Wednesday, 1 April 2020

Stay At Home lansia



Lansia di rumah saja

Daftar isi

1. Kesepian
2. Kematian
3. Kesehatan



Tinggal di rumah dan tidak bepergian bila tidak ada keperluan dan kebutuhan yang mendesak untuk lansia harus diperhatikan dengan cermat. 

Mereka mungkin tidak memahami dan mengerti mengenai bahaya Covid-19, padahal lansia adalah kelompok yang sangat rentan terhadap serangan virus ini. 

Lansia berjalan ke taman-taman atau lapangan terbuka untuk mencari udara segar dan suasana yang nyaman. Namun kondisi buruk dengan hadirnya virus corona menjadi halangan untuk bepergian dan berkumpul dengan rekan lansia yang lain.

1.Kesepian

Umumnya masalah psikologis yang paling banyak terjadi pada lansia  adalah kesepian. Antara lain yang sering terjadi pada lansia yaitu, isolasi sosial, kehilangan, kemiskinan, perasaan ditolak, perjuangan menemukan makna hidup, ketergantungan perasaan, tidak berdaya dan putus asa, ketakutan terhadap kematian, sedih karena kematian orang lain, kemunduran fisik dan mental, depresi, dan rasa penyesalan mengenai hal-hal yang lampau.

Beberapa penelitian menemukan bahwa kesepian dapat menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit, depresi, bunuh diri, bahkan menyebabkan kematian pada lansia (Ebersole, 2005). 

Menurut Probosuseno (2007), menyatakan bahwa orang yang menderita kesepian lebih sering mendatangi layanan gawat darurat 61% lebih banyak bila di bandingkan dengan mereka yang tidak menderita kesepian, memiliki resiko empat kali mengalami serangan jantung dan mengalami kematian akibat serangan jantung tersebut, juga beresiko meningkatkan mortalitas dan kejadian stroke dibandingkan yang tidak kesepian.

Salah satu cara untuk membantu mengurangi kesepian adalah dengan adanya dukungan keluarga dan orang-orang di sekitarnya. 

Dukungan informatif adalah dukungan yang berupa pemberian  informasi  yang dibutuhkan oleh lansia, informasi yang dibutuhkan seperti informasi tentang perkembangan keluarganya, tentang penyakit yang mungkin sedang dideritanya seperti: katarak, osteoporosis, asam urat, penyakit jantung, penurunan fungsi fisik serta pola makan yang baik untuk lansia. 

Dengan adanya informasi tersebut lansia merasa ada yang memperhatikan dan tidak merasa diasingkan, jadikan kondisi tinggal di rumah menciptakan suasana yang hangat dan akrab sehingga lansia merasa nyaman.


2. Kematian

            Covid -19 yang berbahaya untuk lansia makin memperbesar  kecemasan dalam menghadapi kematian pada lanjut usia. Rasa cemas terhadap kematian dapat disebabkan oleh kematian itu sendiri dan apa yang akan terjadi sesudah kematian, sanak dan keluarga yang ditinggalkan, atau merasa bahwa tempat yang akan dikunjungi setelah kematian sangat buruk.

Kecemasan dengan kematian akan semakin membuat para lansia tidak siap dalam menghadapi kematian. Kesiapan merupakan keseluruhan kondisi yang membuat seseorang siap untuk memberi respon terhadap suatu situasi.Keadaan lansia yang telah siap untuk menghadapi dan menerima kematian tidak menimbulkan penyesalan maupun ketakutan apapun ketika kematian terjadi.

            Spiritual merupakan aspek yang di dalamnya mencakup aspek-aspek yang lain, yaitu fisik, psikologi dan sosial. Spiritualitas merupakan hubungan yang memiliki dua dimensi, yaitu antara dirinya,  orang  lain dan lingkungannya, serta dirinya dengan Tuhannya.

Spiritualitas lansia yang sehat dapat membantu lansia dalam menjalani kehidupan  dan mempersiapkan dirinya dalam menghadapi kematian. Kesehatan spiritual yang terbangun dengan baik membantu lansia menghadapi kenyataan, berpartisipasi  dalam  hidup, merasa memiliki harga diri dan menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari. Untuk memiliki spiritualitas sehat, lansia harus terus dibantu melaksanakan aktivitas keagamaan di rumah.


            3.Kesehatan

Lansia memang sangat rentan dengan serangan Covid-19 karena selain penurunan daya fisiknya juga penyakit-penyakit yang sudah lama dideritanya, seperti: diabetes, hipertensi, kolesterol dan sebagainya. 

Kesehatan lansia dikaitkan dengan  status gizi mereka. Status kesehatan pada lansia ditentukan oleh kualitas dan kuantitas asupan zat gizi. Kondisi yang tidak sehat, aktivitas fisik dan asupan makanan yang kurang baik adalah faktor utama penyebab gangguan status gizi dan penurunan kualitas hidup .

Status gizi pada lansia perlu mendapat perhatian lebih agar dapat mengurangi kesakitan pada lansia. Status gizi juga dapat dipengaruhi oleh tingkat kemandirian lansia. Seiring dengan penurunan fungsi fisiologisnya, maka tingkat kemandiriannya juga akan semakin menurun. 

Tingkat kemandirian dalam melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi lansia, baik ketergantungan dalam makan (menyuap makanan dan mempersiapkan makanan) maupun ketergantungan dalam mobilitas. Keluarga sangat berperan dalam menjaga kesehatan lansia agar tetap bertahan dalam serangan badai Corona.







           Lansia keniscayaan

Thursday, 12 March 2020

lansia Jaga Kesehatan, Jauh dari Covid -19

Lansia Jauhkan dari Covid -19

Sobat lansia dengan pengumuman WHO bahwa Covid -19 menjadi pandemi global.Harus disikapi dengan waspada dan hati-hati.Ikuti anjuran menjaga kesehatan dari semua instansi terkait,puskesmas,rumah sakit dan kementerian kesehatan Republik Indonesia yang terus-menerus menyampaikan perkembangan terkini virus corona.

Lansia dengan kondisi yang sangat rentan harus terus-menerus menjaga kesehatan,Resiko kematian terkait usia mungkin mencerminkan kekuatan, atau kelemahan, dari sistem pernapasan. Sekitar setengah dari 109 pasien Covid-19 (usia 22 hingga 94) yang dirawat di Rumah Sakit Pusat Wuhan, peneliti di sana melaporkan, mengembangkan sindrom gangguan pernapasan akut (Acute Respiratory Distress Syndrome/ARDS), di mana cairan menumpuk di kantong udara kecil paru-paru. Itu membatasi berapa banyak udara yang bisa diambil paru-paru, mengurangi suplai oksigen ke organ vital, kadang-kadang fatal; setengah dari pasien ARDS meninggal, dibandingkan dengan 9% dari pasien yang tidak mengembangkan sindrom tersebut. 
Pasien ARDS memiliki usia rata-rata 61, dibandingkan dengan usia rata-rata 49 tahun bagi mereka yang tidak mengembangkan ARDS. Pasien usia lanjut “lebih mungkin mengembangkan ARDS,” tulis para peneliti, menunjukkan bagaimana usia dapat membuat Covid-19 lebih parah dan bahkan berakibat fatal: usia meningkatkan risiko sistem pernapasan pada dasarnya akan ditutup dengan serangan virus.(Statnews.com,By SHARON BEGLEY )

Sobat lansia  mari kita jaga dan tingkatkan kesehatan masing-masing ,tetap semangat dan berdoa untuk negara tercinta agar terlepas dari pandemi global.
Menurut staf kepresidenan 
"Sampai dengan saat ini secara resmi World Health Organization (WHO) dan dunia belum menemukan obat yang spesifik untuk virus ini dan juga belum menemukan vaksin yang spesifik untuk virus ini. Tetapi sebagaimana layaknya virus pada umumnya, self limited desease," ucap Yurianto di Kantor Kepala Staf Kepresidenan, Jakarta, Kamis, 5 Maret 2020 (Tagar.id) 





Tuesday, 28 January 2020

Ibukota Pindah, Lansia Tidak Ikut

Ibukota pindah Lansia harus memperhitungkan ikut pindah.

Daftar Isi

Sejumlah Tahapan pindah

Tahun 2020

Tahun 2021

Tahun 2022- 2024

Tahap Pembangunan

Tahap Akhir Pembangunan

Bayangkan sobat Lansia, anak-anak sudah sudah dewasa dan berkeluarga dengan rezekinya  mampu memiliki rumah sendiri. Kemudian pindah ke  rumah baru maka sebelum rumah tersebut ditempati, tentu dipersiapkan sarana prasarananya ,kursi, meja, peralatan dapur, kamar mandi, taman, garasi dan sebagainya. 

Itu bila tersedia dana untuk  membeli perlengkapan rumah  jika tidak ada, tentu akan menyusul setahap demi setahap. Lingkungan baru akan menjadi problem sosial tersendiri bagi sahabat lansia yang tinggal dengan anaknya. 

Rasa aman, nyaman belum tentu langsung dirasakan perlu waktu untuk penyesuaian.
Sekarang yang mau dipindahkan ibukota negara, sudah tergambar betapa akan terjadi secara drastis perubahan ekonomi, sosial, politik, budaya dan sebagainya. 

Pindahnya jauh ke seberang pulau, tempat yang penulis belum pernah ke sana dibandingkan pulau Sumatra, Bali, Sumba, Sumbawa, yaitu Kalimantan Timur, kabupaten Penajam Paser Utara dan kabupaten  Kutai Kartanegara.


Semar simbol Lansia yang Bijak ,postur tubuhnya mirip Pulau Kalimantan
(Seword.Com)


       Berdasarkan dokumen gagasan rencana dan kriteria desain ibu kota baru dari Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas), Rabu (21/8/2019), ada sejumlah tahapan pemindahan ibu kota.

2020

Tahun 2020 pemerintah akan menyiapkan regulasi atau aturan yang sah, yang menetapkan pemindahan negara ke Kalimantan. Nantinya, regulasi tersebut menjadi dasar untuk pemerintahan-pemerintahan setelah Jokowi dalam melanjutkan pembangunan ibu kota baru.

Di tahun 2020 juga pemerintah akan membentuk kelembagaan yang dikhususkan untuk pembangunan ibu kota baru ini. Lalu, master plan kota dan perencanaan teknis kawasan juga akan disiapkan di tahun 2020.

2021

Kemudian, di tahun 2021 pemerintah akan memulai penyediaan lahan. Kebutuhan lahan sendiri sudah direncanakan dalam dua skenario, yakni seluas 40.000 Hektare (Ha) dan 30.000 Ha, namun tetap akan dikembangkan kembali menyesuaikan kebutuhan.

Di tahun 2021 juga pemerintah akan menyusun detail engineering design (DED) kawasan atau perencanaan fisik ibu kota baru. Tahap yang menjadi cikal bakal pembangunan yakni groundbreaking atau peletakan batu pertama yang juga akan dilaksanakan di tahun 2021.

2022-2024

Lalu, di tahun 2022-2024 pemerintah akan memulai pembangunan kawasan inti pusat pemerintahan dan juga sebagian kawasan di ibu kota baru yang harus diprioritaskan. Nantinya, di tahun 2024 akan dimulai awal pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan.

Tahap Pembangunan

Untuk tahap pembangunan ini membutuhkan waktu yang cukup panjang dan diproyeksi memakan waktu hingga 24 tahun, mulai dari tahun 2021-2045. Artinya, pembangunan ibu kota baru ini tak cukup diselesaikan oleh satu masa jabatan pemerintahan di Indonesia.

Di tahun 2021-2024 pemerintah akan membangun kawasan inti pusat pemerintahan yang membutuhkan luas lahan sekitar 2.000 hektare (Ha). Kawasan inti tersebut akan mencakup istana negara, kantor lembaga negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif), taman budaya, dan kebun raya atau botanical garden.

Di tahun 2025-2029 pemerintah akan membangun kawasan ibu kota negara yang mencakup perumahan Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI, dan Polri. Kompleks diplomasi atau diplomatic compound, yakni kawasan permukiman untuk pelaksana diplomasi juga akan dibangun di rentang waktu tersebut.

Tak lupa juga pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan, industri berteknologi tinggi dan ramah lingkungan, pusat penelitian dan pengembangan, sarana Mice dan juga gedung-gedung pertemuan, sarana olah raga, museum, pusat perbelanjaan, dan juga pangkalan militer. Semua sarana tersebut ditargetkan rampung pada tahun 2029.

Tahap Akhir Pembangunan

        Selanjutnya, di tahun 2030-2045 yang merupakan tahap akhir pembangunan dari rencana pemerintah. Di rentang waktu ini, pemerintah akan membangun taman nasional dan konservasi orang utan, mengingat wilayah ibu kota negara akan dibangun di kawasan hutan dan berkonsep Forest City.

Nantinya, pemerintah juga berencana membangun klaster permukiman untuk non-ASN.
Di rentang waktu tersebut juga akan dibangun kawasan metropolitan, dan juga wilayah pengembangan terkait dengan wilayah provinsi di sekitar ibu kota baru tersebut.

       Sobat Lansia dan calon lansia harus memperhitungkan pada tahapan mana dimungkinkan sobat berada di ibukota negara yang baru. Apakah sobat tinggal bersama dengan keluarga  anak-anak di kota baru, atau hanya pelesiran di kota itu. Siapkan diri  sobat lansia dengan sebaik-baiknya dan berdoa semoga ibukota negara baru tersebut terwujud, proses pembangunannya berjalan  dengan baik dan lancar.








Sumber :Finance.detik.com