Orang dengan gangguan ini mungkin menyadari bahwa ingatan atau fungsi mental mereka telah turun ke titik tertentu. Keluarga dan teman dekat juga mungkin melihat perubahan. Namun perubahan ini tidak cukup buruk untuk memengaruhi kehidupan sehari-hari atau memengaruhi aktivitas biasa.
Gangguan neurokognitif ringan, juga disebut sebagai gangguan kognitif ringan (Mild Cognitive Impairment ) atau MCI, dapat dianggap sebagai jalan tengah antara penuaan normal dan gangguan neurokognitif utama.
Gangguan neurokognitif ringan cenderung berkembang perlahan dan ditandai dengan hilangnya memori progresif yang mungkin atau mungkin tidak untuk berkembang menjadi demensia.
Penelitian telah menunjukkan bahwa antara 5-17% pasien dengan gangguan kognitif ringan akan berkembang menjadi demensia setiap tahun.
Kemungkinan berkembangnya gangguan kognitif ringan meningkat seiring bertambahnya usia, mempengaruhi 10-20% orang dewasa berusia 65 tahun ke atas. Pria juga tampaknya berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kognitif ringan.
Beberapa ciri dan gejala gangguan kognitif ringan pada lansia, yaitu :
π Gangguan memori:
Kesulitan mengingat informasi baru, seperti nama orang atau peristiwa yang baru terjadi, meskipun kemampuan memori jangka panjang tetap relatif baik.
Lansia pensiunan pengawas ini sedang rapat, bila lupa nama atau lupa dengan peristiwa yang baru terjadi, mohon dimaklumi ( Sumber: foto pensiunan pengawas purna ) |
π Gangguan fungsi kognitif lainnya:
Selain gangguan memori, individu dengan gangguan kognitif ringan juga mungkin mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian, berpikir abstrak, memecahkan masalah, melakukan perencanaan, dan mengambil keputusan.
π Penurunan fungsi eksekutif:
Kemampuan untuk mengorganisir, merencanakan, memulai, dan menghentikan tugas atau aktivitas dapat terpengaruh pada gangguan kognitif ringan.
Ada satu lansia di foto ini bila Anda mengenalnya tetapi lupa nama atau lansia dalam foto juga lupa dengan siapa berfoto, harap maklum ( Sumber: foto pensiunan 49 ceria ) |
π Perubahan dalam kemampuan bahasa:
Kemampuan untuk menemukan kata yang tepat atau mengungkapkan diri secara lancar dapat terpengaruh pada gangguan kognitif ringan.
π Perubahan perilaku atau suasana hati:
Gangguan kognitif ringan juga dapat disertai dengan perubahan suasana hati, seperti depresi, kecemasan, kebingungan, atau kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati.
Sumber: newsmaker,tribunnews.com |
π Afasia :
Afasia adalah seseorang yang tidak dapat memahami atau tidak dapat merumuskan bahasa karena kerusakan pada daerah otak tertentu .
π Apraksia :
Apraksia adalah gangguan motorik yang disebabkan oleh kerusakan otak, yang menyebabkan kesulitan perencanaan motorik untuk melakukan tugas atau gerakan.
π Agnosia:
Agnosia adalah ketidakmampuan untuk memproses informasi sensorik. Sering ada kehilangan kemampuan untuk mengenali objek, orang, suara, bentuk, atau bau sementara indera khusus tidak rusak juga tidak ada kehilangan ingatan yang signifikan.
Penting untuk dicatat bahwa gangguan kognitif ringan bukan merupakan kondisi yang sama dengan demensia. Namun, individu dengan gangguan kognitif ringan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami perkembangan menjadi demensia, terutama penyakit Alzheimer.
Tidak semua orang dengan gangguan kognitif ringan akan mengalami kemajuan ke demensia, dan beberapa orang mungkin tetap stabil atau bahkan mengalami pemulihan.
Faktor- faktor yang diketahui dapat berkontribusi terhadap gangguan kognitif ringan pada lansia:
πΊ Penuaan alami:
Penuaan merupakan faktor risiko utama untuk perkembangan gangguan kognitif ringan pada lansia. Proses penuaan itu sendiri dapat menyebabkan perubahan struktural dan fungsional pada otak yang mempengaruhi fungsi kognitif.
πΊ Penyakit neurodegeneratif:
Beberapa penyakit neurodegeneratif, terutama penyakit Alzheimer, dapat menyebabkan gangguan kognitif ringan sebagai tahap awal sebelum demensia berkembang. Proses neurodegeneratif ini mengakibatkan kerusakan pada sel-sel saraf dan gangguan komunikasi antar sel di otak.
πΊ Faktor genetik:
Ada bukti bahwa faktor genetik dapat memengaruhi kerentanan seseorang terhadap gangguan kognitif ringan dan perkembangan lebih lanjut ke demensia. Beberapa variasi genetik, seperti gen ApoE Ξ΅4, diketahui memiliki hubungan dengan peningkatan risiko Alzheimer.
πΊ Faktor vaskular:
Gangguan sirkulasi darah yang melibatkan pembuluh darah otak, seperti aterosklerosis atau penyakit vaskular serebral, dapat mempengaruhi pasokan darah dan oksigen ke otak. Hal ini dapat berkontribusi terhadap gangguan kognitif ringan yang dikenal sebagai gangguan kognitif vaskular.
πΊ Gaya hidup dan faktor lingkungan:
Beberapa faktor gaya hidup dan lingkungan juga dapat memengaruhi risiko gangguan kognitif ringan pada lansia. Misalnya, merokok, kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat, obesitas, dan tingkat pendidikan rendah dapat berperan dalam perkembangan gangguan kognitif ringan.
πΊ Gangguan tidur:
Gangguan tidur, seperti insomnia atau sleep apnea, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan kognitif ringan pada lansia. Kurangnya tidur yang berkualitas dapat memengaruhi fungsi kognitif dan memori.
πΊ Faktor psikososial:
Beberapa faktor psikososial, seperti depresi, kecemasan, dan isolasi sosial, juga dapat mempengaruhi kesehatan kognitif pada lansia. Gangguan mental ini dapat berdampak negatif pada fungsi kognitif dan meningkatkan risiko gangguan kognitif ringan.
π Penting untuk memahami bahwa gangguan kognitif ringan pada lansia dapat disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor di atas.
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko gangguan kognitif ringan pada lansia :
πͺPertahankan gaya hidup sehat:
Mengadopsi gaya hidup sehat termasuk makan makanan bergizi, menjaga berat badan yang sehat, dan melakukan aktivitas fisik secara teratur. Makanan sehat, seperti diet Mediterania yang kaya akan buah-buahan, sayuran, ikan, biji-bijian, dan minyak zaitun, telah terkait dengan penurunan risiko gangguan kognitif.
πͺ Latih otak:
Terus melakukan aktivitas yang merangsang otak, seperti membaca, menulis, memecahkan teka-teki, atau bermain permainan otak. Melatih otak dapat membantu menjaga kognisi dan memori yang baik.
πͺ Pertahankan kesehatan jantung:
Penyakit kardiovaskular dapat meningkatkan risiko gangguan kognitif. Oleh karena itu, menjaga tekanan darah normal, kolesterol yang sehat, dan menjaga kesehatan jantung secara umum sangat penting.
πͺ Lindungi otak dari cedera:
Hindari cedera kepala yang berulang dan lindungi diri dengan menggunakan helm saat bersepeda atau beraktivitas olahraga yang berisiko.
πͺ Jaga kesehatan mental:
Mengelola stres, menjaga keseimbangan emosional, dan mengatasi gangguan mental seperti depresi atau kecemasan dapat membantu menjaga kesehatan kognitif.
πͺ Jaga koneksi sosial:
Pertahankan hubungan sosial yang kuat dan aktif dengan keluarga, teman, dan komunitas. Keterlibatan sosial yang positif dapat membantu menjaga kesehatan kognitif.
πͺ Tidur yang cukup:
Pastikan untuk mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas setiap malam. Gangguan tidur dapat mempengaruhi kesehatan otak dan kognisi.
πͺ Batasi konsumsi alkohol:
Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat merusak otak dan mempengaruhi fungsi kognitif. Batasi konsumsi alkohol atau hindari alkohol yang berlebihan.
πͺ Tetap terlibat secara intelektual:
Teruslah belajar dan mengeksplorasi hal-hal baru. Pendidikan seumur hidup dan menantang otak dengan aktivitas intelektual dapat membantu menjaga kesehatan kognitif.
πͺ Ikuti saran medis:
Jika Anda memiliki kondisi medis yang berisiko untuk gangguan kognitif, penting untuk mengikuti saran medis dan mengelola kondisi tersebut secara optimal.
Menerapkan gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi risiko gangguan kognitif ringan pada lansia, yaitu :
π Makan makanan sehat:
Pilih pola makan yang seimbang dan kaya akan nutrisi. Sertakan banyak buah-buahan, sayuran, biji-bijian, ikan berlemak seperti salmon, sumber protein sehat seperti kacang-kacangan dan produk susu rendah lemak, serta lemak sehat seperti minyak zaitun.
π Aktivitas fisik teratur:
Lakukan aktivitas fisik secara teratur. Setidaknya 150 menit aktivitas aerobik ringan hingga sedang per minggu, seperti berjalan cepat, bersepeda, berenang, atau tarian. Juga, lakukan latihan kekuatan untuk mempertahankan massa otot dan kekuatan.
π Merangsang otak:
Latih otak Anda dengan melakukan aktivitas yang menantang secara kognitif, seperti membaca, menulis, memecahkan teka-teki, bermain instrumen musik, atau mempelajari bahasa baru. Ini dapat membantu menjaga kesehatan kognitif.
π Tidur yang cukup:
Pastikan Anda mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas setiap malam. Tidur yang baik penting untuk memulihkan dan memperbaiki fungsi otak.
π Jaga kesehatan jantung:
Pertahankan tekanan darah normal, kadar kolesterol yang sehat, dan kontrol diabetes. Ini penting karena kesehatan jantung yang baik berhubungan dengan kesehatan otak.
π Lindungi diri dari cedera kepala:
Lindungi kepala Anda dari cedera dengan menggunakan helm saat bersepeda, mengemudi dengan hati-hati, dan menghindari situasi yang berisiko tinggi.
π Hindari merokok dan batasi konsumsi alkohol:
Merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan dapat merusak otak dan meningkatkan risiko gangguan kognitif. Berhenti merokok dan batasi konsumsi alkohol jika Anda minum.
π Kelola stres:
Temukan cara-cara yang efektif untuk mengelola stres, seperti meditasi, yoga, atau terlibat dalam hobi yang menyenangkan. Stres yang kronis dapat berdampak negatif pada kesehatan otak dan kognisi.
π Jaga koneksi sosial:
Pertahankan hubungan sosial yang positif dengan keluarga, teman, dan komunitas. Terlibat dalam kegiatan sosial dapat memberikan dukungan emosional dan stimulasi intelektual.
π Tetap terlibat dan aktif secara mental:
Teruslah belajar, menantang diri Anda dengan aktivitas intelektual, dan terlibat dalam kegiatan yang menstimulasi otak, seperti membaca buku, menulis, bermain teka-teki, atau mengikuti kursus.
Beberapa makanan yang baik untuk kesehatan otak dan dapat membantu mengatasi gangguan kognitif ringan:
π Ikan berlemak:
Ikan seperti salmon, sarden, dan trout mengandung asam lemak omega-3 yang penting untuk kesehatan otak. Omega-3 dapat membantu melindungi otak dari kerusakan dan meningkatkan fungsi kognitif. Disarankan untuk mengonsumsi ikan berlemak setidaknya dua kali seminggu.
π Buah dan sayuran berwarna-warni:
Buah dan sayuran yang berwarna-warni, seperti bayam, kale, blueberry, stroberi, dan alpukat, mengandung antioksidan, vitamin, dan mineral yang dapat melindungi sel-sel otak dari kerusakan oksidatif. Makanan ini juga dapat meningkatkan aliran darah ke otak dan meningkatkan fungsi kognitif.
π Kacang-kacangan:
Kacang-kacangan seperti almond, kenari, kacang Brazil, dan kacang polong kaya akan vitamin E, asam lemak omega-3, dan antioksidan. Makanan ini dapat membantu meningkatkan kognisi dan melindungi otak dari kerusakan.
π Biji-bijian utuh:
Biji-bijian utuh, seperti gandum utuh, beras merah, quinoa, dan oatmeal, mengandung serat, vitamin, dan mineral yang penting untuk kesehatan otak. Biji-bijian utuh juga memiliki indeks glikemik rendah, yang dapat membantu menjaga kadar gula darah stabil dan mencegah penurunan kognitif.
π Minyak zaitun:
Minyak zaitun mengandung senyawa antioksidan dan anti inflamasi yang dapat melindungi otak dari kerusakan dan peradangan. Gunakan minyak zaitun sebagai pilihan lemak sehat dalam memasak atau sebagai pelengkap pada makanan.
π Teh hijau:
Teh hijau mengandung senyawa antioksidan, seperti polifenol dan katekin, yang dapat melindungi otak dan meningkatkan fungsi kognitif. Minum teh hijau secara teratur dapat memberikan manfaat untuk kesehatan otak.
π Telur:
Telur mengandung nutrisi penting, termasuk vitamin B12, folat, dan kolin, yang bermanfaat bagi kesehatan otak. Nutrisi ini dapat mendukung fungsi kognitif yang baik.
π Dark chocolate:
Dark chocolate dengan kandungan kakao tinggi mengandung antioksidan dan flavonoid yang dapat melindungi otak dan meningkatkan aliran darah ke otak. Pilih dark chocolate dengan kadar kakao minimal 70% untuk mendapatkan manfaat yang optimal.
Sumber:
https://en.wikipedia.org/wiki/Cognitive_disorder