Silaturahmi adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Arab "shilat" yang berarti hubungan atau ikatan, dan "al-rahmi" yang berarti kasih sayang atau hubungan darah. Secara harfiah, silaturahmi berarti menjalin hubungan atau ikatan kasih sayang.
Dalam konteks sosial dan budaya di masyarakat Indonesia, silaturahmi mengacu pada tindakan menjalin hubungan baik, bertemu, berkomunikasi, dan mempererat ikatan antara satu dengan yang lain, baik antarindividu maupun antarkelompok, dengan tujuan membangun kerukunan dan kebersamaan.
|
Silaturahmi sangat baik untuk kesehatan lansia. (Sumber: foto LPC-Lansia) |
Silaturahmi merupakan nilai yang sangat dihargai dalam budaya Indonesia, karena diyakini bahwa menjalin hubungan baik dengan orang lain dapat membawa berkah, meningkatkan keharmonisan, serta memperkuat solidaritas dan kerukunan antarindividu dan masyarakat. Praktik silaturahmi sering dilakukan dalam berbagai konteks, seperti dalam kegiatan keluarga, sosial, agama, dan budaya.
Orang lanjut usia yang memelihara hubungan sosial memperoleh manfaat emosional dari persahabatan, dan penelitian menunjukkan bahwa mereka juga mengalami kesehatan fisik dan mental yang lebih baik. Menghabiskan waktu bersama teman dapat menurunkan risiko penyakit kronis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung, sekaligus mencegah dampak buruk isolasi sosial terhadap sistem kekebalan tubuh.
Budaya dan kepercayaan masyarakat Indonesia, memiliki keyakinan bahwa menjalin silaturahmi dapat memberikan manfaat positif bagi kesehatan dan kebahagiaan seseorang, yang pada gilirannya dapat berdampak pada umur panjang.
Namun, secara ilmiah, belum ada bukti empiris yang kuat yang secara langsung mengaitkan silaturahmi dengan perpanjangan umur. Meskipun demikian, penelitian di bidang psikologi dan kesehatan telah menunjukkan hubungan sosial yang kuat dan positif.
Dengan berbagai manfaat kesehatan, seperti mengurangi risiko depresi, meningkatkan kekebalan tubuh, dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan, silaturahmi dapat menjadi bagian dari upaya menjaga kesehatan mental dan emosional seseorang.
Lansia yang sering menjalin silaturahmi cenderung menunjukkan beberapa ciri-ciri atau perilaku tertentu, meskipun hal ini dapat bervariasi tergantung pada individu dan konteksnya.
Beberapa ciri yang mungkin terlihat pada lansia yang aktif dalam menjalin silaturahmi antara lain:
Sosial dan Ramah:
Lansia yang aktif dalam silaturahmi cenderung bersikap ramah, terbuka, dan mudah berinteraksi dengan orang lain. Mereka mungkin senang bertemu dan berkomunikasi dengan orang-orang baru serta menjaga hubungan yang sudah ada.
Mengikuti Kegiatan Sosial:
Mereka dapat sering mengikuti kegiatan sosial seperti pertemuan keluarga, reuni, acara keagamaan, dan kegiatan komunitas lainnya yang memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan orang lain.
Memiliki Jaringan Sosial yang Luas:
Lansia yang aktif dalam silaturahmi mungkin memiliki jaringan sosial yang luas, termasuk keluarga, teman, tetangga, dan anggota komunitas lainnya. Mereka mungkin memiliki banyak kenalan dan hubungan yang beragam.
Perhatian terhadap Kesejahteraan Orang Lain:
Mereka cenderung peduli terhadap kesejahteraan orang lain di sekitar mereka. Mereka mungkin menunjukkan minat dalam membantu atau memberikan dukungan kepada orang lain dalam komunitas mereka.
Menghargai Tradisi dan Nilai Sosial:
Lansia yang sering menjalin silaturahmi sering menghargai tradisi sosial dan nilai-nilai budaya yang mendorong interaksi sosial dan hubungan yang baik dengan orang lain.
Aktif dalam Komunitas:
Mereka mungkin aktif dalam kegiatan atau organisasi komunitas yang memungkinkan mereka untuk terlibat dalam kegiatan sosial dan memperluas jaringan sosial mereka.
|
Aktif dalam kegiatan komunitas berpengaruh terhadap kesehatan. (Sumber: foto canva.com) |
Menjaga Hubungan dengan Keluarga:
Lansia yang sering menjalin silaturahmi biasanya juga aktif dalam menjaga hubungan dengan anggota keluarga, baik secara langsung maupun melalui komunikasi jarak jauh.
Silaturahmi atau menjalin hubungan sosial yang positif memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan lansia.
Beberapa manfaat tersebut antara lain:
Meningkatkan Kesejahteraan Mental:
Interaksi sosial yang positif dapat memberikan dukungan emosional dan psikologis yang penting bagi kesejahteraan mental lansia. Merasa terhubung dengan orang lain dapat mengurangi risiko depresi, kecemasan, dan perasaan kesepian.
Menjaga Kognisi:
Berinteraksi dengan orang lain dalam aktivitas sosial seperti berbicara, berdiskusi, atau bermain peran dapat membantu menjaga kognisi atau fungsi kognitif. Aktivitas sosial juga dapat merangsang otak dan memperkuat koneksi saraf.
Meningkatkan Kesehatan Emosional:
Menjalin hubungan sosial yang positif dapat memberikan peluang untuk tertawa, berbagi cerita, dan merayakan momen-momen positif bersama. Ini dapat meningkatkan mood dan kesehatan emosional secara keseluruhan.
Mendorong Gaya Hidup Aktif:
Silaturahmi sering melibatkan berbagai aktivitas sosial, seperti menghadiri pertemuan keluarga, acara komunitas, atau kegiatan keagamaan. Hal ini dapat mendorong lansia untuk tetap aktif secara fisik dan mental.
|
Aktif dalam kegiatan komunitas baik fisik dan mental. (Sumber: foto canva.com) |
Mengurangi Stres:
Berbagi pengalaman, cerita, dan mendapat dukungan dari orang lain dapat membantu mengurangi tingkat stres. Dukungan sosial yang positif dapat memberikan rasa aman dan meningkatkan kemampuan lansia untuk mengatasi tantangan dan stres sehari-hari.
Meningkatkan Kesehatan Fisik:
Aktivitas sosial yang melibatkan pergi ke tempat-tempat, berjalan-jalan, atau berpartisipasi dalam kegiatan fisik tertentu dapat membantu menjaga kesehatan fisik lansia. Interaksi sosial yang positif juga dapat meningkatkan motivasi untuk menjaga kesehatan fisik secara keseluruhan.
Peningkatan Dukungan Sosial:
Melalui silaturahmi, lansia dapat membangun dan memperluas jaringan sosial yang memberikan dukungan dan bantuan dalam situasi-situasi sulit, seperti sakit atau kesulitan lainnya.
Dengan demikian, menjalin silaturahmi tidak hanya penting untuk kesejahteraan sosial lansia tetapi juga memiliki dampak positif yang signifikan pada kesehatan fisik, mental, dan emosional mereka.
|
Silaturahmi meningkatkan kesejahteraan sosial pada lansia. (Sumber: foto canva.com) |
Tidak menjalin silaturahmi atau hubungan sosial yang positif dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan dan kesejahteraan lansia.
Beberapa dampak dari kurangnya silaturahmi pada lansia antara lain:
Risiko Kesejahteraan Mental yang Tinggi:
Lansia yang tidak aktif dalam menjalin hubungan sosial cenderung memiliki risiko kesejahteraan mental yang lebih tinggi, termasuk depresi, kecemasan, dan perasaan kesepian.
Kesehatan Fisik yang Buruk:
Kurangnya interaksi sosial dapat mengarah pada gaya hidup yang kurang aktif secara fisik, yang dapat meningkatkan risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, dan kelebihan berat badan.
Kognisi yang Menurun:
Keterlibatan sosial yang terbatas dapat berdampak negatif pada fungsi kognitif atau kemampuan berpikir, mengingat, dan memproses informasi. Lansia yang terisolasi sosial cenderung memiliki risiko kognisi yang menurun dan peningkatan risiko demensia.
Peningkatan Risiko Kesehatan Emosional:
Kesepian dan isolasi sosial dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan emosional seperti depresi, kecemasan, dan stres kronis.
Kualitas Hidup yang Buruk:
Kurangnya interaksi sosial dapat memengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan, karena lansia mungkin merasa terisolasi, tidak dihargai, dan tidak memiliki dukungan sosial yang diperlukan.
Penurunan Kemandirian:
Interaksi sosial yang terbatas juga dapat berkontribusi pada penurunan kemandirian lansia, karena mereka mungkin kehilangan motivasi untuk menjaga kesehatan dan terlibat dalam aktivitas sehari-hari.
Peningkatan Risiko Mortalitas:
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa isolasi sosial dan kesepian dapat meningkatkan risiko kematian pada lansia.
Oleh karena itu, menjaga dan meningkatkan silaturahmi atau hubungan sosial yang positif penting bagi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Interaksi sosial yang teratur dapat membantu melindungi mereka dari risiko kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup mereka di masa tua.
Tidak bersilaturahmi berdampak pada isol asi sosial dan kesepian memiliki dampak yang signifikan pada kesehatan dan kesejahteraan lansia, termasuk meningkatkan risiko mortalitas.
Beberapa alasan mengapa isolasi sosial dan kesepian dapat meningkatkan risiko kematian pada lansia :
Pengaruh pada Kesehatan Mental:
Isolasi sosial dan kesepian dapat menyebabkan stres psikologis, depresi, dan kecemasan. Gangguan kesehatan mental ini dapat berkontribusi pada penurunan kualitas hidup dan meningkatkan risiko perilaku yang merugikan kesehatan, seperti merokok, konsumsi alkohol berlebihan, dan kurangnya aktivitas fisik, yang dapat mengarah pada peningkatan risiko penyakit kronis dan kematian.
Penurunan Kualitas Tidur:
Kesepian dapat berdampak negatif pada kualitas tidur seseorang. Gangguan tidur kronis telah terkait dengan peningkatan risiko penyakit jantung, stroke, obesitas, diabetes, dan kematian.
Penurunan Kesehatan Fisik:
Isolasi sosial dapat menyebabkan penurunan dukungan sosial dan akses terhadap layanan kesehatan. Lansia yang terisolasi sosial cenderung memiliki pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, dan kepatuhan yang rendah terhadap pengobatan, yang semuanya dapat meningkatkan risiko penyakit dan kematian.
Peningkatan Risiko Penyakit Kronis:
Isolasi sosial dan kesepian telah terkait dengan peningkatan risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, diabetes, dan kanker. Penyakit-penyakit ini sering kali merupakan penyebab utama kematian pada lansia.
Kurangnya Dukungan Sosial:
Lansia yang terisolasi sosial memiliki sedikit atau tidak ada dukungan sosial yang diperlukan untuk mengatasi tantangan kesehatan dan emosional. Dukungan sosial dari keluarga, teman, dan komunitas dapat menjadi faktor yang penting dalam pemulihan dari penyakit dan menjaga kesehatan secara keseluruhan.
Penurunan Kemandirian:
Isolasi sosial dapat mengakibatkan penurunan kemandirian lansia karena kurangnya motivasi untuk menjaga kesehatan dan terlibat dalam aktivitas sehari-hari yang diperlukan untuk mempertahankan kesehatan fisik dan mental.
Rasa Tidak Berharga:
Lansia yang merasa terisolasi sosial dan kesepian mungkin mengalami perasaan tidak berharga atau tidak dihargai, yang dapat menyebabkan kehilangan minat dalam hidup dan penurunan motivasi untuk menjaga kesehatan.
Isolasi sosial dan kesepian dapat memiliki dampak yang serius pada kesehatan dan kesejahteraan lansia, termasuk meningkatkan risiko mortalitas. Oleh karena itu, penting untuk mendorong interaksi sosial yang positif dan memperkuat jaringan sosial dengan cara melakukan silaturahmi.
Silaturahmi merupakan ikatan kasih sayang antara anak,keluarga dan sahabat yang sangat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik.
Sumber:
https://thevariel.com/as-we-get-older-the-importance-of-friendship-grows
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7887723/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6441127/
https://www.aetna.com/health-guide/importance-of-friends-as-you-age.html
https://agewellct.org/whats-new/lifestyle/the-importance-of-friendship-for-older-adults-2023/