Seiring bertambahnya usia, tubuh kita kehilangan kemampuan untuk melawan efek radikal bebas. Hal ini dapat mempercepat tanda-tanda penuaan dan risiko terkena penyakit kronis. Dalam konteks kesehatan dan gizi, makanan yang dapat meningkatkan stres oksidatif dalam tubuh sering disebut sebagai "makanan prooksidan" atau "makanan pro-inflamasi."
Makanan prooksidan adalah makanan yang dapat merangsang atau mempercepat proses oksidasi dalam tubuh, yang dapat menghasilkan radikal bebas dan stres oksidatif. Makanan ini sering kali rendah antioksidan atau mengandung senyawa yang dapat memicu peradangan dalam tubuh.
Makanan yang tinggi oksidatif adalah makanan yang dapat meningkatkan pembentukan radikal bebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas adalah molekul yang tidak stabil dan dapat merusak sel-sel tubuh dan berkontribusi pada berbagai penyakit. Sementara stres oksidatif adalah keadaan ketika jumlah radikal bebas di dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralisasinya. Makanan tinggi oksidatif biasanya memiliki sifat prooksidan.
Prooksidan adalah substansi atau molekul yang mendorong atau meningkatkan proses oksidasi dalam tubuh atau dalam lingkungan tertentu. Proses oksidasi melibatkan reaksi kimia di mana oksigen digunakan untuk mengubah molekul-molekul lain, sering kali menghasilkan radikal bebas atau senyawa reaktif oksigen yang dapat merusak sel-sel dan jaringan. Dalam konteks kesehatan, prooksidan sering dikaitkan dengan efek merusak pada tubuh manusia.
Prooksidan dikaitkan dengan efek merusak tubuh manusia. (Sumber: foto LPC- Lansia) |
Beberapa contoh prooksidan termasuk:
💥 Radikal Bebas:
Molekul-molekul seperti radikal hidroksil (•OH) dan radikal peroksil (•OOH) adalah contoh radikal bebas yang memiliki sifat prooksidan. Mereka dapat merusak komponen sel, termasuk DNA, protein, dan lipid.
💥 Polusi Udara:
Polusi udara yang mengandung senyawa seperti oksida nitrogen dan oksida sulfur dapat berperan sebagai prooksidan, merusak paru-paru dan sistem pernapasan.
Polusi udara mengandung oksida nitrogen dan sulfur berperan sebagai prooksidan. (Canva.com) |
💥 Lemak Oksidatif:
Lemak yang telah teroksidasi (misalnya, minyak goreng yang digunakan berulang-ulang) dapat menjadi sumber prooksidan yang dapat merusak sel dan jaringan dalam tubuh.
💥 Zat Kimia Tertentu:
Beberapa senyawa kimia tertentu, seperti benzene, dapat memiliki sifat prooksidan dan berpotensi merusak kesehatan.
Prooksidan dapat meningkatkan stres oksidatif dalam tubuh, yang dapat menjadi faktor risiko bagi berbagai penyakit, termasuk penyakit jantung, kanker, diabetes, dan gangguan neurodegeneratif.
Beberapa contoh makanan yang dapat memiliki efek prooksidan dalam tubuh adalah:
💩 Lemak trans:
Lemak trans, yang ditemukan dalam makanan olahan dan makanan cepat saji, dapat meningkatkan peradangan dan stres oksidatif dalam tubuh.
💩 Minyak goreng yang digunakan berulang-ulang:
Minyak yang digunakan berulang-ulang dalam proses penggorengan dapat menjadi oksidatif dan menghasilkan senyawa yang merusak kesehatan.
Minyak goreng yang dipakai berulang kali dapat menjadi senyawa yang merusak kesehatan. (Sumber: foto canva.com) |
💩 Makanan cepat saji:
Makanan cepat saji sering mengandung lemak trans, garam berlebihan, dan bahan tambahan kimia yang dapat meningkatkan stres oksidatif.
💩 Makanan tinggi gula:
Konsumsi berlebihan gula dapat menyebabkan peradangan dan stres oksidatif dalam tubuh.
💩 Daging merah yang dipanggang berlebihan:
Memasak daging merah pada suhu tinggi atau hingga terlalu gosong dapat menghasilkan senyawa yang berpotensi merusak sel.
💩 Alkohol berlebihan:
Alkohol dapat meningkatkan stres oksidatif dalam tubuh jika dikonsumsi dalam jumlah berlebihan.
💩 Makanan yang digoreng dalam minyak yang digunakan berulang-ulang:
Penggorengan berulang-ulang dengan minyak yang sudah sering digunakan dapat menghasilkan senyawa oksidatif.
💩 Makanan tinggi zat aditif kimia:
Makanan yang mengandung banyak zat aditif kimia, seperti pewarna buatan dan pengawet sintetis, dapat berkontribusi pada stres oksidatif dalam tubuh.
Makanan tinggi oksidatif dapat meningkatkan risiko sejumlah kondisi kesehatan dan penyakit. Peningkatan stres oksidatif dalam tubuh dapat merusak sel-sel dan jaringan.
Beberapa penyakit dampak dari makanan tinggi oksidatif , antara lain :
💜 Penyakit Jantung:
Stres oksidatif dapat merusak pembuluh darah dan arteri, menyebabkan peradangan dan aterosklerosis (pengerasan arteri). Ini dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, seperti penyakit arteri koroner.
💜 Kanker:
Kerusakan sel akibat radikal bebas yang dihasilkan oleh stres oksidatif dapat menjadi faktor dalam perkembangan beberapa jenis kanker.
💜 Diabetes:
Stres oksidatif dapat memengaruhi sel beta pankreas yang menghasilkan insulin, yang berkontribusi pada perkembangan diabetes tipe 2.
💜 Penyakit Alzheimer:
Beberapa penelitian telah menghubungkan stres oksidatif dengan perkembangan penyakit Alzheimer dan gangguan neurodegeneratif lainnya.
💜 Penyakit Parkinson:
Radikal bebas dan stres oksidatif juga dapat berperan dalam perkembangan penyakit Parkinson.
💜 Penuaan Dini:
Stres oksidatif dapat mempercepat penuaan kulit dan munculnya tanda-tanda penuaan dini, seperti keriput.
💜 Penyakit Autoimun:
Beberapa penyakit autoimun, seperti lupus, rheumatoid arthritis, dan sklerosis multipel, dapat dipengaruhi oleh stres oksidatif.
💜 Masalah Pencernaan:
Radikal bebas dapat merusak sel-sel usus dan berkontribusi pada perkembangan masalah pencernaan seperti penyakit radang usus.
💜 Gangguan Mata:
Stres oksidatif dapat berperan dalam perkembangan penyakit mata seperti katarak dan degenerasi makula.
Mekanisme prooksidan merusak sel-sel tubuh manusia.
Proses merusak prooksidan pada sel-sel tubuh melibatkan berbagai sistem pertahanan tubuh yang disebut sistem antioksidan. Sistem ini bekerja untuk menetralisir radikal bebas dan senyawa reaktif oksigen lainnya yang dapat merusak sel-sel tubuh.
Berikut adalah beberapa cara bagaimana proses ini berlangsung:
👉 Antioksidan Endogen:
Tubuh manusia menghasilkan antioksidan endogen (internal) yang merupakan senyawa-senyawa seperti glutation, superoksida dismutase, dan katalase. Mereka berperan dalam menangkap dan menonaktifkan radikal bebas serta senyawa berbahaya lainnya.
👉 Antioksidan Eksogen:
Antioksidan juga dapat diperoleh dari makanan dan suplemen. Beberapa contoh antioksidan eksogen yang penting termasuk vitamin C, vitamin E, beta-karoten, selenyum, dan zat lainnya yang ditemukan dalam berbagai jenis makanan, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan minyak ikan.
👉 Enzim Antioksidan:
Beberapa enzim dalam tubuh, seperti superoksida dismutase dan katalase, bekerja sebagai katalisator untuk mengubah radikal bebas menjadi senyawa yang kurang berbahaya.
👉 Penghapusan Radikal Bebas:
Proses penghapusan radikal bebas melibatkan reaksi kimia yang mengubah radikal bebas menjadi molekul stabil yang tidak merusak. Misalnya, glutation dapat mengikat radikal bebas dan mengubahnya menjadi bentuk yang tidak berbahaya.
👉 Menghentikan Rantai Reaksi:
Beberapa antioksidan bekerja dengan cara menghentikan rantai reaksi yang dihasilkan oleh radikal bebas, sehingga mencegah kerusakan lebih lanjut.
👉 Memperbaiki Kerusakan:
Setelah terjadi kerusakan pada sel-sel tubuh, proses perbaikan selular termasuk dalam upaya merusak prooksidan. Sel-sel tubuh dapat memperbaiki kerusakan DNA dan struktur sel lainnya.
Perbanyak Makanan Antioksidan.
Antioksidan adalah molekul yang mencegah molekul lain dari oksidasi. Molekul antioksidan yang stabil dapat menyumbangkan elektron ke radikal bebas untuk menetralisir dan menghentikan kerusakan. Tubuh dapat menangkap beberapa radikal bebas melalui metabolisme normal namun sebagian besar membutuhkan bantuan antioksidan.
Penting untuk mengonsumsi makanan yang kaya antioksidan, seperti buah-buahan dan sayuran segar, untuk membantu melawan efek oksidatif ini dalam tubuh. Antioksidan membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Makanan seimbang dan pola makan yang sehat dapat membantu mengurangi risiko stres oksidatif dan penyakit terkaitnya.
Sementara makanan tinggi oksidatif dapat meningkatkan risiko penyakit, tidak hanya makanan yang mempengaruhi stres oksidatif dalam tubuh. Gaya hidup, pola makan keseluruhan, polusi lingkungan, dan genetika juga memainkan peran dalam perkembangan penyakit
Banyak makan buah-buahan sistem antioksidan bekerja secara optimal. (Sumber: foto canva.com) |
Anda harus mendapatkan cukup antioksidan dalam diet dan menjaga pola makan sehat agar sistem antioksidan tubuh dapat bekerja secara optimal dalam melawan stres oksidatif dan melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan.
Buah-buahan makanan yang kaya anti oksidan. (Sumber: foto LPC- lansia) |
Oleh karena itu, mengonsumsi beragam makanan yang kaya antioksidan seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian merupakan bagian penting dari menjaga kesehatan tubuh dan melindungi dari efek negatif prooksidan.
Sumber:
https://www.theralight.com/what-foods-cause-oxidative-stress/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8391153/
https://kresserinstitute.com/what-really-causes-oxidative-damage/