Sombong adalah sikap atau perilaku di mana seseorang memiliki pandangan berlebihan terhadap dirinya sendiri, merasa lebih unggul atau penting daripada orang lain, dan cenderung meremehkan atau tidak menghargai pandangan atau kontribusi orang lain.
Orang yang sombong biasanya memiliki keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuan atau pengetahuannya sendiri, dan mereka mungkin tidak mau menerima kritik atau masukan dari orang lain.
Sikap sombong ini sering kali dianggap negatif karena dapat merusak hubungan sosial, menghalangi perkembangan pribadi, dan menghambat kerja sama dalam berbagai konteks, baik dalam lingkungan kerja, hubungan pribadi, maupun lingkungan sosial.
Mempertimbangkan perspektif orang lain menambah wawasan (Sumber: foto pens 49 ceria) |
Kesombongan berpotensi menjadi akar dari banyak masalah dalam hubungan interpersonal di berbagai tingkatan: keluarga, kelompok, dan lingkungan.
Dalam Retorika Aristoteles, gagasan keangkuhan adalah mempermalukan orang lain tanpa alasan kecuali kesenangan melihat mereka dipermalukan, meninggikan diri sendiri dengan membandingkan.
Seseorang yang sombong cenderung sulit bekerja sama dengan orang lain dan mungkin kurang mampu belajar dari pengalaman atau masukan yang diberikan oleh orang lain.
Sikap sombong bersifat negatif karena merusak hubungan sosial. (Sumber: canva.com) |
Beberapa istilah atau sinonim yang dapat digunakan untuk merujuk pada perilaku atau sikap sombong:
👺 Angkuh:
Merujuk pada sikap yang terlalu percaya diri atau berlebihan dalam memperlihatkan keunggulan diri.
👺 Ujub:
Sikap yang berlebihan dalam memuji diri sendiri atau membesar-besarkan prestasi.
👺 Arogan:
Sikap yang mengesankan superioritas atau meremehkan orang lain.
Sikap yang mengesankan superioritas (Sumber: canva.com) |
👺 Sikap merasa di atas:
Pandangan yang berlebihan tentang diri sendiri yang menyebabkan meremehkan orang lain.
👺 Sikap terlalu percaya diri:
Perilaku yang ditandai oleh keyakinan yang berlebihan akan kemampuan sendiri.
👺 Rasa superioritas:
Pandangan yang merasa lebih baik atau lebih unggul daripada orang lain.
👺 Keangkuhan:
Sikap yang menunjukkan perasaan bangga dan tidak ramah.
👺 Sikap congkak:
Merujuk pada perilaku yang menunjukkan kesombongan atau keangkuhan.
👺 Sikap sombong hati:
Sikap yang berlebihan dalam merasa lebih penting dari orang lain.
Beberapa tanda orang sombong:
😑 Selalu Ingin jadi Perhatian:
Tanda mutlak bahwa seseorang sombong adalah ketika mereka senang menjadi sorotan. Tidak peduli apa yang mereka lakukan atau katakan, mereka mempunyai kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian. Mereka tidak menyadari betapa kebutuhan mereka akan perhatian terlalu berlebihan.
😑 Tidak Pernah Mengaku Salah:
Orang yang sombong tidak pernah mengakui kesalahannya . Dalam argumen, mereka akan menemukan cara untuk membuat mereka tampak setuju dengan Anda. Dan kaulah yang salah memahaminya. Alternatifnya, mereka juga akan terus mengikuti saja ketika mereka menyadari bahwa mereka salah. Mereka akan bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa dan bahkan tidak meminta maaf.
Orang sombong tidak pernah mengaku salah (Sumber: foto canva.com) |
😑 Menganggap Preferensi Lebih Unggul:
Jika Anda memiliki preferensi yang berbeda dari mereka, mereka akan langsung menganggap Anda lebih rendah. Entah itu ketertarikan mereka pada hal-hal duniawi seperti musik, film, atau kapal laut, atau bahkan hal-hal yang lebih kompleks seperti politik, mereka cenderung mengutamakan diri sendiri.
😑 Terus Menjatuhkan Orang Lain:
Mereka mengkritik semua orang yang mereka kenal sampai pada titik di mana hal itu tidak bisa lagi disebut kritik yang membangun . Orang yang sombong meremehkan kesalahan orang lain tanpa mempertimbangkan perasaan orang tersebut.
😑 Berbohong Sepanjang Waktu:
Orang yang sombong ingin Anda percaya bahwa gaya hidupnya lebih baik daripada gaya hidup Anda. Mereka akan berbohong tentang kehidupan mereka agar tampak bahwa kehidupan mereka jauh lebih menarik.
😑 Tidak Memberi Kesempatan Bicara:
Ini adalah tipe orang yang akan memotong pembicaraan Anda ketika Anda mencoba mengatakan sesuatu. Mereka bahkan tidak akan menghargai apa yang ingin Anda katakan. Itu sangat menjengkelkan dan tidak sopan. Hal ini terjadi terutama saat Anda bersama sekelompok orang.
😑 Marah Pada Umpan Balik:
Ketika Anda memberi mereka umpan balik tentang pekerjaan mereka, mereka mengambil cara yang salah. Orang yang sombong menjadi sangat defensif ketika mereka mengira mereka sedang dikritik. Mereka melihat komentar Anda sebagai tanggapan negatif meskipun Anda hanya bersikap objektif.
😑 Terlalu Kompetitif:
Semuanya adalah persaingan dengan orang-orang sombong. Mereka tidak peduli seberapa agresifnya mereka ketika berusaha mencapai kesuksesan. Ada begitu banyak hal yang mereka ingin menjadi yang terbaik yang bahkan tidak layak untuk disaingi.
Istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan perilaku sombong adalah "narsistik" atau "gangguan kepribadian narsistik." Gangguan kepribadian narsistik adalah kondisi di mana seseorang memiliki perasaan yang sangat berlebihan tentang pentingnya diri sendiri, kebutuhan untuk diakui, kurangnya empati terhadap orang lain, dan keinginan untuk mendapatkan perhatian yang terus-menerus.
Orang dengan gangguan kepribadian narsistik mungkin memiliki pandangan yang berlebihan terhadap kemampuan dan prestasi mereka sendiri, dan mereka cenderung merasa lebih unggul dari orang lain. Mereka sering kali membutuhkan pengakuan dan pujian dari orang lain, dan mereka mungkin merasa frustrasi atau marah jika tidak mendapatkan perhatian yang diinginkan. Empati terhadap perasaan atau kebutuhan orang lain mungkin kurang terjadi pada individu dengan gangguan kepribadian narsistik.
Beberapa faktor yang mungkin dapat mempengaruhi lansia mungkin terlihat sombong:
😐 Kehilangan Peran dan Status:
Lansia sering mengalami perubahan dalam peran dan status mereka dalam masyarakat. Jika mereka sebelumnya memiliki posisi yang dihormati atau berpengaruh, perubahan ini bisa sulit untuk diterima. Beberapa lansia mungkin mencoba menjaga rasa martabat mereka dengan berperilaku sombong atau mengandalkan pengalaman masa lalu.
😐 Ketakutan akan Kehilangan Kendali:
Proses penuaan sering disertai dengan kehilangan kendali atas fisik, kesehatan, dan lingkungan sekitar. Beberapa lansia mungkin merasa tidak nyaman dengan perasaan tidak berdaya ini, dan perilaku sombong bisa menjadi cara untuk merasa lebih kuat atau berpengaruh.
Ketakutan akan kehilangan kendali (Sumber: foto camva.com) |
😐 Pentingnya Mempertahankan Identitas:
Identitas seseorang sering kali terkait dengan pekerjaan, hubungan sosial, dan prestasi. Ketika seseorang memasuki tahap lansia dan beberapa aspek identitas ini mulai berubah, mereka mungkin merasa perlu untuk mempertahankan rasa identitas mereka dengan perilaku sombong.
😐 Ketidaknyamanan terhadap Perubahan:
Lansia sering dihadapkan pada perubahan fisik, sosial, dan emosional yang signifikan. Beberapa orang mungkin merasa tidak nyaman atau tidak yakin dalam menghadapi perubahan ini, dan sombong bisa menjadi cara untuk menyembunyikan ketidakamanan ini.
😐 Isolasi Sosial:
Lansia yang merasa terisolasi dari keluarga, teman, atau masyarakat umumnya mungkin mengembangkan perilaku sombong sebagai bentuk perlindungan diri. Mereka mungkin merasa bahwa dengan menunjukkan sikap sombong, mereka bisa menjaga jarak dari orang lain.
Tidak semua lansia memiliki perilaku sombong, dan alasan di atas hanyalah beberapa kemungkinan. Setiap individu unik dan mungkin memiliki latar belakang dan motivasi yang berbeda untuk perilaku mereka.
Beberapa ciri lansia yang mungkin mengalami gangguan kepribadian narsistik :
😕 Perasaan Kelebihan Diri yang Berlebihan:
Lansia dengan perilaku sombong mungkin memiliki pandangan yang sangat positif terhadap diri sendiri dan merasa lebih unggul dari orang lain dalam berbagai aspek kehidupan.
😕 Kurangnya Empati:
Mereka mungkin memiliki kesulitan dalam memahami atau merasakan emosi dan pengalaman orang lain. Empati terhadap perasaan dan kebutuhan orang lain cenderung kurang terjadi.
😕 Pengharapan Pengakuan dan Perhatian:
Lansia yang sombong mungkin mencari perhatian, pengakuan, dan pujian secara terus-menerus dari orang lain. Mereka mungkin merasa frustrasi atau kecewa jika tidak mendapatkan perhatian yang diinginkan.
😕 Sulit Menerima Kritik:
Orang dengan perilaku sombong mungkin kesulitan menerima kritik atau masukan negatif. Mereka cenderung membela diri dan mungkin tidak mau mengakui kesalahan atau kelemahan.
😕 Meremehkan Orang Lain:
Lansia sombong mungkin cenderung meremehkan pendapat, keputusan, atau prestasi orang lain. Mereka bisa merasa bahwa pandangan atau kontribusi orang lain tidak sebanding dengan kemampuan atau pengetahuan mereka sendiri.
😕 Kesulitan dalam Hubungan:
Karena kurangnya empati dan kemungkinan konflik dengan perilaku mereka, lansia sombong mungkin mengalami kesulitan dalam membangun dan menjaga hubungan yang sehat dengan orang lain.
😕 Ketidakmampuan untuk Beradaptasi:
Lansia sombong mungkin merasa bahwa mereka tahu segalanya atau memiliki pengalaman yang lebih baik dalam setiap situasi, sehingga mereka bisa kesulitan dalam menerima perubahan atau masukan dari orang lain.
😕 Mengagungkan Diri Sendiri:
Lansia dengan perilaku sombong mungkin sering mengagungkan diri mereka sendiri dalam percakapan atau menunjukkan tanda-tanda perilaku yang menonjolkan pencapaian atau keistimewaan mereka.
😕 Ketidakmampuan untuk Menerima Kelemahan:
Mereka cenderung menutupi atau mengabaikan kelemahan mereka dan mungkin merasa bahwa mengakui kelemahan adalah bentuk kekalahan.
Perilaku sombong pada lansia bisa terjadi karena berbagai faktor, termasuk perubahan psikologis, kondisi kesehatan mental, atau penyakit penyerta (komorbiditas).
Beberapa kondisi kesehatan mental yang berkontribusi pada perilaku sombong:
😃 Gangguan Kepribadian Narsistik:
Ini adalah kondisi di mana seseorang memiliki pandangan berlebihan tentang dirinya sendiri, merasa lebih unggul dari orang lain, dan kurang memiliki empati terhadap perasaan orang lain. Gangguan kepribadian narsistik dapat menjadi penyebab utama perilaku sombong.
Gangguan narsistik penyebab utama perilaku sombong (Sumber: foto canva.com) |
😃 Gangguan Kepribadian Anti sosial:
Meskipun lebih jarang pada lansia, gangguan kepribadian anti sosial juga dapat berkontribusi pada perilaku sombong. Orang dengan gangguan ini mungkin meremehkan norma sosial dan hak orang lain.
😃 Depresi:
Depresi pada lansia dapat mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan dunia sekitar. Beberapa orang dengan depresi dapat memanifestasikan perilaku sombong sebagai bentuk pelindungan diri atau cara untuk menyembunyikan perasaan yang sebenarnya.
😃 Gangguan Kecemasan:
Beberapa gangguan kecemasan, seperti gangguan kecemasan sosial, dapat membuat seseorang berperilaku sombong sebagai upaya untuk mengatasi rasa cemas yang mungkin muncul saat berinteraksi dengan orang lain.
😃 Gangguan Psikosis:
Dalam beberapa kasus, kondisi yang termasuk dalam spektrum gangguan psikosis, seperti skizofrenia, dapat menyebabkan perilaku sombong atau sikap grandiose yang tidak realistis.
😃 Dementia atau Penyakit Alzheimer:
Pada beberapa kasus, gangguan kognitif seperti demensia atau penyakit Alzheimer mungkin menyebabkan perubahan perilaku yang termasuk perilaku sombong, meskipun ini lebih terkait dengan perubahan neurologis daripada gangguan kepribadian.
😃 Penyakit Fisik yang Mempengaruhi Otak:
Beberapa kondisi fisik seperti tumor otak atau penyakit neurologis lainnya bisa berdampak pada perilaku dan kepribadian, termasuk mungkin menyebabkan perilaku yang terlihat sombong.
Penting untuk diingat bahwa setiap individu unik dan tidak semua perilaku sombong pada lansia berkaitan dengan kondisi medis atau mental tertentu.
Mengatasi perilaku sombong pada lansia bisa menjadi tugas yang kompleks dan memerlukan pendekatan yang sensitif.
Beberapa langkah yang dapat dipertimbangkan mengatasi perilaku sombong:
🔭 Komunikasi Empati:
Cobalah berbicara dengan lansia secara empatik dan terbuka. Dengarkan dengan saksama dan tunjukkan bahwa Anda menghargai pandangan dan perasaannya. Hindari konfrontasi langsung, tetapi dorong dialog yang positif.
🔭 Bantu Mempertimbangkan Perspektif Lain:
Bantu lansia untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Ajak mereka untuk mempertimbangkan perasaan, pendapat, dan pengalaman orang lain dalam situasi tertentu.
🔭 Pujian dan Penghargaan yang Realistis:
Memberikan pujian dan penghargaan yang realistis dapat membantu membangun rasa percaya diri yang sehat tanpa harus merangsang perilaku sombong. Fokuskan pada prestasi dan tindakan nyata yang layak dihargai.
🔭 Kendalikan Kritisisme Berlebihan:
Jika Anda melihat perilaku sombong, coba hindari mengkritik langsung atau menghadapi dengan sikap defensif. Sebagai gantinya, ajukan pertanyaan yang dapat mendorong refleksi dan membantu lansia melihat aspek lain dari situasi tersebut.
🔭 Bantu Mencari Identitas Positif:
Bantu lansia untuk menemukan identitas yang positif di luar pandangan sombong. Fokus pada minat, hobi, atau aspek lain yang mungkin meningkatkan perasaan nilai diri tanpa harus bergantung pada sombong.
🔭 Ajarkan Keterbukaan terhadap Belajar:
Dorong lansia untuk tetap terbuka terhadap peluang belajar dan perkembangan pribadi. Berbicara tentang bagaimana setiap pengalaman dapat mengajarkan sesuatu yang berharga.
🔭 Terlibat dalam Aktivitas Sosial:
Terlibat dalam aktivitas sosial yang melibatkan interaksi dengan berbagai orang dapat membantu mengurangi sikap sombong. Interaksi sosial dapat membantu mengajarkan empati dan rasa perspektif.
🔭 Konsultasikan dengan Profesional:
Jika perilaku sombong pada lansia mengganggu atau menjadi masalah serius, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental. Mereka dapat memberikan panduan dan dukungan yang sesuai.
🔭 Hargai Pengalaman Mereka:
Sering kali lansia memiliki banyak pengalaman hidup yang berharga. Menciptakan ruang untuk berbicara tentang pengalaman ini dengan penghargaan dapat membantu membangun rasa harga diri yang sehat.
🔭 Ciptakan Lingkungan yang Mendukung:
Ciptakan lingkungan yang mempromosikan rasa hormat dan penghargaan terhadap semua anggota keluarga atau komunitas. Ini dapat membantu mengurangi perilaku sombong dan mendorong kerjasama yang lebih baik.
Kembangkan sikap rendah hati, mengakui kelemahan kita, dan tetap terbuka terhadap pandangan dan masukan orang lain. Keseimbangan antara memiliki keyakinan pada diri sendiri dan tetap rendah hati adalah hal yang penting dalam menjaga hubungan yang sehat dengan orang lain.
Mengubah perilaku memerlukan waktu dan kesabaran. Sering kali, membangun hubungan yang kuat berdasarkan komunikasi terbuka dan empati dapat membantu mengatasi perilaku sombong secara bertahap.
Sumber:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8101990/
https://www.psychmechanics.com/personality-traits-arrogance/