Friday, 12 May 2023

Jangan Salahkan, Penyakit Keturunan Atau Penyakit Riwayat keluarga

     

Ilustrasi penyakit riwayat keluarga dan penyakit turunan
(canva.com)

Masyarakat kadang sulit membedakan penyakit keturunan dan penyakit riwayat keluarga, seringkali digunakan secara bergantian, namun sebenarnya keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan.

Penyakit keturunan (genetik) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya mutasi pada gen atau kromosom dalam sel manusia. Mutasi genetik ini dapat diteruskan dari orang tua ke anak-anak mereka. Sebagai contoh, penyakit seperti talasemia, hemofilia, dan fenilketonuria  adalah contoh dari penyakit keturunan yang disebabkan oleh mutasi genetik yang diwariskan dari orang tua.

Penyakit riwayat keluarga adalah penyakit yang ada dalam keluarga dan memiliki kecenderungan genetik namun tidak selalu terkait dengan mutasi genetik. Beberapa faktor lingkungan dan gaya hidup juga dapat memengaruhi kemungkinan seseorang mengalami penyakit yang sama seperti orang tua atau anggota keluarga lainnya. Misalnya, jika seseorang memiliki riwayat keluarga diabetes, hal itu dapat menjadi faktor risiko dalam mengembangkan diabetes, tetapi tidak selalu karena adanya mutasi genetik.

Perbedaan penting antara kedua kondisi ini adalah bahwa penyakit keturunan selalu disebabkan oleh mutasi genetik yang diwariskan dari orang tua, sementara penyakit riwayat keluarga bisa terjadi karena faktor genetik atau lingkungan. 

Kedua kondisi ini dapat memiliki kemiripan dalam hal penanganan, yaitu mengidentifikasi risiko dan melakukan pencegahan sejak dini, seperti melakukan tes genetik atau menjalani pola hidup yang sehat.

Penyakit yang memiliki riwayat keluarga dapat memiliki tingkat kesembuhan yang berbeda-beda tergantung pada jenis penyakit dan tingkat keparahannya. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sepenuhnya dengan pengobatan yang tepat, sedangkan penyakit lain hanya dapat dikendalikan atau diobati untuk mengurangi gejala dan risiko komplikasi.

Faktor genetik hanya satu faktor yang mempengaruhi risiko seseorang untuk menderita penyakit tertentu. Faktor lingkungan dan gaya hidup juga dapat mempengaruhi risiko terkena penyakit, sehingga menerapkan gaya hidup sehat dan menghindari faktor risiko seperti merokok, konsumsi alkohol yang berlebihan, dan obesitas dapat membantu mengurangi risiko terkena penyakit.

Bila Anda memiliki riwayat keluarga dengan penyakit tertentu, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur dan berkonsultasi dengan dokter atau ahli genetika untuk menentukan risiko Anda dan tindakan pencegahan yang dapat dilakukan. Hal ini dapat membantu mengidentifikasi dan mengobati penyakit secara dini, sehingga meningkatkan kesempatan untuk kesembuhan atau mengurangi risiko komplikasi yang serius.

Banyak penyakit yang memiliki hubungan dengan riwayat keluarga. Beberapa contoh penyakit yang cenderung diturunkan dalam keluarga adalah:

😈 Kanker: 

Beberapa jenis kanker memiliki predisposisi genetik, sehingga jika ada riwayat keluarga yang menderita kanker, maka risiko seseorang untuk menderita kanker juga akan meningkat.

😈 Penyakit jantung: 

Beberapa jenis penyakit jantung juga dapat diturunkan dalam keluarga, seperti penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi, dan gangguan irama jantung.

😈 Diabetes: 

Diabetes tipe 1 dan tipe 2 dapat diturunkan dalam keluarga, dan seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan diabetes akan memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita diabetes.

😈 Penyakit autoimun: 

Beberapa jenis penyakit autoimun, seperti lupus, rheumatoid arthritis, dan multiple sclerosis, memiliki predisposisi genetik dan dapat diturunkan dalam keluarga.

😈 Gangguan kejiwaan:

Beberapa jenis gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia, bipolar, dan depresi, juga dapat diturunkan dalam keluarga.

     Perlu dicamkan, bahwa meskipun ada riwayat keluarga dengan penyakit tertentu, bukan berarti seseorang pasti akan menderita penyakit tersebut. 

Faktor lingkungan dan gaya hidup juga dapat mempengaruhi risiko seseorang untuk menderita penyakit. Oleh karena itu, menjaga gaya hidup yang sehat dan menghindari faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi kesehatan.

Catatan:

Predisposisi genetik adalah kecenderungan seseorang untuk menderita suatu penyakit tertentu yang berasal dari faktor genetik, yang diturunkan dari orang tua atau anggota keluarga lainnya. Artinya, seseorang memiliki kecenderungan atau risiko lebih tinggi untuk mengembangkan penyakit tertentu karena ia mewarisi gen yang terkait dengan penyakit tersebut.

Keberadaan predisposisi genetik tidak berarti bahwa seseorang pasti akan menderita penyakit tersebut. Predisposisi genetik hanya meningkatkan risiko terkena penyakit, namun risiko ini dapat dikurangi dengan menerapkan gaya hidup sehat dan menghindari faktor risiko yang dapat memperburuk kondisi kesehatan.

Beberapa contoh penyakit keturunan (genetik) meliputi:

 ðŸ‘¾  Sickle cell anemia: 

Penyakit genetik yang menyebabkan sel darah merah berbentuk sabit dan cenderung menggumpal, menyebabkan sirkulasi darah terhambat.

👾 Talasemia: 

Gangguan genetik yang menyebabkan produksi hemoglobin yang tidak normal, sehingga sel darah merah mudah rusak dan mengakibatkan anemia.

👾 Hemofilia:  

Gangguan genetik yang menyebabkan darah tidak membeku dengan baik, sehingga menyebabkan pendarahan berlebihan.

👾 Huntington's disease: 

Penyakit genetik yang menyebabkan kerusakan pada sel-sel saraf di otak, menyebabkan gejala seperti kejang, kognitif dan perubahan perilaku.

👾 Polycystic kidney disease: 

Penyakit genetik yang menyebabkan pembentukan kista pada ginjal, yang pada akhirnya dapat mengganggu fungsi ginjal.

     Penyakit keturunan biasanya tidak dapat disembuhkan, namun dapat diobati dan dikendalikan untuk mengurangi gejala dan mencegah komplikasi. Tes genetik dapat membantu mengidentifikasi risiko seseorang untuk mengembangkan penyakit keturunan dan memberikan informasi penting bagi pengobatan dan pencegahan.

     Faktor lingkungan dan gaya hidup juga dapat mempengaruhi risiko terkena penyakit, selain faktor genetik, karena itu sangat penting untuk mengadopsi gaya hidup sehat dan menghindari faktor risiko untuk mencegah atau menunda timbulnya penyakit.

     Informasi ini tidak boleh dijadikan pengganti saran medis dari dokter atau profesional kesehatan yang bermutu. Jika Anda atau anggota keluarga memiliki penyakit yang telah disebutkan, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan terkait untuk mendapatkan informasi dan perawatan yang tepat.



Sumber:

https://rarediseases.info.nih.gov/diseases?category=Genetic%20Disease&page=1&letter=T&search=

https://medlineplus.gov/genetics/condition/type-2-diabetes/#inheritance

https://ndss.org/about#p_336

https://www.thalassemia.org/learn-about-thalassemia/about-thalassemia/

https://www.genome.gov/Health/Family-Health-History/Patients-Families

https://www.nimh.nih.gov/health/topics/schizophrenia

 




Thursday, 11 May 2023

Waspada,penyebab kematian nomor 6 di seluruh dunia

 

Ilustrasi periksa gula darah
(canva.com)


      Menurut World Health Organization (WHO), diabetes adalah salah satu dari 10 penyakit yang paling sering terjadi di dunia, dan merupakan penyebab kematian nomor enam di dunia. 

Pada tahun 2021, WHO memperkirakan bahwa sekitar 422 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes, dan angka ini diperkirakan akan terus meningkat di masa depan.Masyarakat sering menyebutnya sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula

Diabetes adalah suatu kondisi di mana kadar gula darah seseorang lebih tinggi dari normal. Hal ini terjadi ketika tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara efektif. 

Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas dan membantu mengontrol kadar gula darah. Kondisi ini dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan jika tidak diobati dengan baik, seperti kerusakan pada organ tubuh dan bahkan kematian. 

Diabetes dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu: diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2.

👉 Diabetes tipe 1 terjadi ketika tubuh tidak dapat memproduksi insulin sama sekali

👉 Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan insulin dengan efektif.

      Ukuran gula darah atau kadar glukosa darah normal pada orang dewasa sehat adalah antara 70 hingga 99 mg/dL (miligram per deciliter) saat puasa atau tidak makan selama 8 jam. Setelah makan, kadar gula darah normal pada orang dewasa sehat adalah kurang dari 140 mg/dL dalam waktu 2 jam. 

Normalnya kadar gula darah dapat berbeda-beda tergantung pada faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan riwayat medis seseorang. Jika seseorang memiliki kadar gula darah di luar rentang normal, dapat menandakan adanya gangguan metabolik seperti diabetes atau masalah kesehatan lainnya.

Penting untuk selalu memantau kadar gula darah secara teratur dan berkonsultasi dengan dokter jika ada perubahan atau gejala yang tidak biasa.

     Tubuh tidak dapat mengatur insulin dengan baik pada penderita diabetes karena ada gangguan pada sistem metabolisme glukosa. 

Pada diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel yang memproduksi insulin di pankreas, sehingga produksi insulin menurun atau bahkan berhenti sama sekali. 

Sedangkan pada diabetes tipe 2, tubuh masih memproduksi insulin, namun sel-sel tubuh tidak merespons insulin dengan baik sehingga glukosa tidak dapat dimetabolisme dengan efektif dan menumpuk dalam darah.

     Diabetes dapat terjadi pada semua kelompok umur, namun penyakit ini lebih umum terjadi pada orang dewasa dan lanjut usia. Diabetes tipe 2, yang merupakan jenis diabetes yang paling umum, biasanya terjadi pada orang dewasa yang berusia di atas 40 tahun, meskipun dapat terjadi pada usia yang lebih muda.

Beberapa tahun terakhir, diabetes tipe 2 semakin sering terjadi pada anak-anak dan remaja karena adanya peningkatan angka obesitas pada kelompok usia tersebut. Diabetes tipe 1, sering terjadi pada anak-anak dan remaja, dapat terjadi pada usia berapa pun, namun kebanyakan terjadi sebelum usia 30 tahun. Oleh karena itu, diabetes tipe 1 juga dikenal sebagai diabetes awal usia.

     Pada umumnya, risiko terkena diabetes meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Oleh karena itu, orang yang berusia di atas 45 tahun dan memiliki faktor risiko seperti kegemukan, kurang beraktivitas fisik, dan riwayat keluarga dengan diabetes, harus memeriksakan diri secara teratur untuk mendeteksi kemungkinan terkena diabetes.

Beberapa ciri-ciri tubuh yang sudah terkena diabetes:

💧 Sering merasa haus dan lapar.

💧 Sering buang air kecil, terutama di malam hari.

💧 Kelelahan yang tidak bisa dijelaskan dengan sebab yang jelas.

💧 Penglihatan kabur.

💧 Luka sulit sembuh.

💧 Infeksi sering terjadi pada kulit atau saluran kemih.

💧 Munculnya kram atau mati rasa pada tangan atau kaki.

💧 Penurunan berat badan yang tidak diinginkan.

💧 Sering mengalami gejala seperti kesemutan atau lemah pada lengan atau kaki.

💧 Napas bau aseton atau seperti buah-buahan.

    Catatan :

     Penting diingat bahwa beberapa orang dengan diabetes mungkin tidak mengalami gejala atau hanya mengalami gejala ringan. Oleh karena itu, memeriksakan diri secara teratur ke dokter dan melakukan tes gula darah, khususnya jika memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga yang menderita diabetes, obesitas, atau gaya hidup tidak sehat.


Gaya hidup yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko seseorang terkena diabetes tipe 2,antara lain:

💣 Kegemukan atau obesitas. 

Kegemukan atau obesitas dapat meningkatkan risiko diabetes karena dapat mempengaruhi resistensi insulin, yaitu ketidakmampuan tubuh untuk merespons insulin dengan benar.

💣 Kurangnya aktivitas fisik. 

Kurangnya aktivitas fisik dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes.

💣 Pola makan yang tidak sehat.

 Pola makan yang kaya lemak jenuh, gula, dan karbohidrat sederhana, serta rendah serat dapat meningkatkan risiko diabetes.

💣 Merokok. 

Merokok dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes.

💣 Minum minuman beralkohol secara berlebihan. 

Minum minuman beralkohol secara berlebihan dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan meningkatkan risiko diabetes.

💣 Stres kronis. 

Stres kronis dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan meningkatkan risiko resistensi insulin dan diabetes.


Cara mencegah diabetes tipe 2 antara lain:

🙆 Menjaga berat badan yang sehat.

Kegemukan atau obesitas dapat meningkatkan risiko diabetes, oleh karena itu menjaga berat badan yang sehat dengan mengadopsi pola makan sehat dan berolahraga secara teratur dapat membantu mencegah diabetes.

🙆 Mengadopsi pola makan yang sehat.

Pola makan yang sehat dengan kandungan serat yang cukup, rendah lemak jenuh, rendah gula, dan rendah karbohidrat sederhana dapat membantu mencegah diabetes.

🙆 Berolahraga secara teratur. 

Berolahraga secara teratur dapat membantu menurunkan berat badan, meningkatkan sensitivitas insulin, dan membantu mengatur kadar gula darah.

🙆 Menghindari merokok dan minum alkohol secara berlebihan.

Merokok dan minum alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan risiko diabetes dan sejumlah kondisi kesehatan lainnya, oleh karena itu sebaiknya dihindari atau dikurangi.

🙆 Mengelola stres. 

Stres kronis dapat mempengaruhi metabolisme glukosa dan meningkatkan risiko diabetes, oleh karena itu penting untuk mengelola stres dengan cara yang sehat seperti olahraga, meditasi, atau terapi.

🙆 Memantau kadar gula darah. 

Jika memiliki faktor risiko diabetes, seperti riwayat keluarga yang menderita diabetes atau tekanan darah tinggi, memantau kadar gula darah secara teratur dapat membantu mencegah diabetes.


     Diabetes atau sering disebut penyakit kencing manis sering dijumpai di lingkungan sekitar. Ada yang sudah diderita bertahun- tahun, baik pria maupun wanita, bahkan ada yang sudah kronis dan harus diamputasi. 

Kepedulian masyarakat perlu ditingkatkan akan diabetes ini, lebih baik mencegah daripada terkena, untuk menghindari derita yang panjang  karena diabetes. 

Salam sehat untuk kita semua.




Sumber:

https://www.idf.org/aboutdiabetes/type-2-diabetes.html    

https://diabetes.org/healthy-living/weight-loss   

https://www.diabetes.co.uk/type1-diabetes-symptoms.html    

https://www.diabetesdaily.com/learn-about-diabetes/understanding-blood-sugars/is-my-blood-sugar-normal/    

                                                                  https://www.diabetesselfmanagement.com/managing-diabetes/blood-glucose-management/blood-sugar-chart/      

https://www.who.int/health-topics/diabetes#       

https://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus

Saturday, 6 May 2023

Jangan Bilang Tuli,Ini Penyebabnya

     

Ilustrasi gangguan pendengaran 
(canva.com)

      Berdasarkan informasi World Health Organization (WHO), melaporkan bahwa lebih dari 25% orang yang berusia di atas 65 tahun mengalami gangguan pendengaran. 

Gangguan pendengaran pada lansia dapat bervariasi dari gangguan pendengaran ringan hingga kehilangan pendengaran yang signifikan. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk penuaan, paparan suara bising, infeksi telinga, atau penggunaan obat-obatan tertentu. 

      Penurunan kemampuan pendengaran atau kehilangan pendengaran secara bertahap adalah bagian dari proses penuaan yang normal dan dapat mempengaruhi hampir semua orang di atas usia 65 tahun.

 Kondisi ini dikenal sebagai presbycusis  (prez-buh-KYOO-sis),penyebab gangguan pendengaran pada lansia dapat bervariasi, termasuk paparan suara yang berlebihan selama bertahun-tahun, infeksi telinga, masalah kesehatan seperti diabetes atau tekanan darah tinggi, dan efek samping dari obat-obatan tertentu.

Gangguan pendengaran juga bisa disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, kondisi jantung, stroke, cedera kepala, dan tumor. Selain itu, faktor genetik juga dapat berperan dalam kehilangan pendengaran pada lansia.

       Kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas hidup lansia karena dapat menyebabkan isolasi sosial, kesulitan berkomunikasi, kesulitan dalam aktivitas sehari-hari, dan bahkan depresi. Oleh karena itu, sangat penting bagi lansia untuk melakukan pemeriksaan pendengaran secara teratur dan mencari perawatan jika mengalami gejala kehilangan pendengaran. 

Gangguan pendengaran yang tidak diobati dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan mental dan fisik lansia, termasuk peningkatan risiko depresi, kesepian, dan isolasi sosial. Oleh karena itu, sangat penting bagi lansia untuk memeriksakan pendengaran mereka secara teratur dan memperoleh perawatan yang tepat jika diperlukan.

Faktor risiko , banyak pekerja konstruksi, petani, musisi, pekerja bandara, penata taman, dan orang-orang di militer mengalami gangguan pendengaran bahkan di usia muda dan menengah akibat paparan suara keras.  

Catatan:

Presbycusis, atau gangguan pendengaran terkait usia, menyebabkan perubahan pada telinga bagian dalam seiring bertambahnya usia yang mengakibatkan gangguan pendengaran yang lambat namun stabil. Pada orang tua, gangguan pendengaran sering dikacaukan dengan, atau memperumit, kondisi seperti demensia

      Meskipun gangguan pendengaran pada lansia tidak dapat sepenuhnya dihindari, beberapa tindakan  untuk membantu mencegah atau memperlambat kehilangan pendengaran pada lansia, antara lain:

  • Hindari paparan suara yang berlebihan, seperti suara musik terlalu keras atau mesin pabrik yang bising.
  • Gunakan alat pelindung pendengaran seperti headphone atau earplug ketika bekerja atau berada di lingkungan yang bising.
  • Jaga kesehatan telinga dengan membersihkannya secara teratur, tetapi hindari menggunakan cotton bud atau benda-benda tajam yang dapat merusak telinga.
  • Jaga kesehatan tubuh secara umum dengan mengonsumsi makanan sehat, berolahraga secara teratur, dan menghindari rokok dan minuman beralkohol.
  • Hindari penggunaan obat-obatan tertentu yang diketahui dapat menyebabkan kehilangan pendengaran atau mengonsumsi obat sesuai dengan dosis yang tepat.
  • Lakukan pemeriksaan pendengaran secara teratur dan segera mencari perawatan jika mengalami gejala kehilangan pendengaran.
  • Menggunakan alat bantu dengar jika diperlukan.

Beberapa jenis makanan tertentu diketahui dapat membantu menjaga kesehatan pendengaran, terutama pada lansia, antara lain:  

🙋Ikan laut

Ikan laut seperti salmon, sarden, dan tuna mengandung asam lemak omega-3 yang baik untuk kesehatan pembuluh darah dan jaringan saraf di telinga.

🙋 Kacang-kacangan dan biji-bijian: 

Kacang-kacangan seperti almond, kenari, dan kacang-kacangan lainnya, serta biji-bijian seperti biji labu, mengandung magnesium yang dapat membantu melindungi sel-sel pendengaran di telinga.

🙋 Buah dan sayuran: 

Buah-buahan dan sayuran yang kaya akan vitamin C, seperti jeruk, stroberi, mangga, paprika, dan brokoli, dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah di telinga dan memperbaiki kerusakan sel-sel pendengaran.

🙋 Makanan yang mengandung antioksidan: 

Antioksidan seperti vitamin E dan beta-karoten yang terdapat pada makanan seperti wortel, bayam, ubi jalar, dan alpukat, dapat membantu melindungi sel-sel pendengaran dari kerusakan akibat radikal bebas.

🙋Teh hijau: 

Teh hijau mengandung senyawa anti-inflamasi dan antioksidan yang dapat membantu melindungi sel-sel pendengaran.

        Meskipun konsumsi makanan tersebut dapat membantu menjaga kesehatan pendengaran, tetapi tetap disarankan untuk menjaga kesehatan secara keseluruhan dengan mengonsumsi makanan sehat dan berolahraga secara teratur.

Upaya yang diperlukan bila sudah kena gangguan pendengaran adalah pakai alat bantu dengar.

      Alat bantu dengar adalah instrumen elektronik yang dikenakan di dalam atau di belakang telinga ,dapat sangat bermanfaat bagi lansia yang mengalami gangguan pendengaran atau kehilangan pendengaran. 

Kehilangan pendengaran pada lansia dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka, termasuk kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain, menikmati aktivitas yang disukai, dan bahkan dapat menyebabkan rasa isolasi sosial dan depresi.

 Alat bantu dengar dapat membantu memperbaiki kemampuan pendengaran dan memungkinkan lansia untuk berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari dan menjalani kehidupan secara mandiri. Ada berbagai jenis alat bantu dengar yang tersedia, termasuk alat bantu dengar dalam-kuping dan luar-kuping, serta alat bantu dengar implant. 

Namun, penting untuk diingat bahwa alat bantu dengar tidak dapat sepenuhnya menggantikan pendengaran yang normal dan perlu diatur dan disesuaikan oleh profesional kesehatan yang berkualitas. Oleh karena itu, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau ahli audiologi untuk memilih alat bantu dengar yang paling sesuai untuk kebutuhan lansia.






Sumber:

https://betterhearing.org/your-hearing-health/how-hearing-works/  

https://www.asha.org/publications/      

https://www.hearingloss.org/hearing-help/hearing-loss-basics/       

https://rnid.org.uk/hearing-research/preventing-hearing-loss/    

https://www.ndcs.org.uk/information-and-support/first-diagnosis/people-you-may-meet/  

https://www.nidcd.nih.gov/health/age-related-hearing-loss     

https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/deafness-and-hearing-loss