Kesehatan lansia dipengaruhi oleh serangkaian faktor yang saling berinteraksi. Faktor-faktor tersebut dapat dipilah menjadi dua bagian menurut kronologinya: faktor saat ini dan faktor historis. Pendekatan kedua bermula dari teori perjalanan hidup yang muncul pada tahun 1970-an dan memandang bahwa kesehatan di usia tua lebih merupakan hasil akumulasi periode awal kehidupan. Pengalaman seseorang pada masa awal kehidupannya sangat menentukan kesehatannya di kemudian hari.
Kesehatan lansia dipengaruhi oleh faktor historisnya. (Sumber: foto paguyuban pengawas purna) |
Penelitian yang diterbitkan pada 2 Agustus 2023 di Journal of General Internal Medicine mengungkap bahwa orang usia yang mengalami kekerasan atau stres lanjut di masa mudanya lebih mungkin mengalami gangguan fisik dan kognitif di usia lanjut.
Studi tersebut menemukan bahwa individu yang mengalami kekerasan selama masa kanak-kanak, 40% lebih mungkin mengalami gangguan mobilitas dan 80% lebih mungkin mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Demikian pula, mereka yang berasal dari keluarga tidak bahagia mempunyai peluang 40% lebih tinggi mengalami gangguan kognitif ringan di kemudian hari.
Kemalangan yang dialami di masa kanak-kanak mempunyai dampak kumulatif terhadap kesehatan mereka di tahun-tahun berikutnya. Semakin banyak kejadian malang yang dialami pada masa kanak-kanak, semakin buruk pula kesehatannya di masa tua.
Kesehatan hidup yang dialami sejak kecil dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan mental lansia.
Beberapa contoh kesulitan hidup yang mungkin berdampak antara lain:
Trauma atau Kekerasan:
Pengalaman traumatis seperti kekerasan fisik, emosional, atau seksual dalam masa kecil dapat meninggalkan jejak pada kesehatan mental dan meningkatkan risiko gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
Ketidakamanan atau Kekurangan Dukungan Sosial:
Kurangnya dukungan sosial atau lingkungan yang tidak aman dapat menyebabkan rasa kesepian dan isolasi, yang dapat berkontribusi pada gangguan kejiwaan seperti depresi atau kecemasan.
Ketidakstabilan Keluarga atau Lingkungan:
Lingkungan keluarga yang tidak stabil, konflik rumah tangga, atau intimidasi dapat menimbulkan ketegangan emosional dan mempengaruhi perkembangan psikologis.
Ketidakamanan Ekonomi:
Kondisi ekonomi yang sulit atau kekurangan sumber daya dapat menjadi sumber stres yang signifikan, yang dapat merugikan kesehatan mental.
merugikan ekonomi merugikan kesehatan mental lansia. (Sumber: foto canva.com) |
Penyalahgunaan Zat:
Paparan atau keterlibatan pada konseling zat dalam keluarga atau lingkungan dapat meningkatkan risiko konseling atau masalah kesehatan mental pada lansia.
Ketidakstabilan Pendidikan:
Pengalaman kesulitan dalam pendidikan atau kurangnya dukungan dalam mengatasi tantangan belajar dapat mempengaruhi persepsi diri dan kesejahteraan mental.
Pengalaman hidup ini dapat berdampak jangka panjang dan mempengaruhi kesehatan mental seseorang hingga usia lanjut.
Kesejahteraan hidup yang dialami sejak kecil dapat meningkatkan sejumlah risiko gangguan kesehatan mental pada lansia.
Beberapa penyakit mental yang dapat dikaitkan dengan pengalaman kesulitan hidup, terutama trauma atau stres kronis dalam masa kecil, antara lain:
Gangguan Depresi:
Pengalaman traumatis atau kesulitan hidup dapat meningkatkan risiko depresi pada lansia.
Gangguan Kecemasan:
Kondisi seperti gangguan kecemasan, termasuk gangguan stres pasca-trauma (PTSD), mungkin lebih umum terjadi pada mereka yang pernah mengalami trauma masa kecil.
Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD):
Trauma masa kecil, seperti kekerasan atau pemikiran, dapat menyebabkan PTSD, anak-anak yang dibesarkan dengan pemikiran makhluk halus, seperti: setan, kuntilanak, pocong, wewe gombel dan sejenisnya akan mempengaruhi kesehatan mental lansia.
Trauma masa kecil mempengaruhi kesehatan mental lansia. (Sumber: foto canva.com) |
Gangguan Adaptasi:
Masalah hidup kronis dapat menimbulkan stres kronis dan dapat berkontribusi pada gangguan kondisi, di mana kesulitan individu menyesuaikan diri dengan perubahan atau stres.
Gangguan Identitas Disosiatif:
Trauma atau kesulitan hidup yang signifikan dapat berkaitan dengan gangguan identitas disosiatif, di mana seseorang mengalami perubahan identitas atau kesadaran.
Setiap individu bereaksi berbeda terhadap pengalaman hidup yang sulit, dan tidak semua orang yang mengalami kesulitan hidup mengembangkan penyakit mental. Faktor faktor genetik, lingkungan, dan dukungan sosial juga berperan penting dalam perkembangan kesehatan mental seseorang.
Lansia yang mengalami penyakit mental akibat kesulitan hidup masa kecil dapat menunjukkan sejumlah ciri dan gejala. Namun, setiap individu bereaksi berbeda terhadap pengalaman hidup yang sulit, dan tidak semua orang yang mengalami kesulitan hidup menderita penyakit mental.
Beberapa ciri umum yang mungkin muncul pada lansia yang mengalami dampak psikologis dari kesulitan hidup masa kecil :
Depresi:
Lansia tersebut mungkin menunjukkan perubahan suasana hati yang signifikan, kehilangan minat pada kegiatan yang sebelumnya dinikmati, perubahan berat badan, dan energi yang rendah.
Kecemasan:
Gejala kecemasan, seperti rasa tidak nyaman, tegang, dan ketidaknyamanan fisik, mungkin lebih muncul atau meningkat pada lansia dengan pengalaman kesulitan hidup.
Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD):
Munculnya kilas balik, mimpi buruk, atau respons emosional yang intens terhadap pemicu yang mengingatkan pada pengalaman traumatis masa kecil.
Lansia bermimpi buruk kilas balik masa kecil. (Sumber: foto canva.com) |
Gangguan Identitas Disosiatif:
Perubahan identitas, ingatan, atau kesadaran yang tidak dapat dijelaskan secara medis mungkin terjadi pada lansia dengan dampak psikologis dari trauma masa kecil.
Gangguan Adaptasi:
mencoba menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan atau stres, serta munculnya gejala somatik (fisik) yang tidak dapat dijelaskan secara medis.
Isolasi Sosial:
Lansia tersebut mungkin mengalami isolasi sosial, menarik diri dari hubungan interpersonal, dan kesulitan membangun atau mempertahankan hubungan sosial.
Menyembuhkan penyakit mental pada lansia akibat kesulitan hidup semenjak kecil adalah suatu proses yang kompleks dan membutuhkan pendekatan holistik. Meskipun beberapa kondisi mental tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, perawatan dapat membantu mengelola gejala dan meningkatkan kualitas hidup.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
Konsultasi dengan Profesional Kesehatan Mental:
Langkah pertama adalah berkonsultasi dengan profesional kesehatan mental, seperti psikiater atau psikolog, untuk evaluasi dan diagnosis yang akurat.
Terapi Psikoterapi:
Terapi psikoterapi, seperti kognitif-perilaku atau terapi berbasis trauma, dapat membantu lansia mengatasi dampak psikologis dari kesulitan hidup masa kecil. Ini dapat membantu mereka memahami dan mengelola emosi, pikiran, dan perilaku mereka.
Obat-obatan:
Beberapa kondisi mental mungkin memerlukan obat-obatan tertentu untuk membantu mengelola gejala. Obat-obatan ini sebaiknya diresepkan oleh profesional kesehatan yang berkompeten.
Dukungan Sosial:
Membangun jaringan dukungan sosial yang kuat dapat membantu lansia mengatasi isolasi dan kesulitan hidup. Ini dapat melibatkan dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok dukungan.
Perubahan Gaya Hidup:
Menjaga gaya hidup yang sehat, termasuk asupan nutrisi yang baik, olahraga teratur, dan pola tidur yang cukup, dapat berkontribusi pada kesehatan mental dan fisik.
Pendidikan dan Kesadaran:
Pendidikan tentang penyakit mental dan kesadaran akan hubungan antara masa kecil dan kesehatan mental dapat membantu lansia memahami dan menerima kondisi mereka.
Terapi Aktivitas:
Terapi aktivitas, seperti seni atau musik terapi, dapat membantu individu mengekspresikan diri dan meredakan stres.
Intervensi Keluarga:
Melibatkan keluarga dalam proses penyembuhan dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung dan memahami kebutuhan lansia.
Penting untuk diingat bahwa setiap individu unik, dan pendekatan perawatan harus disesuaikan dengan kebutuhan spesifik mereka. Konsultasikan dengan profesional kesehatan mental untuk merancang rencana perawatan yang efektif dan sesuai dengan kondisi lansia khusus.
Sumber:
https://www.openaccess Government.org/trauma-youth-poor-health-in-old-age
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8296235/