Pola makan sehat mencegah penurunan sistem saraf pada Senior (Sumber: foto bodreker) |
Sistem Saraf Pusat (SSP):
- Otak: Organ utama yang mengontrol semua fungsi tubuh, termasuk pikiran, emosi, memori, gerakan, dan fungsi-fungsi tubuh yang tidak disadari (seperti pernapasan dan detak jantung).
- Sumsum Tulang Belakang: Menghantarkan pesan antara otak dan seluruh tubuh, serta bertindak sebagai pusat untuk beberapa refleks.
Sistem Saraf Tepi (SST): Saraf-saraf Perifer, saraf yang menghubungkan otak dan sumsum tulang belakang dengan seluruh bagian tubuh (otot, kulit, organ, dll). Sistem ini dibagi menjadi dua bagian:
- Saraf Somatik: Mengontrol gerakan tubuh yang sadar dan mengirimkan informasi sensorik (seperti rasa sakit, suhu, sentuhan) ke otak.
- Sistem Saraf Otonom: Mengatur fungsi tubuh yang tidak disadari, seperti detak jantung, pencernaan, dan pernapasan. Ini terdiri dari dua cabang:
- Sistem Saraf Simpatik: Mengaktifkan respons "fight or flight" saat menghadapi stres.
- Sistem Saraf Parasimpatik: Mengatur fungsi-fungsi tubuh saat beristirahat, seperti memperlambat detak jantung dan meningkatkan pencernaan.
Fungsi Utama Sistem Saraf:
- Pengindraan: Menerima rangsangan dari lingkungan eksternal (melalui mata, telinga, kulit, dll.) dan internal (dari organ tubuh).
- Pengolahan Informasi: Otak dan sumsum tulang belakang memproses informasi yang diterima dan memutuskan respons yang tepat.
- Respons: Mengirim sinyal ke otot atau organ untuk melakukan tindakan yang sesuai, seperti menggerakkan tangan atau mempercepat detak jantung.
- Memori dan Pembelajaran: Sistem saraf memungkinkan penyimpanan informasi (memori) dan adaptasi berdasarkan pengalaman (belajar).
1. Penurunan Fungsi Kognitif
- Deskripsi: Lansia mungkin mengalami penurunan kemampuan berpikir, belajar, dan mengingat. Ini termasuk penurunan daya ingat jangka pendek, kecepatan memproses informasi, dan kemampuan untuk memecahkan masalah kompleks.
- Penyebab: Penurunan volume otak dan hilangnya sinapsis (koneksi antar neuron) adalah faktor utama yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif.
- Dampak: Meskipun tidak semua lansia mengalami demensia, kemampuan kognitif yang menurun dapat menyebabkan kesulitan dalam mengingat hal-hal sehari-hari atau membuat keputusan yang cepat.
2. Refleks yang Lebih Lambat
- Deskripsi: Seiring bertambahnya usia, kecepatan sistem saraf untuk merespons rangsangan dari luar menjadi lebih lambat.
- Penyebab: Penurunan kecepatan transmisi impuls saraf, serta penurunan efisiensi sinapsis dan neuron.
- Dampak: Refleks yang lebih lambat membuat lansia lebih rentan terhadap kecelakaan, seperti jatuh atau cedera, karena mereka mungkin tidak mampu bereaksi secepat yang diperlukan.
3. Penurunan Koordinasi Motorik
- Deskripsi: Lansia sering mengalami penurunan kemampuan dalam mengontrol gerakan motorik halus dan kasar, yang membuat aktivitas seperti menulis, berjalan, atau menjaga keseimbangan menjadi lebih sulit.
- Penyebab: Penurunan fungsi neuron motorik yang mengontrol otot dan melemahnya otot-otot yang digunakan untuk bergerak.
- Dampak: Ini dapat menyebabkan ketidakstabilan saat berjalan, meningkatkan risiko jatuh, serta kesulitan dalam melakukan tugas-tugas yang membutuhkan keterampilan motorik halus.
4. Gangguan Tidur
- Deskripsi: Banyak lansia mengalami perubahan pola tidur, seperti sulit tidur, bangun terlalu dini, atau tidur yang tidak nyenyak.
- Penyebab: Penurunan produksi melatonin (hormon yang mengatur tidur) dan perubahan ritme sirkadian mempengaruhi pola tidur lansia.
- Dampak: Kurang tidur dapat mempengaruhi fungsi kognitif, suasana hati, dan kesehatan fisik secara keseluruhan.
5. Penurunan Indra Penglihatan dan Pendengaran
- Deskripsi: Indra penglihatan dan pendengaran sering kali menurun seiring bertambahnya usia, yang disebabkan oleh perubahan pada saraf sensorik.
- Penyebab: Hilangnya sel-sel sensorik di telinga bagian dalam dan perubahan pada saraf optik dapat menyebabkan gangguan penglihatan dan pendengaran.
- Dampak: Penglihatan yang kabur atau pendengaran yang menurun dapat mempengaruhi komunikasi, interaksi sosial, dan keamanan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Penurunan Neurotransmiter
- Deskripsi: Produksi neurotransmiter, seperti dopamin, serotonin, dan asetilkolin, menurun seiring bertambahnya usia.
- Penyebab: Hilangnya neuron yang memproduksi neurotransmiter penting ini menyebabkan penurunan komunikasi antar sel saraf.
- Dampak: Penurunan neurotransmiter dapat menyebabkan gangguan suasana hati (depresi), masalah tidur, dan penurunan kognitif.
7. Risiko Gangguan Neurologis
- Deskripsi: Lansia lebih rentan terhadap gangguan neurologis seperti penyakit Alzheimer, Parkinson, stroke, dan demensia vaskular.
- Penyebab: Kerusakan pada neuron akibat penuaan, serta faktor-faktor lain seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan risiko gangguan neurologis ini.
- Dampak: Penyakit seperti Alzheimer dan Parkinson sangat mempengaruhi kualitas hidup lansia, dengan menyebabkan penurunan fungsi kognitif dan motorik yang parah.
8. Penurunan Sensitivitas Terhadap Nyeri
- Deskripsi: Lansia mungkin kurang peka terhadap rasa sakit, suhu, atau tekanan karena penurunan fungsi saraf sensorik.
- Penyebab: Berkurangnya jumlah saraf sensorik dan transmisi sinyal yang lebih lambat dari ujung saraf ke otak.
- Dampak: Ini dapat meningkatkan risiko cedera atau luka tanpa disadari, terutama karena mereka mungkin tidak segera merasakan sakit atau ketidaknyamanan.
9. Kesulitan Berbicara atau Menelan (Disfagia)
- Deskripsi: Pada beberapa lansia, kemampuan berbicara atau menelan bisa terganggu akibat penurunan koordinasi saraf yang mengontrol otot-otot di mulut dan tenggorokan.
- Penyebab: Penurunan fungsi saraf kranial yang bertanggung jawab untuk menelan dan berbicara.
- Dampak: Disfagia bisa meningkatkan risiko tersedak atau malnutrisi.
10. Penurunan Kapasitas Belajar dan Adaptasi
- Deskripsi: Lansia mungkin memerlukan lebih banyak waktu untuk mempelajari keterampilan baru atau menyesuaikan diri dengan perubahan.
- Penyebab: Penuaan otak menyebabkan penurunan neuroplastisitas, yaitu kemampuan otak untuk membentuk koneksi baru antar neuron.
- Dampak: Kesulitan dalam adaptasi terhadap teknologi baru atau situasi baru.
Cara Mengurangi Dampak Penurunan Sistem Saraf:
- Aktivitas Fisik Teratur: Olahraga teratur dapat meningkatkan aliran darah ke otak, memperlambat penurunan kognitif, dan menjaga fungsi motorik.
- Stimulasi Mental: Aktivitas yang menantang otak, seperti membaca, bermain teka-teki, dan belajar hal-hal baru, dapat membantu menjaga fungsi kognitif.
- Polah Makan Sehat: Mengonsumsi makanan kaya antioksidan, asam lemak omega-3, dan vitamin B dapat membantu melindungi sel-sel saraf dari kerusakan.
- Tidur yang Cukup: Tidur yang berkualitas penting untuk regenerasi sel-sel otak dan mempertahankan fungsi saraf.
- Sosialisasi Aktif: Tetap terhubung dengan orang lain melalui kegiatan sosial dapat membantu menjaga kesehatan mental dan emosional.
- Manajemen Stres: Mengelola stres dengan meditasi atau teknik relaksasi dapat membantu menjaga kesehatan saraf.
1. Ikan Berlemak
- Contoh: Salmon, tuna, makarel, sarden.
- Manfaat: Kaya akan asam lemak omega-3 (DHA dan EPA), yang penting untuk kesehatan otak dan saraf. Omega-3 membantu memperbaiki membran sel saraf dan melawan peradangan, serta menjaga fungsi kognitif.
2. Kacang-kacangan dan Biji-bijian
- Contoh: Kenari, almond, biji chia, biji rami, biji bunga matahari.
- Manfaat: Sumber vitamin E, yang merupakan antioksidan kuat yang membantu melindungi sel-sel saraf dari kerusakan oksidatif. Vitamin E juga dikaitkan dengan penurunan risiko penurunan kognitif.
3. Sayuran Berdaun Hijau
- Contoh: Bayam, kale, brokoli, sawi.
- Manfaat: Mengandung vitamin K, lutein, folat, dan beta-karoten, yang semuanya mendukung kesehatan otak dan saraf. Sayuran ini juga membantu memperlambat penurunan kognitif dan melindungi neuron dari kerusakan.
4. Buah Beri
- Contoh: Blueberry, stroberi, raspberry, blackberry.
- Manfaat: Kaya antioksidan, terutama flavonoid, yang membantu melawan peradangan dan stres oksidatif di otak. Buah beri juga dapat meningkatkan memori dan kognisi.
5. Alpukat
- Manfaat: Mengandung lemak tak jenuh tunggal yang baik untuk kesehatan jantung dan sirkulasi darah ke otak. Alpukat juga kaya akan vitamin K, yang membantu mencegah pembekuan darah dan mendukung kesehatan pembuluh darah otak.
6. Telur
- Manfaat: Sumber kolin yang penting untuk pembentukan asetilkolin, neurotransmiter yang terlibat dalam memori dan pengaturan suasana hati. Telur juga mengandung vitamin B12 yang penting untuk kesehatan saraf.
7. Cokelat Hitam (Dark Chocolate)
- Manfaat: Mengandung flavonoid, kafein, dan antioksidan yang dapat meningkatkan aliran darah ke otak, meningkatkan daya ingat, dan melindungi sel-sel otak dari kerusakan oksidatif.
8. Gandum Utuh
- Contoh: Oatmeal, quinoa, beras merah, roti gandum utuh.
- Manfaat: Mengandung serat dan nutrisi yang penting untuk kesehatan otak, termasuk vitamin B yang mendukung fungsi saraf dan membantu tubuh mengelola energi secara lebih baik.
9. Kunyit
- Manfaat: Mengandung curcumin, senyawa dengan sifat antiinflamasi dan antioksidan yang kuat. Kunyit dapat meningkatkan kadar BDNF (brain-derived neurotrophic factor), yang penting untuk pertumbuhan neuron baru, serta melindungi otak dari penurunan kognitif.
10. Tomat
- Manfaat: Mengandung likopen, antioksidan yang membantu melindungi sel-sel saraf dari kerusakan akibat radikal bebas. Likopen juga dapat mendukung kesehatan otak dan mencegah penurunan kognitif.
11. Minyak Zaitun
- Manfaat: Sumber lemak sehat yang mendukung fungsi otak dan membantu mengurangi peradangan. Minyak zaitun ekstra virgin kaya akan antioksidan dan dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer.
12. Kacang-kacangan dan Polong-polongan
- Contoh: Kacang merah, kacang hitam, lentil, kacang polong.
- Manfaat: Sumber vitamin B, seperti folat dan B6, yang penting untuk mendukung kesehatan saraf. Kacang-kacangan juga membantu menjaga kadar gula darah stabil, yang penting untuk menjaga energi otak.
13. Buah-buahan dengan Vitamin C Tinggi
- Contoh: Jeruk, kiwi, mangga, pepaya.
- Manfaat: Vitamin C adalah antioksidan kuat yang membantu melindungi otak dari stres oksidatif dan mendukung kesehatan sistem saraf. Ini juga penting untuk memproduksi neurotransmiter.
14. Teh Hijau
- Manfaat: Mengandung kafein dan L-theanine, yang dapat meningkatkan kewaspadaan dan fungsi otak. Teh hijau juga mengandung antioksidan yang dapat melindungi otak dari penuaan dan penurunan kognitif.
15. Produk Susu Rendah Lemak
- Contoh: Yogurt rendah lemak, susu rendah lemak, keju rendah lemak.
- Manfaat: Kaya akan kalsium dan vitamin D, yang mendukung kesehatan saraf dan otot. Produk susu juga mengandung vitamin B12 yang penting untuk menjaga fungsi saraf.
Kiat Tambahan:
- Hindari Gula Berlebih: Konsumsi gula yang tinggi dapat merusak fungsi saraf dan kognisi, serta meningkatkan risiko penyakit neurodegeneratif.
- Tetap Terhidrasi: Dehidrasi dapat mempengaruhi fungsi otak dan sistem saraf, jadi penting untuk minum cukup air setiap hari.
- Batasi Lemak Jenuh: Lemak jenuh dapat merusak pembuluh darah dan mempengaruhi aliran darah ke otak, jadi sebaiknya batasi asupan daging merah, mentega, dan makanan olahan.
Diet yang kaya akan omega-3, vitamin B, antioksidan, dan lemak sehat sangat penting untuk mendukung kesehatan sistem saraf pada senior. Makanan ini dapat membantu melindungi otak, memperlambat penurunan kognitif, dan menjaga fungsi saraf tetap optimal seiring bertambahnya usia.
Sumber:
https://www.nichd.nih.gov/health/topics/neuro/conditioninfo/parts
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542179/
https://jamanetwork.com/journals/jamaneurology/fullarticle/2772579#google_vignette
https://www.nia.nih.gov/health/alzheimers-and-dementia/what-alzheimers-disease
https://medlineplus.gov/ency/article/004023.htm
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10054919/