Sunday 11 August 2024

Jangan Remehkan "Makan sebelum Minum Obat": Ada Risiko yang Menyertainya.

        Makan sebelum minum obat berarti Anda harus mengonsumsi makanan terlebih dahulu sebelum mengambil dosis obat tertentu. Biasanya, ini berarti makan makanan lengkap atau setidaknya makanan ringan sekitar 15-30 menit sebelum Anda minum obat.

Beberapa lansia meminum obat untuk mempertahankan kesehatan.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)
Obat tertentu direkomendasikan untuk diminum setelah makan karena beberapa alasan yang berkaitan dengan cara kerja obat tersebut di dalam tubuh dan untuk meminimalkan efek samping. 

Beberapa alasannya, antara lain:

Mengurangi Iritasi pada Lambung: Beberapa obat, terutama yang bersifat asam atau iritan, dapat menyebabkan iritasi pada lambung jika diminum saat perut kosong. Dengan mengonsumsi obat setelah makan, makanan di lambung membantu melindungi dinding lambung dari iritasi, sehingga mengurangi risiko sakit perut atau gangguan pencernaan.

Meningkatkan Penyerapan Obat: Ada obat yang penyerapannya lebih baik ketika ada makanan di lambung atau usus. Makanan dapat meningkatkan bioavailabilitas obat, yang berarti lebih banyak obat yang masuk ke dalam aliran darah dan menjadi lebih efektif.

Mencegah Efek Samping: Beberapa obat dapat menyebabkan mual atau muntah jika diminum saat perut kosong. Mengonsumsi obat setelah makan dapat membantu mengurangi atau mencegah efek samping tersebut.

Mengoptimalkan Efek Obat: Beberapa obat bekerja lebih baik ketika ada makanan di dalam sistem pencernaan. Misalnya, obat-obatan tertentu untuk diabetes tipe 2 diminum setelah makan karena mereka bekerja untuk mengontrol kadar gula darah yang naik setelah makan.

Keamanan: Beberapa obat bisa menjadi berbahaya jika diminum saat perut kosong, terutama obat yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah yang drastis atau yang bisa mempengaruhi metabolisme tubuh dengan cepat.

Dengan demikian, mengikuti petunjuk waktu konsumsi obat sangat penting untuk memastikan efektivitas dan keamanan obat tersebut. Jika ada ketidakpastian, selalu konsultasikan dengan dokter atau apoteker.

Beberapa jenis obat yang biasanya direkomendasikan untuk diminum setelah makan:

Obat Anti-inflamasi Nonsteroid (NSAID):
  • Contoh: Ibuprofen, Aspirin, Naproxen, Diklofenak.
  • Alasan: Obat-obat ini dapat mengiritasi lapisan lambung dan meningkatkan risiko perdarahan lambung jika diminum saat perut kosong.
Obat-obatan Kortikosteroid:
  • Contoh: Prednison, Deksametason.
  • Alasan: Kortikosteroid dapat menyebabkan iritasi lambung dan meningkatkan risiko ulkus (luka pada lambung). Minum setelah makan mengurangi risiko ini.
Obat untuk Diabetes Tipe 2:
  • Contoh: Metformin.
  • Alasan: Metformin sering direkomendasikan untuk diminum setelah makan untuk mengurangi risiko gangguan pencernaan, seperti mual atau diare.
Obat untuk Menurunkan Tekanan Darah:
  • Contoh: Beta-blocker (seperti Atenolol, Metoprolol).
  • Alasan: Minum obat ini setelah makan dapat membantu mengurangi efek samping seperti pusing atau tekanan darah rendah yang tiba-tiba.
Obat Penambah Zat Besi:
  • Contoh: Tablet zat besi (Ferrous sulfate).
  • Alasan: Meskipun zat besi lebih baik diserap saat perut kosong, banyak orang mengalami mual saat meminumnya tanpa makanan, sehingga sering disarankan untuk diminum setelah makan.
Obat untuk Asam Urat:
  • Contoh: Allopurinol.
  • Alasan: Obat ini dapat menyebabkan iritasi lambung jika diminum saat perut kosong.
Obat Anti-nyeri:
  • Contoh: Paracetamol (acetaminophen).
  • Alasan: Paracetamol lebih lembut di lambung dibandingkan NSAID, tetapi tetap dianjurkan untuk diminum setelah makan untuk mengurangi potensi iritasi.
Obat untuk Mengatasi Masalah Pencernaan:
  • Contoh: Enzim pencernaan (seperti Pancreatin).
  • Alasan: Obat ini bekerja dengan makanan, sehingga lebih efektif jika diminum setelah makan.
Petunjuk yang diberikan oleh dokter atau apoteker mengenai waktu minum obat harus selalu diikuti untuk memastikan obat bekerja dengan baik dan mengurangi risiko efek samping.


Beberapa obat bebas yang sering kali disarankan untuk diminum setelah makan:

Ibuprofen: Anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) untuk nyeri dan demam. Bisa mengiritasi lambung jika diminum saat perut kosong.

Aspirin: NSAID untuk mengurangi nyeri dan demam, juga bisa menyebabkan iritasi lambung.

Naproxen: NSAID yang mirip dengan ibuprofen, juga dapat menyebabkan iritasi lambung.

Paracetamol (Acetaminophen): Obat nyeri dan demam yang lebih aman, tetapi tetap dianjurkan diminum setelah makan untuk menghindari ketidaknyamanan perut.

Antasida: Obat untuk mengurangi mulas atau gangguan pencernaan, seringkali lebih efektif jika diminum setelah makan.

Loperamide: Obat untuk diare yang dapat menyebabkan mual jika diminum saat perut kosong.

Cetirizine: Antihistamin untuk alergi yang bisa menyebabkan pusing atau mual jika diminum tanpa makanan.

Diphenhydramine: Antihistamin yang juga digunakan untuk tidur, bisa menyebabkan mual jika diminum tanpa makanan.

Ranitidine (sekarang kurang umum): Dulu digunakan untuk mengurangi asam lambung, sering diminum setelah makan.

Famotidine: Obat untuk mengurangi asam lambung, bisa diminum setelah makan untuk menghindari mual.

Omeprazole: Penghambat pompa proton untuk asam lambung, biasanya diminum sebelum makan, tetapi bisa disarankan setelah makan jika ada risiko iritasi.

Dextromethorphan: Obat batuk yang bisa menyebabkan mual jika diminum saat perut kosong.

Bismuth Subsalicylate (Pepto-Bismol): Obat untuk diare dan gangguan perut, biasanya diminum setelah makan.

Pseudoephedrine: Obat dekongestan yang bisa menyebabkan mual atau sakit kepala jika diminum tanpa makanan.

Chlorpheniramine: Antihistamin yang bisa menyebabkan kantuk dan mual jika diminum tanpa makanan.

Meclizine: Obat untuk mabuk perjalanan yang bisa menyebabkan kantuk dan mual jika diminum tanpa makanan.

Guaifenesin: Ekspektoran untuk batuk berdahak, lebih nyaman diminum setelah makan.

Ferrous sulfate: Suplemen zat besi, sering menyebabkan mual jika diminum tanpa makanan.

Magnesium hydroxide: Digunakan untuk mengatasi sembelit atau mulas, bisa diminum setelah makan untuk kenyamanan.

Multivitamin dengan zat besi: Mengandung zat besi yang bisa menyebabkan mual jika diminum saat perut kosong.

Untuk setiap obat bebas, penting membaca label atau petunjuk yang tertera di kemasan, dan jika ada keraguan, berkonsultasi dengan apoteker atau dokter untuk memastikan cara konsumsi yang benar.





Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9245166/

https://www.gleneagles.com.sg/health-plus/article/why-medicines-before-after-food 

https://www.groupeproxim.ca/en/article/food-drug-interactions#

https://www.goodrx.com/drugs/side-effects/taking-medication-with-food

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557405/


Thursday 8 August 2024

Sambal dan Lansia: Ada Efek Buruk yang Perlu Diperhatikan

        Sambal dalam kuliner Indonesia adalah saus atau pasta yang dibuat dari campuran cabai yang dihaluskan dengan berbagai bahan lainnya seperti garam, terasi (pasta udang fermentasi), bawang putih, bawang merah, gula, dan jeruk limau. Sambal sering digunakan sebagai bumbu, pelengkap, atau saus untuk berbagai hidangan.

Beberapa lansia memiliki kegemaran makan sambal.
(Sumber: foto Rozali)

        Capsaicin adalah senyawa kimia yang ditemukan dalam cabai yang menghasilkan "rasa panas" yang kita rasakan saat kita makan makanan pedas. Saat Anda makan cabai, capsaicin mengikat golongan reseptor nyeri yang disebut TRPV1 yang ditemukan di mulut, di permukaan lidah, dan di seluruh saluran pencernaan.

Tubuh Anda juga akan berusaha menghilangkan capsaicin dengan meningkatkan produksi lendir, air mata, dan air liur, yang mengakibatkan hidung meler, mata berair, dan bahkan meneteskan air liur
Sambal memiliki banyak variasi, tergantung pada daerah dan bahan yang digunakan. 

Sambal terasi yang pedas dan  enak.
(Sumber: foto canva.com)
Beberapa jenis sambal yang populer di Indonesia antara lain:

Sambal Oelek: Sambal dasar yang dibuat dari cabai yang dihaluskan dan garam, bisa digunakan sebagai dasar untuk sambal lainnya.

Sambal Terasi: Sambal yang dibuat dengan tambahan terasi, memberikan rasa yang kuat dan khas.

Sambal Matah: Sambal dari Bali yang segar dan dibuat dari bahan-bahan mentah seperti cabai, bawang merah, serai, dan daun jeruk.

Sambal Bajak: Sambal yang dimasak dengan berbagai rempah, gula merah, dan terasi, biasanya memiliki rasa yang lebih manis dan kaya.

Sambal Kecap: Sambal yang dibuat dengan campuran kecap manis, cabai, dan bawang merah.

Sambal adalah bagian integral dari masakan Indonesia dan bisa bervariasi dari sangat pedas hingga manis, tergantung pada preferensi dan resep.

       Konsumsi sambal oleh lansia perlu diperhatikan dengan cermat, mengingat kondisi kesehatan yang mungkin lebih sensitif dibandingkan orang yang lebih muda. 

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

Tingkat Kepedasan: Cabai yang menjadi bahan utama sambal mengandung capsaicin, yang dapat menyebabkan iritasi pada lambung, terutama bagi mereka yang memiliki masalah pencernaan seperti maag atau gastritis. Kepedasan yang tinggi juga bisa menyebabkan ketidaknyamanan seperti mulas atau diare pada beberapa lansia.

Masalah Pencernaan: Seiring bertambahnya usia, sistem pencernaan sering kali menjadi lebih sensitif. Sambal yang terlalu pedas atau berminyak bisa memicu gangguan pencernaan, terutama jika lansia memiliki kondisi seperti refluks asam, irritable bowel syndrome (IBS), atau masalah lambung lainnya.

Tekanan Darah: Beberapa sambal mengandung garam dalam jumlah yang cukup tinggi. Konsumsi garam berlebihan dapat berdampak buruk bagi lansia yang memiliki tekanan darah tinggi atau masalah kardiovaskular.

Kandungan Gula: Sambal tertentu, seperti sambal bajak, mengandung gula. Konsumsi gula berlebihan bisa berdampak negatif bagi lansia yang memiliki diabetes atau risiko tinggi terhadap penyakit tersebut.

       Mengkonsumsi sambal, terutama dalam jumlah besar atau dengan tingkat kepedasan tinggi, dapat memperburuk atau memicu beberapa kondisi kesehatan pada lansia. 

Tingkat kepedasan yang aman untuk lansia sangat bervariasi tergantung pada kondisi kesehatan individu dan sensitivitas terhadap makanan pedas. 

Pedoman umum untuk lansia:

1. Tingkat Kepedasan Rendah
  • Deskripsi: Rasa pedas yang sangat ringan, yang hanya memberikan sedikit sensasi panas di lidah tanpa menyebabkan ketidaknyamanan.
  • Contoh: Sambal dengan hanya sedikit cabai atau dicampur dengan banyak bahan non-pedas seperti tomat atau kacang.
  • Cocok untuk: Lansia dengan kondisi pencernaan yang sensitif atau yang belum terbiasa dengan makanan pedas.
2. Tingkat Kepedasan Moderat
  • Deskripsi: Rasa pedas yang lebih terasa tetapi masih dalam batas toleransi kebanyakan orang, tanpa menyebabkan iritasi lambung yang signifikan.
  • Contoh: Sambal dengan cabai yang tidak terlalu banyak, atau sambal yang sudah dicampur dengan bahan-bahan lain seperti kecap atau kelapa.
  • Cocok untuk: Lansia yang masih dapat menoleransi pedas dan tidak memiliki masalah pencernaan atau jantung yang serius.
3. Tingkat Kepedasan Tinggi (Tidak Disarankan)
  • Deskripsi: Rasa pedas yang sangat kuat dan panas, yang dapat menyebabkan iritasi pada mulut, tenggorokan, dan lambung.
  • Contoh: Sambal dengan banyak cabai rawit atau cabai merah keriting yang kuat.
  • Cocok untuk: Umumnya tidak disarankan untuk lansia, terutama yang memiliki masalah pencernaan, hipertensi, atau penyakit jantung.

Beberapa penyakit atau kondisi yang dapat dipengaruhi oleh konsumsi sambal:

1. Gastritis (Radang Lambung) dan Tukak Lambung
  • Deskripsi: Gastritis adalah peradangan pada dinding lambung, sedangkan tukak lambung adalah luka pada dinding lambung atau usus.
  • Pengaruh Sambal: Capsaicin dalam cabai dapat mengiritasi dinding lambung dan memperburuk kondisi ini, menyebabkan nyeri perut, mual, dan ketidaknyamanan.
2. Refluks Gastroesofageal (GERD)
  • Deskripsi: GERD adalah kondisi di mana asam lambung naik ke esofagus, menyebabkan sensasi terbakar di dada (heartburn).
  • Pengaruh Sambal: Makanan pedas seperti sambal dapat memicu refluks asam dan memperburuk gejala GERD, terutama pada lansia yang sudah memiliki kondisi ini.
3. Irritable Bowel Syndrome (IBS)
  • Deskripsi: IBS adalah gangguan pencernaan kronis yang menyebabkan kram, sakit perut, kembung, dan perubahan kebiasaan buang air besar.
  • Pengaruh Sambal: Makanan pedas sering kali menjadi pemicu gejala IBS, menyebabkan ketidaknyamanan usus yang lebih parah pada lansia yang menderita IBS.
4. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
  • Deskripsi: Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah dalam arteri meningkat secara kronis.
  • Pengaruh Sambal: Beberapa sambal mengandung garam dalam jumlah tinggi, yang dapat meningkatkan tekanan darah dan memperburuk kondisi hipertensi.
5. Hemoroid (Wasir)
  • Deskripsi: Hemoroid adalah pembengkakan pembuluh darah di sekitar anus yang bisa menyebabkan nyeri, gatal, dan pendarahan.
  • Pengaruh Sambal: Makanan pedas dapat mengiritasi saluran pencernaan, memperparah gejala hemoroid seperti nyeri dan peradangan.
6. Diare
  • Deskripsi: Diare adalah kondisi di mana seseorang mengalami buang air besar dengan feses yang encer lebih dari biasanya.
  • Pengaruh Sambal: Makanan pedas, termasuk sambal, dapat mempercepat proses pencernaan, menyebabkan diare pada beberapa orang, terutama lansia yang mungkin lebih sensitif terhadap makanan pedas.
7. Alergi dan Intoleransi Makanan
  • Deskripsi: Beberapa orang mungkin memiliki intoleransi atau alergi terhadap bahan-bahan tertentu dalam sambal, seperti cabai atau terasi.
  • Pengaruh Sambal: Konsumsi sambal bisa memicu reaksi alergi atau intoleransi, menyebabkan gejala seperti gatal, ruam, sesak napas, atau gangguan pencernaan.
8. Masalah Jantung 
  • Deskripsi: Lansia yang memiliki penyakit jantung perlu berhati-hati terhadap makanan yang dapat mempengaruhi tekanan darah atau menyebabkan stres berlebihan pada sistem kardiovaskular.
  • Pengaruh Sambal: Makanan pedas bisa meningkatkan detak jantung sementara, yang bisa menambah beban pada jantung yang sudah lemah.
Lansia yang ingin tetap mengonsumsi sambal sebaiknya melakukannya dengan porsi kecil dan memperhatikan respon tubuh mereka. Berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi juga dianjurkan untuk menyesuaikan pola makan sesuai dengan kondisi kesehatan individu.

Kiat Aman untuk Lansia yang Mengonsumsi Sambal:
  • Kepedasan Ringan: Pilih sambal dengan tingkat kepedasan yang ringan atau moderat.
  • Sambal Segar: Sambal seperti sambal matah, yang terbuat dari bahan segar tanpa dimasak dan minim minyak, mungkin lebih mudah dicerna.
  • Porsi Kecil: Mengonsumsi sambal dalam porsi kecil bisa membantu mencegah efek samping yang tidak diinginkan.
  • Pantau Respon Tubuh: Lansia sebaiknya memantau bagaimana tubuh mereka bereaksi setelah mengonsumsi sambal dan menyesuaikan konsumsi mereka sesuai dengan kebutuhan.






Sumber:

https://www.earth.com/news/spicy-food-dementia/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9795841/

https://www.uhhospitals.org/blog/articles/2022/06/spicy-food-challenges-harmful-or-healthy

https://www.healthline.com/nutrition/is-hot-sauce-good-for-you



Wednesday 7 August 2024

Cara Menghindar lansia dari Penipuan Melalui WhatsApp

        Penipu sering kali memanfaatkan kebutuhan emosional lansia, seperti keinginan untuk tetap terhubung dengan keluarga atau keinginan untuk membantu orang lain. Penipuan yang meminta bantuan finansial atau mengklaim adanya darurat keluarga bisa sangat efektif terhadap lansia. Banyak lansia yang tidak menyadari metode penipuan online.

Kebutuhan emosional pada lansia seringkali dimanfaatkan penipu.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)
Lansia (lanjut usia) sering kali menjadi target empuk penipuan di WhatsApp karena beberapa alasan berikut:

Kurangnya Pengetahuan Teknologi:
Lansia mungkin tidak terbiasa dengan teknologi dan cara kerja aplikasi seperti WhatsApp, sehingga mereka lebih rentan terhadap penipuan. Mereka mungkin tidak menyadari tanda-tanda peringatan dari pesan yang mencurigakan atau tautan berbahaya​. 

Kurangnya Kesadaran tentang Penipuan Online:
Banyak lansia yang tidak menyadari metode penipuan online yang umum digunakan oleh penipu. Mereka mungkin tidak terbiasa dengan konsep phishing, malware, atau rekayasa sosial yang sering digunakan dalam penipuan WhatsApp.​  

Ketergantungan pada Komunikasi Digital:
Lansia sering kali menggunakan WhatsApp untuk tetap terhubung dengan keluarga dan teman, terutama selama masa isolasi atau pandemi. Hal ini membuat mereka lebih mungkin untuk percaya pada pesan yang tampaknya berasal dari orang yang mereka kenal​.

Kurangnya Verifikasi:
Lansia mungkin tidak memverifikasi identitas pengirim pesan dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh pengguna yang lebih muda. Mereka mungkin lebih cenderung mempercayai pesan yang mereka terima tanpa memeriksa lebih lanjut.

Kebutuhan Emosional:
Penipu sering kali memanfaatkan kebutuhan emosional lansia, seperti keinginan untuk tetap terhubung dengan keluarga atau keinginan untuk membantu orang lain. Penipuan yang meminta bantuan finansial atau mengklaim adanya darurat keluarga bisa sangat efektif terhadap lansia​.

Penggunaan Bahasa yang Sederhana:
Penipu sering menggunakan bahasa yang sederhana dan pendekatan langsung yang dapat dengan mudah dimengerti oleh lansia. Hal ini membuat penipuan tersebut lebih meyakinkan bagi mereka​.

Beberapa jenis penipuan WhatsApp yang sering terjadi di Indonesia:

Penipuan dengan Tautan Berbahaya:
Penipu mengirim tautan yang mengarahkan pengguna ke situs web phishing yang meminta informasi pribadi atau mengunduh malware ke perangkat pengguna, dalam bentuk undangan pernikahan, surat pemberitahuan berformat  Apk ((Android Package Kit)

Penipuan Undian Berhadiah:
Pengguna menerima pesan yang mengklaim mereka telah memenangkan hadiah besar dan diminta untuk membayar biaya administrasi atau memberikan informasi pribadi untuk mengklaim hadiah tersebut. Ini adalah skema penipuan yang umum di Indonesia.

Penipuan Kode OTP:
Penipu mencoba mendapatkan kode OTP (One-Time Password) yang dikirim ke ponsel pengguna untuk mengambil alih akun WhatsApp atau akun lainnya yang terkait dengan nomor telepon tersebut.

Penipuan Impersonasi:
Penipu berpura-pura menjadi teman atau anggota keluarga dan meminta bantuan finansial dengan alasan darurat. Mereka sering menggunakan foto profil dan informasi pribadi yang dicuri untuk membuat akun palsu.

Penipuan Investasi:
Pesan yang menawarkan peluang investasi yang tampaknya menguntungkan, tetapi sebenarnya adalah penipuan yang dirancang untuk mencuri uang dari korban. Ini termasuk skema Ponzi atau investasi palsu.

Penipuan Pekerjaan Palsu:
Pengguna menerima pesan yang menawarkan pekerjaan dengan gaji tinggi tanpa persyaratan yang jelas. Mereka kemudian diminta untuk membayar biaya pelatihan atau administrasi.

Penipuan Pembajakan Akun:
Penipu memperoleh akses ke akun WhatsApp pengguna dengan mendapatkan kode verifikasi yang dikirim ke ponsel korban, seringkali melalui serangan voicemail atau social engineering.

Penipuan Donasi Palsu:
Penipu meminta sumbangan untuk tujuan amal atau bantuan bencana, tetapi sebenarnya uang tersebut masuk ke rekening penipu.

 Cara melindungi diri dari penipuan ini, pengguna WhatsApp di Indonesia disarankan untuk:
  • Tidak mengklik tautan yang tidak dikenal atau mencurigakan.
  • Tidak membagikan kode OTP atau informasi pribadi kepada siapa pun.
  • Memverifikasi identitas pengirim sebelum mengirim uang atau informasi sensitif.
  • Mengaktifkan verifikasi dua langkah di WhatsApp.
  • Melaporkan dan memblokir nomor yang mencurigakan.
Dengan memahami jenis-jenis penipuan ini dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat, pengguna dapat mengurangi risiko menjadi korban penipuan di WhatsApp.

       Jika seorang lansia tertipu di WhatsApp, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi kerugian dan melindungi diri di masa depan:

Hentikan Kontak dengan Penipu:
  • Segera berhenti berkomunikasi dengan penipu. Jangan membalas pesan atau telepon dari mereka.
Blokir dan Laporkan Penipu:
  • Blokir nomor telepon penipu di WhatsApp. Anda juga bisa melaporkan nomor tersebut ke WhatsApp agar mereka dapat mengambil tindakan lebih lanjut.
Laporkan ke Pihak Berwenang:
  • Laporkan insiden tersebut ke polisi atau pihak berwenang setempat. Di Indonesia, Anda dapat melaporkan penipuan siber melalui situs resmi Kepolisian Republik Indonesia atau Badan Reserse Kriminal (Bareskrim).
Laporkan ke Bank atau Penyedia Layanan Keuangan:
  • Jika Anda telah memberikan informasi keuangan atau melakukan transfer uang, segera hubungi bank atau penyedia layanan keuangan Anda untuk menghentikan transaksi dan memantau aktivitas mencurigakan di akun Anda.
Ganti Password dan Aktifkan Verifikasi Dua Langkah:
  • Ganti password akun yang mungkin telah diakses oleh penipu. Aktifkan verifikasi dua langkah di WhatsApp dan akun penting lainnya untuk menambah lapisan keamanan.
Pantau Aktivitas Akun:
  • Pantau aktivitas akun keuangan dan media sosial Anda secara berkala untuk memastikan tidak ada aktivitas yang mencurigakan.
Edukasi dan Kesadaran:
  • Pelajari tentang tanda-tanda penipuan dan cara melindungi diri di masa depan. Berbagi pengalaman ini dengan keluarga dan teman untuk meningkatkan kesadaran tentang penipuan serupa.
Cari Dukungan:
  • Jika merasa perlu, cari dukungan dari keluarga, teman, atau profesional untuk mengatasi dampak emosional dari penipuan ini.

       Langkah-langkah ini dapat membantu lansia mengurangi kerugian dan mencegah penipuan serupa di masa depan. Edukasi dan dukungan berkelanjutan sangat penting untuk melindungi kelompok rentan dari ancaman penipuan online.





Sumber:

https://ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/info-terkini/Pages/Satgas-PASTI-Menghentikan-Kegiatan-Penawaran-Investasi-Penghimpunan-dan-Pengelolaan-Dana-Masyarakat-Tanpa-Izin.aspx

https://djppi.kominfo.go.id/news/antisipasi-penipuan-online-laporkan-melalui-aduan-nomor

https://patrolisiber.id/