karbohidrat kompleks yang membantu menjaga tingkat energi dan mood yang stabil.

😁 Produk susu rendah lemak:

Susu rendah lemak, yoghurt, dan keju mengandung kalsium dan vitamin D yang penting untuk menjaga kesehatan tulang dan mood.

😁 Dark chocolate (cokelat hitam): 

Dark chocolate mengandung senyawa yang dapat meningkatkan produksi serotonin dalam otak, yang membantu meningkatkan suasana hati.

😁 Teh hijau: 

Teh hijau mengandung L-theanine, yaitu senyawa yang dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan konsentrasi.

Teh hijau membantu mengurangi stres dan
 meningkatkan konsentrasi. (Sumber: foto canva.com)

😁 Air putih: 

Menjaga Minum banyak air untuk melakukan diet tinggi serat. Air juga cocok untuk kesehatan kulit. Diet harus diet tinggi serat (makanan utuh, kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayuran) dan protein tanpa lemak. tubuh tetap terhidrasi dengan minum cukup air dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental. 

          Selain makanan di atas, penting juga untuk menghindari konsumsi berlebihan makanan olahan, makanan cepat saji, dan gula tambahan, karena dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental.

Lingkungan yang membuat lansia bahagia adalah lingkungan yang mendukung, aman, dan memenuhi kebutuhan fisik, sosial, dan emosional mereka. 

Beberapa ciri lingkungan yang dapat meningkatkan kebahagiaan lansia:

😎 Dukungan keluarga dan sosial: 

Lansia yang tinggal dalam lingkungan yang memiliki dukungan keluarga yang baik dan lingkungan sosial yang aktif cenderung merasa lebih bahagia. Interaksi dengan anggota keluarga, teman, dan tetangga dapat membantu mengatasi rasa kesepian dan meningkatkan kualitas hidup.

😎 Keamanan dan aksesibilitas:

Lingkungan yang aman dan mudah diakses sangat penting bagi lansia, terutama bagi mereka yang mungkin memiliki keterbatasan fisik. Jalan yang ramah lansia, akses ke fasilitas umum, dan perumahan yang dirancang dengan pertimbangan khusus untuk lansia dapat membantu mereka merasa nyaman dan independen.

😎 Lingkungan fisik yang menyenangkan: 

Lansia cenderung lebih bahagia di lingkungan fisik yang menyenangkan dan menenangkan. Taman, area rekreasi, atau ruang terbuka lainnya dapat memberikan tempat yang menyenangkan untuk bersantai dan berinteraksi dengan alam. Olahraga dan kebugaran fisik adalah cara yang bagus untuk memulai. Berolahraga mengangkat tingkat semangat dan energi Anda membuat Anda merasa lebih baik. Ini karena tubuh Anda melepaskan hormon perasaan senang yang dikenal sebagai endorfin.  

😎 Aktivitas sosial dan rekreasi: 

Menyediakan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial dan rekreasi, seperti klub lansia, kelas seni, atau perjalanan kelompok, dapat membantu meningkatkan kebahagiaan dan memperluas lingkaran sosial mereka.

😎 Akses ke fasilitas kesehatan dan perawatan medis:

Lansia perlu memiliki akses mudah ke fasilitas kesehatan dan perawatan medis yang berkualitas untuk mendukung kesehatan fisik dan mental mereka.

😎 Kesempatan untuk memberi kontribusi:

Memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi dan merasa bermanfaat dalam lingkungan mereka, misalnya dengan menjadi sukarelawan atau mengajar, dapat memberikan rasa makna dan kepuasan hidup.

😎 Ketersediaan transportasi: 

Transportasi yang mudah diakses dan ramah lansia dapat membantu mereka menjaga kemandirian dan memungkinkan partisipasi dalam kegiatan di luar rumah.

😎 Penghargaan dan pengakuan: 

Lingkungan yang memberikan penghargaan dan pengakuan atas kontribusi dan pencapaian lansia akan meningkatkan rasa dihargai dan bahagia dalam hidup mereka.

😎 Ruang pribadi yang nyaman: 

Lansia perlu memiliki ruang pribadi yang nyaman dan aman, di mana mereka merasa tenang dan dapat bersantai dengan nyaman.

😎 Kesadaran dan penghormatan terhadap kebutuhan lansia:

Lingkungan yang menghormati dan memahami kebutuhan lansia, termasuk kebutuhan kesehatan dan kehidupan sehari-hari mereka, akan membantu mereka merasa dihargai dan diterima.

          Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan memperhatikan kebutuhan lansia, kita dapat membantu meningkatkan kualitas hidup lansia dan mendorong kebahagiaan di masa tua.



Sumber:

https://www.scientificamerican.com/article/with-age-comes-happiness-here-s-why/

https://seasonsretirement.com/5-ways-seniors-can-boost-happiness/

https://aging.com/best-online-therapy/the-way-of-living-being-happy-and-healthy-at-an-old-age/

https://www.psychologicalscience.org/news/releases/better-research-is-needed-to-understand-why-elders-are-happier.html

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6770928/

Wednesday, 2 August 2023

Insiden GERD, Menimpa Lansia, Perlu Waspada

        Beberapa lansia senang memakan makanan yang diduga memperparah gejala mulas, seperti makanan pedas, jeruk, saus tomat, dan cuka.  Lebih dari itu, makanan berlemak dan gorengan juga bertahan lebih lama di perut sehingga dapat meningkatkan tekanan lambung dan memaksa membuka otot yang menahan asam lambung keluar dari kerongkongan.      

Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah gangguan pencernaan bagian atas yang paling umum terlihat pada orang tua. Insiden GERD di seluruh dunia meningkat seiring dengan insiden Helicobacter pylorimenurun. Meskipun pasien lanjut usia dengan GERD memiliki gejala yang lebih sedikit, penyakit mereka lebih sering parah.

Lansia terkena GERD berdampak parah (Sumber: foto canva,com)

Lansia paling umum dan banyak dijumpai adalah penyakit refluks gastroesofagus (GERD) dan tukak lambung (peptic ulcers). Dua penyakit ini sangat mengganggu kehidupan sehari-hari dan kesejahteraan orang lanjut usia.

GERD berdampak langsung pada kualitas hidup, terutama pada lansia. Penderita GERD melaporkan bahwa kualitas hidup yang dialami menurun daripada individu yang tidak terkena, terutama yang dirasakan mereka dengan GERD pada malam hari. 

Dalam sebuah penelitian, 78% pasien GERD melaporkan gejala nokturnal, yaitu gejala atau kondisi yang muncul atau memburuk selama malam hari dan 63% dari pasien tersebut melaporkan bahwa tidur terpengaruh secara negatif

Berikut adalah penjelasan singkat mengenai GERD dan Tukak lambung :

😈 Penyakit Refluks Gastroesofagus (GERD):

GERD terjadi ketika isi lambung kembali naik ke kerongkongan (esofagus) karena katup antara lambung dan kerongkongan tidak berfungsi dengan baik. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala seperti sensasi terbakar di dada (heartburn) yang menjalar ke atas, rasa asam di mulut, mual, dan kadang-kadang disertai muntah. Lansia lebih rentan mengalami GERD karena otot-otot yang mendukung katup antara lambung dan kerongkongan cenderung melemah seiring bertambahnya usia.

😈 Tukak Lambung (Peptic Ulcers):

Tukak lambung adalah luka pada dinding lambung, duodenum (bagian atas usus halus), atau esofagus bagian bawah. Tukak lambung terjadi ketika keseimbangan antara asam lambung dan lapisan pelindung dinding lambung terganggu. Gejala tukak lambung bisa meliputi nyeri perut yang tajam, perut kembung, mual, muntah, dan penurunan nafsu makan. Konsumsi obat anti inflamasi non steroid (NSAID) dan infeksi bakteri Helicobacter pylori adalah beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan tukak lambung pada lansia.

           Perubahan gaya hidup seperti menghindari makanan pedas, berlemak, atau asam, serta mengonsumsi makanan dalam porsi kecil tapi sering, juga dapat membantu mengurangi gejala penyakit lambung pada lansia.

Lansia lebih rentan mengalami penyakit lambung karena beberapa faktor fisik dan gaya hidup yang dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan lambung dan meningkatkan risiko terjadinya gangguan pada saluran cerna. 

Gejala-gejala penyakit GERD meliputi:

😱 Sensasi terbakar di dada: 

Dikenal sebagai heartburn, gejala ini sering muncul di belakang tulang dada dan biasanya terasa seperti perih atau terbakar.

😱 Regurgitasi: 

Ini adalah gejala ketika isi lambung, termasuk asam lambung dan makanan yang belum dicerna, naik kembali ke tenggorokan atau mulut.

Regurgitasi adalah makanan dan asam lambung naik ke mulut
(Sumber: foto canva.com)

😱 Nyeri atau tidak nyaman di dada: 

Nyeri bisa terjadi dan dapat membingungkan dengan nyeri dada yang terkait dengan masalah jantung. Biasanya, nyeri GERD terjadi di bagian tengah dada dan bisa menjalar ke leher atau punggung atas.

😱 Nyeri di bagian atas perut: 

Beberapa orang dengan GERD mungkin mengalami nyeri perut atau sensasi tidak nyaman di daerah perut atas.

😱 Nyeri saat menelan: 

Sensasi seperti ada yang terjebak di tenggorokan atau kesulitan menelan mungkin muncul akibat iritasi pada kerongkongan.

😱 Batuk kronis: 

Batuk tanpa sebab yang jelas, terutama di malam hari atau di pagi hari, bisa menjadi gejala GERD.

😱 Suara serak atau suara berubah: 

Asam lambung yang naik dapat menyebabkan iritasi pada pita suara, menyebabkan suara serak atau berubah.

😱 Sulit tidur: 

Terutama jika gejala GERD memburuk saat berbaring.

😱 Gangguan tidur: 

Penderita GERD sering mengalami gangguan tidur karena tidak nyaman dan gejala yang memburuk pada posisi tidur.

😱 Sulit menelan makanan: 

  • Terutama pada makanan kering atau besar, karena ada rasa terjepit di tenggorokan.
  • Rasa pahit atau asam di mulut: 
  • Akibat dari regurgitasi asam lambung yang masuk kembali ke mulut.

          Gejala-gejala ini mungkin muncul secara terpisah atau bersamaan, dan tingkat parah gejala dapat berbeda antara individu. 

Beberapa gejala penyakit tukak lambung (peptic ulcer), antara lain:

😰 Nyeri perut: 

Nyeri  adalah gejala paling umum dari tukak lambung. Nyeri biasanya terlokalisasi di bagian tengah atau atas perut dan sering kali dirasakan sebagai sensasi terbakar, tajam, atau berdenyut. Rasa sakit dapat bervariasi dari ringan hingga parah.

😰 Perasaan lapar: 

Beberapa orang dengan tukak lambung mungkin merasa lapar lebih cepat setelah makan karena makanan dapat mengurangi rasa sakit untuk sementara waktu.

😰 Mual: 

Gejala ini mungkin terjadi, terutama jika tukak lambung terletak di dekat pylorus (pintu keluar lambung ke usus).

😰 Muntah darah: 

Tukak lambung menyebabkan perdarahan, darah dapat hadir dalam muntahan. Darah muntahan bisa berwarna merah terang atau menyerupai bubuk kopi.

😰 Kembung:

Rasa kembung dan tidak nyaman di perut dapat dialami oleh beberapa penderita.

Rasa kembung dan tidak nyaman di perut dialami
penderita tukak lambung (Sumber: foto canva.com)

😰 Merasa kenyang dengan cepat: 

Makanan dapat membuat perut terasa penuh dengan cepat karena luka pada dinding lambung.

😰 Perubahan nafsu makan: 

Beberapa orang mungkin kehilangan nafsu makan atau merasa kenyang lebih cepat karena gejala tukak lambung.

😰 Berat badan berkurang: 

Jika tukak lambung mengganggu pola makan, seseorang dapat mengalami penurunan berat badan yang tidak disengaja.

😰 Nyeri saat makan: 

Pada beberapa kasus, makanan atau minuman tertentu dapat menyebabkan rasa sakit lebih buruk.

                 💬 Jadi perhatian tidak semua orang dengan tukak lambung akan mengalami gejala. Beberapa tukak lambung dapat menjadi asimptomatik atau memiliki gejala yang sangat ringan

Beberapa alasan mengapa lansia lebih sering mengalami penyakit lambung:

👵 Perubahan Fisiologis: 

Seiring bertambahnya usia, tubuh mengalami perubahan fisiologis, termasuk pada sistem pencernaan. Produksi asam lambung cenderung meningkat pada beberapa orang lansia, yang dapat menyebabkan gejala asam lambung, seperti GERD dan tukak lambung.

👵 Penurunan Elastisitas: 

Struktur tubuh lansia, termasuk otot-otot yang mendukung katup antara lambung dan kerongkongan, cenderung mengalami penurunan elastisitas. Akibatnya, katup tersebut mungkin tidak berfungsi dengan baik, memungkinkan isi lambung naik kembali ke kerongkongan, menyebabkan GERD.

👵 Medication: 

Banyak lansia harus mengonsumsi beberapa jenis obat untuk mengelola kondisi kesehatan tertentu, seperti anti inflamasi non steroid (NSAID) untuk mengurangi nyeri atau aspirin untuk pencegahan penyakit jantung. Penggunaan jangka panjang NSAID dan aspirin dapat merusak lapisan pelindung lambung dan meningkatkan risiko terjadinya tukak lambung.

👵 Infeksi Helicobacter pylori: 

Bakteri Helicobacter pylori merupakan penyebab umum terjadinya tukak lambung. Seiring bertambahnya usia, paparan terhadap bakteri ini menjadi lebih umum, meningkatkan risiko infeksi dan perkembangan tukak lambung.

👵 Pola Makan dan Gaya Hidup: 

Lansia cenderung memiliki pola makan dan gaya hidup tertentu yang dapat berkontribusi pada gangguan lambung. Konsumsi makanan berlemak tinggi, makanan pedas, kafein, alkohol, dan merokok dapat memicu gejala GERD atau memperburuk kondisi tukak lambung.

👵 Gangguan Saluran Cerna: 

Lansia lebih mungkin mengalami gangguan saluran cerna, seperti gastroparesis (pergerakan lambat makanan dari lambung ke usus), yang dapat menyebabkan gejala perut kembung dan nyeri.

             💬 Setiap orang bisa mengalami penyakit lambung, tidak hanya lansia. Namun, dengan meningkatnya usia, perubahan fisik dan gaya hidup yang terjadi pada tubuh dapat meningkatkan risiko terjadinya masalah lambung. 

Beberapa kiat untuk mencegah penyakit lambung pada lansia:

Pola Makan Sehat:

✅ Hindari makanan yang dapat memicu gejala lambung, seperti makanan berlemak tinggi, pedas, kafein, dan asam.

✅ Konsumsi makanan dalam porsi kecil dan sering, daripada makan dalam porsi besar.

✅ Makan secara perlahan dan mengunyah makanan dengan baik untuk membantu proses pencernaan.

Hindari Merokok dan Minuman Beralkohol:

✅ Merokok dan minuman beralkohol dapat meningkatkan produksi asam lambung dan merusak lapisan pelindung dinding lambung, sehingga meningkatkan risiko penyakit lambung.

Kurangi Penggunaan Obat NSAID:

✅ Hindari penggunaan obat anti inflamasi non steroid (NSAID) dalam jangka panjang. Jika obat ini diperlukan untuk mengatasi kondisi kesehatan tertentu, konsultasikan dengan dokter mengenai alternatif yang lebih aman untuk lambung.

Perhatikan Pola Makan:

✅ Hindari makan terlalu larut malam atau menjelang tidur. Lebih baik makan dua hingga tiga jam sebelum tidur.

✅ Tinggalkan kebiasaan mengemil sebelum tidur.

Kelola Stres:

✅ Stres dapat mempengaruhi keseimbangan lingkungan lambung. Cari cara untuk mengelola stres, seperti meditasi, yoga, berjalan-jalan, atau hobi yang menyenangkan.

Lakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur:

✅ Aktivitas fisik dapat membantu mengurangi risiko GERD dan masalah lambung lainnya. Cobalah untuk berolahraga secara teratur, seperti berjalan kaki, berenang, atau bersepeda.

Jaga Berat Badan Sehat:

✅ Berat badan berlebih dapat meningkatkan tekanan pada lambung dan memicu gejala penyakit lambung. Jaga berat badan dalam rentang yang sehat dengan pola makan seimbang dan olahraga.

Lakukan Pemeriksaan Kesehatan Rutin:

✅ Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan dan berkonsultasi dengan dokter secara teratur untuk mendeteksi masalah lambung atau kondisi kesehatan lainnya lebih awal.

Pertahankan Hidrasi yang Cukup:

✅ Pastikan Anda cukup minum air setiap hari untuk menjaga kelembapan lambung dan mencegah dehidrasi.

          Makanan yang baik untuk mencegah penyakit lambung adalah makanan yang tidak akan meningkatkan produksi asam lambung atau merusak lapisan pelindung dinding lambung. 

Beberapa contoh makanan yang sehat dan bermanfaat untuk mencegah penyakit lambung:

🍇 Sayuran non-asam: 

Sayuran seperti bayam, brokoli, kentang, wortel, labu, dan lobak merupakan sumber serat dan nutrisi penting yang tidak menyebabkan peningkatan asam lambung.

🍇 Buah-buahan rendah asam: 

Buah-buahan seperti apel, pisang, melon, dan pir cenderung rendah asam dan cocok untuk pencernaan.

🍇 Serat: 

Makanan tinggi serat seperti biji-bijian utuh (seperti beras merah, gandum, dan quinoa), oatmeal, dan biji-bijian (seperti kacang polong dan lentil) membantu meningkatkan pencernaan tanpa merangsang produksi asam lambung yang berlebihan.

🍇 Produk Susu Rendah Lemak: 

Susu rendah lemak, yogurt, dan keju cottage dapat menjadi sumber kalsium yang baik tanpa meningkatkan asam lambung.

🍇 Protein Rendah Lemak:

Pilih sumber protein rendah lemak seperti ayam tanpa kulit, ikan, tempe, tahu, dan kacang-kacangan.

🍇 Lemak Sehat:

Hindari makanan berlemak tinggi, tetapi pilih lemak sehat seperti minyak zaitun, minyak kelapa, dan alpukat yang dapat membantu melapisi dinding lambung dan mengurangi iritasi.

🍇 Air Putih: 

Minumlah air putih secukupnya untuk menjaga kelembapan lambung dan membantu proses pencernaan.

🍇 Herbal Tanpa Kafein: 

Teh herbal tanpa kafein seperti chamomile, peppermint, dan jahe bisa membantu meredakan gangguan pencernaan.

🍇 Oatmeal:

Oatmeal merupakan makanan yang menenangkan lambung dan kaya akan serat.

🍇 Jahe: 

Jahe memiliki efek menenangkan pada lambung dan dapat membantu mengurangi peradangan.

         Perlu diingat bahwa setiap orang memiliki toleransi makanan yang berbeda terhadap lambung, jadi penting untuk mengamati reaksi tubuh Anda terhadap makanan tertentu

Mengobati penyakit lambung pada lansia melibatkan pendekatan yang komprehensif dan perawatan yang disesuaikan dengan kondisi kesehatan individu. Pengobatan bertujuan untuk mengurangi gejala, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup lansia. 

Beberapa metode umum yang digunakan untuk mengobati penyakit lambung pada lansia:

Obat-Obatan:

Obat antasid: 

  • Digunakan untuk mengurangi rasa terbakar di dada dan gejala GERD lainnya dengan menetralkan asam lambung.
  • Obat penghambat reseptor H2 (H2 blockers):
  • Mengurangi produksi asam lambung dengan menghambat reseptor histamin di dinding lambung.
  • Obat penghambat pompa proton (PPI): 
  • Diketahui efektif dalam menghambat produksi asam lambung secara lebih efektif daripada H2 blockers.
  • Antagonis reseptor muskarinik (prokinetik): 
  • Digunakan untuk meningkatkan pergerakan makanan dari lambung ke usus halus dan mengurangi gejala gastroparesis.

Antibiotik:

Jika infeksi Helicobacter pylori menjadi penyebab tukak lambung, dokter dapat meresepkan antibiotik untuk membasmi bakteri tersebut.

Perubahan Gaya Hidup:

  • Hindari makanan dan minuman yang memicu gejala lambung, seperti makanan berlemak tinggi, pedas, kafein, dan asam.
  • Makan dalam porsi kecil dan sering, dan usahakan untuk tidak makan terlalu larut malam atau menjelang tidur.
  • Hindari merokok dan minuman beralkohol.
  • Kelola stres melalui teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga.

Perubahan Pola Makan:

Bila diperlukan, dokter atau ahli gizi dapat membantu merancang rencana makan yang sesuai dengan kondisi kesehatan lansia, terutama jika ada kondisi kesehatan lain yang mempengaruhi sistem pencernaan.

Tindakan Bedah:

Pada beberapa kasus yang lebih parah atau tidak merespons pengobatan, pembedahan mungkin menjadi pilihan untuk mengatasi penyakit lambung, khususnya untuk mengobati tukak lambung yang besar atau komplikasi lainnya.

          Berkonsultasi dengan dokter atau ahli gastroenterologi untuk mendapatkan diagnosis yang tepat dan perencanaan pengobatan yang sesuai. Setiap kondisi kesehatan dan respons tubuh terhadap pengobatan dapat berbeda, jadi perlu dilakukan pemantauan dan penyesuaian sesuai kebutuhan. Selain itu, lansia yang menerima perawatan untuk penyakit lambung juga harus mengikuti saran dokter dan melakukan kunjungan rutin untuk memantau perkembangan kesehatan mereka.





Sumber:

https://www.ccjm.org/content/ccjom/67/10/755.full.pdf

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3010469/

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gerd/symptoms-causes/syc-20361940

https://www.webmd.com/heartburn-gerd/reflux-disease-gerd-1

https://www.healthline.com/health/gerd

Tingkat Religiusitas Pada Lansia, Penting Saat Menghadapi Kematian

       Berdasarkan data dari WHO, jumlah dan proporsi penduduk berusia 60 tahun ke atas dalam populasi semakin meningkat. Pada 2019, jumlah penduduk berusia 60 tahun ke atas adalah 1 miliar. Jumlah ini akan meningkat menjadi 1,4 miliar pada tahun 2030 dan 2,1 miliar pada tahun 2050. 

Peningkatan ini terjadi dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan akan semakin cepat dalam beberapa dekade mendatang, terutama di negara-negara berkembang. Populasi penuaan adalah fenomena baru, religiusitas pada individu, menurut bukti merupakan faktor umum yang terkait dengan kesehatan, merupakan salah satu yang sudah berlangsung lama dan meluas ke seluruh penjuru dunia.     

Religiusitas merujuk pada tingkat atau kecenderungan individu atau kelompok dalam melibatkan diri dalam praktik atau keyakinan agama. Secara umum, religiusitas melibatkan hubungan individu dengan kepercayaan, nilai-nilai, praktik ritual, moralitas, dan spiritualitas yang terkait dengan agama tertentu.

Religiusitas merujuk kecenderungan individu dalam
praktik keyakinan agama (Sumber: foto canva.com)

Tingkat religiusitas dapat beragam di antara individu dan kelompok, dari yang sangat religius yang terlibat secara aktif dalam praktik agama, hingga yang kurang religius yang mungkin tidak terlibat secara formal dalam agama tertentu, tetapi masih memiliki keyakinan atau spiritualitas yang kuat.

Keagamaan merujuk pada sistem kepercayaan, keyakinan, ajaran, praktik, dan ritual yang berkaitan dengan agama tertentu. Ini mencakup ajaran dan nilai-nilai agama, kitab suci, tradisi ritual, dan struktur organisasi keagamaan. Keagamaan lebih berfokus pada institusi, dogma, dan tata tertib yang terkait dengan suatu agama.

Perbedaan kunci antara religiusitas dan keagamaan adalah bahwa religiusitas lebih menekankan pada dimensi pribadi dan internal dari keyakinan dan praktik keagamaan seseorang, sementara keagamaan lebih terkait dengan aspek eksternal dan institusional dari agama itu sendiri.

Lanjut usia merupakan tahap akhir dari kehidupan dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindarkan oleh setiap individu. Proses menua adalah proses alami yang dihadapi setiap manusia. 

Pada tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut usia.

Perbedaan antara orang yang memiliki tingkat religiusitas tinggi dan mereka yang tidak memiliki religiusitas atau memiliki tingkat religiusitas rendah pada lansia dapat mencakup beberapa aspek:

🏠  Aktivitas keagamaan: 

Lansia yang religius cenderung lebih aktif dalam praktik keagamaan, seperti menghadiri ibadah secara teratur, berdoa, atau berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan lainnya. Di sisi lain, lansia yang kurang religius mungkin tidak terlibat dalam praktik keagamaan atau mengalami keterlibatan yang lebih rendah.

🏠 Dukungan sosial: 

Lansia yang aktif dalam kehidupan keagamaan mereka sering memiliki dukungan sosial yang lebih kuat dari komunitas keagamaan mereka. Mereka dapat membentuk ikatan sosial yang erat dengan sesama anggota jemaat, dan ini dapat memberikan dukungan emosional dan praktis yang berharga selama masa lanjut usia.

🏠 Koping dan ketenangan batin: 

Koping adalah istilah yang digunakan dalam psikologi untuk menggambarkan upaya individu untuk mengatasi, menghadapi, atau mengurangi stres, tekanan, atau tantangan dalam kehidupan mereka. Ketika seseorang mengalami situasi atau peristiwa yang menimbulkan stres atau tekanan, mereka akan mencari cara-cara untuk mengatasi dan menghadapinya agar bisa berfungsi secara efektif dan adaptif

Religiusitas pada lansia dapat menjadi sarana untuk mengatasi tantangan dan stres dalam hidup.  Keterlibatan dalam keyakinan agama dapat memberikan ketenangan batin, harapan, dan arti dalam situasi-situasi yang sulit atau saat menghadapi penyakit atau kematian.

🏠 Perspektif pada kehidupan dan kematian: 

Religiusitas juga dapat mempengaruhi pandangan seseorang tentang kehidupan dan kematian. Lansia yang religius mungkin memiliki pandangan yang lebih positif tentang kehidupan setelah kematian atau makna hidup yang lebih dalam berdasarkan keyakinan agama mereka.

Lansia religius memiliki pandangan positif tentang
kehidupan setelah kematian (Sumber: foto canva.com)

🏠 Kesehatan mental dan fisik: 

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa lansia yang religius cenderung memiliki tingkat kesehatan mental dan fisik yang lebih baik. Keyakinan agama mereka dapat memberikan dukungan psikologis dan memberikan harapan yang dapat membantu mengatasi depresi atau kecemasan.

          💬 Meskipun ada perbedaan dalam tingkat religiusitas, penting untuk diingat bahwa setiap individu adalah unik dan dapat memiliki pengalaman yang berbeda dengan agama atau spiritualitas mereka. 

Religiusitas lebih berarti bagi mereka karena kekhawatiran terhadap kematian, sering di anggap sebagai dorongan utama terhadap komitmen keagamaan. Kekhawatiran akan kematian muncul ketika seseorang telah mendekati usia lanjut

Orang akan berubah menjadi lebih dekat pada agamanya untuk menenangkan diri. Orang lanjut usia merasa agama sangat penting dalam hidupnya sehingga banyak orang lanjut usia yang menjadi pemimpin spiritual di lingkungan masyarakatnya.

Mereka lebih banyak berdoa, membaca buku- buku agama, dan mendengar program - program siaran agama. Perhatian terhadap agama meningkat pada masa lanjut usia, dan hal ini berkaitan dengan kebahagiaan lanjut usia

Religiusitas dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis yang penting pada lanjut usia, membantu mereka menghadapi kematian, memperoleh dan memelihara rasa berarti dalam hidupnya, serta penerimaan terhadap berbagai kehilangan yang tidak dapat dihindarkan pada masa lanjut usia. Arti dan harapan seseorang sebagai penganut suatu agama, menimbulkan rasa bahagia dan kualitas hidup. 

Religiusitas dapat memberikan manfaat psikologis, antara lain:

  • Sikap positif dan penuh harapan tentang hidup dan penyakit, yang memprediksi hasil kesehatan yang lebih baik dan tingkat kematian yang lebih rendah.
  • Faktor terpenting yang memungkinkan lansia mengatasi masalah kesehatan fisik dan tekanan hidup (misalnya, penurunan sumber daya keuangan, kehilangan pasangan).
  • Lansia yang menggunakan mekanisme koping religius, lebih kecil kemungkinannya untuk mengembangkan depresi dan kecemasan dibandingkan mereka yang tidak
  • Kesejahteraan psikologis yang lebih baik, kepuasan hidup yang lebih besar, dan hubungan sosial yang lebih baik daripada mereka yang tidak mempraktikkan agama.
  • Lansia yang religius juga cenderung pulih dari depresi lebih cepat. Bahkan persepsi kecacatan tampaknya diubah oleh tingkat religiusitas. Misal, wanita tua dengan patah tulang pinggul, yang paling religius memiliki tingkat depresi terendah dan mampu berjalan jauh saat keluar dari rumah sakit dibandingkan mereka yang kurang religius.
  • Religiusitas menawarkan kenyamanan dan kesejahteraan bagi lansia, membantu mengatasi perubahan yang timbul dari proses penuaan
  • Mengingat kebutuhan lansia banyak didukung oleh kerabatnya, peningkatan dukungan sosial dan kepatuhan terhadap keagamaan secara efisien dapat meningkatkan kepuasan hidup mereka. 

Meningkatkan religiusitas pada lansia dapat membantu memberikan dukungan spiritual dan emosional bagi mereka di masa lanjut usia. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan religiusitas pada lansia:

🙏 Mendorong Aktivitas keagamaan: 

Mendorong lansia untuk terlibat dalam praktik keagamaan yang mereka nikmati, seperti menghadiri ibadah secara teratur, berdoa, membaca kitab suci, atau mengikuti kegiatan keagamaan yang lain. Aktivitas ini dapat membantu meningkatkan keterlibatan mereka dalam kehidupan keagamaan.

🙏 Dukungan komunitas: 

Bantu lansia untuk terhubung dengan komunitas keagamaan atau jemaat lokal. Interaksi dengan orang-orang dengan keyakinan serupa dapat memberikan dukungan sosial, membentuk ikatan yang erat, dan menciptakan rasa keterhubungan dalam agama.

🙏 Refleksi spiritual: 

Ajak lansia untuk merenungkan nilai-nilai dan makna yang mereka temukan dalam agama mereka. Hal ini dapat membantu mereka merenungkan arti hidup, memberikan kekuatan di tengah tantangan, dan menemukan kedamaian batin.

🙏 Kegiatan sosial keagamaan: 

Selain beribadah, lansia juga dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial keagamaan, seperti kelas pelajaran agama, kelompok studi, atau kegiatan sosial lainnya yang diselenggarakan oleh komunitas keagamaan mereka.

Kegiatan sosial keagamaan meningkatkan religiusitas lansia
 (Sumber: foto canva.com)

🙏 Membaca dan belajar tentang agama: 

Ajak lansia untuk membaca dan mempelajari lebih lanjut tentang agama mereka. Pengetahuan yang lebih dalam tentang keyakinan dan praktik keagamaan dapat memperkuat hubungan mereka dengan agama.

🙏 Dukungan keluarga: 

Keluarga juga dapat berperan penting dalam mendorong lansia untuk menjalankan praktik keagamaan mereka. Dukungan dan penghargaan dari keluarga dapat memberikan motivasi yang kuat bagi lansia untuk mempertahankan atau meningkatkan religiusitas mereka.

🙏 Berbicara dengan pemimpin agama:

Bantulah lansia untuk berbicara dengan pemimpin agama mereka jika memerlukan panduan, pertanyaan, atau perhatian spiritual khusus.

           💬 Perlu diingat bahwa religiusitas pada lansia adalah pilihan pribadi. Beberapa orang mungkin lebih terlibat dalam agama mereka saat usia lanjut, sementara yang lain mungkin mengalami perubahan dalam praktik keagamaan mereka. Penting untuk menghormati pilihan individu dan memastikan bahwa lingkungan sosial dan keluarga memberikan dukungan dan penghargaan atas pilihan tersebut.






Sumber:

https://www.msdmanuals.com/professional/geriatrics/social-issues-in-older-adults/religion-and-spirituality-in-older-adults

https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2352827316300179

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29791624/

https://www.who.int/health-topics/ageing#tab=tab_1

https://www.psychologytoday.com/us/blog/culture-conscious/201602/why-are-old-people-so-religious