Sunday, 12 November 2023

Faktor Historis Hidup, Berdampak Pada Kesehatan Lansia.

        Kesehatan lansia dipengaruhi oleh serangkaian faktor yang saling berinteraksi. Faktor-faktor tersebut dapat dipilah menjadi dua bagian menurut kronologinya: faktor saat ini dan faktor historis. Pendekatan kedua bermula dari teori perjalanan hidup yang muncul pada tahun 1970-an dan memandang bahwa kesehatan di usia tua lebih merupakan hasil akumulasi periode awal kehidupan. Pengalaman seseorang pada masa awal kehidupannya sangat menentukan kesehatannya di kemudian hari.

Kesehatan lansia dipengaruhi oleh faktor historisnya.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Penelitian yang diterbitkan pada 2 Agustus 2023 di Journal of General Internal Medicine mengungkap bahwa orang usia yang mengalami kekerasan atau stres lanjut di masa mudanya lebih mungkin mengalami gangguan fisik dan kognitif di usia lanjut.

Studi tersebut menemukan bahwa individu yang mengalami kekerasan selama masa kanak-kanak, 40% lebih mungkin mengalami gangguan mobilitas dan 80% lebih mungkin mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Demikian pula, mereka yang berasal dari keluarga tidak bahagia mempunyai peluang 40% lebih tinggi mengalami gangguan kognitif ringan di kemudian hari.

Kemalangan yang dialami di masa kanak-kanak mempunyai dampak kumulatif terhadap kesehatan mereka di tahun-tahun berikutnya. Semakin banyak kejadian malang yang dialami pada masa kanak-kanak, semakin buruk pula kesehatannya di masa tua.

         Kesehatan hidup yang dialami sejak kecil dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental lansia. 

Beberapa contoh kesulitan hidup yang mungkin berdampak antara lain:

Trauma atau Kekerasan:

Pengalaman traumatis seperti kekerasan fisik, emosional, atau seksual dalam masa kecil dapat meninggalkan jejak pada kesehatan mental dan meningkatkan risiko gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

Ketidakamanan atau Kekurangan Dukungan Sosial:

Kurangnya dukungan sosial atau lingkungan yang tidak aman dapat menyebabkan rasa kesepian dan isolasi, yang dapat berkontribusi pada gangguan kejiwaan seperti depresi atau kecemasan.

Ketidakstabilan Keluarga atau Lingkungan:

Lingkungan keluarga yang tidak stabil, konflik rumah tangga, atau intimidasi dapat menimbulkan ketegangan emosional dan mempengaruhi perkembangan psikologis.

Ketidakamanan Ekonomi:

Kondisi ekonomi yang sulit atau kekurangan sumber daya dapat menjadi sumber stres yang signifikan, yang dapat merugikan kesehatan mental.

merugikan ekonomi merugikan kesehatan mental lansia.
(Sumber: foto canva.com)

Penyalahgunaan Zat:

Paparan atau keterlibatan pada konseling zat dalam keluarga atau lingkungan dapat meningkatkan risiko konseling atau masalah kesehatan mental pada lansia.

Ketidakstabilan Pendidikan:

Pengalaman kesulitan dalam pendidikan atau kurangnya dukungan dalam mengatasi tantangan belajar dapat mempengaruhi persepsi diri dan kesejahteraan mental.

Pengalaman hidup ini dapat berdampak jangka panjang dan mempengaruhi kesehatan mental seseorang hingga usia lanjut. 

       Kesejahteraan hidup yang dialami sejak kecil dapat meningkatkan sejumlah risiko gangguan kesehatan mental pada lansia. 

Beberapa penyakit mental yang dapat dikaitkan dengan pengalaman kesulitan hidup, terutama trauma atau stres kronis dalam masa kecil, antara lain:

Gangguan Depresi:

Pengalaman traumatis atau kesulitan hidup dapat meningkatkan risiko depresi pada lansia.

Gangguan Kecemasan:

Kondisi seperti gangguan kecemasan, termasuk gangguan stres pasca-trauma (PTSD), mungkin lebih umum terjadi pada mereka yang pernah mengalami trauma masa kecil.

Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD):

Trauma masa kecil, seperti kekerasan atau pemikiran, dapat menyebabkan PTSD, anak-anak yang dibesarkan dengan pemikiran makhluk halus, seperti: setan, kuntilanak, pocong, wewe gombel dan sejenisnya akan mempengaruhi kesehatan mental lansia.

Trauma masa kecil mempengaruhi kesehatan mental lansia.
(Sumber: foto canva.com)

Gangguan Adaptasi:

Masalah hidup kronis dapat menimbulkan stres kronis dan dapat berkontribusi pada gangguan kondisi, di mana kesulitan individu menyesuaikan diri dengan perubahan atau stres.

Gangguan Identitas Disosiatif:

Trauma atau kesulitan hidup yang signifikan dapat berkaitan dengan gangguan identitas disosiatif, di mana seseorang mengalami perubahan identitas atau kesadaran.

Setiap individu bereaksi berbeda terhadap pengalaman hidup yang sulit, dan tidak semua orang yang mengalami kesulitan hidup mengembangkan penyakit mental. Faktor faktor genetik, lingkungan, dan dukungan sosial juga berperan penting dalam perkembangan kesehatan mental seseorang. 

        Lansia yang mengalami penyakit mental akibat kesulitan hidup masa kecil dapat menunjukkan sejumlah ciri dan gejala. Namun, setiap individu bereaksi berbeda terhadap pengalaman hidup yang sulit, dan tidak semua orang yang mengalami kesulitan hidup menderita penyakit mental. 

Beberapa ciri umum yang mungkin muncul pada lansia yang mengalami dampak psikologis dari kesulitan hidup masa kecil :

Depresi:

Lansia tersebut mungkin menunjukkan perubahan suasana hati yang signifikan, kehilangan minat pada kegiatan yang sebelumnya dinikmati, perubahan berat badan, dan energi yang rendah.

Kecemasan:

Gejala kecemasan, seperti rasa tidak nyaman, tegang, dan ketidaknyamanan fisik, mungkin lebih muncul atau meningkat pada lansia dengan pengalaman kesulitan hidup.

Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD):

Munculnya kilas balik, mimpi buruk, atau respons emosional yang intens terhadap pemicu yang mengingatkan pada pengalaman traumatis masa kecil.

Lansia bermimpi buruk kilas balik masa kecil.
(Sumber: foto canva.com)

Gangguan Identitas Disosiatif:

Perubahan identitas, ingatan, atau kesadaran yang tidak dapat dijelaskan secara medis mungkin terjadi pada lansia dengan dampak psikologis dari trauma masa kecil.

Gangguan Adaptasi:

mencoba menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan atau stres, serta munculnya gejala somatik (fisik) yang tidak dapat dijelaskan secara medis.

Isolasi Sosial:

Lansia tersebut mungkin mengalami isolasi sosial, menarik diri dari hubungan interpersonal, dan kesulitan membangun atau mempertahankan hubungan sosial.

         Menyembuhkan penyakit mental pada lansia akibat kesulitan hidup semenjak kecil adalah suatu proses yang kompleks dan membutuhkan pendekatan holistik. Meskipun beberapa kondisi mental tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, perawatan dapat membantu mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup. 

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

Konsultasi dengan Profesional Kesehatan Mental:

Langkah pertama adalah berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental, seperti psikiater atau psikolog, untuk evaluasi dan diagnosis yang akurat.

Terapi Psikoterapi:

Terapi psikoterapi, seperti kognitif-perilaku atau terapi berbasis trauma, dapat membantu lansia mengatasi dampak psikologis dari kesulitan hidup masa kecil. Ini dapat membantu mereka memahami dan mengelola emosi, pikiran, dan perilaku mereka.

Obat-obatan:

Beberapa kondisi mental mungkin memerlukan obat-obatan tertentu untuk membantu mengelola gejala. Obat-obatan ini sebaiknya diresepkan oleh profesional kesehatan yang berkompeten.

Dukungan Sosial:

Membangun jaringan dukungan sosial yang kuat dapat membantu lansia mengatasi isolasi dan kesulitan hidup. Ini dapat melibatkan dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan.

Perubahan Gaya Hidup:

Menjaga gaya hidup yang sehat, termasuk asupan nutrisi yang baik, olahraga teratur, dan pola tidur yang cukup, dapat berkontribusi pada kesehatan mental dan fisik.

Pendidikan dan Kesadaran:

Pendidikan tentang penyakit mental dan kesadaran akan hubungan antara masa kecil dan kesehatan mental dapat membantu lansia memahami dan menerima kondisi mereka.

Terapi Aktivitas:

Terapi aktivitas, seperti seni atau musik terapi, dapat membantu individu mengekspresikan diri dan meredakan stres.

Intervensi Keluarga:

Melibatkan keluarga dalam proses penyembuhan dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung dan memahami kebutuhan lansia.

Penting untuk diingat bahwa setiap individu unik, dan pendekatan perawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik mereka. Konsultasikan dengan profesional kesehatan mental untuk merancang rencana perawatan yang efektif dan sesuai dengan kondisi lansia khusus.



Sumber:

https://www.openaccess Government.org/trauma-youth-poor-health-in-old-age 

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8296235/

https://www.news-medical.net/news/20230802/Childhood-trauma-can-lead-to-physical-and-cognitive-impairments-in-old-age.aspx





Saturday, 11 November 2023

Gejala Fisik Parah, Tanpa Penyebab Medis Yang Jelas

      Gangguan konversi yang juga dikenal sebagai gangguan somatisasi atau gangguan disosiatif, adalah gangguan mental yang ditandai oleh gejala fisik atau sensorik yang parah, tetapi tidak memiliki penyebab medis yang jelas. 

Gangguan konversi sering kali muncul sebagai reaksi terhadap stres atau konflik emosional yang kuat. Gejala-gejala tersebut dapat mencakup kelemahan otot, kehilangan koordinasi, kehilangan sensasi, atau gangguan lain dalam fungsi fisik atau sensorik. 

Gangguan gejala neurologis pada lansia.
(Sumber: foto canva.com)

Gangguan konversi, orang dengan gangguan konversi, juga dikenal sebagai gangguan gejala neurologis fungsional, mengalami masalah fisik atau neurologis serius yang tidak memiliki penjelasan biologis. Gejala-gejala ini (seperti kelumpuhan, kesulitan berjalan, kesulitan berbicara, atau kehilangan penglihatan) biasanya muncul secara tiba-tiba, sering kali setelah suatu periode stres ekstrem atau peristiwa traumatis. 

Gejalanya bisa berlangsung berhari-hari, berminggu-minggu, atau lebih lama. Orang dengan gangguan konversi tidak berbohong atau membesar-besarkan gejalanya.

Ilustrasi: 

Gangguan konversi adalah suatu kondisi di mana Anda memiliki gejala fisik dari suatu masalah kesehatan tetapi tidak ada cedera atau penyakit yang dapat menjelaskannya.

Misalnya, bayangkan Anda terjatuh dari sepeda motor dan kemudian lengan Anda tidak bisa digerakkan. Tapi lenganmu tidak terluka. Begitu pula dengan bagian lain dari tubuh Anda.

Tubuh Anda mengubah tekanan emosional dan psikologis akibat kejatuhan Anda menjadi respons fisik seperti lengan yang lumpuh. Ini mungkin tampak aneh, tetapi gejala yang Anda alami nyata dan Anda tidak dapat mengendalikannya.

Ilustrasi gangguan konversi pada lansia.
(Sumber: foto canva.com)

        Gangguan konversi adalah kondisi kesehatan mental yang nyata. Itu bukan berpura-pura atau mencari perhatian. Itu bukan hanya sesuatu yang ada di kepala seseorang atau yang mereka bayangkan. Meskipun ini merupakan kondisi kesehatan mental, gejala fisiknya masih nyata. 

Istilah medis untuk gangguan konversi dalam bahasa Inggris disebut "Conversion Disorder." Ini adalah gangguan mental yang ditandai oleh gejala fisik atau sensorik yang parah, tetapi tanpa penyebab medis yang jelas. 

Gangguan konversi pada lansia, seperti pada kelompok usia lainnya, ditandai oleh gejala fisik atau sensorik yang parah, tetapi tidak memiliki penyebab medis yang jelas. 

Beberapa ciri khas dari gangguan konversi pada lansia dapat meliputi:

Gejala Fisik atau Sensorik yang Parah: 

Lansia dengan gangguan konversi dapat mengalami berbagai gejala fisik atau sensorik yang mengganggu, seperti kelemahan otot, kehilangan koordinasi, kehilangan sensasi, kejang, atau gangguan dalam berbicara.

Riwayat Konflik Emosional atau Stres:

Gejala-gejala gangguan konversi sering kali terkait dengan konflik emosional atau stres yang signifikan dalam kehidupan lansia. Ini dapat termasuk stres terkait perubahan kehidupan, kehilangan orang yang dicintai, atau masalah interpersonal.

Gejala gangguan konversi terkait dengan konflik emosional.
(Sumber: foto canva.com)

Perubahan Tiba-tiba dalam Gejala: 

Gejala-gejala gangguan konversi biasanya muncul tiba-tiba, sering kali setelah pengalaman stres yang signifikan atau peristiwa emosional.

Tidak Ada Penyebab Medis yang Jelas: 

Diagnosis gangguan konversi dibuat setelah penyebab medis yang mungkin telah dikeluarkan melalui pemeriksaan medis yang menyeluruh. Ini berarti bahwa meskipun gejala fisik ada, tidak ada bukti medis yang mendukungnya.

Gejala Bergerak atau Berpindah-Pindah:

Gejala gangguan konversi pada lansia dapat berpindah-pindah atau bervariasi dalam intensitas. Gejala ini juga dapat menghilang secara tiba-tiba.

Ketidakmampuan Medis untuk Menjelaskan Gejala:

Tim medis mungkin sudah melakukan serangkaian pemeriksaan, tes, atau evaluasi medis lainnya, tetapi tidak dapat menemukan penyebab medis yang memadai untuk gejala yang dialami oleh individu lansia.

        Pada lansia, gangguan konversi dapat menjadi perhatian khusus karena lansia sering kali memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan mental dan fisik. 

Beberapa faktor yang dapat memengaruhi gangguan konversi pada lansia meliputi:

Stres dan konflik emosional: 

Lansia dapat menghadapi stres terkait perubahan kehidupan seperti pensiun, kehilangan orang yang dicintai, atau masalah kesehatan yang serius. Stres ini dapat menjadi pemicu gangguan konversi.

Masalah kesehatan yang mendasar: 

Beberapa lansia mungkin memiliki masalah kesehatan fisik yang serius atau kronis, dan gejala gangguan konversi dapat muncul sebagai respons terhadap ketidaknyamanan atau ketidakmampuan yang dialami.

Isolasi sosial:

Lansia yang merasa terisolasi atau kurang mendapatkan dukungan sosial dapat lebih rentan terhadap gangguan konversi.

Perubahan dalam fungsi fisik:

Dalam beberapa kasus, gangguan konversi pada lansia dapat terkait dengan perubahan alami dalam fungsi fisik karena penuaan.

Diagnosis gangguan konversi harus dibuat oleh seorang profesional kesehatan mental berlisensi setelah mengesampingkan penyebab medis yang mungkin dari gejala fisik. 

        Mencegah gangguan konversi pada lansia melibatkan pendekatan yang lebih luas terhadap kesejahteraan mental dan fisik mereka. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah atau mengurangi risiko gangguan konversi pada lansia:

Pemantauan Kesejahteraan Mental:

Penting untuk terus memantau kesejahteraan mental lansia dan memberikan dukungan yang memadai jika mereka mengalami stres, kecemasan, atau depresi. Ini dapat mencakup konsultasi dengan seorang profesional kesehatan mental jika diperlukan.

Manajemen Stres: 

Stres dapat menjadi pemicu gangguan konversi. Membantu lansia mengembangkan strategi untuk mengatasi stres, seperti meditasi, olahraga, atau aktivitas relaksasi lainnya, dapat membantu mengurangi risiko gangguan konversi.

Olahraga dapat mengurangi stres pemicu gangguan konversi.
(Sumber: foto canva.com)

Dukungan Sosial: 

Memastikan bahwa lansia memiliki jaringan dukungan sosial yang kuat dapat membantu mereka mengatasi stres dan konflik emosional. Mendorong interaksi sosial yang positif dan mendorong hubungan yang sehat dapat membantu menjaga kesejahteraan mental.

Edukasi tentang Gangguan Konversi:

Memberikan pemahaman yang tepat tentang gangguan konversi kepada lansia dan keluarga mereka dapat membantu mengurangi kebingungan dan stigma terkait gangguan tersebut. Ini dapat membantu dalam pengenalan gejala awal dan pencarian bantuan lebih awal jika gejala muncul.

Manajemen Kesehatan Fisik:

Merawat kesehatan fisik lansia juga penting. Memastikan mereka menjalani pemeriksaan medis rutin dan mengelola masalah kesehatan fisik dengan baik dapat membantu mengurangi risiko gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan medis.

Terapi Psikologis: 

Terapi psikologis seperti terapi kognitif perilaku atau terapi interaksi sosial dapat membantu individu lansia mengatasi konflik emosional dan stres. Jika gejala gangguan konversi muncul, intervensi terapeutik segera dapat membantu mengurangi gejala dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Perawatan Holistik:

Pendekatan holistik untuk kesejahteraan lansia melibatkan perhatian terhadap aspek fisik, emosional, dan sosial kehidupan mereka. Ini termasuk menjaga diet seimbang, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan perhatian terhadap kualitas hidup secara keseluruhan.

Komunikasi Terbuka: 

Mendorong komunikasi terbuka dengan lansia tentang perasaan dan pengalaman mereka dapat membantu mereka mengatasi konflik emosional sebelum gejala gangguan konversi berkembang.

         Pengobatan gangguan konversi pada lansia melibatkan pendekatan yang holistik dan individual. Terapi psikologis adalah pendekatan yang paling umum digunakan dalam mengobati gangguan konversi, dan terapi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing individu. 

Beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam pengobatan gangguan konversi pada lansia:

Evaluasi dan Diagnosis: 

Langkah pertama adalah melakukan evaluasi medis yang cermat untuk memastikan bahwa gejala fisik atau sensorik yang dialami tidak disebabkan oleh kondisi medis lainnya. Ini dapat melibatkan serangkaian pemeriksaan dan tes medis. Setelah penyebab medis yang mungkin dikeluarkan, maka diagnosis gangguan konversi dapat dibuat.

Terapi Psikologis: 

Terapi psikologis adalah komponen utama dalam pengobatan gangguan konversi. Terapi yang efektif untuk gangguan konversi pada lansia dapat mencakup:

Terapi Kognitif Perilaku (CBT): 

Terapi ini membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikir dan perilaku yang mungkin berkontribusi pada gejala konversi.

Terapi Interaksi Sosial: 

Terapi ini bertujuan untuk membantu individu meningkatkan hubungan sosial mereka dan mengatasi konflik emosional yang mendasarinya.

Terapi Keterampilan Relaksasi: 

Strategi relaksasi seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan dapat membantu mengurangi stres dan gejala konversi.

Dukungan Keluarga dan Sosial: 

Dukungan keluarga dan teman-teman sangat penting dalam pengobatan gangguan konversi. Memberikan dukungan emosional dan memahami kondisi individu dapat membantu proses penyembuhan.

Pengelolaan Stres: 

Merupakan ide yang baik untuk membantu individu lansia dengan gangguan konversi mengelola stres dalam kehidupan mereka. Ini dapat mencakup strategi seperti olahraga teratur, meditasi, atau terapi berbicara.

Perawatan Kesehatan Fisik:

 Melanjutkan perawatan kesehatan fisik yang tepat adalah penting. Hal ini termasuk menjaga diet seimbang, berolahraga secara teratur, dan mengikuti perawatan medis jika diperlukan.

Pengelolaan Obat: 

Terkadang, dokter dapat meresepkan obat-obatan tertentu, terutama jika gangguan konversi disertai dengan gejala kecemasan atau depresi. Namun, penggunaan obat-obatan harus diawasi dengan ketat oleh dokter.

Terapi Kelompok: 

Terapi kelompok dapat memberikan dukungan tambahan dari individu lain yang mengalami masalah serupa. Ini dapat membantu individu lansia merasa kurang terisolasi dan lebih dapat mengatasi gejalanya.

Setiap individu memiliki pengalaman dan kebutuhan yang berbeda, jadi pengobatan harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing. Penting untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental yang berlisensi dalam mengelola gangguan konversi pada lansia. Dengan perawatan yang tepat, banyak individu dapat mengatasi gejala dan meningkatkan kualitas hidup mereka.



Sumber:







Thursday, 9 November 2023

Penyakit Huntington, Menimbulkan Gangguan Lansia

        Penyakit Huntington adalah penyakit bawaan langka yang menyebabkan kerusakan progresif ( degenerasi ) sel saraf di otak. Penyakit Huntington berdampak luas pada kemampuan fungsional seseorang dan biasanya mengakibatkan gangguan gerak, berpikir (kognitif), dan kejiwaan.

Penyakit Huntington, juga dikenal sebagai penyakit Huntington atau HD, adalah penyakit neurodegeneratif yang mempengaruhi sistem saraf pusat, khususnya otak. Penyakit ini umumnya muncul pada usia pertengahan hingga akhir dewasa, sehingga dapat mempengaruhi lansia. 

Berikut adalah pengertian penyakit Huntington pada lansia:

Penyakit Huntington pada lansia adalah kondisi medis yang ditandai dengan kerusakan saraf yang progresif dalam otak dan gejala-gejala tertentu yang muncul pada lansia atau individu yang telah mencapai usia lanjut. 

Kerusakan saraf yang progresif pada otak.
(Sumber: foto canva.com)

Gejala-gejala utama penyakit ini meliputi:

👉 Gerakan Tidak Terkendali: 

Salah satu tanda utama penyakit Huntington adalah gangguan gerakan, termasuk gerakan tidak terkontrol seperti koreatetik (gerakan tak sadar berulang-ulang), distonia (kontraksi otot yang tidak terkontrol), dan gangguan keseimbangan. Gerakan menyentak atau menggeliat yang tidak disengaja (chorea), seperti:

  • Masalah otot, seperti kekakuan atau kontraktur otot (distonia)
  • Gerakan mata lambat atau tidak biasa
  • Gangguan gaya berjalan, postur dan keseimbangan
  • tidak dapat berbicara atau menelan

👉 Gangguan Kognitif : 

Pada tahap lanjut, penyakit Huntington dapat menyebabkan gangguan kognitif seperti kesulitan dalam berpikir jernih, memproses informasi, mengingat, dan membuat keputusan.

Gangguan kognitif yang sering dikaitkan dengan penyakit Huntington, antara lain:

  • Bukan mengatur, memprioritaskan, atau memusatkan perhatian pada tugas
  • Kurangnya keinginan atau kecenderungan untuk terjebak pada suatu pemikiran, perilaku atau tindakan (perseverasi)
  • Kurangnya pengendalian impuls yang dapat mengakibatkan ledakan emosi, bertindak tanpa berpikir panjang dan pergaulan bebas
  • Kurangnya kesadaran terhadap perilaku dan kemampuan diri sendiri
  • Lambatnya memproses pikiran atau ''menemukan'' kata-kata
  • tidak nyaman dalam mempelajari informasi baru

👉 Gangguan Emosi dan Psikologis: 

Pasien dengan penyakit Huntington sering mengalami perubahan emosi, termasuk depresi, kecemasan, dan kemarahan yang tiba-tiba. Hal ini juga dapat mempengaruhi interaksi sosial dan hubungan pribadi.

👉 Tanda dan gejala mungkin termasuk:

  • Perasaan mudah canggung, sedih atau apatis
  • Penarikan sosial
  • Insomnia
  • Kelelahan dan kehilangan energi
  • Sering memikirkan kematian, pernafasan, atau bunuh diri

Perasaan mudah canggung, sedih dan apatis.
(Sumber: foto canva.com)

👉 Gangguan Perilaku: 

Penyakit ini dapat mempengaruhi perilaku pasien, termasuk obsesi, kompulsif, dan perilaku impulsif yang mungkin merugikan diri sendiri atau orang lain.

Siapa yang berpeluang besar terkena penyakit Huntington

         HD adalah kelainan bawaan. Penyakit ini diturunkan dari orang tua ke anak melalui mutasi (perubahan) pada gen tertentu. Jika orang tua mengidap HD, setiap anak mempunyai peluang 50 persen untuk mewarisi salinan kromosom 4 yang membawa mutasi HD. Jika seorang anak tidak mewarisi mutasi HD, ia tidak akan mengidap penyakit tersebut dan tidak dapat menularkannya kepada generasi mendatang. Bila HD terjadi tanpa riwayat keluarga, maka disebut HD sporadis. 

Setiap anak dari orang tua yang mengidap HD memiliki peluang 50 persen untuk mewarisi gen HD. Seorang anak yang tidak mewarisi gen HD tidak akan mengidap penyakit ini, dan umumnya tidak dapat menularkannya kepada anak-anaknya atau generasi mendatang lainnya.

       Penyakit Huntington disebabkan oleh mutasi genetik yang mengganggu produksi protein perburuan di otak. Faktor genetik adalah penyebab utama penyakit ini, dan jika seseorang mewarisi gen mutasi ini dari salah satu atau kedua orang tua mereka, maka mereka berisiko mengembangkan penyakit ini.

Penyakit Huntington tidak memiliki obat yang dapat menyembuhkan, tetapi pengobatan dapat membantu mengelola gejala-gejala tersebut.

       Penyakit Huntington adalah penyakit genetik yang disebabkan oleh mutasi genetik spesifik, sehingga sulit untuk mencegahnya sepenuhnya. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengelola risiko atau mendukung individu yang memiliki riwayat genetik penyakit Huntington:

Tes Genetik: 

Jika ada riwayat keluarga dengan penyakit Huntington, individu dapat menjalani tes genetik untuk menentukan apakah mereka membawa gen pengobatan tersebut. Ini dapat membantu dalam perencanaan keluarga dan pengambilan keputusan yang lebih baik.

Konseling Genetik :

Mengunjungi konselor genetik atau ahli genetika dapat membantu individu dan keluarganya memahami kredensial hasil tes genetik dan mengambil tindakan yang sesuai.

Perencanaan Keluarga:

Jika seseorang positif membawa gen pengobatan penyakit Huntington, mereka dapat mempertimbangkan opsi perencanaan keluarga, seperti pengujian praimplantasi embrio (PGD) atau pemilihan donor telur/sperma yang tidak membawa pengobatan tersebut untuk mengurangi risiko pewarisan penyakit ini.

Kesehatan Umum: 

Selain itu, menjaga kesehatan umum Anda dapat membantu menjaga kualitas hidup yang baik. Ini termasuk menerapkan pola makan sehat, berolahraga secara teratur, menghindari konsumsi alkohol dan narkoba yang berlebihan, serta tidur yang cukup.

Jaga kesehatan secara umum agar terjaga kualitas hidup.
(Sumber: foto canva.com)
Dukungan Psikologis: 

Bagi individu yang memiliki riwayat genetik penyakit Huntington atau yang memiliki keluarga dengan penyakit ini, mendapatkan dukungan psikologis atau konseling dapat membantu mengatasi stres dan kecemasan yang terkait dengan risiko penyakit ini.

Gejala Manajemen: 

Jika sudah terdiagnosis dengan penyakit Huntington, penting untuk mendapatkan perawatan dan dukungan medis yang tepat untuk mengelola gejala-gejala penyakit ini dan meningkatkan kualitas hidup.

        Penyakit Huntington adalah kondisi genetik yang kompleks, dan mencegahnya sepenuhnya tidak mungkin. Namun, dengan langkah-langkah di atas, individu dan keluarga mereka dapat mengelola risiko dan mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi penyakit ini jika terjadi. Konsultasikan dengan profesional kesehatan atau ahli genetika untuk informasi lebih lanjut dan perencanaan yang sesuai.



Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/huntingtons-disease/symptoms-causes/syc-20356117 

https://en.wikipedia.org/wiki/Huntington%27s_disease

https://www.ninds.nih.gov/health-information/disorders/huntingtons-disease

https://medlineplus.gov/genetics/condition/huntington-disease/

https://www.nhs.uk/conditions/huntingtons-disease/