Sunday, 6 August 2023

Lansia Cegukan, Tanda Cepat Gede Atau Tanda Penyakit

            Anda tentu pernah mendengar mitos cegukan, di daerah Jawa, Indonesia. Banyak orang yang mengatakan anak yang cegukan akan cepat gede dan tinggi. Menurut mereka, cegukan dapat menarik otot-otot tulang hingga menjadikan anak gede dan bertambah tinggi. Tentu saja ini belum pernah diteliti tingkat kebenarannya.

Ternyata cegukan dapat terjadi pada orang dewasa atau orang yang lebih tua, cegukan terus-menerus bisa sangat mengganggu dan melumpuhkan, mempengaruhi asupan makanan, menyebabkan kurang tidur, kelelahan fisik dan bisa menyebabkan konsekuensi fatal lainnya.

Cegukan ( singultus) adalah kontraksi tiba-tiba dan tidak terkendali pada otot diafragma, yang merupakan otot yang berperan dalam proses pernapasan. Hal ini menyebabkan inspirasi yang cepat dan pendek, diikuti oleh penutupan tiba-tiba pada pita suara, yang menghasilkan suara "hik". 

Cegukan (singultus) dapat terjadi pada orang dewasa
atau orang yang lebih lebih tua (Sumber: foto paguyuban pensiun 209)

Cegukan biasanya tidak berbahaya dan dapat hilang dengan sendirinya dalam waktu singkat, tetapi dalam beberapa kasus, cegukan yang berlangsung lama atau kronis dapat menjadi tanda masalah medis yang mendasarinya.

Bila cegukan terus-menerus sering kali menyiratkan proses penyakit serius yang mendasarinya yang memerlukan evaluasi ekstensif. Di antara lebih dari 100 penyebab cegukan, yang paling umum terletak di saluran cerna.

Ilustrasi kontraksi tiba-tiba dan tidak terkendali
pada otot diafragma mengakibatkan cegukan.
( sumber: foto canva.com)

Beberapa faktor yang dapat memicu cegukan, antara lain:

👉 Konsumsi makanan atau minuman dengan cepat: 

 Makan atau minum terlalu cepat dapat mengiritasi diafragma dan memicu cegukan.

Konsumsi makanan dengan cepat memicu cegukan
(Sumber: foto canva.com)

👉 Konsumsi makanan atau minuman yang terlalu panas atau terlalu dingin: 

Suhu ekstrem pada makanan atau minuman dapat merangsang saraf di tenggorokan dan menyebabkan cegukan.

👉 Konsumsi makanan atau minuman berlemak tinggi atau pedas:

 Makanan berlemak tinggi atau pedas dapat mengiritasi lambung atau kerongkongan, yang pada gilirannya dapat memicu cegukan.

👉 Minum alkohol secara berlebihan: 

Konsumsi alkohol dalam jumlah besar dapat merangsang sistem saraf dan mengganggu fungsi otot diafragma, menyebabkan cegukan.

          💬 Stres atau kecemasan, kondisi emosional seperti stres atau kecemasan dapat mempengaruhi sistem saraf dan memicu cegukan.

           Cegukan pada lansia dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan proses penuaan dan perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh mereka. 

Beberapa alasan mengapa lansia mungkin lebih rentan terhadap cegukan:

👥 Penurunan elastisitas diafragma:

Penuaan menyebabkan penurunan elastisitas dan kekuatan otot diafragma, yang bertanggung jawab atas proses pernapasan. Hal ini dapat menyebabkan tidak sempurna dalam kontraksi otot dan menyebabkan terjadinya cegukan.

👥 Penurunan refleks menelan:

Lansia mungkin mengalami penurunan refleks menelan yang disebabkan oleh penurunan sensitivitas saraf atau perubahan pada otot-otot yang terlibat dalam proses menelan. Hal ini dapat menyebabkan makanan atau minuman masuk ke saluran napas dan memicu cegukan.

👥 Masalah pencernaan:

Lansia sering mengalami masalah pencernaan, seperti refluks asam lambung atau gangguan perut, yang dapat merangsang saraf di tenggorokan dan memicu cegukan.

👥 Penggunaan obat-obatan: 

Lansia cenderung mengonsumsi lebih banyak obat daripada kelompok usia lainnya. Beberapa obat dapat menyebabkan efek samping cegukan sebagai salah satu gejala, misalnya obat-obatan untuk tekanan darah tinggi, antidepresan, atau obat-obatan yang mempengaruhi sistem saraf.

👥 Penurunan kapasitas pernapasan: 

Penuaan juga dapat menyebabkan penurunan kapasitas pernapasan, termasuk kapasitas paru-paru dan volume udara yang dapat dihirup. Ketidakseimbangan antara proses pernapasan dan menelan dapat menyebabkan cegukan.

👥  Stres atau kecemasan:

Lansia sering mengalami stres atau kecemasan yang dapat mempengaruhi sistem saraf dan memicu cegukan.

Stres dapat mempengaruhi sistem saraf, memicu cegukan.
(Sumber: foto canva.com)

          💬  Cegukan pada lansia biasanya tidak terkait dengan penyakit serius, tetapi dalam beberapa kasus, cegukan yang berkepanjangan atau kronis dapat menjadi gejala dari masalah kesehatan yang mendasarinya. 

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan cegukan pada lansia, antara lain:

👳 Gangguan pencernaan: 

Gangguan pencernaan seperti refluks asam lambung (GERD), gastritis, atau hernia hiatus dapat menyebabkan cegukan pada lansia. Kondisi ini dapat menyebabkan iritasi pada diafragma atau mendorong makanan kembali ke kerongkongan.

👳 Gangguan saraf:

Gangguan pada saraf vagus atau saraf phrenic yang mengendalikan gerakan diafragma dapat menyebabkan cegukan. Misalnya, neuropati perifer, multiple sclerosis (MS), atau kerusakan saraf akibat diabetes dapat mempengaruhi fungsi saraf ini.

👳 Gangguan sistem saraf pusat: 

Beberapa kondisi yang mempengaruhi sistem saraf pusat, seperti tumor otak, stroke, atau cedera kepala, dapat menyebabkan kelainan pada pengaturan saraf dan memicu cegukan.

👳 Efek samping obat: 

Beberapa obat tertentu, seperti obat-obatan untuk tekanan darah tinggi, obat-obatan yang mempengaruhi sistem saraf, atau obat-obatan psikotropika, dapat menyebabkan efek samping berupa cegukan.

👳 Penyakit paru-paru: 

Penyakit paru-paru seperti pneumonia, bronkitis kronis, atau efusi pleura bisa menjadi penyebab cegukan pada lansia.

👳 Gangguan kardiovaskular: 

Masalah jantung seperti gagal jantung atau serangan jantung bisa berhubungan dengan cegukan.

👳 Gangguan metabolik: 

Diabetes atau gangguan kadar elektrolit seperti hipokalemia (kurangnya kadar kalium dalam darah) dapat menyebabkan cegukan pada lansia.

            💬 Meskipun cegukan pada lansia dapat disebabkan oleh faktor-faktor di atas, penting untuk diingat bahwa dalam kebanyakan kasus, cegukan bersifat sementara dan tidak berbahaya. 

Beberapa kiat yang dapat mencegah atau mengatasi cegukan pada lansia:

🎬 Minum air dengan perlahan: 

Lansia sebaiknya menghindari minum terlalu cepat atau dalam jumlah besar. Disarankan untuk minum air dengan perlahan dan mengambil tegukan sedikit-sedikit. Hal ini dapat membantu menghindari iritasi pada diafragma yang dapat memicu cegukan.

Minum air dengan perlahan dan teguk sedikit-sedikit mencegah cegukan
(Sumber: foto canva.com)

🎬 Menghindari makanan atau minuman pemicu: 

Identifikasi makanan atau minuman tertentu yang sering memicu cegukan pada lansia, seperti makanan berlemak tinggi, makanan pedas, atau minuman berkarbonasi. Menghindari konsumsi makanan atau minuman ini dapat membantu mencegah cegukan.

🎬 Mengonsumsi makanan dengan hati-hati: 

Pastikan makanan dikunyah dengan baik sebelum menelan, dan hindari mengambil suapan makanan yang terlalu besar. Mengonsumsi makanan dengan hati-hati dapat membantu menghindari masuknya makanan ke saluran napas dan mengurangi risiko cegukan.

🎬 Hindari makan atau minum dalam posisi yang tidak tepat: 

Lansia sebaiknya menghindari makan atau minum dalam posisi terlentang atau condong. Lebih baik makan atau minum dalam posisi tegak atau sedikit membungkuk, yang dapat membantu menjaga aliran makanan atau minuman ke saluran pencernaan yang benar.

🎬 Atasi stres dan kecemasan: 

Stres atau kecemasan dapat memicu cegukan pada lansia. Bantu lansia mengatasi stres dengan memberikan dukungan emosional, menawarkan aktivitas yang menenangkan seperti meditasi atau pernapasan dalam-dalam, dan menjaga lingkungan yang tenang dan nyaman.

🎬 Konsultasi dengan profesional medis: 

Jika cegukan pada lansia berlangsung lama, terjadi secara teratur, atau menjadi semakin mengganggu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau profesional medis. Mereka dapat melakukan evaluasi lebih lanjut untuk mencari penyebab yang mendasari dan memberikan penanganan yang tepat.

Meskipun cegukan umumnya tidak berbahaya, beberapa teknik sederhana dapat membantu menghentikan cegukan, antara lain:

✅ Minum segelas air dingin secara perlahan.

✅ Menarik napas dalam-dalam dan menahannya selama beberapa detik sebelum mengeluarkannya perlahan.

✅ Mendorong napas keluar dengan cara menekan kuat hidung dan mulut sambil menahan napas.

✅ Menghirup bau cuka atau makan gula pasir.

               💬 Jika cegukan berlangsung lebih dari beberapa jam atau menjadi kronis, disertai gejala lain yang mengkhawatirkan, atau jika Anda memiliki masalah kesehatan yang mendasarinya, sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga medis untuk evaluasi lebih lanjut.




Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hiccups/symptoms-causes

https://www.webmd.com/digestive-disorders/why-do-i-hiccup

https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/hiccups

https://medlineplus.gov/hiccups.html

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books

Saturday, 5 August 2023

Ini Kriteria Lansia Putus Asa, Hidup Segan Mati Mau

           Rasa putus asa dan perasaan kehilangan harapan dapat mempengaruhi kesehatan mental dan menyebabkan perasaan tidak berdaya dalam menghadapi tantangan hidup.

Dalam istilah medis, perasaan putus asa pada lansia dapat disebut sebagai geriatric depression atau  late-life depression (LLD). Istilah-istilah ini merujuk pada depresi yang terjadi pada usia lanjut atau lansia.

Depresi pada lansia memiliki karakteristik khusus dan dapat berbeda dari depresi pada kelompok usia yang lebih muda. Gejala depresi pada lansia dapat mencakup perasaan putus asa, kesedihan yang berkepanjangan, kehilangan minat pada aktivitas yang biasa dinikmati, perubahan pola tidur, hilangnya nafsu makan, penurunan energi, perasaan tidak berharga, isolasi sosial, dan berpikir tentang bunuh diri.

Lansia tangguh penuh dengan aktivitas positif jauh dari putus asa
(Sumber: foto LPC-lansia)

Geriatric depression atau late-life depression (LLD) adalah masalah kesehatan mental serius yang perlu dikenali dan diobati secara tepat.

Depresi akhir kehidupan (LLD) dapat didefinisikan sebagai depresi yang terjadi setelah usia 60 tahun, meskipun onset dan definisi cutoff dapat bervariasi. Ada banyak sub tipe penyakit depresi yang sama pada orang dewasa muda dan tua.

Diagnosis LLD dibuat menggunakan kriteria yang sama untuk Gangguan Depresif Mayor 

Kriteria episode depresi mayor, seorang pasien harus memiliki lima dari sembilan gejala yang tercantum di bawah ini, hampir setiap hari, selama dua minggu dan harus memiliki mood depresi atau anhedonia, yaitu:

  1. Suasana hati yang tertekan atau sedih
  2. Anhedonia (kehilangan minat pada aktivitas yang menyenangkan)
  3. Gangguan tidur (peningkatan atau penurunan tidur)
  4. Gangguan nafsu makan (peningkatan atau penurunan nafsu makan) biasanya dengan perubahan berat badan
  5. Gangguan energi (peningkatan atau penurunan tingkat energi/aktivitas), biasanya kelelahan
  6. Daya ingat atau konsentrasi buruk
  7. Perasaan bersalah atau tidak berharga
  8. Retardasi atau agitasi psikomotor (perubahan kecepatan mental dan fisik yang dirasakan oleh orang lain)
  9. Pikiran berharap mereka mati; ide bunuh diri atau percobaan bunuh diri

LLD sering kurang terdiagnosis, yang disebabkan oleh berbagai alasan, termasuk suasana hati yang tertekan umumnya tidak menonjol seperti gejala somatik dan psikotik lainnya, seperti kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, kekurangan energi atau anergia, kelelahan, dan kehilangan minat dan kenikmatan dalam aktivitas kehidupan normal.

Rasa putus asa pada lansia adalah perasaan yang mendalam dan kuat dari kehilangan harapan atau keyakinan bahwa situasi atau masalah hidupnya dapat diatasi atau membaik. Lansia yang merasa putus asa mungkin merasa tanpa harapan, putus asa, dan tidak memiliki kekuatan atau kontrol atas kehidupan mereka. Depresi pada usia lanjut kurang ditelaah dan tidak diobati secara memadai.

Gejala depresi pada lansia dapat mencakup perasaan putus asa,
 kesedihan yang berkepanjangan. (Sumber: foto canva.com)

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan rasa putus asa pada lansia meliputi:

😵 Kehilangan orang terdekat: 

Kehilangan pasangan, anggota keluarga, atau teman dekat dapat menyebabkan perasaan putus asa karena merasa kesepian dan kehilangan dukungan emosional.

😵 Kesehatan yang menurun: 

Masalah kesehatan fisik yang serius atau kondisi medis yang kronis dapat menyebabkan rasa putus asa karena merasa tidak mampu untuk memperbaiki kondisi kesehatan mereka.

😵 Keterbatasan fisik dan mobilitas: 

Keterbatasan fisik yang menghambat kemampuan untuk bergerak atau melakukan aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan perasaan frustasi dan putus asa.

Lansia yang memiliki keterbatasan fisik dan mobilitas
menyebabkan frustasi dan putus asa (Sumber: foto canva.com)

😵 Kehilangan kemandirian: 

Ketika lansia mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan secara mandiri, seperti mandi, makan, atau berpakaian, hal ini dapat menyebabkan rasa putus asa karena merasa tidak dapat mengatasi masalah tersebut.

😵 Kecenderungan isolasi sosial: 

Lansia yang mengalami isolasi sosial atau kurangnya dukungan sosial cenderung merasa kesepian dan putus asa.

😵 Kesulitan keuangan: 

Kesulitan ekonomi dapat menyebabkan stres dan kecemasan pada lansia, yang pada akhirnya dapat menyebabkan perasaan putus asa.

😵 Depresi:

Depresi adalah kondisi kesehatan mental serius yang dapat menyebabkan perasaan putus asa, kehilangan minat pada aktivitas, dan perasaan tidak berharga.

          Rasa putus asa pada lansia dapat sangat mengganggu kualitas hidup mereka. Dukungan emosional dari keluarga, teman-teman, atau profesional kesehatan mental dapat membantu mengatasi rasa putus asa dan membantu lansia menemukan makna dan harapan dalam hidup mereka.

Ciri-ciri lansia yang mengalami perasaan putus asa dapat bervariasi dari individu ke individu, antara lain :

😭 Perasaan sedih yang berkepanjangan: 

Lansia yang merasa putus asa mungkin menunjukkan perasaan sedih yang berkepanjangan dan mendalam, tanpa adanya perubahan yang signifikan dalam suasana hati.

Lansia putus asa menunjukkan perasaan sedih yang berkepanjangan
(Sumber: foto canva.com)

😭 Kehilangan minat pada aktivitas yang biasa dinikmati:

Mereka mungkin kehilangan minat atau semangat untuk melakukan aktivitas yang biasa mereka nikmati, seperti berkebun, berolahraga, atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial.

😭 Perasaan kelelahan atau keletihan yang berlebihan: 

Lansia yang merasa putus asa dapat merasa lelah secara fisik dan emosional, bahkan setelah beristirahat yang cukup.

😭 Gangguan tidur: 

Lansia yang merasa putus asa mungkin mengalami kesulitan tidur, seperti sulit tidur, terbangun di malam hari, atau tidur yang tidak nyenyak.

😭 Perubahan pola makan: 

Perasaan putus asa dapat mempengaruhi pola makan lansia, seperti hilangnya nafsu makan atau mengonsumsi makanan berlebihan.

😭 Isolasi sosial: 

Lansia yang merasa putus asa cenderung mengisolasi diri dari keluarga dan teman-teman, merasa sulit untuk berinteraksi dengan orang lain, dan menghindari situasi sosial.

😭 Rasa tidak berharga atau merasa menjadi beban:

Lansia yang merasa putus asa mungkin merasa tidak berharga atau menjadi beban bagi orang lain, sehingga mereka cenderung menarik diri dari interaksi sosial.

😭 Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol: 

Lansia yang merasa putus asa mungkin merasa tidak mampu mengatasi masalah atau peristiwa dalam hidup mereka dan merasa kehilangan kontrol atas kehidupan mereka.

😭  Perilaku merugikan diri sendiri: 

Beberapa lansia yang merasa putus asa dapat menunjukkan perilaku merugikan diri sendiri, seperti tidak menjaga pola makan yang sehat, menghindari perawatan medis yang diperlukan, atau bahkan berpikir tentang bunuh diri.

Lansia putus asa dapat berpikir tentang bunuh diri
(Sumber: foto canva.com)

Mencegah lansia dari perasaan putus asa memerlukan perhatian dan dukungan yang tepat dari keluarga, kawan dan masyarakat.

Beberapa cara yang dapat membantu mencegah lansia dari perasaan putus asa:

💪 Dukungan sosial: 

Berikan dukungan sosial yang kuat dengan tetap terlibat dalam kehidupan lansia. Jalin hubungan emosional yang positif dengan keluarga, teman, dan tetangga dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan isolasi sosial.

💪 Aktivitas sosial:

Dorong lansia untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan rekreasi. Terlibat dalam klub lansia, kegiatan keagamaan, atau kelompok hobi dapat membantu menjaga hubungan sosial dan merasa termotivasi dalam kehidupan sehari-hari.

💪 Olahraga dan aktivitas fisik:

Mendorong lansia untuk menjaga gaya hidup aktif dengan berolahraga atau melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi fisik mereka. Olahraga dapat membantu meningkatkan suasana hati dan mengurangi tingkat stres.

💪 Pemeliharaan kesehatan fisik dan mental: 

Pastikan lansia menjaga kesehatan fisik dan mental mereka dengan mengikuti perawatan medis yang dianjurkan, seperti pemeriksaan rutin, pola makan sehat, dan istirahat yang cukup.

💪 Pemberdayaan: 

Berikan lansia kesempatan untuk merasa bermanfaat dan memberikan kontribusi dalam lingkungan mereka. Ini bisa dalam bentuk kegiatan sukarela, membantu anggota keluarga, atau mengajarkan keterampilan kepada generasi lebih muda.

💪 Mengatasi perubahan hidup: 

Bantu lansia mengatasi perubahan hidup yang mungkin dialami, seperti pensiun atau perubahan lingkungan. Berikan dukungan dan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.

💪 Berbicara tentang perasaan: 

Dorong lansia untuk berbicara tentang perasaan mereka dengan keluarga atau teman terdekat. Memberikan wadah untuk berbicara tentang perasaan dapat membantu mengurangi perasaan terisolasi dan putus asa.

💪 Mencari bantuan profesional: 

Jika perasaan putus asa berlanjut atau menjadi lebih parah, segera cari bantuan profesional dari dokter atau psikolog yang berpengalaman dalam merawat masalah kesehatan mental pada lansia.

        💬 Mencegah perasaan putus asa pada lansia adalah tanggung jawab bersama keluarga, teman, dan masyarakat. Dukungan emosional dan perhatian yang diberikan kepada lansia dapat membantu meningkatkan kesejahteraan mereka dan mencegah timbulnya perasaan putus asa yang berkepanjangan.

Mengobati perasaan putus asa pada lansia memerlukan pendekatan yang komprehensif dan perawatan yang tepat. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu mengatasi perasaan putus asa pada lansia:

🔑 Konsultasi dengan profesional kesehatan:

Jika lansia mengalami perasaan putus asa yang berkepanjangan atau parah, segera konsultasikan dengan dokter atau psikolog yang berpengalaman dalam merawat masalah kesehatan mental pada lansia. Profesional kesehatan dapat memberikan penilaian yang tepat dan menentukan apakah perawatan khusus diperlukan.

🔑 Terapi kognitif perilaku (CBT): 

Terapi CBT telah terbukti efektif dalam mengatasi depresi dan perasaan putus asa. Terapi ini membantu lansia mengidentifikasi pola pikir yang negatif dan menggantinya dengan pola pikir yang lebih positif dan sehat.

🔑 Terapi kelompok: 

Terapi kelompok dapat menjadi cara yang efektif untuk mendukung lansia dan memberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman dengan orang lain yang mengalami masalah serupa.

🔑 Olahraga dan aktivitas fisik: 

Olahraga dan aktivitas fisik dapat membantu mengurangi perasaan putus asa dengan melepaskan endorfin, yang dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres.

🔑 Terlibat dalam aktivitas sosial: 

Terlibat dalam kegiatan sosial dan rekreasi dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan meningkatkan kualitas hidup lansia.

🔑 Dukungan keluarga dan sosial: 

Dukungan emosional dari keluarga, teman, dan tetangga sangat penting untuk membantu lansia merasa dihargai dan dicintai.

🔑 Hindari isolasi sosial: 

Lansia perlu dihindarkan dari isolasi sosial, yang dapat memperburuk perasaan putus asa. Dorong lansia untuk tetap terhubung dengan orang lain dan berinteraksi secara sosial.

🔑 Perawatan medis:

Pastikan lansia mendapatkan perawatan medis yang tepat untuk masalah kesehatan fisik dan mentalnya. Terkadang, perasaan putus asa dapat berkaitan dengan masalah kesehatan tertentu yang perlu ditangani secara medis.

🔑 Menemukan makna dan tujuan hidup: 

Bantu lansia menemukan makna dan tujuan hidup mereka dengan terlibat dalam kegiatan yang memberi mereka kepuasan dan perasaan bahwa mereka masih berkontribusi pada dunia sekitar.

🔑 Spiritual dan Kepribadian: 

Orang tua yang mempraktikkan dan percaya pada agama kurang reaktif terhadap depresi. Ciri-ciri kepribadian memainkan peran penting dalam depresi dini, meskipun para peneliti telah menemukan bahwa orang dengan gangguan kepribadian yang menghindari kecemasan dan ketergantungan lebih reaktif untuk mengembangkan depresi di kemudian hari terutama ketika mereka kehilangan dukungan dari orang penting dalam kehidupan yang merugikan

             Penting untuk diingat bahwa setiap individu unik, dan perawatan yang efektif untuk mengatasi perasaan putus asa pada lansia dapat bervariasi. Dukungan emosional, perawatan medis yang tepat, dan pendekatan terapi yang sesuai dapat membantu lansia merasa lebih baik dan mengatasi perasaan putus asa mereka.




Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551507/

https://focus.psychiatryonline.org/doi/10.1176/appi.focus.20210006

https://en.wikipedia.org/wiki/Late_life_depression

https://www.dovepress.com/late-life-depression-issues-for-the-general-practitioner-peer-reviewed-fulltext-article-IJGM

https://academic.oup.com/biomedgerontology/article/58/3/M249/684130

https://www.psychiatrictimes.com/view/diagnosis-and-treatment-late-life-depression

Friday, 4 August 2023

Apakah Anda Lansia Bahagia Atau Sengsara, Cari Solusinya

         Dalam istilah medis, kebahagiaan dapat diartikan sebagai kondisi emosional dan psikologis di mana seseorang merasa puas, senang, atau memiliki perasaan positif lainnya terhadap hidup dan diri sendiri. Istilah ini sering digunakan dalam konteks kesehatan mental dan kualitas hidup seseorang.

Kebahagiaan dalam istilah medis sering kali diukur dan dievaluasi dengan menggunakan alat atau skala penilaian psikologis. Misalnya, beberapa skala kebahagiaan umum yang digunakan adalah Skala Kebahagiaan Subjektif (Subjective Happiness Scale) atau Skala Kebahagiaan Oxford (Oxford Happiness Questionnaire)

Skala-skala ini membantu para profesional medis dan peneliti untuk mengukur tingkat kebahagiaan individu dan memahami faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kebahagiaan tersebut.

Kebahagiaan juga telah menjadi fokus utama dalam bidang psikologi positif, yang berusaha memahami dan meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan, dan kebahagiaan seseorang. Penelitian dalam bidang psikologi positif telah menunjukkan bahwa kebahagiaan dapat memiliki dampak positif pada kesehatan fisik dan mental, serta meningkatkan ketahanan terhadap stres dan penyakit.

Meskipun kebahagiaan adalah pengalaman subjektif dan dapat berbeda bagi setiap individu, penting untuk diakui pentingnya kebahagiaan dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan keseluruhan. 

Kebahagiaan memiliki dampak positif pada kesehatan fisik dan mental,
 serta meningkatkan ketahanan terhadap stres dan penyakit.
(Sumber: foto paguyuban pensiun purna)

Dalam konteks medis, para profesional kesehatan, termasuk psikolog dan dokter, berupaya untuk membantu individu mencapai kebahagiaan dengan mengatasi masalah kesehatan mental dan mendukung kesehatan fisik secara keseluruhan.

Dalam istilah medis, kebahagiaan sering kali dikenal sebagai "eudaimonia" atau "subjective well-being." Penjelasannya keduanya:

Eudaimonia adalah konsep dalam bidang psikologi positif yang mengacu pada kebahagiaan dan kesejahteraan yang mendalam, terkait dengan merasa bermakna dan berarti dalam hidup. Istilah ini berasal dari filsafat Yunani kuno dan menggambarkan kebahagiaan yang lebih abadi, berpusat pada tujuan hidup, dan penemuan penuh makna, dalam menjalani kehidupan. 

Dalam konteks medis, konsep eudaimonia digunakan untuk menggambarkan kebahagiaan yang lebih mendalam dan terhubung dengan tujuan hidup dan kepuasan pribadi.

Kebahagiaan terhubung dengan tujuan hidup dan kepuasan pribadi.
(Sumber: foto canva.com)

Subjective well-being (SWB) adalah istilah dalam psikologi yang mengacu pada evaluasi subjektif individu terhadap kebahagiaan, kepuasan hidup, dan perasaan positif tentang kehidupan mereka. 

Ini melibatkan penilaian individu tentang kebahagiaan dan kepuasan secara keseluruhan dalam berbagai aspek kehidupan mereka, seperti kesehatan fisik, hubungan sosial, pekerjaan, dan pencapaian pribadi. Penelitian dalam bidang psikologi positif sering menggunakan konsep SWB untuk mengukur dan memahami kebahagiaan dan kesejahteraan subjektif.

Dalam konteks medis, pemahaman tentang kebahagiaan dan kesejahteraan subjektif menjadi penting karena kesejahteraan emosional yang baik dapat berdampak positif pada kesehatan fisik dan mental seseorang. Profesional medis, termasuk psikolog dan dokter, dapat menggunakan konsep ini dalam penilaian dan perawatan pasien untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan keseluruhan.

          Bahagia adalah perasaan atau keadaan emosional yang positif dan menyenangkan. Ini adalah pengalaman subjektif yang dirasakan oleh individu ketika mereka merasa puas, gembira, senang, atau damai

Kebahagiaan bisa timbul dari berbagai hal, seperti pencapaian tujuan, hubungan sosial yang erat, rasa cinta dan kasih sayang, kepuasan atas pekerjaan, menjalani hobi, merasa berarti dalam hidup, dan masih banyak lagi.

Setiap orang memiliki definisi kebahagiaan yang berbeda-beda, dan apa yang membuat seseorang bahagia bisa sangat bervariasi. 

Beberapa orang merasa bahagia dengan mencari kesuksesan material dan pencapaian karier, sementara yang lain menemukan kebahagiaan dalam momen-momen kecil, seperti merawat keluarga, menikmati hobi, atau memberikan kontribusi positif untuk komunitas.

Bahagia pada saat ini mungkin tidak selalu berlaku di masa depan,
karena kebahagiaan bersifat dinamis dan dapat berubah seiring waktu.
(Sumber: foto canva.com)

Penting untuk diingat bahwa kebahagiaan adalah hal yang dinamis dan dapat berubah seiring waktu. Hal-hal yang membuat kita bahagia saat ini mungkin tidak selalu berlaku di masa depan. Kunci untuk mencapai kebahagiaan adalah mengenali nilai-nilai dan tujuan hidup kita, memahami apa yang penting bagi diri kita, dan belajar menemukan makna dan kepuasan dalam perjalanan hidup kita.

Lansia dapat Bahagia Sesuai dengan Kemampuan dan Keterbatasan yang Dimiliki.

Kemampuan terbatas yang dimiliki lansia dapat mempengaruhi tingkat kebahagiaan mereka, kebahagiaan pada lansia dapat dipengaruhi oleh bagaimana mereka mengatasi keterbatasan dan perubahan yang terjadi seiring bertambahnya usia. 

Faktor-faktor seperti dukungan sosial, lingkungan yang mendukung, dan perawatan kesehatan yang tepat dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan pada lansia dengan keterbatasan.

Meskipun lansia mungkin memiliki keterbatasan fisik atau mobilitas, kebahagiaan mereka tetap dapat dipengaruhi oleh bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka dan menerima situasi yang ada.

Fokus pada hal-hal yang masih dapat mereka lakukan dan menemukan makna dan kepuasan dalam aktivitas yang masih mampu mereka lakukan dapat membantu meningkatkan kebahagiaan mereka.

Dukungan dari keluarga dan teman-teman dalam membantu lansia mengatasi keterbatasan dan menyesuaikan diri dengan perubahan juga sangat penting. Melibatkan mereka dalam kegiatan sosial dan memberikan perhatian dan kasih sayang dapat membuat perbedaan besar dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.

Meskipun ada batasan-batasan tertentu pada lansia, setiap individu memiliki potensi untuk mencapai kebahagiaan sesuai dengan kemampuan dan keadaan mereka. Menciptakan lingkungan yang memperhatikan kebutuhan dan preferensi lansia serta memberikan dukungan yang diperlukan adalah kunci untuk membantu mereka meraih kebahagiaan dalam usia lanjut.

Ciri-ciri lansia yang tidak bahagia dapat bervariasi dari individu ke individu, beberapa ciri umum yang mungkin :

😩 Perasaan kesepian: 

Lansia yang tidak bahagia mungkin merasa kesepian dan terisolasi, terutama jika mereka kehilangan pasangan atau teman-teman mereka dan memiliki keterbatasan dalam berinteraksi sosial.

😩 Depresi atau kecemasan: 

Lansia yang tidak bahagia mungkin mengalami perasaan terus-menerus sedih, kehilangan minat pada aktivitas yang biasa mereka nikmati, atau cenderung cemas dan khawatir.

Lansia tidak bahagia mengalami perasaan sedih terus menerus
(Sumber: foto canva.com)

😩 Ketidakpuasan dengan kesehatan: 

Jika lansia mengalami masalah kesehatan yang kronis atau merasa tidak nyaman secara fisik, hal ini dapat mempengaruhi tingkat kebahagiaan mereka.

😩 Kehilangan minat pada aktivitas: 

Lansia yang tidak bahagia mungkin kehilangan minat pada aktivitas-aktivitas yang sebelumnya mereka nikmati dan merasa kurang bersemangat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

😩 Merasa tidak dihargai: 

Jika lansia merasa diabaikan atau tidak dihargai oleh keluarga atau masyarakat, ini dapat menyebabkan perasaan tidak bahagia.

😩 Kehilangan rasa tujuan: 

Ketika lansia merasa tidak memiliki tujuan hidup yang jelas atau merasa bahwa hidup mereka kehilangan makna, hal ini dapat menyebabkan tidak bahagia.

😩 Gangguan tidur: 

Masalah tidur yang sering, seperti insomnia, dapat berdampak negatif pada kualitas hidup dan tingkat kebahagiaan lansia.

😩 Ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan perubahan: 

Perubahan yang sering terjadi pada lansia, seperti pensiun, kehilangan anggota keluarga, atau perubahan dalam kesehatan, bisa menimbulkan tidak bahagia jika mereka tidak dapat beradaptasi dengan baik.

😩 Rasa putus asa: 

Lansia yang merasa putus asa atau kehilangan harapan tentang masa depan mungkin merasa tidak bahagia.

              Penting untuk mengenali ciri-ciri ini dan memberikan dukungan serta perhatian kepada lansia yang mungkin mengalami tidak bahagia. Bantuan dari keluarga, teman, atau profesional kesehatan mental dapat sangat penting dalam membantu lansia mengatasi masalah dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Berbagai faktor yang dapat membuat lansia tidak bahagia, antara lain :

😪 Kesehatan yang menurun:

Kondisi kesehatan yang memburuk atau mengalami penyakit kronis dapat menyebabkan tidak nyaman fisik dan mengganggu kualitas hidup lansia.

😪 Kehilangan orang terdekat: 

Kehilangan pasangan, saudara, atau teman dekat dapat menyebabkan kesedihan yang mendalam dan rasa kesepian.

😪 Keterbatasan fisik dan mobilitas: 

Jika lansia mengalami keterbatasan fisik yang menghambat aktivitas sehari-hari atau mobilitas, ini dapat menyebabkan perasaan frustasi dan terbatas dalam menjalani kehidupan.

😪 Kehilangan kemandirian: 

Apabila lansia mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan secara mandiri, seperti mandi, makan, atau berpakaian, hal ini dapat menyebabkan perasaan tidak bahagia dan kehilangan rasa nilai diri.

😪 Kesulitan keuangan: 

Kesulitan ekonomi dapat menyebabkan stres dan kecemasan pada lansia, terutama jika mereka tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau perawatan medis.

😪 Rasa tidak dihargai atau diabaikan: 

Jika lansia merasa diabaikan atau kurang mendapat perhatian dari keluarga atau masyarakat, ini dapat menyebabkan perasaan kesepian dan tidak bahagia.

😪 Kecenderungan isolasi sosial: 

Lansia yang mengalami isolasi sosial atau kurangnya dukungan sosial cenderung merasa kesepian dan kurang bahagia.

😪 Ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan: 

Lansia yang kesulitan beradaptasi dengan perubahan, seperti pensiun atau perubahan lingkungan, dapat merasa tidak bahagia karena merasa tidak mampu menghadapi perubahan tersebut.

😪 Masalah kesehatan mental: 

Depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan mental lainnya dapat mempengaruhi suasana hati dan kualitas hidup lansia.

😪 Kurangnya perasaan makna dan tujuan hidup: 

Lansia yang merasa kehilangan tujuan hidup atau kurang merasa memiliki arti dalam kehidupan mereka dapat merasa tidak bahagia.

          💬 Penting untuk mengenali faktor-faktor tersebut dan memberikan dukungan dan perhatian kepada lansia dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan mereka. Melibatkan mereka dalam kegiatan sosial, menyediakan dukungan emosional, dan memastikan akses ke perawatan kesehatan yang baik adalah beberapa langkah yang dapat membantu lansia merasa lebih bahagia dan dihargai.

Beberapa langkah untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah tidak bahagia pada lansia:

😀  Keterlibatan sosial: 

Mendorong lansia untuk tetap terlibat dalam kegiatan sosial dan menjaga hubungan dengan keluarga, teman, dan komunitas dapat membantu mengurangi rasa kesepian dan meningkatkan kebahagiaan.

😀  Aktivitas fisik: 

Mendorong lansia untuk tetap aktif secara fisik dengan berjalan-jalan, berenang, berkebun, atau berpartisipasi dalam kegiatan fisik lainnya dapat membantu meningkatkan mood dan kesejahteraan secara keseluruhan.

😀  Merawat kesehatan mental: 

Penting untuk memberikan dukungan dan memantau kesehatan mental lansia. Jika diperlukan, bantuan dari profesional kesehatan mental harus dicari untuk membantu mengatasi masalah seperti depresi, kecemasan, atau kesulitan emosional lainnya.

😀  Merawat kesehatan fisik: 

Lansia harus diupayakan untuk menjalani gaya hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bergizi, beristirahat yang cukup, menghindari kebiasaan merokok, dan mengikuti program olahraga yang sesuai.

😀  Menjaga koneksi dengan keluarga: 

Membantu lansia menjaga hubungan yang baik dengan anggota keluarga dan merasa didukung oleh orang-orang terdekatnya.

😀  Peningkatan literasi digital: 

Mengajari lansia menggunakan teknologi digital seperti smartphone dan komputer dapat membantu mereka tetap terhubung dengan orang lain dan mengakses informasi yang berguna.

😀  Mencari tujuan dan makna hidup: 

Mendorong lansia untuk menemukan tujuan dan makna dalam kehidupan mereka, seperti melalui sukarela atau kegiatan pencerahan, dapat membantu meningkatkan kebahagiaan.

Mengatasi perubahan hidup: 

Membantu lansia dalam menghadapi perubahan hidup yang tidak terelakkan, seperti pensiun atau kehilangan anggota keluarga, dapat membantu mereka beradaptasi dengan lebih baik dan mengurangi stres. Banyak dari lansia dapat berharap untuk hidup sampai usia 80 ke atas; karena itu, lansia perlu mengisi 15 tahun ke depan hidup ini dengan kegiatan. Saat ini setelah tidak lagi bekerja, pikirkan tentang arah apa yang akan di ambil selanjutnya.

😀  Menyediakan akses ke perawatan medis yang adekuat:

Pastikan lansia memiliki akses ke perawatan medis yang tepat dan berkualitas untuk menjaga kesehatan fisik mereka.

😀  Memberikan apresiasi dan penghargaan: 

Memberikan apresiasi, pujian, dan penghargaan atas pencapaian atau kontribusi lansia dapat meningkatkan perasaan bahagia dan berarti bagi mereka.

             💭  Bahagia pada lansia, seperti pada semua usia, dapat diartikan sebagai keadaan kesejahteraan dan kepuasan hidup secara keseluruhan. Meskipun lansia mungkin menghadapi beberapa perubahan fisik dan sosial yang berbeda dengan usia yang lebih muda, mereka tetap memiliki potensi untuk mencapai kebahagiaan yang memuaskan. 

Beberapa faktor yang dapat menyumbang pada kebahagiaan lansia meliputi:

😄 Kesehatan fisik yang baik: 

Lansia yang memiliki kesehatan fisik yang baik akan merasa lebih baik secara keseluruhan dan mampu menjalani aktivitas sehari-hari dengan lebih mudah.

😄 Koneksi sosial: 

Hubungan dengan keluarga, teman-teman, dan komunitas sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup dan kebahagiaan lansia. Pastikan berinteraksi dengan setidaknya satu orang setiap hari. Jika teman telah pindah atau meninggal dunia, sekarang saatnya mencari teman baru. Bergabunglah dengan klub dengan aktivitas yang menarik minat atau menjadi relawan di mana kemungkinan besar akan bertemu orang-orang yang memiliki minat dan nilai yang sama.

😄 Dukungan emosional: 

Mendapatkan dukungan emosional dari orang-orang terdekat dapat membantu mengatasi stres dan menghadapi tantangan yang dihadapi.

😄 Rasa tujuan dan makna hidup:

Memiliki tujuan dan makna hidup yang jelas dapat memberikan arti dan kepuasan yang lebih dalam.

😄 Hobi dan minat: 

Menjalankan aktivitas yang disukai dan memiliki minat tertentu dapat membantu mengisi waktu luang dengan menyenangkan.

😄 Kemandirian:

Dalam batas-batas kemampuan mereka, mempertahankan kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari dapat memberikan rasa pencapaian dan kepuasan.

😄 Mental dan kognitif yang baik:

Merawat kesehatan mental dan kognitif penting untuk mempertahankan fungsi otak dan kualitas hidup yang baik.

😄 Merayakan masa lalu dan menerima perubahan:

Mengenang kenangan baik dan merayakan peristiwa kehidupan dapat memberikan rasa bahagia dan menerima perubahan dengan lapang dada juga penting.

        💭 Penting untuk diingat bahwa kebahagiaan adalah hal yang subjektif dan dapat berbeda bagi setiap individu. Yang terpenting adalah memahami dan mendukung lansia sesuai dengan kebutuhan dan keinginan mereka untuk mencapai kebahagiaan yang berarti dalam tahap kehidupan mereka yang saat ini.

Makanan yang sehat dan bergizi dapat berkontribusi pada kesehatan fisik dan mental, yang pada gilirannya dapat membantu lansia merasa lebih bahagia. 

Beberapa makanan yang dapat membantu meningkatkan suasana hati dan kesejahteraan lansia meliputi:

😁  Ikan berlemak:

Ikan seperti salmon, tuna, dan sarden mengandung asam lemak omega-3 yang dapat membantu meningkatkan mood dan menjaga kesehatan otak.

😁 Buah-buahan dan sayuran: 

Buah-buahan dan sayuran kaya akan vitamin, mineral, dan antioksidan yang penting untuk menjaga kesehatan fisik dan mental.

😁 Kacang-kacangan: 

Kacang-kacangan seperti almond, kenari, dan kacang merah mengandung magnesium dan vitamin B yang dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati.

😁  Whole grains (gandum utuh):

Gandum utuh seperti oatmeal, beras merah, dan quinoa mengandung serat dan karbohidrat kompleks yang membantu menjaga tingkat energi dan mood yang stabil.

😁 Produk susu rendah lemak:

Susu rendah lemak, yoghurt, dan keju mengandung kalsium dan vitamin D yang penting untuk menjaga kesehatan tulang dan mood.

😁 Dark chocolate (cokelat hitam): 

Dark chocolate mengandung senyawa yang dapat meningkatkan produksi serotonin dalam otak, yang membantu meningkatkan suasana hati.

😁 Teh hijau: 

Teh hijau mengandung L-theanine, yaitu senyawa yang dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan konsentrasi.

Teh hijau membantu mengurangi stres dan
 meningkatkan konsentrasi. (Sumber: foto canva.com)

😁 Air putih: 

Menjaga Minum banyak air untuk melakukan diet tinggi serat. Air juga cocok untuk kesehatan kulit. Diet harus diet tinggi serat (makanan utuh, kacang-kacangan, buah-buahan, dan sayuran) dan protein tanpa lemak. tubuh tetap terhidrasi dengan minum cukup air dapat membantu menjaga kesehatan fisik dan mental. 

          Selain makanan di atas, penting juga untuk menghindari konsumsi berlebihan makanan olahan, makanan cepat saji, dan gula tambahan, karena dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental.

Lingkungan yang membuat lansia bahagia adalah lingkungan yang mendukung, aman, dan memenuhi kebutuhan fisik, sosial, dan emosional mereka. 

Beberapa ciri lingkungan yang dapat meningkatkan kebahagiaan lansia:

😎 Dukungan keluarga dan sosial: 

Lansia yang tinggal dalam lingkungan yang memiliki dukungan keluarga yang baik dan lingkungan sosial yang aktif cenderung merasa lebih bahagia. Interaksi dengan anggota keluarga, teman, dan tetangga dapat membantu mengatasi rasa kesepian dan meningkatkan kualitas hidup.

😎 Keamanan dan aksesibilitas:

Lingkungan yang aman dan mudah diakses sangat penting bagi lansia, terutama bagi mereka yang mungkin memiliki keterbatasan fisik. Jalan yang ramah lansia, akses ke fasilitas umum, dan perumahan yang dirancang dengan pertimbangan khusus untuk lansia dapat membantu mereka merasa nyaman dan independen.

😎 Lingkungan fisik yang menyenangkan: 

Lansia cenderung lebih bahagia di lingkungan fisik yang menyenangkan dan menenangkan. Taman, area rekreasi, atau ruang terbuka lainnya dapat memberikan tempat yang menyenangkan untuk bersantai dan berinteraksi dengan alam. Olahraga dan kebugaran fisik adalah cara yang bagus untuk memulai. Berolahraga mengangkat tingkat semangat dan energi Anda membuat Anda merasa lebih baik. Ini karena tubuh Anda melepaskan hormon perasaan senang yang dikenal sebagai endorfin.  

😎 Aktivitas sosial dan rekreasi: 

Menyediakan kesempatan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial dan rekreasi, seperti klub lansia, kelas seni, atau perjalanan kelompok, dapat membantu meningkatkan kebahagiaan dan memperluas lingkaran sosial mereka.

😎 Akses ke fasilitas kesehatan dan perawatan medis:

Lansia perlu memiliki akses mudah ke fasilitas kesehatan dan perawatan medis yang berkualitas untuk mendukung kesehatan fisik dan mental mereka.

😎 Kesempatan untuk memberi kontribusi:

Memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi dan merasa bermanfaat dalam lingkungan mereka, misalnya dengan menjadi sukarelawan atau mengajar, dapat memberikan rasa makna dan kepuasan hidup.

😎 Ketersediaan transportasi: 

Transportasi yang mudah diakses dan ramah lansia dapat membantu mereka menjaga kemandirian dan memungkinkan partisipasi dalam kegiatan di luar rumah.

😎 Penghargaan dan pengakuan: 

Lingkungan yang memberikan penghargaan dan pengakuan atas kontribusi dan pencapaian lansia akan meningkatkan rasa dihargai dan bahagia dalam hidup mereka.

😎 Ruang pribadi yang nyaman: 

Lansia perlu memiliki ruang pribadi yang nyaman dan aman, di mana mereka merasa tenang dan dapat bersantai dengan nyaman.

😎 Kesadaran dan penghormatan terhadap kebutuhan lansia:

Lingkungan yang menghormati dan memahami kebutuhan lansia, termasuk kebutuhan kesehatan dan kehidupan sehari-hari mereka, akan membantu mereka merasa dihargai dan diterima.

          Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan memperhatikan kebutuhan lansia, kita dapat membantu meningkatkan kualitas hidup lansia dan mendorong kebahagiaan di masa tua.



Sumber:

https://www.scientificamerican.com/article/with-age-comes-happiness-here-s-why/

https://seasonsretirement.com/5-ways-seniors-can-boost-happiness/

https://aging.com/best-online-therapy/the-way-of-living-being-happy-and-healthy-at-an-old-age/

https://www.psychologicalscience.org/news/releases/better-research-is-needed-to-understand-why-elders-are-happier.html

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6770928/