Thursday, 20 July 2023

Lansia Mengiler, Ada Masalah Pada Kesehatan

                 Istilah medis untuk mengiler adalah "sialorrhea" atau "ptyalism". Istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana produksi saliva berlebihan, yang dapat menyebabkan air liur mengalir keluar dari mulut secara berlebihan. 

Sialorrhea dapat terjadi pada semua kelompok usia, termasuk lansia, dan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi medis, obat-obatan, atau gangguan saraf. 

Mengiler (Sialorrhea) atau air liur yang berlebihan merupakan masalah utama pada anak-anak dengan cerebral palsy dan orang dewasa dengan gangguan neurodegeneratif. 

Keluarnya air liur dari mulut saat tidur adalah hal yang sangat normal. Pasalnya, mulut akan terus memproduksi air liur atau saliva, bahkan saat Anda tertidur. Penyebab mengiler saat tidur biasanya karena mulut yang terbuka ketika itu.

Ilustrasi lansia mengiler
( Sumber: canva.com)

Saat tidur, otot-otot tubuh rileks, apalagi jika memasuki tahap tidur REM (repid eye movement). Otot area mulut kondisi juga sama, sehingga mungkin saja Anda tertidur dalam posisi mulut yang terbuka. Mulut terbuka saat tidur juga biasanya disebabkan karena tubuh ingin mendapatkan lebih banyak oksigen, sehingga dengan otomatis Anda bernapas dari mulut.  

Air liur yang terus-terusan diproduksi tersebut tidak bisa tertelan semua karena Anda tertidur, akhirnya air liur tertumpuk di mulut dan malah keluar, alias Anda mengiler.

Pada lansia  air liur yang berlebihan tidak hanya memalukan, tetapi juga bisa menjadi tanda masalah kesehatan yang mendasarinya. Air liur pada lansia adalah bagian yang tak terhindarkan dari proses penuaan.  Lansia mengiler atau produksi saliva yang berlebihan dapat menjadi masalah yang lebih umum. 


Lansia terbit air liur melihat makanan lezat hal yang normal
(Sumber: foto grup bodrekers)

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan lansia mengiler adalah:

🎃 Perubahan struktur dan fungsi mulut:

Proses penuaan dapat menyebabkan perubahan dalam struktur dan fungsi mulut. Misalnya, penurunan kontrol otot-otot wajah dan mulut dapat mempengaruhi kemampuan mengendalikan produksi saliva, sehingga menyebabkan mengiler.

🎃 Masalah gigi dan gusi:

Lansia sering menghadapi masalah gigi dan gusi seperti gigi yang tanggal, gigi palsu yang tidak pas, atau penyakit gusi. Masalah ini dapat mengganggu keseimbangan normal saliva di mulut dan menyebabkan mengiler.

🎃 Penggunaan obat-obatan: 

Lansia umumnya lebih mungkin untuk mengonsumsi berbagai obat-obatan untuk kondisi kesehatan mereka. Beberapa obat-obatan tertentu, termasuk obat-obatan yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, depresi, atau penyakit Parkinson, dapat mempengaruhi produksi saliva dan menyebabkan mengiler.

🎃 Gangguan neuromuskuler:

Beberapa gangguan neuromuskuler yang lebih umum pada lansia, seperti penyakit Parkinson atau stroke, dapat mempengaruhi fungsi otot-otot yang terlibat dalam mengendalikan produksi saliva, sehingga menyebabkan mengiler.

🎃 Kehilangan gigi: 

Kehilangan gigi dapat mengganggu distribusi saliva di dalam mulut dan menyebabkan mengiler.

            💬  Mengiler yang berlebihan pada lansia dapat menyebabkan tidak nyaman dan kesulitan dalam berbicara, makan, atau menelan. 

Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan lansia mengiler adalah:

👷 Penyakit Parkinson: 

Penyakit Parkinson adalah gangguan neurodegeneratif yang mempengaruhi sistem saraf dan dapat menyebabkan perubahan dalam kontrol otot. Salah satu gejala yang mungkin terjadi pada penyakit Parkinson adalah peningkatan produksi saliva dan mengiler yang berlebihan.

👷 Stroke: 

Stroke adalah kondisi di mana pasokan darah ke otak terganggu, biasanya karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Stroke dapat mempengaruhi berbagai fungsi otak dan saraf, termasuk kontrol terhadap produksi saliva. Akibatnya, seseorang yang telah mengalami stroke dapat mengalami masalah mengiler.

👷 Gangguan neuromuskuler lainnya: 

Selain penyakit Parkinson, ada beberapa gangguan neuromuskuler lainnya yang dapat mempengaruhi kontrol otot dan mengakibatkan mengiler berlebihan pada lansia. Contoh lain termasuk sindrom Tourette, distrofi otot, atau neuropati perifer.

👷 Penyakit Alzheimer: 

Penyakit Alzheimer adalah bentuk umum dari demensia yang berkaitan dengan kerusakan otak dan penurunan fungsi kognitif. Pada tahap lanjut penyakit Alzheimer, kontrol terhadap produksi saliva dapat terganggu, menyebabkan mengiler berlebihan.

👷 Efek samping obat-obatan:

Lansia sering mengonsumsi berbagai jenis obat untuk mengelola kondisi kesehatan mereka. Beberapa obat, seperti obat-obatan untuk tekanan darah tinggi, depresi, atau penyakit Parkinson, dapat menyebabkan efek samping berupa meningkatnya produksi saliva dan mengiler.

              💭 Perlu diingat bahwa mengiler pada lansia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan lebih baik berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan penanganan yang tepat.

Beberapa contoh makanan yang dapat membantu mengurangi jumlah saliva atau air liur :

🍪 Biskuit kering: 

Biskuit kering atau kerupuk memiliki tekstur kering yang dapat membantu menyerap saliva berlebih.

🍪 Roti tawar atau roti gandum:

Roti tawar atau roti gandum dengan tekstur yang lebih kering dapat membantu menyerap saliva.

🍪 Biji-bijian:

Biji-bijian seperti beras, quinoa, atau bulgur memiliki tekstur kering dan serat tinggi yang dapat membantu mengurangi produksi saliva berlebih.

🍪 Buah-buahan yang dikeringkan:

Buah-buahan seperti kismis, aprikot kering, atau plum kering memiliki tekstur yang kering dan dapat membantu menyerap saliva.

🍪 Keripik singkong atau keripik kentang: 

Keripik singkong atau keripik kentang dapat menjadi pilihan makanan dengan tekstur kering untuk mengurangi mengiler.

🍪 Kurma: 

Kurma kering memiliki tekstur yang lebih kering dan dapat membantu menyerap saliva berlebih.

🍪 Sayuran mentah atau rebus: 

Sayuran mentah atau direbus seperti wortel, seledri, atau brokoli memiliki tekstur yang kering dan dapat membantu mengurangi produksi saliva.

🍪 Camilan garing:

Camilan seperti kacang panggang, biji labu panggang, atau kerupuk jagung memiliki tekstur yang kering dan dapat membantu menyerap saliva berlebih.

Beberapa kiat yang dapat membantu mencegah atau mengurangi masalah mengiler pada lansia:

💡 Konsultasikan dengan dokter: 

Jika mengiler menjadi masalah yang signifikan, penting untuk berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut dan penanganan yang tepat. Dokter dapat melakukan pemeriksaan dan mengevaluasi kondisi kesehatan yang mendasari yang mungkin mempengaruhi produksi saliva.

💡 Perawatan mulut yang baik:

Menjaga kebersihan mulut yang baik dapat membantu mengurangi masalah mengiler. Sikat gigi secara teratur, gunakan benang gigi, dan berkumurlah dengan air kumur antibakteri. Berkonsultasilah dengan dokter gigi untuk mendapatkan nasihat tentang perawatan mulut yang sesuai.

💡 Perhatikan pola makan: 

Hindari makanan yang menggugah produksi saliva seperti makanan yang terlalu manis, asam, atau pedas. Sementara itu, makan makanan yang lebih kering atau serat tinggi dapat membantu menyerap saliva berlebih.

Makanan yang dapat menggugah selera dan air liur
( Sumber: foto grup bodrekers)

💡 Hindari stimulus yang meningkatkan produksi saliva: 

Beberapa stimulus seperti permen karet, permen, atau makanan yang perlu dikunyah secara berlebihan dapat merangsang produksi saliva. Menghindari stimulus ini dapat membantu mengurangi mengiler.

💡 Posisi duduk yang baik saat makan: 

Saat makan, pastikan lansia dalam posisi duduk tegak dengan kepala sedikit miring ke depan. Ini dapat membantu mengarahkan aliran saliva ke dalam mulut dan mengurangi risiko mengiler.

💡 Evaluasi obat-obatan:

Beberapa obat-obatan dapat menyebabkan efek samping berupa meningkatnya produksi saliva. Diskusikan dengan dokter atau apoteker tentang efek samping obat yang sedang dikonsumsi dan apakah ada alternatif yang dapat mengurangi masalah mengiler.

💡 Terapi fisik atau terapi okupasi: 

Untuk lansia dengan gangguan neuromuskuler yang mendasari, terapi fisik atau terapi okupasi dapat membantu meningkatkan kontrol otot dan mengurangi mengiler.

             💬  Bicarakan dengan dokter tentang penggunaan obat-obatan yang dapat membantu mengurangi produksi saliva berlebihan. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat-obatan seperti antikolinergik atau botulinum toxin untuk mengatasi masalah mengiler.

             💬 Makanan dengan tekstur kering atau serat tinggi dapat membantu menyerap saliva berlebih dan mengurangi masalah mengiler. 

              💬 Penting untuk diingat bahwa setiap individu dapat merespons makanan dengan cara yang berbeda, jadi eksperimen dengan berbagai makanan untuk menemukan yang paling membantu dalam mengurangi air liur. Selain itu, berkonsultasilah dengan dokter atau ahli gizi untuk mendapatkan nasihat yang sesuai dengan kebutuhan khusus Anda.





Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3709276/

https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2004/0601/p2628.html

https://www.healthline.com/health/dental-and-oral-health/hypersalivation

https://www.webmd.com/oral-health/what-is-saliva

https://www.parkinsonsresource.org/news/articles/ 

Tuesday, 18 July 2023

Apakah Kuku Dapat Menunjukkan Penyakit, Ayo Cari Tahu

              Mengingat pertumbuhan populasi lanjut usia dan perubahan demografis yang terkait serta rentang hidup yang lebih lama. Perubahan kuku  ini dapat memengaruhi berbagai komponen unit kuku dan mungkin merupakan perubahan kuku normal yang berkaitan dengan usia atau kelainan kuku yang memerlukan intervensi segera

Kuku lansia dapat mengalami kerusakan atau perubahan karena beberapa faktor yang terkait dengan penuaan dan kondisi kesehatan yang umum terjadi pada usia lanjut

Ilustrasi kuku lansia yang menunjukkan penyakit
(Sumber: canva.com)

Beberapa penyebab kerusakan kuku pada lansia meliputi:

💅 Penuaan alami: 

Proses penuaan alami dapat menyebabkan perubahan pada kuku. Produksi minyak alami di kuku dan kulit di sekitarnya dapat menurun seiring bertambahnya usia, menyebabkan kekeringan dan kerapuhan pada kuku.

💅 Kekurangan nutrisi: 

Lansia sering kali mengalami penurunan asupan nutrisi yang penting untuk kesehatan kuku, seperti zat besi, protein, vitamin A, dan vitamin B. Kekurangan nutrisi ini dapat menyebabkan kelemahan dan kerapuhan pada kuku.

💅 Penyakit atau kondisi kesehatan:

Beberapa kondisi kesehatan yang lebih umum pada lansia, seperti diabetes, gangguan sirkulasi, hipotiroidisme, atau masalah imunologi, dapat mempengaruhi kesehatan dan kekuatan kuku. Penurunan sirkulasi darah pada lansia juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan nutrisi kuku.

💅 Efek samping obat-obatan: 

Lansia sering mengonsumsi berbagai jenis obat untuk mengelola kondisi kesehatan mereka. Beberapa obat-obatan memiliki efek samping yang dapat mempengaruhi kesehatan kuku. Misalnya, beberapa obat tekanan darah tinggi atau diuretik dapat menyebabkan kekeringan atau kerapuhan pada kuku.

💅 Kurangnya perawatan yang tepat:

Lansia mungkin memiliki kesulitan dalam merawat dan menjaga kebersihan kuku mereka. Perubahan dalam fleksibilitas atau mobilitas sendi, penglihatan yang berkurang, atau masalah kesehatan lainnya dapat mempengaruhi kemampuan mereka dalam memotong, membersihkan, atau merawat kuku dengan baik. Kurangnya perawatan yang tepat dapat menyebabkan penumpukan kotoran, infeksi, atau perubahan struktural pada kuku.

Kuku sehat adalah kuku yang terawat sejak muda hingga lansia
( Sumber: foto pens 49 ceria)

            💭 Perubahan morfologi kuku dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk perubahan alami, penyakit, trauma, atau masalah kesehatan lainnya. 

Berikut komponen-komponen utama struktur kuku:

💧 Lempeng Kuku (Nail Plate): 

Ini adalah bagian terluar kuku yang terlihat, terbuat dari keratin yang keras dan transparan. Lempeng kuku melindungi jari-jari dan ujung jari serta memberikan bentuk dan kekuatan pada kuku.

💧 Lunula:

Lunula adalah area berbentuk setengah lingkaran berwarna putih atau pucat di pangkal kuku. Biasanya terlihat pada bagian atas kuku. Meskipun sering disebut "bulan kuku," sebenarnya lunula adalah area dari pangkal lempeng kuku yang tidak tertutupi oleh kulit. Warnanya dapat bervariasi tergantung pada individu.

💧 Matras Kuku (Nail Bed):

Matras kuku adalah jaringan lunak di bawah lempeng kuku yang memberikan nutrisi dan dukungan bagi pertumbuhan kuku. Matras kuku mengandung pembuluh darah dan saraf yang penting untuk mempertahankan kesehatan kuku.

💧 Kulit Kuku (Nail Fold): 

Kulit kuku merupakan lipatan kulit yang melingkupi sisi-sisi kuku dan membantu melindungi matras kuku dari infeksi atau cedera. Kulit kuku membantu menjaga kelembapan dan integritas kuku.

💧 Kulit Lunula (Cuticle):

Kulit lunula adalah lapisan tipis kulit yang terletak di pangkal kuku. Ini adalah pertumbuhan kulit yang melindungi area pertumbuhan kuku dari bakteri, jamur, atau infeksi lainnya.

💧 Matras Kuku Lunak (Nail Bed Matrix): 

Matras kuku lunak adalah area di bawah matras kuku yang bertanggung jawab untuk produksi sel-sel baru yang membentuk lempeng kuku. Matras kuku lunak terletak di bawah matras kuku dan mendukung pertumbuhan kuku baru dari pangkal ke ujung.

💧 Kulit Penyangga Kuku (Nail Bed Matrix Support): 

Kulit penyangga kuku adalah jaringan yang melindungi dan memberikan dukungan pada matras kuku. Ini membantu menjaga kuku tetap stabil dan mencegah pergeseran atau deformasi yang tidak diinginkan.

        💭 Struktur kuku yang sehat penting untuk kesehatan dan kekuatan kuku. Perawatan yang tepat, nutrisi yang seimbang, dan menjaga kebersihan kuku dapat membantu menjaga kuku tetap kuat dan sehat.

Beberapa perubahan morfologi kuku yang umum terjadi:

💩 Perubahan warna: 

Kuku yang normal memiliki warna merah muda atau putih dengan permukaan yang rata. Perubahan warna kuku dapat menjadi tanda adanya masalah kesehatan. Misalnya, kuku yang berubah menjadi kekuningan bisa menunjukkan infeksi jamur. Kuku yang berubah menjadi kecoklatan atau hitam dapat menjadi tanda adanya pendarahan di bawah kuku atau melanoma (kanker kulit).

💩 Kerapuhan: 

Jika kuku menjadi rapuh, mudah patah, atau terbelah, hal ini dapat menunjukkan adanya kekurangan nutrisi, seperti kekurangan zat besi, vitamin A, atau protein. Kegiatan yang berlebihan pada kuku, penggunaan produk kimia, atau paparan air yang berlebihan juga dapat membuat kuku menjadi rapuh.

💩 Perubahan bentuk:

Perubahan bentuk kuku dapat terjadi akibat trauma atau masalah kesehatan tertentu. Misalnya, kuku yang melengkung secara ke atas dan melekat erat pada ujung jari dapat menjadi tanda adanya penyakit paru-paru, seperti penyakit paru-paru obstruktif kronik (PPOK).

💩 Pembengkakan:

Jika kuku mengalami pembengkakan, bisa jadi ada infeksi di sekitar kuku atau ada masalah pada sistem peredaran darah. Pembengkakan kuku juga dapat disebabkan oleh kondisi seperti psoriasis atau reumatoid arthritis.

💩 Perubahan ketebalan: 

Kuku yang menjadi lebih tebal dari biasanya dapat menjadi tanda adanya infeksi jamur. Di sisi lain, kuku yang menjadi tipis dan cenderung mudah patah dapat disebabkan oleh masalah kesehatan seperti hipotiroidisme.

              💬 Kuku terbuat dari protein yang disebut keratin. Ini adalah protein yang sama yang membentuk kulit dan rambut. Kuku tumbuh dari sel-sel yang berkembang biak di dalam pangkal kuku, kemudian saling melapisi dan mengeras. Ini disebut keratinisasi. Kekuatan, ketebalan, dan tingkat pertumbuhan kuku merupakan karakteristik yang kita warisi dari orang tua kita. 

              💬 Melihat kuku lansia tidak dapat secara langsung mengungkapkan penyakit spesifik yang dialami oleh mereka. Namun, kondisi kuku dapat memberikan petunjuk umum tentang kesehatan mereka secara keseluruhan. Perubahan pada kuku dapat mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang mendasarinya.

             💭 Perubahan kuku tidak spesifik untuk lansia dan juga dapat terjadi pada orang-orang dari berbagai kelompok usia. Jadi, penting untuk diingat bahwa perubahan pada kuku hanya memberikan petunjuk umum dan tidak dapat dijadikan diagnosis tunggal. 

Beberapa penyakit kuku yang dapat menyerang lansia meliputi:

🔒 Onikomikosis: 

Ini adalah infeksi jamur pada kuku yang dapat menyebabkan perubahan warna, kekakuan, kerapuhan, dan penebalan kuku. Lansia lebih rentan terhadap infeksi jamur karena sistem kekebalan tubuh mereka biasanya melemah seiring bertambahnya usia.

🔒 Onikogrifosis:

Ini adalah kondisi di mana kuku tumbuh tebal, melengkung, dan sulit dipotong. Lansia mungkin memiliki risiko lebih tinggi mengembangkan onikogrifosis karena perubahan hormonal dan perubahan pada struktur kuku seiring bertambahnya usia.

🔒 Onikoskisis:

Ini adalah kondisi di mana kuku menjadi rapuh dan mudah terbelah atau terpecah. Lansia mungkin mengalami onikoskisis karena kehilangan kelembapan alami pada kulit dan kuku seiring bertambahnya usia.

🔒 Onikosklerosis: 

Ini adalah kondisi di mana kuku menjadi keras, tebal, dan terdistorsi. Onikosklerosis biasanya terjadi karena adanya gangguan sirkulasi darah yang mempengaruhi pertumbuhan kuku. Lansia yang menderita penyakit sirkulasi seperti aterosklerosis mungkin lebih rentan terhadap kondisi ini.

🔒 Paronikia:

Ini adalah infeksi pada jaringan di sekitar kuku, yang dapat menyebabkan peradangan, kemerahan, pembengkakan, dan rasa sakit. Paronikia dapat terjadi pada semua usia, tetapi lansia mungkin lebih rentan karena sistem kekebalan tubuh yang melemah.

🔒 Kanker kulit pada kuku: 

Kanker kulit, termasuk kanker yang berkembang di sekitar kuku, dapat mempengaruhi lansia. Perubahan kulit dan paparan sinar matahari selama bertahun-tahun dapat meningkatkan risiko kanker kulit pada kuku pada populasi lansia.

                Penting untuk konsultasi masalah kuku dengan dokter atau profesional kesehatan yang berkualifikasi untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan rekomendasi perawatan yang tepat.

Adanya kuku lansia yang rusak dapat memiliki beberapa dampak yang memengaruhi kenyamanan dan kualitas hidup mereka, antara lain:

😑 Nyeri dan tidak nyaman: 

Kuku yang rusak dapat menyebabkan rasa sakit, sensitivitas, atau tidak nyaman saat menggunakan tangan, memegang benda, atau melakukan aktivitas sehari-hari. Ini dapat mengganggu kualitas hidup dan kemampuan lansia untuk menjalani kegiatan sehari-hari dengan nyaman.

😑 Infeksi:

Kuku yang rusak atau terluka pada lansia dapat menjadi pintu masuk bagi infeksi bakteri, jamur, atau virus. Infeksi kuku dapat menyebabkan pembengkakan, kemerahan, dan bahkan dapat menyebar ke jaringan di sekitarnya. Infeksi ini dapat memperburuk masalah kuku dan memerlukan perawatan medis yang tepat.

😑 Gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari: 

Kuku yang rusak dapat mempengaruhi kemampuan lansia untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti berpakaian, membersihkan diri, memegang benda, dan mengoperasikan alat-alat rumah tangga. Kekakuan, kelemahan, atau nyeri pada kuku dapat membuat tugas-tugas tersebut sulit atau tidak nyaman dilakukan.

😑 Gangguan estetika: 

Kuku yang rusak pada lansia dapat memiliki tampilan yang tidak menarik, seperti patah, rapuh, atau berubah warna. Hal ini dapat mengganggu kepercayaan diri dan mengurangi kepuasan lansia terhadap penampilan mereka.

😑 Gangguan interaksi sosial:

Lansia yang merasa tidak nyaman atau malu dengan kondisi kuku yang rusak mungkin menghindari interaksi sosial atau mengurangi partisipasi dalam aktivitas sosial. Hal ini dapat memengaruhi hubungan sosial dan kesejahteraan emosional mereka.

            Penting untuk memperhatikan dan merawat kuku lansia dengan baik untuk mencegah dampak-dampak yang tidak diinginkan tersebut. 

Beberapa makanan yang dapat membantu menjaga kesehatan kuku pada lansia:

🌱 Protein:

Asupan protein yang cukup penting untuk pertumbuhan dan kesehatan kuku. Makan makanan seperti daging tanpa lemak, ikan, telur, kacang-kacangan, dan produk susu rendah lemak dapat memberikan protein yang diperlukan.

🌱 Vitamin A:

Vitamin A membantu dalam pertumbuhan dan perbaikan sel-sel tubuh, termasuk sel-sel kuku. Makan makanan seperti wortel, labu, bayam, mangga, dan hati sapi dapat memberikan vitamin A yang cukup.

🌱 Vitamin C:

Vitamin C membantu dalam produksi kolagen, yang penting untuk kekuatan dan integritas kuku. Konsumsi buah-buahan dan sayuran segar seperti jeruk, stroberi, kiwi, brokoli, dan paprika merah dapat membantu memenuhi kebutuhan vitamin C.

🌱 Vitamin E: 

Vitamin E memiliki sifat antioksidan dan membantu mempertahankan kelembapan kuku. Makan makanan seperti kacang-kacangan, biji-bijian, minyak sayur, dan sayuran hijau dapat memberikan vitamin E yang penting.

🌱 Zat besi: 

Kekurangan zat besi dapat menyebabkan kuku rapuh dan lemah. Makan makanan yang kaya zat besi, seperti daging merah, hati, ayam, ikan, biji labu, kacang-kacangan, dan sayuran hijau, dapat membantu menjaga kesehatan kuku.

🌱 Biotin: 

Biotin atau vitamin B7 penting untuk pertumbuhan kuku yang sehat. Telur, kacang-kacangan, alpukat, dan ubi jalar adalah beberapa sumber makanan yang kaya biotin.

🌱 Omega-3 asam lemak:

Asam lemak omega-3 membantu menjaga hidrasi kuku dan melindungi mereka dari kekeringan. Makan makanan seperti ikan berlemak (sarden, salmon, tuna), biji chia, biji rami, dan minyak ikan dapat memberikan asupan omega-3 yang diperlukan.

        💬  Selain itu, pastikan lansia mengonsumsi diet seimbang yang mencakup berbagai makanan sehat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi secara menyeluruh. Juga, penting untuk minum cukup air setiap hari untuk menjaga hidrasi tubuh, termasuk kuku.

Beberapa kiat untuk menjaga kesehatan kuku pada lansia:

✅ Jaga kebersihan: 

Pastikan untuk membersihkan kuku secara teratur. Gunakan sikat lembut dan air hangat untuk membersihkan kuku, terutama di bawah tepi kuku. Hindari penggunaan alat yang tajam atau kasar yang dapat merusak kuku.

✅ Gunakan pelembab: 

Oleskan pelembab khusus untuk kuku atau minyak kuku pada kuku dan kulit di sekitarnya setiap hari. Ini membantu menjaga kelembapan alami kuku dan mencegah kekeringan dan kerapuhan.

✅ Potong kuku dengan benar:

Gunakan gunting atau kuku gunting yang tajam untuk memotong kuku secara teratur. Hindari memotong terlalu pendek atau memotong sudut-sudut tajam yang dapat menyebabkan masalah seperti kuku yang dalam atau kuku yang tumbuh ke dalam.

✅ Hindari trauma pada kuku: 

Lindungi kuku dari cedera atau trauma. Hindari kegiatan yang dapat merusak kuku, seperti memencet atau menggigit kuku. Selain itu, gunakan sarung tangan ketika melakukan pekerjaan rumah tangga atau kegiatan yang dapat mempengaruhi kesehatan kuku.

✅ Konsumsi makanan sehat:

Pastikan lansia mendapatkan diet seimbang dan nutrisi yang cukup. Nutrisi penting seperti protein, vitamin A, vitamin C, vitamin E, zat besi, dan kalsium dapat membantu menjaga kesehatan kuku. Makan makanan seperti ikan, kacang-kacangan, buah-buahan, sayuran hijau, dan produk susu dapat membantu menjaga kuku yang kuat.

✅ Perhatikan kesehatan umum: 

Jaga kesehatan umum lansia dengan menjaga sistem kekebalan tubuh yang kuat, rutin berolahraga, tidur yang cukup, dan mengelola stres. Kesehatan yang baik secara keseluruhan dapat mempengaruhi kesehatan kuku.

✅ Kunjungi dokter atau ahli kesehatan:

Jika ada masalah kuku yang berkelanjutan atau infeksi, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan yang berkualifikasi. Mereka dapat memberikan diagnosis yang akurat dan perawatan yang sesuai.

            Dengan perawatan yang tepat dan gaya hidup yang sehat, lansia dapat menjaga kesehatan kuku mereka dan mencegah masalah yang mungkin timbul.




Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3038811

https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/16394478

https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/nails-fingernail-and-toenail-problems

https://www.agingcare.com/articles/fingernail-problems-indicating-health-issues-145734.htm

https://medlineplus.gov/ency/imagepages/8671.htm


Sunday, 16 July 2023

Sakit Pinggang, Bikin Tak Bisa Tolak Pinggang

           Tolak pinggang, bahasa tubuh (gerak anggota tubuh) atau yang biasa disebut gestur yaitu dengan telapak tangan memegang pinggang dengan siku tangan membentuk sudut 45 derajat. Tolak pinggang biasanya digunakan saat sedang bersantai ataupun sedang merasa percaya diri.

Tetapi penyakit pinggang yang sudah mengenai tubuh, akan sulit untuk bersantai, apalagi percaya diri, yang terasa adalah: pinggang pegal, kaku, seperti ditusuk, rasa nyeri dari pinggang ke bokong sampai kaki, rasa nyeri dari pinggang ke selangkangan hingga alat kelamin, sulit bergerak dan berdiri tegak, dan perasaan lain yang tidak nyaman. Bagaimana mungkin bertolak pinggang dengan perasaan nyeri tak terkira.

Ilustrasi lansia sakit pinggang, nyeri tak terkira
( Sumber: canva.com)

Penyakit pinggang dapat mencakup berbagai kondisi yang mempengaruhi organ, struktur, atau fungsi di daerah pinggang. Beberapa penyakit pinggang secara umum, meliputi:

🏇 Batu Ginjal: 

Terbentuknya batu keras dalam ginjal yang dapat menyebabkan nyeri hebat di area pinggang saat batu ginjal bergerak melalui saluran kemih.

🏇 Infeksi Saluran Kemih (ISK): 

Infeksi yang terjadi di saluran kemih, termasuk ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Infeksi ginjal (pielonefritis) dapat menyebabkan nyeri di daerah pinggang.

🏇 Gangguan Ginjal:

Termasuk gangguan seperti penyakit ginjal polikistik, gagal ginjal, glomerulonefritis, atau penyakit ginjal lainnya yang dapat menyebabkan kerusakan fungsi ginjal dan masalah di area pinggang.

🏇 Cedera Otot atau Ligamen Pinggang:

Cedera pada otot atau ligamen di sekitar pinggang, seperti regangan otot pinggang atau cedera ligamen pada tulang belakang, dapat menyebabkan nyeri dan gangguan fungsi.

Lansia sehat dan tidak sakit pinggang
( Sumber: pens 49 ceria)

🏇 Hernia Nukleus Pulposus (HNP): 

Juga dikenal sebagai "hernia tulang belakang" atau "herniated disc," kondisi ini terjadi ketika cakram intervertebralis di tulang belakang mendorong keluar dari tempatnya, dapat memberikan tekanan pada saraf dan menyebabkan nyeri di area pinggang.

 🏇Spondilosis: 

Kondisi degeneratif pada tulang belakang yang melibatkan kerusakan diskus intervertebralis dan perubahan pada tulang belakang. Hal ini dapat menyebabkan nyeri pinggang dan kekakuan.

🏇 Radang Sendi: 

Radang sendi di daerah pinggang, seperti pada osteoarthritis atau arthritis reumatoid, dapat menyebabkan nyeri dan peradangan di sekitar pinggang.

🏇 Skoliosis:

Kelainan tulang belakang di mana tulang belakang melengkung secara abnormal. Skoliosis dapat menyebabkan gangguan postur dan nyeri pinggang.

                Tentu saja, ini hanya beberapa contoh penyakit pinggang secara umum, dan diagnosis akurat harus dilakukan oleh tenaga medis atau dokter berdasarkan gejala dan pemeriksaan lebih lanjut. Jika Anda mengalami gejala atau masalah di area pinggang, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan yang tepat.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan lansia sering mengalami sakit pinggang, alasan yang mungkin, termasuk:

💂 Osteoarthritis: 

Osteoarthritis adalah kondisi yang umum terjadi pada lansia. Ini terjadi ketika tulang rawan di antara sendi mengalami kerusakan atau aus, yang dapat menyebabkan peradangan dan nyeri di area pinggang.

💂 Penyakit Degeneratif pada Tulang Belakang:

Penuaan dapat menyebabkan perubahan degeneratif pada tulang belakang, seperti hernia nukleus pulposus (HNP) atau spondilosis. Kondisi ini dapat menyebabkan penekanan pada saraf dan menyebabkan nyeri pinggang.

💂 Penyakit Ginjal: 

Gangguan ginjal, seperti penyakit ginjal polikistik atau gagal ginjal, dapat menyebabkan nyeri pinggang. Ini bisa terjadi karena kerusakan pada ginjal atau peningkatan tekanan dalam ginjal.

💂 Penyakit Infeksi:

Infeksi saluran kemih atau infeksi ginjal (pielonefritis) dapat menyebabkan nyeri pinggang pada lansia.

💂 Patah Tulang Belakang: 

Osteoporosis, yang umum terjadi pada lansia, dapat membuat tulang belakang menjadi rapuh dan rentan terhadap patah tulang. Patah tulang belakang dapat menyebabkan nyeri pinggang.

💂 Postur yang Buruk:

Kekurangan otot dan kekuatan tulang belakang akibat penuaan dapat menyebabkan postur yang buruk. Postur yang tidak baik dapat memberikan tekanan ekstra pada tulang belakang dan menyebabkan nyeri pinggang.

💂 Aktivitas Fisik yang Berlebihan atau Kurang Aktif: 

Aktivitas fisik yang berlebihan atau kekurangan aktivitas fisik dapat mempengaruhi kesehatan tulang dan otot, termasuk di daerah pinggang. Ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan nyeri pinggang pada lansia.

💂 Efek Samping Obat-obatan: 

Beberapa obat yang umum dikonsumsi oleh lansia, seperti obat anti inflamasi non steroid  atau diuretik, dapat menyebabkan efek samping berupa nyeri pinggang.

         💬 Penting untuk memeriksakan lansia ke dokter untuk penilaian dan diagnosis yang tepat jika mereka sering mengalami sakit pinggang. Dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik, tes diagnostik, dan memberikan penanganan yang sesuai berdasarkan kondisi khusus individu.

Beberapa ciri yang mungkin muncul pada lansia yang mengalami sakit pinggang adalah sebagai berikut:

👃 Nyeri: 

Lansia dengan sakit pinggang umumnya akan mengalami nyeri atau ketidaknyamanan di daerah pinggang. Nyeri dapat bersifat tumpul, tajam, menyebar, atau terlokalisasi pada satu sisi atau kedua sisi pinggang.

👃 Kekakuan: 

Lansia dengan sakit pinggang mungkin mengalami kekakuan di daerah pinggang, terutama setelah beristirahat atau bangun tidur. Kekakuan dapat membuat gerakan tubuh menjadi terbatas atau sulit.

👃 Kesulitan Berjalan: 

Sakit pinggang yang parah atau berkepanjangan dapat menyebabkan kesulitan berjalan pada lansia. Mereka mungkin merasa tidak nyaman atau merasa nyeri ketika bergerak atau melakukan aktivitas fisik.

👃 Penurunan Fungsi: 

Sakit pinggang yang berlangsung lama atau parah dapat mengganggu kemampuan lansia untuk menjalankan aktivitas sehari-hari dengan normal. Mereka mungkin mengalami penurunan fungsi fisik atau kesulitan dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti membersihkan rumah, berbelanja, atau merawat diri sendiri.

👃 Gangguan Tidur:

Lansia dengan sakit pinggang mungkin mengalami gangguan tidur karena nyeri yang dialami. Mereka mungkin mengalami kesulitan tidur atau terbangun karena nyeri di area pinggang.

👃 Kelemahan Otot: 

Sakit pinggang yang kronis atau berat dapat menyebabkan kelemahan otot di sekitar daerah pinggang. Kelemahan ini dapat mempengaruhi keseimbangan dan kekuatan tubuh secara keseluruhan.

👃 Gangguan Buang Air Kecil: 

Beberapa kasus sakit pinggang pada lansia dapat mempengaruhi fungsi ginjal atau saluran kemih, yang mungkin menyebabkan masalah saat buang air kecil. Hal ini dapat termasuk perubahan frekuensi buang air kecil, nyeri saat buang air kecil, atau perubahan warna atau bau urin.

              💬 Penting untuk diingat bahwa ciri-ciri di atas tidak spesifik hanya untuk sakit pinggang pada lansia. Diagnosis akurat harus dilakukan oleh tenaga medis atau dokter berdasarkan evaluasi yang menyeluruh, termasuk pemeriksaan fisik, riwayat medis, dan jika diperlukan, tes diagnostik. Jika ada gejala atau kekhawatiran, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan penanganan yang tepat.

Untuk mencegah sakit pinggang pada lansia, berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

👳 Pergi ke dokter secara teratur:

Lansia sebaiknya menjalani pemeriksaan rutin dengan dokter untuk memantau kesehatan mereka secara keseluruhan. Dokter dapat mendeteksi masalah potensial pada pinggang atau memberikan nasihat untuk mencegah masalah lebih lanjut.

👳 Pertahankan postur yang baik: 

Memiliki postur yang baik saat duduk, berdiri, dan berjalan dapat membantu menjaga kesehatan tulang belakang dan mencegah stres berlebih pada pinggang. Hindari membungkuk atau melengkungkan punggung saat beraktivitas.

👳 Jaga berat badan yang sehat: 

Mempertahankan berat badan yang sehat sangat penting untuk mengurangi beban pada tulang belakang dan mencegah stres berlebih pada pinggang. Jika diperlukan, konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk rekomendasi tentang manajemen berat badan.

👳 Lakukan latihan fisik secara teratur:

Aktivitas fisik yang teratur dan seimbang dapat membantu memperkuat otot-otot pinggang dan mempertahankan fleksibilitas tulang belakang. Pilih olahraga yang sesuai dengan kondisi fisik dan usia lansia, seperti berjalan, berenang, atau yoga.

👳 Hindari mengangkat beban yang berat:

Jika terpaksa lansia perlu mengangkat beban, pastikan mereka menggunakan teknik pengangkatan yang benar untuk menghindari cedera pada pinggang. Bantu mereka untuk tidak mengangkat beban yang terlalu berat atau menggunakan alat bantu jika diperlukan.

👳 Jaga postur tidur yang baik: 

Pastikan lansia tidur dengan posisi yang nyaman dan dengan alas tidur yang adekuat. Gunakan bantal yang mendukung leher dan tulang belakang dengan baik.

👳 Hindari aktivitas yang berlebihan:

Jaga keseimbangan antara aktivitas fisik dan istirahat. Hindari aktivitas yang berlebihan yang dapat menyebabkan kelelahan otot atau tekanan berlebih pada pinggang.

👳 Perhatikan tulang belakang: 

Hindari mengangkat atau memindahkan benda yang berat secara tiba-tiba. Saat membungkuk, tekuk lutut dan jaga punggung tetap lurus.

👳 Gunakan peralatan bantu jika diperlukan:

Jika lansia memiliki kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti membersihkan rumah atau berkebun, pertimbangkan untuk menggunakan alat bantu atau peralatan yang dapat mengurangi stres pada pinggang.

              💭  Makanan sehat yang kaya nutrisi dapat membantu menjaga kesehatan tulang, otot, dan sistem tubuh secara keseluruhan, yang pada gilirannya dapat membantu mencegah sakit pinggang pada lansia.

Berikut adalah beberapa makanan yang baik untuk lansia dalam menjaga kesehatan pinggang:

💊 Kalsium: 

Makanan kaya kalsium seperti susu rendah lemak atau tanpa lemak, yoghurt, keju rendah lemak, dan sayuran hijau berdaun seperti brokoli dan bayam, dapat membantu menjaga kekuatan tulang dan mencegah kerapuhan tulang.

💊 Vitamin D: 

Vitamin D membantu penyerapan kalsium yang baik untuk kesehatan tulang. Sumber makanan alami vitamin D termasuk ikan berlemak seperti salmon, sarden, dan tuna, serta kuning telur. Lansia juga dapat mendapatkan vitamin D dari paparan sinar matahari yang cukup.

💊 Serat: 

Konsumsi makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan dapat membantu menjaga kesehatan pencernaan dan mencegah sembelit, yang dapat mengurangi ketegangan pada pinggang.

💊 Omega-3: 

Makanan kaya omega-3 seperti ikan berlemak (salmon, sarden, tuna), biji chia, biji rami, dan kenari dapat memiliki efek antiinflamasi yang dapat membantu mengurangi peradangan pada tubuh dan mengurangi risiko sakit pinggang yang terkait dengan peradangan.

💊 Antioksidan: 

Buah-buahan dan sayuran berwarna-warni kaya akan antioksidan, seperti vitamin C dan vitamin E, yang membantu melawan stres oksidatif dan peradangan. Blueberry, strawberry, wortel, bayam, dan brokoli adalah contoh makanan dengan kandungan antioksidan yang tinggi.

💊 Protein: 

Makanan tinggi protein seperti daging tanpa lemak, ayam, ikan, telur, kacang-kacangan, dan tahu, dapat membantu membangun dan memperbaiki jaringan otot, yang penting untuk menjaga kekuatan dan stabilitas pinggang.

💊 Air: 

Penting bagi lansia untuk minum cukup air setiap hari. Air membantu menjaga hidrasi yang baik dan membantu fungsi tubuh yang tepat, termasuk kesehatan tulang dan otot.

           Penting juga untuk memperhatikan asupan garam dan mengurangi konsumsi makanan olahan yang tinggi sodium, karena dapat mempengaruhi keseimbangan air dalam tubuh.

           💬 Selain makanan, penting untuk menjaga gaya hidup sehat secara keseluruhan dengan menghindari merokok, membatasi konsumsi alkohol, dan menjaga berat badan yang sehat. Selalu konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi untuk saran yang sesuai dengan kondisi khusus lansia.








Sumber;

https://www.webmd.com/back-pain/ss/slideshow-low-back-pain-overview

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/7936-lower-back-pain

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538173/

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/back-pain/symptoms-causes/syc-20369906