Thursday, 19 December 2024

PPN 12% Bikin Panik? Ini Kiat Ampuh Lansia Bertahan di Tengah Kenaikan Harga!

       Lansia tidak hanya ditentukan oleh usia, tetapi juga oleh kondisi fisik, mental, dan sosial yang dialami seseorang. Dari sisi ekonomi, lansia merupakan kelompok usia yang memiliki karakteristik dan tantangan khusus yang memengaruhi kesejahteraan mereka secara finansial.

Kegembiraan lansia mungkin akan berkurang dengan berlakunya PPN 12%
(Sumber: Foto Rozali)

Beberapa aspek yang berkaitan dengan lansia dari sisi ekonomi:

1. Sumber Pendapatan Lansia

Lansia biasanya memiliki sumber pendapatan yang terbatas karena mereka sudah tidak aktif bekerja di usia produktif. Sumber pendapatan utama mereka meliputi:

  • Pensiun: Lansia yang pernah bekerja formal sering mengandalkan dana pensiun sebagai sumber utama penghasilan.
  • Tabungan atau investasi: Lansia yang menabung atau berinvestasi selama masa produktif dapat menggunakan dana tersebut untuk memenuhi kebutuhan hidup.
  • Bantuan keluarga: Banyak lansia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia, bergantung pada dukungan finansial dari anak atau anggota keluarga lainnya.
  • Bantuan sosial pemerintah: Lansia dari golongan ekonomi rendah sering mengandalkan program bantuan pemerintah seperti subsidi, bantuan pangan, atau layanan kesehatan gratis.

2. Kebutuhan Ekonomi Lansia

Lansia memiliki kebutuhan ekonomi yang sering kali berbeda dari kelompok usia lainnya:

  • Kebutuhan kesehatan: Biaya kesehatan menjadi salah satu pengeluaran terbesar karena lansia lebih rentan terhadap penyakit kronis.
  • Kebutuhan hidup sehari-hari: Meski kebutuhan dasar (makanan, pakaian) cenderung sederhana, pengeluaran tetap signifikan karena lansia sering memiliki pendapatan terbatas.
  • Kebutuhan sosial: Lansia mungkin membutuhkan dana untuk menjaga interaksi sosial, seperti menghadiri acara keluarga atau komunitas.

3. Tantangan Ekonomi yang Dihadapi Lansia

  • Pendapatan tetap yang terbatas: Dengan tidak adanya penghasilan tetap, lansia sering kesulitan mengimbangi kenaikan biaya hidup.
  • Ketergantungan finansial: Lansia yang tidak memiliki tabungan atau investasi sering kali bergantung pada keluarga atau bantuan sosial.
  • Inflasi: Kenaikan harga barang dan jasa, seperti kenaikan PPN menjadi 12%, dapat semakin mempersempit daya beli lansia.
  • Kurangnya literasi keuangan: Banyak lansia belum terbiasa mengelola keuangan secara mandiri atau menggunakan teknologi finansial modern.

4. Potensi Ekonomi Lansia

Meski menghadapi tantangan, lansia juga memiliki potensi ekonomi yang bisa dimanfaatkan:

  • Usaha mikro atau UMKM: Lansia yang masih sehat dapat menjalankan usaha kecil, seperti berdagang atau memanfaatkan keterampilan tangan.
  • Kontribusi pada keluarga: Lansia sering berkontribusi dalam kegiatan ekonomi keluarga, seperti membantu mengasuh cucu atau mengelola rumah tangga.
  • Pekerjaan paruh waktu: Lansia dengan kemampuan tertentu, seperti mengajar, memberi konsultasi, atau keterampilan seni, masih bisa menghasilkan pendapatan.

5. Solusi Ekonomi untuk Lansia

  • Program perlindungan sosial: Pemerintah dapat meningkatkan program bantuan, seperti jaminan sosial, subsidi pangan, dan layanan kesehatan gratis.
  • Dukungan literasi keuangan: Edukasi tentang pengelolaan keuangan dan investasi sederhana dapat membantu lansia lebih mandiri secara finansial.
  • Pengelolaan dana pensiun: Lansia perlu memastikan dana pensiun dikelola dengan baik agar cukup memenuhi kebutuhan hingga akhir hayat.
  • Peluang usaha kecil: Lansia yang masih produktif dapat diberikan dukungan untuk membuka usaha kecil melalui pelatihan atau modal usaha.

6. Lansia dan Ketimpangan Ekonomi

  • Ketimpangan regional: Lansia di daerah perkotaan mungkin memiliki akses lebih baik ke program sosial dan kesehatan dibandingkan dengan lansia di pedesaan.
  • Gender gap: Lansia perempuan cenderung lebih rentan secara ekonomi karena lebih sering tidak bekerja formal selama masa produktif mereka.

         PPN (Pajak Pertambahan Nilai) merupakan pajak tidak langsung yang dikenakan pada setiap tahap produksi atau distribusi barang dan jasa. Pajak ini ditanggung oleh konsumen akhir, tetapi disetor ke negara oleh pelaku usaha yang menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP).    

Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% yang direncanakan di Indonesia mulai 2025 dapat memiliki beberapa dampak pada lansia, tergantung pada situasi ekonomi mereka dan kebutuhan sehari-hari yang mereka konsumsi. 

Berikut adalah beberapa dampaknya:

1. Beban Biaya Hidup Meningkat

Lansia yang mengandalkan pensiun, tabungan, atau bantuan keluarga cenderung lebih sensitif terhadap kenaikan harga barang dan jasa. Kenaikan PPN dapat membuat:

  • Kebutuhan pokok lebih mahal, seperti makanan, obat-obatan yang tidak masuk daftar pengecualian PPN, dan kebutuhan rumah tangga.
  • Layanan kesehatan lebih mahal, terutama bagi lansia yang memiliki penyakit kronis dan memerlukan perawatan rutin.

2. Pengurangan Daya Beli

Dengan pendapatan tetap atau terbatas, daya beli lansia dapat menurun. Hal ini berisiko mengurangi akses mereka terhadap barang atau layanan penting yang sebelumnya terjangkau.

3. Ketergantungan pada Bantuan Sosial

Lansia yang hidup di bawah garis kemiskinan mungkin semakin bergantung pada bantuan sosial dari pemerintah, seperti subsidi kesehatan (BPJS PBI) atau program bantuan pangan. Jika kebijakan sosial tidak diperluas seiring kenaikan PPN, ini bisa memperburuk kondisi mereka.

4. Dampak pada Lansia dengan Usaha Mikro

Lansia yang memiliki usaha kecil atau mikro (seperti warung) dapat terpengaruh dua kali:

  • Mereka harus menanggung kenaikan harga barang dagangan yang terkena PPN.
  • Konsumen mereka mungkin berkurang daya belinya, sehingga penjualan menurun.

Potensi Kebijakan Mitigasi

Untuk meminimalkan dampak ini, pemerintah dapat:

  • Mengecualikan barang dan jasa esensial untuk lansia dari PPN.
  • Meningkatkan bantuan sosial untuk lansia, seperti dana pensiun atau subsidi kesehatan.
  • Mengawasi inflasi, agar kenaikan PPN tidak memicu lonjakan harga barang kebutuhan pokok.

Beberapa kiat praktis bagi lansia untuk menghadapi dampak kenaikan PPN 12% agar tetap bisa mengelola kehidupan sehari-hari dengan baik:

1. Prioritaskan Kebutuhan Esensial

  • Fokus pada kebutuhan pokok seperti makanan, obat-obatan, dan tagihan penting (listrik, air, dan lainnya). Hindari pengeluaran untuk barang mewah atau non-esensial.
  • Pilih barang bebas PPN jika memungkinkan, seperti bahan pangan tertentu atau layanan yang tidak dikenakan pajak.

2. Manfaatkan Program Pemerintah

  • Gunakan BPJS Kesehatan untuk mengurangi biaya kesehatan. Lansia yang tergolong kurang mampu bisa mendaftar BPJS PBI (gratis).
  • Cari informasi bantuan sosial, seperti Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) atau program subsidi energi, untuk meringankan beban biaya sehari-hari.
  • Cek kebijakan daerah: Beberapa daerah memiliki program khusus untuk lansia, seperti pengurangan biaya transportasi atau belanja. Contoh: Transjakarta untuk lansia atau diskon kereta  KAI untuk lansia.

3. Belanja dengan Cerdas

  • Manfaatkan diskon dan promosi: Cari toko atau supermarket yang menawarkan diskon khusus untuk lansia.
  • Berbelanja di pasar tradisional: Biasanya harga lebih murah dibandingkan supermarket.
  • Beli dalam jumlah besar: Untuk barang yang sering digunakan (seperti sembako), beli dalam jumlah grosir untuk menghemat biaya jangka panjang.
  • Bandingkan harga: Gunakan aplikasi belanja online atau cek toko fisik untuk mencari harga termurah.

4. Kelola Keuangan dengan Bijak

  • Buat anggaran bulanan: Catat semua pemasukan dan pengeluaran untuk mengetahui prioritas kebutuhan.
  • Sisihkan uang untuk keadaan darurat: Meski sedikit, menabung sangat penting untuk mengantisipasi kebutuhan mendesak.
  • Kurangi utang atau cicilan: Hindari utang baru agar tidak membebani keuangan.

5. Tingkatkan Pendapatan

  • Coba usaha kecil: Lansia yang masih produktif dapat menjalankan usaha sederhana, seperti menjual makanan ringan, hasil kerajinan, atau hasil kebun.
  • Sewakan aset: Jika memiliki aset seperti kamar kosong atau lahan, sewakan untuk mendapatkan pendapatan tambahan.
  • Ikut program komunitas produktif: Banyak komunitas yang mendukung lansia untuk terlibat dalam aktivitas usaha mikro.

6. Bergabung dengan Komunitas Lansia yang Ramah

  • Bergabung dengan kelompok lansia di daerah atau komunitas sosial yang memberikan bantuan berupa barang murah, layanan kesehatan gratis, atau program pengurangan biaya hidup.
  • Dengan komunitas, lansia juga dapat saling berbagi informasi tentang peluang dan subsidi yang tersedia.

7. Jaga Kesehatan untuk Kurangi Pengeluaran

  • Lakukan pencegahan penyakit: Konsumsi makanan bergizi, olahraga ringan, dan cukup istirahat untuk mengurangi risiko penyakit yang membutuhkan biaya pengobatan tinggi.
  • Gunakan obat generik: Obat generik memiliki harga lebih terjangkau dengan kualitas yang sama.

8. Tingkatkan Literasi Keuangan

  • Lansia perlu belajar mengelola uang secara lebih cerdas, seperti mencari informasi tentang kenaikan harga dan solusi hemat.
  • Gunakan bantuan anggota keluarga atau teman untuk belajar menggunakan aplikasi belanja online atau e-wallet untuk mencari harga yang lebih murah.

9. Libatkan Keluarga

  • Jangan ragu meminta bantuan dari anggota keluarga untuk membantu mengelola keuangan, berbelanja, atau mencari informasi terkait bantuan pemerintah.
  • Kerja sama dalam keluarga dapat meringankan beban lansia secara signifikan.
Demikian kiat ampuh yang mungkin dapat membantu lansia menghadapi kenaikan PPN 12% agar lansia tetap berdaya dan hidup sehat.





Sumber:

https://klikpajak.id/blog/pajak-pertambahan-nilai-ppn/

https://www.kemenkeu.go.id/informasi-publik/publikasi/berita-utama/Tarif-PPN-12-Wujudkan-Keadilan




No comments:

Post a Comment