Saturday, 13 April 2024

Pertolongan Pertama Syok pada Lansia

         Umumnya, masyarakat mengasosiasikan 'syok' sebagai manifestasi dari tekanan emosional atau ketakutan mendadak dalam merespons peristiwa traumatis. Namun, dalam terminologi medis, syok merujuk pada keadaan di mana sirkulasi darah ke seluruh tubuh tidak mencukupi. Kondisi ini merupakan suatu keadaan darurat medis yang mengancam jiwa.

Syok dalam terminologi medis, kondisi sirkulasi darah tidak mencukupi.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab terjadinya syok, seperti pendarahan yang tak terkendali, luka bakar parah, dan cedera pada tulang belakang.

Penurunan tekanan darah menyebabkan pengurangan aliran oksigen dan nutrisi ke organ-organ vital, seperti otak, jantung, dan paru-paru seseorang. Apabila aliran darah tidak dipulihkan, individu tersebut dapat mengalami kematian karena komplikasi akibat kekurangan suplai oksigen ke organ-organ utama. 

Gejala syok dapat bervariasi tergantung pada jenis syok dan tingkat keparahannya. Namun, beberapa gejala umum yang sering terjadi pada seseorang yang mengalami syok.

Syok dapat terjadi kapan saja, segera hubungi medis terdekat.
(Sumber: foto canva.com)
Beberapa gejala syok, antara lain:

Tekanan Darah Rendah: 
Terjadinya penurunan tekanan darah yang signifikan. Hal ini dapat menyebabkan pusing, pingsan, atau kebingungan.

Nadi Cepat dan Lemah: 
Detak jantung yang cepat dan lemah, sebagai respons terhadap upaya tubuh untuk mempertahankan sirkulasi darah.

Pernapasan Cepat dan Dangkal:
Terjadi peningkatan frekuensi pernapasan dan perasaan sulit bernapas.

Kulit Dingin dan Leluasa: 
Kulit mungkin menjadi pucat, dingin, dan leluasa karena redistribusi aliran darah untuk memprioritaskan organ-organ vital.

Keringat Dingin: 
Terjadi peningkatan produksi keringat, terutama di area dahi, telapak tangan, dan kaki.

Peningkatan produksi keringat di area dahi, telapak tangan dan kaki.
(Sumber: foto canva.com)
Kesadaran Terpengaruh:
Pasien mungkin menjadi bingung, gelisah, atau kehilangan kesadaran.
Mual dan Muntah: Gejala gastrointestinal seperti mual dan muntah dapat terjadi.

Kelelahan yang Parah: 
Pasien mungkin merasa lemah atau lelah yang tidak proporsional dengan aktivitas fisik yang dilakukan.

Rasa Haus yang Intens: 
Meskipun kondisi ini dapat bervariasi, namun beberapa pasien mengalami rasa haus yang berlebihan.

Produksi Urin yang Sedikit:
Terjadi penurunan produksi urin, yang merupakan indikator dari penurunan aliran darah ke ginjal.

Gejala syok dapat muncul secara tiba-tiba dan memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah komplikasi yang lebih serius. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala syok, segeralah mencari bantuan medis.

Beberapa jenis syok medis yang teridentifikasi meliputi:

Hipovolemik: 
Merujuk pada kondisi di mana volume darah dalam tubuh tidak mencukupi untuk menjaga sirkulasi darah yang adekuat. Penyebabnya dapat berasal dari pendarahan, baik yang disebabkan oleh faktor internal seperti pecahnya arteri atau organ, maupun faktor eksternal seperti luka yang dalam, serta dehidrasi. Faktor lain seperti muntah kronis, diare, dehidrasi, atau luka bakar parah juga dapat mengakibatkan penurunan volume darah dan tekanan darah yang berbahaya.

Kardiogenik: 
Terjadi ketika jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh dengan efektif. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk serangan jantung, penyakit jantung seperti kardiomiopati, atau gangguan pada katup jantung yang menghambat fungsi jantung.

Neurogenik: 
Timbul akibat cedera pada tulang belakang yang dapat merusak saraf-saraf yang mengatur diameter pembuluh darah. Akibatnya, pembuluh darah di bawah area cedera tulang belakang dapat mengalami relaksasi dan pelebaran, yang mengakibatkan penurunan tekanan darah.

Cedera tulang belakang dapat merusak saraf-saraf.
(Sumber: foto canva.com)
Septik: 
Disebabkan oleh infeksi yang menyebabkan pelebaran pembuluh darah, sehingga menurunkan tekanan darah secara signifikan. Contohnya, infeksi bakteri seperti E. coli dapat memicu syok septik.

Anafilaksis: 
Merupakan reaksi alergi yang parah yang mengakibatkan pelebaran pembuluh darah, yang pada gilirannya menyebabkan penurunan tekanan darah yang signifikan.

Obstruktif: 
Terjadi ketika aliran darah terhenti, yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti tamponade jantung (akumulasi cairan abnormal di sekitar jantung yang menekan jantung) atau emboli paru (bekuan darah di arteri pulmonalis yang menghambat aliran darah ke paru-paru).

Endokrin: 
Pada individu yang mengalami sakit kritis, gangguan hormonal yang parah seperti hipotiroidisme dapat menyebabkan penurunan fungsi jantung yang signifikan, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah yang mengancam jiwa.

        Pertolongan pertama terhadap penanganan syok pada populasi lansia harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan kebutuhan khusus yang mungkin dimiliki oleh mereka. Intervensi pertama pada kondisi syok bertujuan untuk mengoreksi gangguan sirkulasi darah serta memastikan pasokan oksigen yang memadai ke organ-organ vital. 

Beberapa langkah pertolongan pertama pada syok dapat mencakup:

Panggil bantuan medis: 
Segera hubungi layanan darurat atau carilah bantuan medis profesional.

Posisikan korban: 
Letakkan korban dalam posisi terlentang, dengan kaki sedikit diangkat untuk membantu meningkatkan aliran darah ke otak.

Pastikan saluran napas: 
Pastikan saluran napas korban terbuka dan bebas dari hambatan. Jika korban tidak sadar, buka saluran napas dengan mengangkat dagu ke atas dan mendorong dahi ke belakang.

Stabilkan tulang belakang: 
Jika ada kecurigaan cedera tulang belakang, pastikan untuk mengamankan leher dan kepala korban dalam posisi netral.

Berikan oksigen: 
Jika tersedia, berikan oksigen dengan masker atau alat bantu pernapasan lainnya untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah.

Berikan oksigen dengan masker untuk meningkatkan kadar oksigen dalam darah.
(Sumber: foto canva.com)
Kendalikan pendarahan: 
Jika syok disebabkan oleh pendarahan, berusaha untuk menghentikan pendarahan dengan menekan luka dengan kain bersih atau tangan.

Jaga suhu tubuh: 
Jaga suhu tubuh korban agar tetap hangat dengan menutupinya dengan selimut atau pakaian lainnya.

Berikan cairan intravena: 
Jika memungkinkan dan jika Anda terlatih dalam memberikan cairan intravena, berikan cairan intravena dengan hati-hati untuk mengganti volume darah yang hilang.

Monitor tanda-tanda vital: 
Pantau terus tanda-tanda vital korban seperti tekanan darah, nadi, dan pernapasan, serta tanda-tanda perubahan dalam keadaan kesadaran.

Berikan dukungan emosional: 
Berikan dukungan emosional kepada korban dan tetap tenang serta mengkomunikasikan tindakan yang dilakukan.

Ingatlah bahwa pertolongan pertama pada syok harus segera dilakukan dan dapat berbeda tergantung pada jenis syok dan kondisi spesifik korban. Selalu prioritaskan keselamatan korban dan segera cari bantuan medis profesional jika diperlukan.



Sumber:

https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/shock#outlook-for-people-with-shock

https://www.webmd.com/first-aid/shock-treatment

https://www.mayoclinic.org/first-aid/first-aid-shock/basics/art-20056620

https://www.news-medical.net/health/Shock-First-Aid.aspx

https://firstaidforlife.org.uk/bleeding-and-shock/

https://emed.med.hku.hk/-/media/HKU/Dept-of-EM/Resources/HKU_elderly_firstaid_bookA.pdf

https://firstaidcoursestasmania.com.au/blog/treatment-for-shock/

Friday, 12 April 2024

Penyebab Lansia sering kali Kaget

        Pengertian "kaget" pada lansia adalah reaksi fisik atau emosional yang timbul sebagai respons terhadap rangsangan atau situasi yang tidak terduga, tidak diharapkan, atau mengganggu. Pada lansia, respons kaget ini bisa meliputi perasaan terkejut, peningkatan detak jantung, peningkatan tekanan darah, pernapasan yang cepat, gemetar, kebingungan, atau perasaan tidak nyaman.

Kaget reaksi fisik atau emosional yang timbul sebagai respons.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Istilah medis untuk "kaget pada lansia" adalah "hiperrefleksia". Hiperrefleksia mengacu pada peningkatan respons refleks tubuh terhadap rangsangan eksternal atau internal. Pada lansia, hiperrefleksia dapat terjadi sebagai respons terhadap situasi yang mengejutkan atau tidak terduga, dan ini bisa merupakan bagian dari spektrum respons fisiologis yang melibatkan sistem saraf otonom dan pusat reaksi tubuh terhadap stres.

Meskipun kata "kaget" dan "terkejut" sering digunakan secara bergantian dalam percakapan sehari-hari, ada perbedaan halus antara keduanya dalam konteks reaksi seseorang terhadap situasi atau peristiwa tertentu:

Kaget: 
"Kaget" mengacu pada reaksi tiba-tiba dan mendadak terhadap stimulus yang tidak diharapkan atau tidak terduga. Ini adalah respons fisiologis alami yang melibatkan peningkatan detak jantung, pernapasan yang cepat, atau gerakan tubuh refleks yang cepat. Ketika seseorang kaget, mereka mungkin merasa tidak siap atau tidak memiliki antisipasi terhadap stimulus yang menyebabkan reaksi tersebut.

Kaget adalah reaksi tiba-tiba dan mendadak.
(Sumber: foto canva.com)
Terkejut: 
"Terkejut" lebih mengacu pada respons emosional yang muncul karena peristiwa atau informasi yang mengejutkan. Ini adalah perasaan tidak terduga atau tidak siap terhadap sesuatu yang tidak diduga sebelumnya. Terkejut dapat melibatkan emosi seperti kebingungan, ketidakpercayaan, atau kejutan, tetapi mungkin tidak selalu menyertai respons fisik yang mendadak seperti pada reaksi kaget.

Lansia sering kali mengalami ciri-ciri kaget yang dapat melibatkan respons fisik dan emosional.

Beberapa ciri khasnya meliputi:

Perubahan Ekspresi Wajah: 
Lansia yang kaget mungkin menunjukkan perubahan ekspresi wajah yang mencerminkan perasaan terkejut atau kebingungan.

Peningkatan Detak Jantung: 
Respons fisiologis umum terhadap kaget termasuk peningkatan detak jantung. Lansia yang mengalami kaget mungkin merasakan detak jantung yang lebih cepat dari biasanya.

Peningkatan Pernapasan: 
Peningkatan pernapasan yang cepat atau dangkal adalah salah satu ciri reaksi stres dan kejutan pada lansia.

Gemetar atau Ketegangan: 
Lansia yang kaget dapat mengalami gemetar atau ketegangan otot, terutama pada tangan atau kaki.

Kesulitan Berkonsentrasi: 
Kejutan atau situasi yang mengejutkan dapat membuat lansia kesulitan berkonsentrasi atau merasa bingung.

Ketidaknyamanan atau Kegelisahan: 
Lansia yang kaget mungkin merasa tidak nyaman atau gelisah akibat rangsangan atau situasi yang tidak diharapkan.

Lansia yang kaget mungkin merasa tidak nyaman.
(Sumber: foto canva.com)
Reaksi Responsif Otomatis: 
Lansia dapat menunjukkan respons refleks otomatis seperti melompat, menarik nafas, atau meraih sesuatu sebagai tanggapan terhadap stimulus yang mengejutkan.

Gangguan Tidur: 
Kejutan atau stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi pola tidur lansia, menyebabkan gangguan tidur atau kesulitan untuk tidur.

💬 Reaksi kaget dapat bervariasi antar individu dan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kesehatan umum, keadaan kognitif, dan faktor lingkungan. 

Lansia sering kali mengalami gejala kaget atau kebingungan karena beberapa alasan, termasuk:

Gangguan Sensorik: 
Gangguan pendengaran atau penglihatan yang umum terjadi pada lansia dapat membuat mereka lebih rentan terhadap kejutan atau situasi yang mengejutkan.

Penurunan Kemampuan Kognitif: 
Penurunan kemampuan kognitif, seperti penyusutan memori atau penurunan konsentrasi, yang terjadi secara alami seiring bertambahnya usia, dapat membuat lansia lebih sulit untuk memproses informasi atau memahami situasi dengan cepat. Hal ini dapat membuat mereka merasa kaget atau kebingungan dalam situasi yang kompleks atau tidak terduga.

Gangguan Kesehatan Mental: 
Lansia juga lebih rentan terhadap gangguan kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan, yang dapat meningkatkan reaksi terhadap situasi yang mengejutkan.

Perubahan Lingkungan: 
Perubahan dalam lingkungan sekitar, seperti suara yang tiba-tiba atau cahaya yang terang, dapat memicu respons kaget pada lansia, terutama jika mereka memiliki sensitivitas sensorik yang meningkat.

Penyakit Terkait Usia: 
Beberapa penyakit terkait usia, seperti penyakit Alzheimer atau penyakit Parkinson, dapat mempengaruhi respons terhadap rangsangan eksternal dan menyebabkan reaksi kaget atau kebingungan.

Stres atau Kekhawatiran:
Lansia mungkin lebih rentan terhadap stres atau kekhawatiran yang berkaitan dengan perubahan kehidupan, kesehatan, atau keadaan sosial, yang dapat meningkatkan respons terhadap situasi yang mengejutkan.

Lansia lebih rentan terhadap khawatir atau stres.
(Sumber: foto canva.com)
💬 Kaget atau kebingungan pada lansia tidak selalu merupakan hal yang abnormal, dan dapat menjadi bagian dari proses penuaan yang alami. 

       Mencegah lansia agar tidak sering kaget melibatkan pendekatan holistik yang mencakup aspek fisik, mental, dan lingkungan. 

Beberapa langkah untuk membantu mencegah lansia agar tidak sering kaget:

Perawatan Kesehatan Teratur: 
Penting untuk menjaga perawatan kesehatan yang teratur dengan dokter atau profesional kesehatan. Pemeriksaan kesehatan rutin dapat membantu mendeteksi dan mengelola kondisi kesehatan yang mungkin memengaruhi respons terhadap rangsangan eksternal.

Pengelolaan Kesehatan Mental: 
Upaya untuk menjaga kesehatan mental yang baik sangat penting. Ini termasuk mengelola stres, berlatih teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga, serta mencari bantuan jika diperlukan untuk mengatasi masalah kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi.

Pengaturan Lingkungan yang Aman: 
Ciptakan lingkungan sekitar lansia yang aman dan terstruktur. Hindari perubahan yang tiba-tiba atau mendadak dalam lingkungan mereka, dan pastikan bahwa rumah atau fasilitas tempat tinggal mereka meminimalkan potensi risiko atau stimuli yang tidak diinginkan.

Penyuluhan dan Pendidikan: 
Memberikan informasi dan pendidikan kepada lansia dan keluarga mereka tentang situasi yang mungkin mengejutkan dan cara menghadapinya dapat membantu mengurangi reaksi kaget.

Latihan Mental: 
Latihan kognitif seperti permainan teka-teki, membaca, atau belajar hal-hal baru dapat membantu menjaga keterampilan kognitif yang baik, yang dapat membantu lansia merasa lebih siap dan mampu mengatasi situasi yang mengejutkan.

Pertahankan Komunikasi yang Terbuka: 
Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara lansia dan keluarga atau anggota tim perawatan kesehatan mereka dapat membantu mengidentifikasi penyebab respons kaget dan mencari solusi yang sesuai.

Pendekatan Terapi Fisik: 
Terapi fisik seperti latihan keseimbangan dan koordinasi gerakan dapat membantu lansia dalam mengatasi situasi yang mengejutkan dengan lebih baik.

Stimulasi Sensorik yang Tepat: 
Membantu lansia untuk mengelola rangsangan sensorik, seperti suara yang keras atau cahaya yang terang, dapat membantu mengurangi reaksi kaget.

💬Mencegah lansia agar tidak sering kaget melibatkan upaya yang berkelanjutan dan kolaboratif antara lansia, keluarga, dan profesional kesehatan. 

       Pengobatan kaget pada lansia tergantung pada penyebab spesifiknya. Jika kaget disebabkan oleh masalah kesehatan tertentu atau kondisi medis, penanganan penyakit tersebut akan menjadi fokus utama perawatan. 

Beberapa langkah umum yang dapat diambil untuk mengatasi kaget pada lansia:

Evaluasi Medis: 
Pertama-tama, lakukan evaluasi medis menyeluruh oleh profesional kesehatan. Ini dapat mencakup pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah, atau tes lainnya untuk menilai kesehatan umum dan mendeteksi masalah kesehatan yang mungkin menyebabkan reaksi kaget.

Manajemen Kesehatan Mental: 
Jika kaget terkait dengan masalah kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi, perawatan kesehatan mental dapat membantu mengelola gejala dan meningkatkan kesejahteraan emosional lansia. Ini dapat mencakup konseling, terapi perilaku kognitif, atau penggunaan obat-obatan jika diperlukan.

Pengelolaan Lingkungan: 
Buatlah lingkungan sekitar lansia menjadi lebih terstruktur dan aman. Hindari perubahan yang tiba-tiba atau mendadak, dan pastikan bahwa rumah atau fasilitas tempat tinggal mereka meminimalkan potensi risiko atau stimuli yang tidak diinginkan.

Pendekatan Terapi Fisik: 
Terapi fisik dapat membantu lansia meningkatkan keseimbangan, koordinasi gerakan, dan kekuatan otot. Ini bisa membantu mengurangi risiko cedera dan meningkatkan respons tubuh terhadap situasi yang mengejutkan.

Teknik Relaksasi dan Latihan Pernapasan: Mengajarkan teknik-teknik relaksasi seperti meditasi, pernapasan dalam, atau yoga dapat membantu lansia mengatasi stres dan meningkatkan kontrol atas respons fisiologis mereka terhadap rangsangan eksternal.

Pendekatan Pendidikan dan Penyuluhan: 
Memberikan informasi dan pendidikan kepada lansia dan keluarganya tentang situasi yang mungkin mengejutkan dan memberikan strategi untuk menghadapinya dapat membantu mengurangi reaksi kaget.

Pengelolaan Obat-obatan: 
Beberapa obat-obatan yang digunakan oleh lansia mungkin memiliki efek samping seperti keterkejutan atau kebingungan. Evaluasi ulang oleh dokter atau profesional kesehatan dapat membantu menilai apakah perlu penyesuaian dosis atau penggantian obat.

Dukungan Sosial: 
Memberikan dukungan sosial dan ketersediaan teman atau keluarga untuk berbicara dan berbagi perasaan dapat membantu mengurangi stres dan reaksi kaget.

Berdiskusi dengan profesional kesehatan untuk menentukan pendekatan terbaik berdasarkan kondisi spesifik lansia tersebut. Perawatan yang tepat akan sangat bervariasi tergantung pada penyebab dan karakteristik individu.


Sumber:






Thursday, 11 April 2024

4 Pilar Penuaan yang Sukses

         Penelitian ilmiah telah mengungkapkan bahwa peran DNA dalam menentukan nasib kita jauh lebih kompleks daripada yang pernah diantisipasi. Dalam paradigma ini, DNA dapat diibaratkan sebagai panduan arsitektur bagi "rumah" biologis kita. Panduan ini, atau cetak biru, ditetapkan pada saat pembuahan, dan mencerminkan warisan genetik yang diterima dari leluhur kita. Sebagai contoh, kita mungkin mewarisi pinggul yang kokoh dari Nenek, atau mungkin hidung yang khas dari Paman. Ini adalah warisan biologis yang berharga yang membentuk identitas genetik kita.

Lansia dapat menerapkan 4 pilar kesehatan utama.
(Sumber: foto canva.com)

Namun demikian, seperti rumah yang memerlukan perawatan dan pemeliharaan untuk tetap kokoh dan berfungsi seiring berjalannya waktu, demikian pula dengan tubuh kita. Sebagaimana perumpamaan rumah berusia, yang satu berdiri kokoh meskipun telah berusia satu abad, sementara yang lain runtuh pada usia setengah abad karena kurangnya perawatan, fondasi yang kuat dan perawatan berkala berperan penting dalam kesejahteraan kita.

Pertanyaannya, bagaimana konsep ini dapat diaplikasikan secara ilmiah dalam konteks kesehatan dan penuaan manusia? Penelitian telah mengidentifikasi empat area utama yang memengaruhi kualitas penuaan kita secara holistik, yang disebut sebagai "Empat Pilar Kesehatan Penuaan", yaitu:

Kebugaran Otak: 
Merawat kesehatan otak sangat penting karena kognisi yang baik memungkinkan kita untuk tetap aktif, produktif, dan mandiri seiring bertambahnya usia. Latihan otak, seperti mengerjakan teka-teki atau mempelajari hal baru, serta menjaga kesehatan mental dan tidur yang cukup, dapat membantu menjaga kesehatan otak.

Merawat kebugaran otak sangat penting untuk lansia.
(Sumber: foto canva.com)
Kebugaran Jasmani: 
Kondisi fisik yang baik dan kekuatan tubuh yang optimal memungkinkan seseorang untuk menjalani kehidupan yang aktif dan independen pada usia lanjut. Latihan aerobik, latihan kekuatan, dan fleksibilitas penting untuk mempertahankan kebugaran jasmani.

Nutrisi dan Pola Makan: 
Asupan nutrisi yang seimbang dan pola makan yang baik sangat penting untuk mendukung kesehatan fisik dan mental pada usia lanjut. Memilih makanan yang kaya akan nutrisi, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian utuh, dan protein sehat, serta menghindari makanan olahan dan tinggi gula tambahan, lemak jenuh, dan garam, adalah kunci untuk menjaga kesehatan.

Keterlibatan Sosial dan Spiritual: 
Hubungan sosial yang kuat dan kehidupan spiritual yang berarti dapat memberikan dukungan emosional dan mental yang penting pada usia lanjut. Interaksi sosial yang aktif, terlibat dalam komunitas, dan menjaga hubungan yang bermakna dengan keluarga dan teman-teman dapat membantu mencegah isolasi sosial dan menjaga kesehatan mental.

Keterlibatan sosial dapat memberikan dukungan emosional lansia.
(Sumber: foto canva.com)
Ketika kita secara sadar menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, kita sedang membangun fondasi yang kuat untuk kesehatan yang berkelanjutan dan umur panjang yang bermakna. Dengan pendekatan ilmiah ini, kita dapat mengoptimalkan kualitas hidup kita sepanjang masa penuaan kita.
Namun ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kegagalan dalam menjaga keempat pilar utama kesehatan pada lansia:

Keterbatasan Fisik: 
Lansia mungkin mengalami keterbatasan fisik yang membuat sulit bagi mereka untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi kesehatan tertentu, seperti arthritis atau masalah kardiovaskular, yang membatasi mobilitas dan aktivitas fisik.

Isolasi Sosial: 
Isolasi sosial adalah faktor risiko kesehatan yang signifikan pada lansia. Kehilangan pasangan hidup, teman, atau dukungan sosial dapat menyebabkan kesepian dan depresi, yang dapat mengurangi motivasi untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan, termasuk nutrisi yang baik dan keterlibatan dalam aktivitas fisik.

Keterbatasan Keuangan:
Keterbatasan keuangan dapat menjadi hambatan dalam akses terhadap nutrisi yang seimbang dan layanan kesehatan yang sesuai. Biaya makanan sehat, perawatan medis, atau keanggotaan pusat kebugaran mungkin menjadi sulit bagi lansia dengan pendapatan terbatas.

Kesehatan Mental: 
Masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk merawat diri sendiri dengan baik. Ini dapat menyebabkan penurunan motivasi untuk menjaga pola makan sehat, berpartisipasi dalam aktivitas fisik, atau menjaga hubungan sosial yang positif.

Keterbatasan Pengetahuan dan Akses: 
Beberapa lansia mungkin memiliki keterbatasan pengetahuan tentang pentingnya menjaga keempat pilar kesehatan utama atau tidak memiliki akses yang memadai ke sumber daya dan informasi yang diperlukan untuk melakukannya.

Penting untuk menyediakan dukungan dan sumber daya yang diperlukan bagi lansia, baik melalui program-program kesehatan masyarakat, layanan sosial, atau dukungan keluarga dan komunitas. Upaya untuk meningkatkan aksesibilitas terhadap nutrisi yang seimbang, aktivitas fisik, dukungan sosial, dan perawatan kesehatan yang terjangkau dapat membantu mengurangi risiko kegagalan dalam menjaga kesehatan pada lansia.



Sumber:

https://www.edenprairieaging.org/education-for-seniors/four-pillars-of-successful-aging.html

https://blakeford.com/successful-aging-focusing-on-the-four-pillars-of-health/

https://sitewellsolutions.com/4-pillars-of-healthy-aging

https://nationalseniorsstrategy.ca/the-four-pillars/