Wednesday, 20 March 2024

Defisiensi Mineral, Sumber Penyakit pada Lansia.

        Populasi global mengalami penuaan dan banyak lansia menderita malnutrisi terkait usia, termasuk defisiensi mikronutrien. Asupan gizi yang cukup sangat penting agar lansia dapat terus hidup mandiri, serta mencegah penurunan status kesehatan. 

Mikronutrien adalah nutrien yang diperlukan oleh organisme dalam jumlah sangat kecil, tetapi tetap sangat penting untuk menjaga fungsi tubuh yang optimal. Ini termasuk mineral, yang dikenal karena peran pentingnya dalam menjaga kesehatan dan kinerja tubuh. Meskipun dibutuhkan dalam jumlah kecil, mikronutrien sangat penting untuk berbagai proses biologis, termasuk metabolisme, pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi sistem kekebalan tubuh. 

Mikronutrien sangat dibutuhkan lansia untuk menjaga kesehatan dan kinerja tubuh.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Kekurangan mikronutrien dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan dan penyakit. Beberapa mineral bekerja bersama dengan bantuan hormon sesuai dengan kebutuhannya pada organ tertentu. Mineral baik sebagian atau dalam kombinasi dengan vitamin menunjukkan fungsi utama yang dibutuhkan sel dan kekurangannya menunjukkan efek samping yang merugikan meskipun tidak bersifat keturunan. 

Mineral mayor adalah jenis mineral yang diperlukan oleh organisme dalam jumlah besar untuk menjaga kesehatan dan fungsi tubuh yang optimal. Istilah "mayor" digunakan untuk membedakan mereka dari mineral minor atau mineral jejak, yang dibutuhkan dalam jumlah yang jauh lebih kecil. Mineral mayor sering kali merupakan komponen utama dalam struktur tubuh. Mineral digolongkan menurut kebutuhannya antara lain fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan belerang (S).

Mineral minor, juga dikenal sebagai mineral jejak atau mineral mikro, adalah jenis mineral yang diperlukan oleh organisme dalam jumlah sangat kecil, biasanya kurang dari 100 miligram per hari, tetapi tetap penting untuk kesehatan dan fungsi tubuh yang optimal. Meskipun jumlahnya kecil, mineral-mineral ini memainkan peran yang krusial dalam berbagai proses biologis, seperti pembentukan enzim, regulasi metabolisme, dan menjaga keseimbangan elektrolit, contoh mineral minor Boron (B), klorin (Cl) , kromium (Cr), fluorida (F), yodium (I), besi (Fe), mangan (Mn), molibdenum (Mo), nikel (Ni), selenium (Se), natrium (Na), vanadium (V) dan seng (Zn).

Berikut penyakit karena kekurangan mineral mayor :

Kekurangan Fosfor (P):
  • Penyakit: Osteomalasia (penyakit tulang lunak) dan gangguan pertumbuhan pada anak-anak.
  • Sumber mineral: Daging, ikan, telur, produk susu, kacang-kacangan, dan biji-bijian.
Kekurangan Kalium (K):
  • Penyakit: Hipokalemia, yang dapat menyebabkan kelemahan otot, gangguan irama jantung, dan kejang.
  • Sumber mineral : Pisang, kentang, tomat, jeruk, sayuran hijau, dan kacang-kacangan.
Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan kelemahan otot.
(Sumber: foto canva.com)
Kekurangan Kalsium (Ca):
  • Penyakit: Osteoporosis (kerapuhan tulang), kejang, dan peningkatan risiko patah tulang.
  • Sumber mineral: Susu dan produk susu, kubis, brokoli, ikan berlemak, dan tahu.
Kekurangan Magnesium (Mg):
  • Penyakit: Kelemahan otot, kram, aritmia jantung, dan osteoporosis, mineral ini penting untuk mengatur kadar glukosa dan tekanan darah dalam tubuh.
  • Sumber mineral: Kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran hijau, dan cokelat hitam.
Kekurangan Belerang (S):
  • Penyakit: Jarang terjadi pada manusia secara langsung, tetapi defisiensi belerang bisa berkontribusi pada gangguan metabolisme sulfur, yang dapat memengaruhi kesehatan kulit, rambut, dan kuku.
  • Sumber mineral: Protein hewani seperti daging, telur, dan susu, serta sayuran seperti bawang putih, bawang bombay, dan kubis.
Beberapa penyakit karena Kekurangan mineral minor:

Anemia Defisiensi Besi (Kekurangan Zat Besi (Fe)):
  • Penyakit: Anemia, yang ditandai dengan kelelahan, pusing, pucat, dan penurunan kinerja fisik dan kognitif.
  • Sumber mineral: Daging merah, unggas, ikan, kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran berdaun hijau gelap, dan sereal yang diperkaya zat besi.
Gangguan Kognitif (Kekurangan Iodin (I)):
  • Penyakit: Gondok (pembengkakan kelenjar tiroid) dan gangguan kognitif, terutama pada anak-anak.
  • Sumber mineral: Garam beriodium, makanan laut, dan produk-produk susu.
Kekurangan Seng (Zinc (Zn)):
  • Penyakit: Penurunan sistem kekebalan tubuh, gangguan pertumbuhan, luka lambat sembuh, dan gangguan fungsi reproduksi.
  • Sumber mineral: Daging, unggas, kerang, kacang-kacangan, biji-bijian, dan susu.
Kekurangan seng (Zn) luka lambat sembuh.
(Sumber: foto canva.com)
Kekurangan Kromium (Chromium (Cr)):
  • Penyakit: Resistensi insulin dan gangguan metabolisme glukosa, meningkatkan risiko diabetes.
  • Sumber mineral: Daging, ikan, biji-bijian, kacang-kacangan, sayuran berdaun hijau, dan produk-produk biji-bijian utuh.
Kekurangan Mangan (Manganese (Mn)):
  • Penyakit: Gangguan pertumbuhan, gangguan tulang, gangguan reproduksi, dan gangguan metabolisme karbohidrat.
  • Sumber mineral: Kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran berdaun hijau, teh, dan makanan laut.
Kekurangan Boron (B):
  • Penyakit: Penurunan fungsi otak, gangguan kognitif, dan kerusakan tulang.
  • Sumber mineral: Buah-buahan seperti apel, pir, dan anggur; sayuran seperti brokoli, kubis, dan kacang polong; serta kacang-kacangan dan biji-bijian.
Kekurangan Klorin (Cl):
  • Penyakit: Gangguan keseimbangan cairan tubuh, kelelahan, dan gangguan pencernaan.
  • Sumber mineral: Biasanya disediakan oleh garam dapur (natrium klorida) dan juga dapat ditemukan dalam sayuran berdaun hijau dan makanan laut.
Kekurangan Fluorida (F):
  • Penyakit: Risiko tinggi terhadap kerusakan gigi, seperti karies.
  • Sumber mineral: Air minum yang difluorida, seperti air keran yang telah difluorida oleh pemerintah, dan beberapa jenis teh.
Kekurangan Molibdenum (Mo):
  • Penyakit: Gangguan metabolisme sulfur, anemia, dan gangguan pertumbuhan.
  • Sumber mineral: Daging, kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran berdaun hijau, dan produk-produk gandum.
Kekurangan Nikel (Ni):
  • Penyakit: Belum diketahui secara pasti, tetapi kekurangan nikl dapat menyebabkan gangguan reproduksi dan kulit.
  • Sumber mineral: Daging, kacang-kacangan, biji-bijian, sayuran, dan cokelat.
Kekurangan Selenium (Se):
  • Penyakit: Gangguan sistem kekebalan tubuh, risiko tinggi terhadap penyakit jantung, dan gangguan fungsi tiroid.
  • Sumber mineral: Kacang-kacangan, biji-bijian, daging, unggas, ikan, telur, dan produk-produk susu.
Kekurangan Natrium (Na):
  • Penyakit: Hiponatremia (konsentrasi natrium darah yang rendah), yang dapat menyebabkan kelemahan, kebingungan, dan bahkan koma.
  • Sumber mineral: Garam dapur, makanan olahan, dan makanan laut.
Kekurangan Natrium dapat menyebabkan kebingungan.
(Sumber: foto canva.com)
Kekurangan Vanadium (V):
  • Penyakit: Belum sepenuhnya dipahami, tetapi beberapa penelitian menunjukkan kaitannya dengan gangguan metabolisme glukosa.
  • Sumber mineral: Sayuran hijau, biji-bijian, daging, ikan, dan makanan laut.

Kekurangan mineral-mineral ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius jika tidak diatasi melalui konsumsi makanan yang kaya akan mineral tersebut atau suplementasi yang sesuai. 



Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7230219/

https://westhartfordhealth.com/news/senior-health/dietary-deficiencies/

https://www.reanfoundation.org/most-common-nutrient-deficiencies-in-older-adults/

https://www.healthline.com/health/mineral-deficiency

https://www.intechopen.com/chapters/73735

Tuesday, 19 March 2024

Tanda-tanda Tahap Akhir kehidupan pada Lansia

        Kematian bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan. Perbincangan kematian dengan terbuka membantu mengurangi stigma dan ketakutan yang terkait dengan topik ini. Hal ini memungkinkan individu untuk mempersiapkan diri secara mental dan emosional, merencanakan akhir hidup dengan bijaksana, dan memberikan dukungan emosional kepada orang-orang yang mereka sayangi. 

Kematian adalah proses yang asing bagi banyak orang. Meskipun ini adalah bagian kehidupan yang tidak bisa dihindari, hanya sedikit orang yang tahu bagaimana memberikan dukungan yang dibutuhkan saat orang yang dicintai memasuki tahap akhir kehidupan.

Proses kematian biasanya dimulai jauh sebelum kematian terjadi. Merupakan hal yang umum untuk melewati tahapan akhir kehidupan tertentu yang mengikuti garis waktu umum. Namun, tidak ada satu pun proses tersebut yang pasti atau dapat diterapkan pada semua orang. Perjalanan menuju kematian mempunyai beberapa tahapan, namun tidak semua orang berhenti pada semuanya.

Proses kematian biasanya dimulai jauh sebelum kematian terjadi.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Tahapan kematian dapat terlihat berbeda pada setiap orang karena berkaitan dengan gejala dan jangka waktunya.  Keluarga harus siap menghadapi transisi ini dengan memahami cara perawatan yang sesuai agar membuat orang yang Anda cintai lebih nyaman. 

Tiga Tahapan Utama Kematian 

       Umumnya tahapan kematian ditentukan berdasarkan gejala tahap awal, tengah, dan terakhir. Tahapan ini ditandai dengan perubahan daya tanggap dan fungsi tubuh. Ada banyak tanda untuk setiap tahap , dan pengalaman individu dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk penyakit, pengobatan, dan kondisi fisik. 

Tahapan kematian berbeda-beda, untuk sebagian orang, proses kematian dapat berlangsung berminggu-minggu. Pada kasus ini, gejala tahap awal dapat dengan cepat berkembang menjadi gejala tahap terakhir. Sementara dalam kasus yang lain, prosesnya lebih bertahap dengan gejala yang berkepanjangan di setiap tahap.

Tahap Awal 
Tahap awal dapat berlangsung dari beberapa bulan hingga beberapa hari, tergantung individunya. 

Beberapa tanda pada tahap awal ini, antara lain:
  • Nafsu makan menurun, menunjukkan kurangnya minat makan dengan penurunan berat badan yang nyata.
Nafsu makan menurun dan berat badan berkurang.
(Sumber: foto canva.com)

  • Meningkatnya rasa kantuk.
  • Peningkatan rasa sakit dan mual.
  • Peningkatan risiko infeksi.
  • Pasien mungkin menjadi lebih menarik diri, kurang aktif, kurang komunikatif, dan bahkan mungkin lebih mawas diri selama masa ini.

Pada tahap ini, tubuh sedang menghemat energi dan tidak membutuhkan banyak nutrisi. Yakinlah bahwa asupan makanan dan air yang lebih rendah umumnya tidak menyebabkan rasa sakit atau penderitaan. 

Tahap Tengah.
Tergantung pada orangnya, tahap tengah dapat berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari

Beberapa tanda pada tahap tengah, antara lain:

  • Perubahan penampilan fisik.
  • Keinginan yang lebih besar untuk tidur.
Keinginan untuk tidur lebih besar.
(Sumber: foto canva.com)

  • Respons yang lebih lambat terhadap lingkungan sekitar.
  • Meningkatnya kegelisahan dan kebingungan.
  • Penurunan asupan atau pasien mungkin berhenti makan.
  • Berjuang untuk berbicara atau bergerak.

Selama tahap ini, mereka mungkin masih mengalami gejala-gejala yang tercantum pada tahap pertama. Saat mereka berkembang ke tahap tengah, sirkulasi dalam tubuh melambat, sehingga darah disimpan untuk membantu fungsi organ dalam utama.

Tahap Terakhir 
Pada tahap akhir, yang dapat berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa jam, orang yang Anda sayangi : 

Beberapa tanda pada tahap terakhir, antara lain:

  • Peningkatan disorientasi, kegelisahan, atau tidak responsif.
  • Peningkatan tidur atau perubahan pola tidur.
Peningkatan tidur pada pasien.
(Sumber: foto canva.com)

  • Tidak ingin makan dan minum.
  • Hilangnya kendali atas fungsi tubuh mereka.
  • Pernafasan dangkal dan tidak teratur.
  • Kemacetan dada.
  • Cairan menumpuk di tenggorokan menyebabkan “derak maut.”
  • Peningkatan halusinasi atau penglihatan yang mungkin melibatkan orang-orang terkasih yang telah meninggal.
  • Penurunan suhu tubuh dan tekanan darah.
  • Kaki dan atau tangan dingin yang tampak lebih gelap, kulit di lutut, kaki, dan tangan berubah menjadi bintik-bintik ungu kebiruan (seringkali dalam 24 jam terakhir)

Banyak dari gejala-gejala ini disebabkan oleh tubuh yang bersiap menghadapi kematian. Penurunan sirkulasi darah dapat mempengaruhi fungsi ginjal dan usus serta menyebabkan organ-organ utama, seperti paru-paru, kehilangan kekuatan untuk membersihkan cairan. Otot yang rileks dapat menyebabkan inkontinensia.

        Beberapa penelitian dan pengalaman klinis menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus, orang yang sangat sakit atau sekarat masih dapat memiliki indra pendengaran yang cukup baik. Beberapa orang yang merawat pasien di tahap akhir kehidupan melaporkan pengalaman bahwa pasien bereaksi terhadap suara atau ucapan yang diucapkan di sekitar mereka, bahkan jika mereka tidak sadar secara klinis. Ini bisa termasuk reaksi terhadap suara-suara yang dikenali atau suara-suara yang membawa kenangan emosional.

Respons seseorang terhadap rangsangan pendengaran mungkin bervariasi berdasarkan kondisi medis, tingkat kesadaran, dan faktor-faktor lainnya. Sementara beberapa orang mungkin masih dapat mendengar atau merespons, yang lain mungkin tidak.

Dalam keadaan seperti ini, memberikan dukungan dan kenyamanan kepada orang yang sedang sekarat, termasuk berbicara dengan lembut dan mengungkapkan cinta dan dukungan, dapat menjadi tindakan yang berarti bagi pasien dan keluarga mereka.

 


Sumber:

https://www.verywellhealth.com/the-journey-towards-death-1132504

https://resources.amedisys.com/what-are-the-different-stages-of-dying

https://www.crossroadshospice.com/hospice-resources/end-of-life-signs/terminal-restlessness/

https://www.webmd.com/palliative-care/journeys-end-active-dying

https://www.traditionshealth.com/blog/what-are-the-3-stages-of-dying/

https://www.crossroadshospice.com/hospice-resources/end-of-life-signs/end-of-life-timeline/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1279248/

Monday, 18 March 2024

Agitasi terminal, Kejadian Menjelang Akhir Kehidupan pada Lansia.

        Ketika saatnya tiba, berharap orang yang Anda cintai meninggal dengan damai. Sayangnya, prosesnya tidak selalu berjalan mulus dan bertahap. Pada hari-hari atau minggu-minggu terakhir, komplikasi dapat muncul yang mengganggu kesejahteraan orang yang Anda kasihi, membuat mereka gelisah, mengigau, atau bahkan bermusuhan. 

Agitasi adalah istilah yang menggambarkan perilaku cemas, gelisah, dan tidak tenang. Hal ini dapat dikaitkan dengan tekanan emosional, fisik atau spiritual. Agitasi terminal berarti agitasi yang terjadi pada beberapa hari terakhir kehidupan.

Akhir kehidupan akan menimpa semua mahluk hidup.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Agitasi terminal adalah agitasi yang terjadi pada pasien-pasien yang menderita penyakit terminal atau dalam tahap akhir penyakit yang parah. Agitasi terminal sering kali memiliki karakteristik yang lebih intens dan kompleks, karena dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk fisik, psikologis, dan sosial, yang terkait dengan kondisi penyakit yang berat dan mendekati kematian.

Kegelisahan terminal, sering disebut agitasi terminal atau delirium terminal, terjadi pada hari-hari menjelang kematian . Orang mungkin merasa cemas , gelisah, atau menunjukkan tanda-tanda penurunan kognitif.  Pada umumnya terjadi pada beberapa hari terakhir kehidupan. Sekitar 42 persen pasien rumah sakit mengalami kegelisahan selama 48 jam terakhir. Namun lebih banyak lagi gejala yang muncul sebelum itu, yang mungkin tidak mereda hingga kematian

Agitasi bisa menjadi pertanda bahwa seseorang berada di hari-hari terakhir kehidupannya, namun bisa juga terjadi pada tahap awal penyakitnya. Agitasi terminal terjadi pada orang-orang yang penyakitnya sudah stadium lanjut. Agitasi dapat disebabkan oleh pengobatan yang dikonsumsi pasien, kondisinya, atau faktor psikologis. 

Beberapa tanda agitasi terminal pada pasien lansia meliputi:

Gelisah yang meningkat: 
Pasien mungkin menunjukkan tingkat kegelisahan yang tidak biasa atau meningkat secara signifikan.

Peningkatan gelisah pada lansia.
(Sumber: foto canva.com)
Perubahan perilaku: 
Mereka dapat menjadi sulit diatur, lebih mudah marah, atau menunjukkan ketidakmampuan untuk tenang.

Gangguan tidur: 
Pasien mungkin mengalami kesulitan tidur atau pola tidur yang terganggu.

Kebingungan atau disorientasi:
Kesulitan dalam mengenali waktu, tempat, atau orang-orang di sekitar mereka.

Ekspresi emosi yang tidak terkendali: 
Reaksi emosional yang tidak proporsional, seperti menangis atau tertawa secara berlebihan.

Rasa sakit yang tidak terkontrol: 
Menunjukkan ketidaknyamanan atau kesulitan dalam mengatasi rasa sakit.

Kesulitan berkomunikasi: 
Mereka mungkin memiliki kesulitan dalam berbicara atau mengungkapkan kebutuhan mereka dengan jelas.

Gerakan yang tidak terkoordinasi: 
Perilaku hiperaktif atau gerakan yang tidak terarah.

Halusinasi atau delusi: 
Menunjukkan tanda-tanda persepsi palsu atau keyakinan yang salah.

Muncul persepsi atau keyakinan yang salah.
(Sumber: foto canva.com)
Penurunan nafsu makan: 
Pasien mungkin kehilangan minat pada makanan atau minuman.

Perilaku repetitif: 
Melakukan gerakan atau tindakan secara berulang-ulang, seperti memetik pakaian atau seprai.

Kesulitan mengekspresikan kebutuhan: 
Mengalami kesulitan dalam menyampaikan apa yang mereka inginkan atau butuhkan.

Pasif atau menghindari kontak mata: 
Menunjukkan penarikan diri atau kurangnya interaksi sosial.

Perubahan tanda-tanda vital: 
Mungkin terjadi peningkatan denyut jantung atau pernapasan yang tidak teratur.

Menurunnya kemampuan fungsional: 
Kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari atau menunjukkan penurunan kekuatan fisik.

💬Agitasi terminal pada pasien lansia sering merupakan gejala kompleks yang memerlukan pendekatan yang sensitif dan holistik dalam penanganannya.

        Kegelisahan terminal tidak mempunyai penyebab tunggal. Sebaliknya, ada banyak faktor yang menyebabkan pasien mengalami keadaan pikiran yang cemas, gelisah, dan terganggu.  

Beberapa faktor penyebab agitasi terminal pada lansia, antara lain :

Penyakit kronis: 
Penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, atau penyakit Alzheimer dapat menyebabkan ketidaknyamanan fisik yang dapat berkontribusi pada agitasi.

Gangguan keseimbangan kimia otak: 
Ketidakseimbangan neurotransmiter di otak dapat menyebabkan perubahan mood dan perilaku, termasuk agitasi.

Efek samping obat: 
Beberapa obat yang digunakan untuk mengobati penyakit tertentu dapat menyebabkan efek samping seperti agitasi pada sebagian pasien lansia.

Gangguan tidur: Gangguan tidur, termasuk insomnia atau sleep apnea, dapat menyebabkan kelelahan dan ketidaknyamanan yang dapat memicu agitasi.

Gangguan tidur menyebabkan kelelahan pada lansia.
(Sumber: foto canva.com)
Stres atau kecemasan: 
Stres yang berkepanjangan atau kecemasan terkait dengan perubahan hidup, penyakit, atau kematian dapat menyebabkan agitasi pada lansia.

Kerusakan saraf: 
Kerusakan saraf karena penyakit atau trauma dapat mempengaruhi fungsi otak dan menyebabkan gejala agitasi.

Kondisi medis akut: 
Kondisi medis akut seperti infeksi atau cedera fisik dapat memperburuk keadaan kesehatan lansia dan menyebabkan agitasi.

Gejolak Spiritual & Emosional : 
Kematian memaksa orang untuk menghadapi ketakutan, penyesalan, dan ketidakpastian mereka. Mereka mungkin cemas tentang apa yang akan terjadi, khawatir tentang urusan yang belum selesai (misalnya, masalah hubungan, masalah keuangan), atau sekadar belum siap untuk berangkat)

Kesepian atau isolasi sosial: 
Kurangnya interaksi sosial atau dukungan sosial dapat menyebabkan perasaan kesepian yang dapat memicu agitasi.

Ketidaknyamanan fisik: 
Rasa sakit yang tidak terkontrol, sembelit, atau gangguan lainnya dapat menyebabkan ketidaknyamanan fisik yang dapat memperburuk agitasi.

Perubahan lingkungan: 
Perubahan lingkungan yang drastis atau tidak dikenal bagi lansia, seperti pindah ke fasilitas perawatan jangka panjang, dapat memicu kecemasan dan agitasi.

Kehilangan kemampuan fungsional: 
Penurunan kemampuan fisik atau kognitif dapat menyebabkan frustrasi dan perasaan tidak berdaya yang dapat berkontribusi pada agitasi.

Perubahan hormonal: 
Perubahan hormonal yang terkait dengan penuaan atau kondisi medis tertentu dapat mempengaruhi mood dan perilaku.

Gangguan nutrisi: 
Kurangnya asupan nutrisi yang tepat atau dehidrasi dapat mempengaruhi fungsi otak dan menyebabkan gejala agitasi.

Riwayat trauma atau kekerasan: 
Lansia yang memiliki riwayat trauma atau kekerasan fisik atau emosional dapat mengalami agitasi sebagai respons terhadap memori atau pengalaman tersebut.

Kehilangan kemandirian: 
Kehilangan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari atau kehilangan peran sosial yang penting dapat menyebabkan perasaan frustasi dan agitasi.

          ðŸ’–💖💖 Menghadapi lansia yang mengalami agitasi terminal memerlukan kesabaran, empati, dan pendekatan yang sensitif. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk menghadapi situasi ini:

Tetap tenang dan terkendali: 
Pertahankan sikap tenang dan terkendali di sekitar pasien. Jika Anda terlihat panik atau stres, itu dapat meningkatkan kecemasan dan agitasi mereka.

Berikan dukungan emosional: 
Tunjukkan empati dan perhatian kepada pasien. Berbicaralah dengan lembut dan bersahabat, dan berikan perasaan aman dan nyaman.

Pertahankan lingkungan yang tenang: 
Hindari lingkungan yang bising atau ramai yang dapat meningkatkan agitasi pasien. Pastikan lingkungan sekitar mereka tenang, nyaman, dan bebas dari gangguan.

Pertahankan lingkungan yang tenamg, nyaman dan bebas dari gangguan.
(Sumber: foto canva.com)
Gunakan pendekatan yang terarah: 
Berkomunikasi secara jelas dan sederhana. Gunakan kalimat singkat dan mudah dimengerti, dan tawarkan bantuan dengan lembut.

Berikan distraksi: 
Saat pasien mengalami agitasi, coba berikan distraksi dengan mengajak mereka melakukan aktivitas yang menenangkan atau merangsang pikiran mereka, seperti mendengarkan musik yang tenang atau berbicara tentang kenangan yang menyenangkan.

Gunakan teknik relaksasi: 
Bantu pasien untuk menggunakan teknik relaksasi seperti pernapasan dalam atau meditasi ringan untuk meredakan kecemasan dan agitasi.

Jangan bertarung: 
Hindari konfrontasi atau pertarungan dengan pasien yang mengalami agitasi. Hal ini dapat memperburuk situasi dan meningkatkan stres mereka.

Libatkan keluarga atau caregiver: 
Minta bantuan dari keluarga atau caregiver pasien untuk memberikan dukungan tambahan dan membantu dalam menangani situasi.

Diskusikan dengan tim medis: 
Diskusikan dengan tim medis untuk mengevaluasi penyebab agitasi dan merencanakan intervensi yang sesuai, termasuk pengelolaan obat-obatan atau terapi lainnya.

Prioritaskan keselamatan: 
Pastikan keselamatan pasien dan orang di sekitarnya. Jika perlu, pertimbangkan untuk menyediakan pengawasan atau bantuan tambahan untuk mengurangi risiko cedera.

Perhatikan diri sendiri: 
Ingatlah untuk merawat diri sendiri juga. Menghadapi lansia yang mengalami agitasi terminal dapat menjadi stres, jadi penting untuk menjaga kesehatan mental dan emosional Anda sendiri.

        Menyaksikan orang yang dicintai menderita  kegelisahan seperti ini memang sulit dan perasaan yang mendalam pada keluarga dan sahabat.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan keluarga untuk meringankan sebagian beban tersebut:  

Ciptakan Lingkungan yang Tenang:
  • Kondisi yang berlebihan dapat memperparah kegelisahan yang parah, jadi jagalah ruangan menjadi senyap, kecuali mungkin dengan musik lembut. 
  • Sesuaikan pencahayaan, bayangan yang dalam dapat membingungkan dan menakuti orang. 
  • Batasi juga pengunjung, kelompok besar dapat dengan cepat menjadi kewalahan. 
  • Permadani dan cermin diketahui memicu halusinasi, jadi Anda mungkin harus melepasnya.  
Bicaralah dengan Nada yang Menenangkan: 
  • Yakinkan orang yang Anda kasihi dengan mengulangi kalimat seperti “Kamu aman”, “Semuanya baik-baik saja”, dan “Jangan khawatir. Aku akan tinggal bersamamu.”
  • Jika mereka mengalami halusinasi yang mengganggu, Anda dapat mengatakan, “Sepertinya kamu khawatir” atau “Kedengarannya menakutkan.”   

Pegang Tangan Mereka: 
  • Sentuhan sangat meyakinkan, salah satu cara terbaik untuk menenangkan orang yang Anda sayangi adalah dengan memegang tangannya atau menepuk lengan atau bahunya.
Menjaga Mereka tetap Aman : 
  • Ada bahaya orang yang Anda kasihi bisa terjatuh dari tempat tidur atau melukai dirinya sendiri saat bangun tidur, jadi  tetaplah dekat dan awasi dia dengan cermat. 
  • Terakhir, hubungi tim rumah sakit segera setelah Anda melihat tanda -tanda kegelisahan yang parah. Perawatan dini adalah cara terbaik untuk memastikan kenyamanan dan martabat pasien. 

Setiap situasi dan individu akan berbeda, jadi penting untuk mengadaptasi pendekatan Anda sesuai dengan kebutuhan dan respons pasien. Komunikasi terbuka dengan tim perawatan medis dan keluarga juga penting untuk mendukung pasien dengan agitasi terminal.


 

Sumber: