Pengobatan dapat menyembuhkan penyakit, seperti menjaga gula darah pada tingkat yang aman, jantung berdebar berirama, dan suasana hati tetap terjaga. Namun efek samping dan interaksi antar obat (baik obat resep maupun non resep) dapat meningkatkan risiko jatuh dalam berbagai cara.
Contoh utama, penglihatan kabur, pusing atau sakit kepala ringan yang disebabkan oleh tekanan darah rendah, kantuk, delirium, dan gangguan kewaspadaan atau penilaian. Beberapa obat mungkin mempengaruhi telinga bagian dalam, menyebabkan gangguan keseimbangan sementara atau permanen.
Lansia dapat terganggu keseimbangannya karena efek obat. (Sumber: foto Sandrejo) |
Lansia sangat rentan terhadap efek samping pengobatan karena beberapa alasan. Pertama, kebutuhan akan pengobatan dan jumlah obat yang diminum cenderung meningkat seiring bertambahnya usia . Kedua, usia menyebabkan obat diserap dan dimetabolisme secara berbeda.
Faktor-faktor ini membuat orang lanjut usia lebih rentan terhadap efek samping baik dari pengobatan tunggal maupun kombinasi obat. Dan karena banyak lansia yang menghadapi masalah keseimbangan, hal ini meningkatkan risiko kecelakaan.
Lansia yang jatuh karena efek samping obat mengalami kejadian jatuh sebagai akibat dari pengaruh negatif yang timbul setelah mengonsumsi obat tertentu. Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat memengaruhi keseimbangan, koordinasi, kejelian, atau kesadaran, yang semuanya dapat meningkatkan risiko jatuh pada populasi lansia.
Beberapa contoh efek samping obat yang dapat berkontribusi pada risiko jatuh pada lansia melibatkan:
Pusing atau Pingsan:
Beberapa obat, terutama yang mempengaruhi tekanan darah, sistem kardiovaskular, atau sistem saraf pusat, dapat menyebabkan pusing atau pingsan. Ini dapat mengakibatkan kehilangan kesadaran dan, pada gilirannya, meningkatkan risiko jatuh.
Beberapa obat dapat membuat pusing dan pingsan lansia. (Sumber: foto canva.com) |
Kelemahan Otot:
Beberapa jenis obat, termasuk obat-obatan tertentu untuk penanganan penyakit tertentu, dapat menyebabkan kelemahan otot. Kelemahan ini dapat menyulitkan lansia untuk menjaga keseimbangan dan melakukan aktivitas fisik tanpa risiko jatuh.
Gangguan Penglihatan:
Beberapa obat dapat menyebabkan masalah penglihatan, seperti kabur atau perubahan visual. Gangguan penglihatan ini dapat mempengaruhi kemampuan lansia untuk melihat dan menghindari hambatan di sekitarnya.
Gangguan Keseimbangan dan Koordinasi:
Beberapa obat dapat memengaruhi sistem saraf pusat atau koordinasi motorik, menyebabkan penurunan keseimbangan atau koordinasi gerakan. Ini dapat meningkatkan risiko jatuh pada lansia.
Beberapa cara mengurangi risiko jatuh karena efek samping obat, yaitu:
Berbicara dengan Dokter:
Lansia sebaiknya secara teratur berkomunikasi dengan dokter atau profesional kesehatan mereka tentang semua obat yang mereka konsumsi. Dokter dapat menilai potensi efek samping dan memodifikasi rencana perawatan jika diperlukan.
Pantau Efek Samping:
Jika seseorang mengalami efek samping tertentu yang dapat meningkatkan risiko jatuh, penting untuk memberi tahu dokter segera. Dokter dapat mengevaluasi apakah penyesuaian dosis, penggantian obat, atau tindakan lainnya diperlukan.
Hindari Penghentian Obat Secara Tiba-tiba:
Lansia tidak boleh menghentikan obat mereka tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Penghentian obat secara tiba-tiba dapat memiliki konsekuensi kesehatan serius.
Beberapa jenis obat dapat memiliki efek samping yang memengaruhi keseimbangan lansia, meningkatkan risiko jatuh.
Beberapa kategori obat yang sering dikaitkan dengan gangguan keseimbangan pada lansia:
Obat-Obat Penenang (Benzodiazepin):
- Contoh: diazepam, lorazepam, alprazolam.
- Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi kecemasan atau gangguan tidur, tetapi mereka dapat menyebabkan efek samping seperti kelelahan, pusing, atau penurunan keseimbangan.
Obat penenang dapat menyebabkan efek penurunan keseimbangan. (Sumber: foto canva.com) |
Obat Penahan Rasa Sakit Narcotic:
- Contoh: oksikodon, morfin, kodein.
- Obat-obat ini dapat menyebabkan efek samping seperti pusing atau pingsan, yang dapat meningkatkan risiko jatuh.
Obat Penurun Tekanan Darah:
- Contoh: amlodipin, lisinopril, metoprolol.
- Beberapa obat anti hipertensi dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang drastis, terutama saat berdiri, yang dapat menyebabkan pusing atau kehilangan keseimbangan.
Antidepresan:
- Contoh: fluoxetine, sertraline, amitriptyline.
- Beberapa antidepresan dapat memengaruhi keseimbangan dan koordinasi motorik, terutama pada dosis awal penggunaan.
Obat untuk Gangguan Neurologis:
- Contoh: obat antiepilepsi, antipsikotik.
- Obat-obat ini dapat memengaruhi sistem saraf pusat dan keseimbangan, meningkatkan risiko kejadian jatuh.
Antihistamin:
- Contoh: diphenhydramine, cetirizine.
- Beberapa antihistamin dapat menyebabkan kantuk atau kelelahan, yang dapat mempengaruhi keseimbangan.
Obat diuretik :
- Contoh: furosemide, hydrochlorothiazide.
- Obat-obat ini dapat menyebabkan dehidrasi atau ketidakseimbangan elektrolit, yang dapat memengaruhi keseimbangan.
Obat untuk Diabetes:
- Contoh: insulin, glibenclamide.
- Beberapa obat diabetes dapat menyebabkan hipoglikemia (rendahnya kadar gula darah), yang dapat memengaruhi kesadaran dan keseimbangan.
Respons terhadap obat dapat bervariasi antar individu, dan efek samping tertentu mungkin tidak dialami oleh semua orang. Jika seseorang mengalami gejala yang memengaruhi keseimbangan atau merasa bahwa obat yang mereka konsumsi dapat menyebabkan risiko jatuh, penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat mengevaluasi kebutuhan obat, mengatur dosis, atau meresepkan alternatif yang lebih aman untuk mengurangi risiko jatuh pada lansia.
Tidak ada obat yang secara khusus dirancang untuk meningkatkan keseimbangan tubuh. Keseimbangan tubuh lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kekuatan otot, koordinasi, sistem saraf, dan indra keseimbangan. Oleh karena itu, pendekatan untuk meningkatkan keseimbangan sering kali melibatkan langkah-langkah non-obat yang mencakup berbagai aspek kesehatan.
Beberapa cara untuk membantu meningkatkan keseimbangan tubuh tanpa menggunakan obat-obatan tertentu:
Latihan Fisik Teratur:
Melibatkan diri dalam program latihan fisik yang mencakup latihan keseimbangan, kekuatan otot, dan koordinasi motorik dapat membantu meningkatkan keseimbangan. Latihan-latihan seperti berdiri dengan satu kaki, latihan yoga, atau latihan keseimbangan khusus lainnya dapat bermanfaat.
Pertahankan Kesehatan Otot dan Fleksibilitas:
Melakukan latihan yang meningkatkan kekuatan otot dan fleksibilitas dapat membantu menjaga stabilitas dan keseimbangan tubuh.
Konsumsi Nutrisi yang Seimbang:
Menerapkan pola makan yang seimbang dan memastikan asupan nutrisi yang cukup dapat mendukung kesehatan otot dan sistem saraf.
Perhatikan Kesehatan Mata dan Pendengaran:
Pemeriksaan rutin untuk memastikan kesehatan mata dan pendengaran dapat membantu menjaga koordinasi dan respon tubuh terhadap lingkungan sekitar.
Hindari Konsumsi Alkohol Berlebihan:
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat memengaruhi keseimbangan. Penting untuk membatasi konsumsi alkohol dan konsultasi dengan dokter jika ada kekhawatiran.
Lansia menghentikan konsumsi alkohol. (Sumber: foto canva.com) |
Pertimbangkan Penilaian Keseimbangan:
Jika ada kekhawatiran tentang keseimbangan tubuh, dokter atau fisioterapis dapat melakukan penilaian keseimbangan untuk menilai faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi keseimbangan dan memberikan saran atau latihan yang sesuai.
Diskusikan setiap langkah atau perubahan dalam rutinitas kesehatan dengan dokter untuk memastikan bahwa pendekatan yang diambil sesuai dengan kebutuhan individu dan kondisi kesehatan yang mendasarinya.
Sumber:
https://www.progresslifeline.org.uk/news/three-types-of-falls-in-older-adults-and-how-to-manage-them
https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/how-medications-can-affect-your-balance
https://www.mymdnow.com/blog/medication-side-effects-can-cause-your-balance-to-hang-in-the-balance/
https://balanceanddizziness.org/what-medications-can-contribute-to-dizziness-or-lack-of-balance/
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23648607/