Wednesday, 30 August 2023

Cek Indeks UV, Lansia Berjemur Sinar Matahari, Waspada Kanker Kulit,

       Sinar matahari memiliki manfaat yang penting bagi lansia (orang tua) dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan mereka. Namun, perlu diingat bahwa paparan sinar matahari harus dilakukan dengan bijak dan tidak berlebihan, terutama untuk mencegah risiko kerusakan kulit akibat paparan sinar ultraviolet (UV) yang berlebihan.

Kurang dari separuh orang lanjut usia melindungi kulit mereka dari sinar matahari saat berada di luar ruangan selama satu jam atau lebih pada hari yang hangat dan cerah. Hal ini dapat meningkatkan risiko terkena kanker kulit.

Temuan Utama CDC (Centers for Disease Control and Prevention)

  • Hanya sekitar 15% lansia dan 8% lansia yang sensitif terhadap sinar matahari secara teratur menggunakan kelima jenis pelindung sinar matahari.
  • Jenis perlindungan matahari yang paling populer di kalangan pria lanjut usia adalah mengenakan pakaian setinggi mata kaki, seperti celana (44%) dan berada di tempat teduh (37%).
  • Jenis perlindungan matahari yang paling populer di kalangan wanita lanjut usia adalah berteduh (47%) dan menggunakan tabir surya (32%).
  • Hampir 18% lansia dan 15% lansia yang sensitif terhadap sinar matahari mengatakan mereka tidak menggunakan pelindung sinar matahari apa pun secara teratur.
  • Lebih dari 1 dari 10 orang lanjut usia (13%) pernah mengalami sengatan matahari dalam satu tahun terakhir, dan kejadian sengatan matahari hampir dua kali lebih tinggi pada lansia yang sensitif terhadap sinar matahari (20%).
Paparan sinar matahari selain untuk kesehatan juga berisiko bahaya
(Sumber: foto brodeker)
Beberapa manfaat sinar matahari bagi lansia meliputi:

🌐 Vitamin D: 

Sinar matahari tidak mengandung vitamin D melainkan membantu tubuh memproduksi vitamin D, yang penting untuk penyerapan kalsium dan kesehatan tulang. Vitamin D juga berperan dalam menjaga fungsi otot dan sistem kekebalan tubuh yang kuat. 

🌐 Mood dan Kesejahteraan: 

Paparan sinar matahari dapat meningkatkan produksi serotonin dalam tubuh, hormon yang berperan dalam meningkatkan suasana hati dan mengurangi risiko depresi. Ini khususnya penting karena depresi sering kali lebih umum pada lansia.

🌐 Ritme Sirkadian:

Paparan sinar matahari membantu mengatur ritme sirkadian atau jam biologis tubuh, yang dapat mempengaruhi kualitas tidur dan energi sepanjang hari.

Sinar matahari membantu ritme sirkadian
(Sumber: foto canva.com)

🌐 Kesehatan Jantung: 

Penelitian telah menunjukkan bahwa paparan sinar matahari dapat membantu menurunkan tekanan darah dan risiko penyakit kardiovaskular pada lansia.

lansia harus memperhatikan beberapa hal saat terpapar sinar matahari:

🌀 Penggunaan Tabir Surya: 

Kulit lansia lebih rentan terhadap kerusakan akibat sinar UVA dan UVB. Sebelum terpapar sinar matahari, pastikan menggunakan tabir surya dengan SPF yang sesuai untuk melindungi kulit. Tabir surya juga memberikan perlindungan penting saat menghabiskan waktu di bawah sinar matahari. 

Saat memilih tabir surya, carilah perlindungan berspektrum luas, ini membantu melindungi dari sinar UVA, yang menyebabkan penuaan kulit, dan sinar UVB, yang berkontribusi terhadap perkembangan kanker kulit. Tabir surya harus selalu memiliki SPF minimal 30, dan penting untuk diingat bahwa tabir surya berlabel “tahan air” tidak berarti produk tersebut tahan air. 

Tabir surya harus digunakan untuk menghindari UVA dan UVB
(Sumber: foto canva.com)

Tabir surya harus selalu diaplikasikan kembali setelah menghabiskan waktu di dalam air. Selain memakai tabir surya yang tepat saat berada di luar ruangan, Anda juga disarankan untuk memeriksakan kulit Anda secara rutin ke dokter kulit atau ahli kesehatan lainnya untuk memastikan kulit Anda sehat dan bebas kanker.

🌀 Waktu Terbaik:

Paparan sinar matahari terbaik adalah pada pagi hari atau sore menjelang matahari terbenam. Ini membantu menghindari paparan sinar UV yang lebih kuat pada tengah hari.

🌀 Jangan Berlebihan: 

Terlalu banyak paparan sinar matahari dalam jangka waktu singkat dapat meningkatkan risiko kulit terbakar dan kerusakan kulit jangka panjang, seperti penuaan dini dan kanker kulit.

🌀 Kondisi Kesehatan: 

Beberapa kondisi kesehatan tertentu, seperti penyakit kulit tertentu atau reaksi terhadap obat-obatan, dapat membuat kulit lansia lebih sensitif terhadap sinar matahari. Jika ada kekhawatiran, konsultasikan dengan dokter.

🌀 Perlindungan Pakaian:

Selain tabir surya, mengenakan pakaian pelindung seperti topi bertepi lebar, kemeja lengan panjang, dan celana panjang dapat melindungi dari sinar matahari yang berbahaya. Beberapa jenis pakaian luar ruangan dirancang untuk menyaring sinar UV. Selain itu, pastikan untuk mengingat kacamata hitam penyaring UV Anda.

Sementara paparan sinar matahari memiliki manfaat bagi lansia, penting untuk melakukan paparan dengan bijak dan memperhatikan perlindungan kulit untuk menghindari risiko kerusakan kulit yang tidak diinginkan.

Paparan sinar matahari yang baik tergantung pada lokasi geografis, musim, dan faktor-faktor individu seperti jenis kulit dan kondisi kesehatan. Secara umum, waktu terbaik untuk mendapatkan manfaat dari sinar matahari tanpa risiko yang berlebihan adalah pada pagi hari atau sore menjelang matahari terbenam.

Sinar matahari tanpa risiko adalah pagi dan sore hari
(Sumber: foto canva.com)

Dalam kebanyakan kasus, waktu ideal untuk paparan sinar matahari adalah antara pukul 7 pagi hingga sekitar pukul 10 pagi, dan kemudian antara pukul 4 sore hingga matahari terbenam. Pada saat ini, sinar matahari cenderung kurang intens, yang berarti risiko paparan sinar UV yang berbahaya lebih rendah.

Ini pedoman umum. Jika Anda berada di daerah yang memiliki intensitas sinar matahari yang sangat tinggi atau jika Anda memiliki kulit yang sangat sensitif terhadap matahari, Anda mungkin perlu lebih berhati-hati dan membatasi paparan sinar matahari pada interval yang lebih singkat. 

Beberapa hal untuk pertimbangkan faktor-faktor berikut:

🌌 Indeks UV: 

Cek indeks UV lokal untuk mengetahui seberapa kuat sinar UV pada waktu tertentu. Indeks UV yang lebih tinggi menunjukkan risiko yang lebih besar terhadap kulit sensitif.

Indeks UV adalah angka tanpa satuan untuk menjelaskan tingkat paparan radiasi sinar ultraviolet yang berkaitan dengan kesehatan manusia. Dengan mengetahui UV indeks kita bisa memantau tingkat sinar ultraviolet yang bermanfaat dan yang dapat memberikan bahaya.

UV indeks   0-2  ("Low" risiko bahaya rendah)

UV indeks   3-5  ("Moderate" risiko bahaya sedang)

UV indeks   6-7  ("High" risiko bahaya tinggi)

UV indeks   8-10  ("Very high" risiko bahaya sangat tinggi)

UV indeks   >11  ("Extreme" risiko bahaya sangat ekstrem)

Melihat indeks UV di Jakarta, hari ini klik https://www.uvindex.app/jakarta

Sinar UV dengan indeks 0-2 risiko bahaya rendah
(Sumber: foto canva.com)

🌌 Jenis Kulit: 

Orang dengan jenis kulit yang lebih terang biasanya lebih rentan terhadap kerusakan akibat sinar UV. Jika kulit Anda mudah terbakar, pertimbangkan untuk menghindari paparan sinar matahari yang intens.

🌌 Kondisi Kesehatan: 

Jika Anda memiliki kondisi medis tertentu atau sedang minum obat-obatan tertentu, Anda mungkin lebih rentan terhadap risiko paparan sinar matahari. Diskusikan dengan dokter Anda untuk mengetahui batasan yang tepat.

🌌 Lokasi Geografis dan Musim:

Intensitas sinar matahari dapat bervariasi berdasarkan lokasi geografis dan musim. Di daerah yang lebih dekat dengan garis khatulistiwa, sinar matahari cenderung lebih intens.

🌌 Kebutuhan Pribadi: 

Anda harus menilai kebutuhan pribadi Anda, termasuk tujuan paparan sinar matahari Anda dan seberapa sering Anda berencana untuk melakukan aktivitas di luar ruangan.

Selalu menggunakan tabir surya yang sesuai dan perlindungan kulit lainnya saat terpapar sinar matahari, terutama jika Anda berada di luar ruangan selama waktu yang lebih panjang

Mekanisme Sinar Matahari Membantu Sintesis Vitamin D

       Sinar matahari mengandung sinar ultraviolet B (UVB) yang diperlukan oleh tubuh untuk membantu sintesis vitamin D. Ketika kulit terkena sinar UVB, kolesterol yang ada dalam kulit berubah menjadi prekursor vitamin D3. Prekursor ini kemudian diubah oleh tubuh menjadi bentuk aktif vitamin D, yang memiliki peran penting dalam penyerapan kalsium dan fosfor, pertumbuhan tulang, dan kesehatan umum.

Proses ini terjadi dalam kulit dan memerlukan paparan sinar matahari yang cukup untuk memicu produksi vitamin D. Namun, perlu diingat bahwa jumlah sinar UVB yang dibutuhkan dan waktu paparan yang diperlukan dapat bervariasi berdasarkan faktor-faktor seperti lokasi geografis, musim, jenis kulit, dan waktu terpapar.

Terlalu banyak paparan sinar matahari, terutama sinar UVB yang berlebihan, dapat meningkatkan risiko kerusakan kulit, termasuk risiko kanker kulit. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan dengan melakukan paparan sinar matahari dengan bijak dan menerapkan langkah-langkah perlindungan kulit yang sesuai, seperti menggunakan tabir surya, mengenakan pakaian pelindung, dan memilih waktu paparan yang tepat.

Bila khawatir dengan paparan sinar UVB maka vitamin D juga dapat ditemukan dalam beberapa makanan, seperti ikan berlemak (salmon, tuna, sarden), telur, produk susu diperkaya, dan suplemen vitamin D.  

Cara mengecek indeks UV

       Anda dapat mengecek indeks UV (Ultraviolet) untuk wilayah Anda dengan berbagai cara. Indeks UV memberikan informasi tentang intensitas sinar UV pada suatu lokasi pada waktu tertentu, membantu Anda memahami seberapa kuat paparan sinar UV pada hari itu. Hal ini berguna untuk mengambil langkah-langkah perlindungan yang tepat terhadap paparan sinar matahari yang berlebihan. 

Beberapa cara untuk memeriksa indeks UV:

🌊 Aplikasi Cuaca: 

Banyak aplikasi cuaca atau aplikasi kesehatan yang menyediakan informasi tentang indeks UV di wilayah Anda. Anda dapat mengunduh aplikasi cuaca populer atau aplikasi kesehatan yang menyediakan informasi ini dan memasukkan lokasi Anda untuk melihat indeks UV aktual.

🌊 Situs Web Meteorologi:

Situs web badan meteorologi nasional atau lokal sering menyediakan informasi mengenai indeks UV. Anda dapat mengakses situs web ini melalui perangkat komputer atau ponsel pintar dan mencari informasi indeks UV sesuai dengan lokasi Anda.

🌊 Berita Cuaca: 

Stasiun televisi atau radio sering menyampaikan informasi mengenai cuaca termasuk indeks UV selama laporan cuaca. Ini bisa menjadi cara sederhana untuk mendapatkan informasi tentang indeks UV di wilayah Anda.

🌊 Ponsel Pintar: 

Beberapa ponsel pintar memiliki fitur di mana Anda dapat memeriksa indeks UV langsung dari pengaturan cuaca atau layanan pemberitahuan.

🌊 Sumber Online: 

Selain situs web badan meteorologi, ada juga situs web internasional yang menyediakan informasi mengenai indeks UV di seluruh dunia. Anda cukup memasukkan lokasi Anda atau mengklik peta untuk mengetahui indeks UV pada waktu tertentu.

       Indeks UV lebih tinggi selama musim panas dan di daerah yang lebih dekat dengan garis khatulistiwa. Jika indeks UV tinggi, Anda perlu mengambil langkah-langkah perlindungan yang lebih serius, seperti menggunakan tabir surya dengan SPF tinggi, mengenakan pakaian pelindung, dan menghindari paparan sinar matahari di saat puncak intensitasnya, terutama antara pukul 10 pagi hingga 4 sore.

Lansia harus bijak untuk berjemur di bawah sinar matahari, selain kesehatan terkena paparan sinar matahari, ada bahaya mengintai. Tetap sehat dan berpengetahuan mengenai cahaya matahari.






Sumber:

https://www.cigna.com/knowledge-center/uv-safety#: 

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26049767/

https://www.cdc.gov/cancer/dcpc/research/articles/older-adults-protect-skin-sun.htm

https://avilahomecare.com/news/2019/07/why-seniors-need-uv-protection/

https://www.weather.gov/safety/heat-uv

Tuesday, 29 August 2023

Merendahkan, Membuat Lansia Dihindari Oleh Teman

       Merendahkan (demean) adalah perilaku yang dimaksudkan untuk menimbulkan kerugian besar terhadap harkat dan martabat seseorang; kata-kata atau tindakan yang dimaksudkan untuk merendahkan, mendiskreditkan, atau menghinakan seseorang. Tidak ada alasan yang dibenarkan untuk perilaku suka merendahkan orang lain. Mengenali perilaku merendahkan orang lain bisa jadi sulit karena bisa terjadi secara tidak kentara.

Contoh perilaku merendahkan antara lain mengejek seseorang di depan orang lain, melontarkan lelucon yang merugikan orang lain, memutar mata setelah komentar seseorang, melontarkan komentar sinis tentang seseorang.

Definisi: Merendahkan orang lain adalah tindakan atau perkataan yang sengaja atau tidak sengaja mengurangi martabat atau harga diri seseorang. Ini bisa melibatkan perlakuan yang tidak adil, menghina, atau mengejek.

Tindakan: Merendahkan melibatkan perilaku nyata atau kata-kata yang disampaikan kepada orang lain dengan tujuan mengurangi harga diri mereka.

Dampak: Tindakan merendahkan dapat sangat merugikan bagi kesejahteraan mental dan emosional seseorang. Ini dapat menyebabkan perasaan rendah diri, stres, kecemasan, dan gangguan hubungan.

Lansia, seperti kelompok usia lainnya, juga dapat menunjukkan perilaku merendahkan terhadap orang lain. Ini dapat muncul dari berbagai faktor, merasa paling kaya, lebih pintar, lebih tua, memiliki jabatan tertentu, mantan pejabat, kurang empati, kurang etika komunikasi, stres, frustrasi termasuk perasaan tidak aman, perubahan dalam kehidupan, dan perasaan tidak puas dengan diri sendiri. 

Komunikasi yang penuh penghargaan dan pengertian,
membuat soliditas suatu komunitas. (Sumber: foto forum warga 09/09)

 Beberapa ciri Lansia yang merendahkan Orang Lain:

😏 Pernyataan Menyinggung: 

Lansia yang merendahkan mungkin menggunakan kata-kata atau pernyataan yang menyinggung, menghina, atau merendahkan orang lain dengan sengaja.

😏 Penggunaan Nada Menyindir: 

Mereka mungkin menggunakan nada suara atau bahasa tubuh yang merendahkan ketika berbicara dengan orang lain.

Merendahkan menggunakan bahasa menyindir
(Sumber: foto canva.com)

😏 Kritikan Tanpa Alasan: 

Lansia yang merendahkan mungkin mengkritik atau menghakimi orang lain tanpa alasan yang jelas, kadang-kadang hanya untuk merendahkan mereka.

😏 Perilaku Tidak Adil: 

Mereka mungkin memperlakukan orang lain dengan tidak adil atau memberikan perlakuan yang lebih rendah dari yang seharusnya.

😏 Mengabaikan Pendapat Orang Lain:

Lansia yang merendahkan mungkin mengabaikan atau tidak memperhatikan pendapat atau ide orang lain dengan sikap seolah-olah pendapat mereka tidak berarti.

😏 Tingkah Laku Sinis: 

Sikap sinis dan mencemooh terhadap orang lain dapat menjadi tanda perilaku merendahkan.

😏 Menghina atau Mengejek: 

Mereka mungkin menggunakan kata-kata menghina atau mengejek dengan tujuan merendahkan orang lain.

       💬 Lansia yang merendahkan orang lain dapat mengalami berbagai kerugian, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi hubungan sosial mereka. 

Kerugian Bagi Lansia Sendiri karena merendahkan orang:

😈 Kesejahteraan Mental yang Buruk: 

Perilaku merendahkan orang lain dapat menyebabkan perasaan bersalah, stres, kecemasan, dan depresi pada lansia.

😈 Pemisahan Sosial: 

Perilaku negatif terhadap orang lain dapat membuat lansia dihindari oleh teman, keluarga, atau komunitas, menyebabkan isolasi sosial.

😈 Harga Diri Menurun: 

Melakukan perilaku merendahkan dapat merusak harga diri lansia dan mengurangi rasa kepuasan dan kebahagiaan dalam hidup mereka.

😈 Perasaan Kesepian: 

Sikap merendahkan orang lain bisa menyebabkan lansia merasa kesepian karena mereka tidak mampu menjaga hubungan sosial yang sehat.

Sikap merendahkan membuat lansia merasa kesepian
(Sumber: foto canva.com)

Kerugian Bagi Hubungan dan Masyarakat:

😵 Kerusakan Hubungan:

Perilaku merendahkan dapat merusak hubungan sosial, termasuk hubungan dengan teman, keluarga, dan anggota masyarakat.

😵 Pembentukan Prasangka Negatif:

Perilaku negatif dapat memicu pembentukan prasangka negatif di kalangan teman, keluarga, atau komunitas, yang berdampak pada cara mereka memandang lansia tersebut.

😵 Ketidakstabilan Komunitas: 

Sikap merendahkan  dapat mengganggu harmoni dalam kelompok atau komunitas, memicu konflik interpersonal dan mengurangi dukungan sosial.

😵 Penurunan Kualitas Hidup: 

Lingkungan yang didominasi oleh sikap merendahkan dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup lansia dan masyarakat secara keseluruhan

       💬 Menghilangkan perilaku merendahkan pada lansia memerlukan kesadaran, usaha, dan komitmen untuk mengubah sikap dan perilaku yang tidak sehat tersebut. 

Beberapa langkah yang dapat membantu lansia mengatasi perilaku merendahkan:

💗 Kenali Perilaku dan Motivasi: 

Pertama-tama, lansia perlu mengenali perilaku merendahkan pada diri mereka sendiri. Cobalah memahami alasan di balik perilaku ini, seperti perasaan tidak aman, perubahan hidup, atau emosi negatif lainnya.

💗 Kembangkan Kesadaran Diri: 

Lansia bisa bekerja pada pengembangan kesadaran diri tentang bagaimana perilaku mereka memengaruhi diri sendiri dan orang lain. Ini bisa melibatkan refleksi, jurnal, atau berbicara dengan orang-orang terpercaya.

Lansia meningkatkan kesadaran diri untuk mengatasi
perilaku merendahkan orang lain. (Sumber: foto canva.com)

💗 Ganti Pola Pikir Negatif: 

Lansia perlu mengidentifikasi dan mengganti pola pikir negatif yang mendorong perilaku merendahkan. Cobalah fokus pada aspek positif dari diri sendiri dan orang lain.

💗 Latih Empati: 

Latih kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Ini akan membantu lansia lebih memahami perasaan dan pengalaman orang lain, dan mengurangi kecenderungan merendahkan.

💗 Jaga Komunikasi Positif:

Hindari penggunaan kata-kata atau nada yang merendahkan saat berbicara dengan orang lain. Cobalah untuk menggunakan komunikasi yang penuh penghargaan dan pengertian.

💗 Berbicara Terbuka:

Jika ada masalah atau ketidakpuasan yang mendasari perilaku merendahkan, lansia sebaiknya berbicara terbuka dengan orang yang terkena dampak atau seseorang yang dapat memberikan dukungan dan saran.

💗 Pentingkan Pendidikan dan Pemahaman: 

Lansia bisa mencari informasi lebih lanjut tentang perbedaan, nilai-nilai individu, dan dampak perilaku merendahkan.  

💗 Berlatih Penghargaan:

Lansia bisa berlatih memberikan penghargaan dan pujian kepada orang lain. Mengakui pencapaian dan usaha orang lain dapat membangun hubungan yang positif.

💗 Cari Dukungan: 

Lansia dapat mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental. Mereka dapat memberikan perspektif dan dukungan yang diperlukan dalam mengubah perilaku. 

Lansia dapat mencari dukungan dari teman, keluarga, atau
 profesional kesehatan mental. (Sumber: foto canva.com)
.

💗 Konsisten dan Sabar: 

Mengubah perilaku memerlukan waktu. Lansia perlu bersabar dan konsisten dalam upaya mereka untuk menghilangkan perilaku merendahkan.

       Menghilangkan perilaku merendahkan memerlukan komitmen dan usaha yang berkelanjutan. Perubahan ini akan memerlukan waktu, tetapi upaya yang dilakukan dapat berdampak positif pada kesejahteraan lansia dan hubungan sosial mereka.





Sumber:

https://thepracticalpsych.com/blog/demeaning-definition#: 

https://homesweethomeihc.com/belittling-aging-parents-without-knowing/

https://seniorsrights.org.au/resources/elder-abuse-toolkit/signs-of-elder-abuse/

https://www.heavenathomecare.com/ageism-endearing-terms-nurturing-belittling-older-people/

https://www.nytimes.com/2008/10/07/us/07aging.html

https://www.mass.gov/service-details/types-and-signs-of-elder-abuse

Monday, 28 August 2023

Gangguan Makan Pada Lansia, Dampak Serius Kesehatan

        Orang sering mengasosiasikan gangguan makan dengan remaja atau orang yang lebih muda. Dengan terjadinya peningkatan populasi lansia yang berjuang melawan gangguan makan. Menunjukkan gangguan makan tidak membeda-bedakan dan mutlak bisa terjadi pada siapa saja tidak peduli berapa usianya, apa jenis kelaminnya, atau apa rasnya.

Gangguan makan (eating disorders) adalah kondisi mental yang ditandai oleh pola makan yang tidak sehat, obsesi terhadap berat badan atau bentuk tubuh, serta perasaan yang mendalam terkait makanan dan tubuh. Gangguan makan dapat memiliki dampak serius pada kesehatan fisik dan emosional seseorang. 

Gangguan makan bisa terjadi kepada siapa saja tidak peduli
 berapa usianya, apa jenis kelaminnya, atau apa rasnya.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Gangguan makan adalah ketika Anda mempunyai sikap tidak sehat terhadap makanan yang dapat mengambil alih hidup Anda dan membuat Anda sakit.

Beberapa jenis gangguan makan yang umum meliputi:

🍕 Anoreksia Nervosa: 

Orang dengan anoreksia nervosa memiliki ketakutan berlebihan terhadap penambahan berat badan, sehingga mereka cenderung mengurangi asupan makanan secara drastis, bahkan hingga mengabaikan rasa lapar. Ini dapat menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan dan masalah kesehatan serius.

Anoreksia nervosa ketakutan terhadap penambahan berat badan
(Sumber: foto canva.com)

🍕 Bulimia Nervosa:

Penderita bulimia nervosa cenderung mengalami episode makan berlebihan yang diikuti oleh perilaku kompensasi, seperti memuntahkan makanan atau mengonsumsi laksatif dengan tujuan menghindari penambahan berat badan. Siklus ini dapat memiliki dampak negatif pada keseimbangan elektrolit dan fungsi organ dalam tubuh.

🍕 Gangguan Makan yang Berlebihan (Binge Eating Disorder): 

Orang dengan gangguan ini mengalami episode makan berlebihan tanpa tindakan kompensasi yang terkait dengan bulimia. Mereka merasa kehilangan kendali atas asupan makanan selama episode ini dan sering merasa bersalah atau malu setelahnya.

🍕 Orthorexia Nervosa: 

Meskipun belum diakui sebagai gangguan makan secara resmi oleh manual diagnostik, orthorexia melibatkan obsesi yang berlebihan terhadap makanan yang dianggap sehat. Orang dengan orthorexia bisa sangat ketat dalam mengendalikan jenis makanan yang mereka konsumsi.

🍕 Pica: 

Ini melibatkan konsumsi bahan-bahan yang tidak biasa atau tidak memiliki nilai gizi, seperti tanah liat, kertas, rambut, atau benda-benda lain yang tidak dapat dicerna.

       Gangguan makan tidak hanya mempengaruhi fisik seseorang, tetapi juga dapat merusak kesehatan mental. Faktor-faktor seperti tekanan budaya untuk memiliki tubuh yang "sempurna", trauma masa lalu, tekanan emosional, dan faktor genetik dapat berkontribusi pada perkembangan gangguan makan.

Gangguan makan dapat mempengaruhi individu dari berbagai kelompok usia, termasuk lansia. Namun, gejala dan ciri-ciri gangguan makan pada lansia mungkin dapat sedikit berbeda dari pada kelompok usia yang lebih muda. 

Beberapa ciri yang mungkin menunjukkan adanya gangguan makan pada lansia meliputi:

😂 Perubahan Berat Badan Drastis:

Lansia dengan gangguan makan mungkin mengalami penurunan berat badan yang signifikan dalam waktu yang relatif singkat. Penurunan berat badan yang tidak diinginkan dapat menjadi tanda peringatan.

Penurunan berat badan drastis merupakan gangguan
makan pada lansia. (Sumber: foto canva.com)

😂 Perubahan Pola Makan:

Lansia dengan gangguan makan mungkin mengubah pola makan mereka secara mendadak. Ini bisa mencakup menghindari jenis makanan tertentu, mengurangi porsi makan, atau bahkan menghindari makanan secara keseluruhan.

😂 Peningkatan Kecemasan Terkait Makanan dan Tubuh:

Lansia dengan gangguan makan mungkin sangat cemas terkait makanan dan berat badan. Mereka mungkin memiliki obsesi terhadap bentuk tubuh mereka dan merasa tidak puas dengan penampilan fisik mereka.

😂 Isolasi Sosial:

Gangguan makan dapat menyebabkan isolasi sosial. Lansia yang mengalami gangguan makan mungkin cenderung menghindari makanan di acara sosial atau berkumpul dengan teman dan keluarga selama makan.

😂 Kehilangan Energi dan Kelemahan:

Gangguan makan dapat menyebabkan penurunan energi dan kelemahan fisik. Lansia dengan gangguan makan mungkin merasa lemah dan tidak bertenaga.

😂 Gangguan Psikologis Tambahan:

Gangguan makan pada lansia dapat dikaitkan dengan masalah kesehatan mental tambahan, seperti depresi, kecemasan, atau isolasi emosional.

😂 Gangguan Fungsi Tubuh: 

Gangguan makan dapat memengaruhi fungsi tubuh, termasuk keseimbangan elektrolit dan kesehatan jantung. Lansia yang mengalami gangguan makan mungkin memiliki masalah kesehatan yang terkait dengan gangguan tersebut.

       Gejala-gejala ini tidak selalu mengindikasikan gangguan makan, dan beberapa perubahan dalam pola makan dan berat badan dapat disebabkan oleh faktor-faktor lain pada lansia, seperti perubahan metabolisme yang terkait dengan penuaan. 

Penyebab gangguan makan pada lansia bisa sangat kompleks dan bervariasi. Seperti halnya pada kelompok usia lainnya, gangguan makan pada lansia dapat disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, lingkungan, psikologis, dan sosial. 

Beberapa faktor yang mungkin berperan dalam penyebab gangguan makan pada lansia meliputi:

💩 Perubahan Fisik dan Fisiologis:

Lansia sering mengalami perubahan fisik yang berhubungan dengan penuaan, seperti penurunan massa otot, penurunan laju metabolisme, dan perubahan hormonal. Perubahan ini dapat mempengaruhi nafsu makan dan persepsi tubuh, yang pada gilirannya dapat memicu gangguan makan.

💩 Masalah Kesehatan Kronis: 

Lansia sering mengalami masalah kesehatan kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, atau gangguan pencernaan. Pengelolaan makanan yang terkait dengan kondisi ini dapat mempengaruhi pola makan dan memicu gangguan makan.

Kesehatan kronis mempengaruhi pola makan
(Sumber: foto canva,com)

💩 Isolasi Sosial: 

Lansia yang merasa terisolasi atau kesepian dapat mengalami stres emosional yang signifikan. Beberapa orang mungkin mengembangkan gangguan makan sebagai cara untuk mengatasi emosi negatif atau sebagai bentuk pengendalian dalam situasi yang tidak terkendali.

💩 Ketidakpuasan dengan Penampilan Fisik: 

Perubahan penampilan fisik yang terkait dengan penuaan bisa menyebabkan ketidakpuasan dengan tubuh dan penampilan. Ini dapat mendorong perilaku yang berhubungan dengan gangguan makan.

💩 Stigma Terkait Makanan dan Berat Badan: 

Stigma sosial terkait makanan, berat badan, dan penuaan bisa mempengaruhi persepsi diri dan hubungan seseorang dengan makanan. Lansia mungkin merasa tekanan untuk mematuhi standar tertentu yang tidak realistis.

💩 Trauma dan Pengalaman Masa Lalu:

Pengalaman traumatis atau pengalaman masa lalu yang sulit dapat memicu gangguan makan pada lansia sebagai bentuk koping yang tidak sehat.

💩 Gangguan Mental Lainnya:

Lansia yang mengalami gangguan mental seperti depresi, kecemasan, atau gangguan citra tubuh memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan makan.

💩 Perubahan Gaya Hidup dan Kehilangan Kontrol:

Perubahan besar dalam gaya hidup, seperti pensiun, kehilangan pasangan, atau kehilangan otonomi, dapat memicu perasaan kehilangan kontrol yang mendorong perilaku makan yang tidak sehat.

       Mengobati gangguan makan pada lansia memerlukan pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi, melibatkan tim medis, dukungan psikologis, dan perubahan gaya hidup. 

Beberapa langkah yang dapat diambil dalam mengobati gangguan makan pada lansia:

👳 Konsultasi Medis: 

Langkah pertama adalah berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis profesional. Mereka dapat mengevaluasi kondisi fisik dan kesehatan umum lansia serta memberikan panduan tentang perawatan yang diperlukan.

👳 Evaluasi Psikologis: 

Terapi kognitif dan perilaku (CBT) atau terapi lainnya dapat membantu menilai faktor psikologis yang mendorong gangguan makan. Terapis yang berpengalaman dalam mengobati gangguan makan dapat membantu lansia mengatasi kecemasan, depresi, atau trauma yang mungkin berperan dalam gangguan makan.

👳 Nutrisi dan Diet:

Lansia dengan gangguan makan mungkin memerlukan bantuan seorang ahli gizi yang berpengalaman untuk mengembangkan rencana makan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kesehatan mereka. Mereka juga dapat memberikan edukasi tentang manfaat makanan yang tepat.

👳 Dukungan Keluarga dan Sosial:

Dukungan dari keluarga dan teman-teman dapat memiliki peran penting dalam proses pemulihan. Lansia perlu merasa didukung, didengar, dan diberdayakan dalam mengatasi gangguan makan.

Dukungan keluarga dan teman mengatasi gangguan makan.
(Sumber: foto canva.com)

👳 Terapi Kelompok: 

Terapi kelompok dapat membantu lansia merasa lebih terhubung dengan individu lain yang mengalami masalah serupa. Ini dapat memberikan dukungan sosial dan lingkungan aman untuk berbicara tentang pengalaman mereka.

👳 Pengelolaan Stres dan Koping:

Pelajari strategi untuk mengatasi stres dan emosi yang mungkin memicu perilaku makan yang tidak sehat. Teknik relaksasi, meditasi, dan olahraga ringan dapat membantu mengelola stres.

👳 Pemantauan Medis:

Lansia dengan gangguan makan mungkin memerlukan pemantauan medis reguler untuk memastikan bahwa kesehatan fisik mereka tetap terjaga dan tidak ada komplikasi yang berkembang.

👳 Obat-obatan: 

Beberapa lansia dengan gangguan makan mungkin memerlukan obat-obatan untuk mengatasi gejala seperti kecemasan atau depresi yang mungkin menyertai gangguan makan.

👳 Pengelolaan Gaya Hidup:

Mengatasi gangguan makan juga dapat melibatkan perubahan gaya hidup yang sehat. Ini mungkin termasuk rutinitas tidur yang baik, olahraga yang seimbang, dan menjaga hubungan sosial yang positif.

👳 Pemantauan Jangka Panjang: 

Pemulihan dari gangguan makan pada lansia adalah proses jangka panjang. Penting untuk tetap melanjutkan dukungan medis dan psikologis bahkan setelah gejala mereda, guna mencegah kambuhnya gangguan makan.

       Setiap individu memiliki kebutuhan yang unik, jadi rencana perawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan lansia tersebut. Penting untuk bekerja sama dengan tim medis dan profesional kesehatan mental yang berpengalaman dalam merawat gangguan makan pada lansia.



Sumber:

https://www.trustedcare.co.uk/help-and-advice/eating-disorders-older-people

https://nedc.com.au/eating-disorder-resources/find-resources/show/issue-60-i-eating-disorders-in-aged-care/

https://www.webmd.com/mental-health/eating-disorders/news/20230302/older-women-and-eating-disorders

https://aging.com/best-online-therapy/disordered-eating-and-older-adults/