Rasa putus asa dan perasaan kehilangan harapan dapat mempengaruhi kesehatan mental dan menyebabkan perasaan tidak berdaya dalam menghadapi tantangan hidup.
Dalam istilah medis, perasaan putus asa pada lansia dapat disebut sebagai geriatric depression atau late-life depression (LLD). Istilah-istilah ini merujuk pada depresi yang terjadi pada usia lanjut atau lansia.
Depresi pada lansia memiliki karakteristik khusus dan dapat berbeda dari depresi pada kelompok usia yang lebih muda. Gejala depresi pada lansia dapat mencakup perasaan putus asa, kesedihan yang berkepanjangan, kehilangan minat pada aktivitas yang biasa dinikmati, perubahan pola tidur, hilangnya nafsu makan, penurunan energi, perasaan tidak berharga, isolasi sosial, dan berpikir tentang bunuh diri.
Lansia tangguh penuh dengan aktivitas positif jauh dari putus asa (Sumber: foto LPC-lansia) |
Geriatric depression atau late-life depression (LLD) adalah masalah kesehatan mental serius yang perlu dikenali dan diobati secara tepat.
Depresi akhir kehidupan (LLD) dapat didefinisikan sebagai depresi yang terjadi setelah usia 60 tahun, meskipun onset dan definisi cutoff dapat bervariasi. Ada banyak sub tipe penyakit depresi yang sama pada orang dewasa muda dan tua.
Diagnosis LLD dibuat menggunakan kriteria yang sama untuk Gangguan Depresif Mayor
Kriteria episode depresi mayor, seorang pasien harus memiliki lima dari sembilan gejala yang tercantum di bawah ini, hampir setiap hari, selama dua minggu dan harus memiliki mood depresi atau anhedonia, yaitu:
- Suasana hati yang tertekan atau sedih
- Anhedonia (kehilangan minat pada aktivitas yang menyenangkan)
- Gangguan tidur (peningkatan atau penurunan tidur)
- Gangguan nafsu makan (peningkatan atau penurunan nafsu makan) biasanya dengan perubahan berat badan
- Gangguan energi (peningkatan atau penurunan tingkat energi/aktivitas), biasanya kelelahan
- Daya ingat atau konsentrasi buruk
- Perasaan bersalah atau tidak berharga
- Retardasi atau agitasi psikomotor (perubahan kecepatan mental dan fisik yang dirasakan oleh orang lain)
- Pikiran berharap mereka mati; ide bunuh diri atau percobaan bunuh diri
LLD sering kurang terdiagnosis, yang disebabkan oleh berbagai alasan, termasuk suasana hati yang tertekan umumnya tidak menonjol seperti gejala somatik dan psikotik lainnya, seperti kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, kekurangan energi atau anergia, kelelahan, dan kehilangan minat dan kenikmatan dalam aktivitas kehidupan normal.
Rasa putus asa pada lansia adalah perasaan yang mendalam dan kuat dari kehilangan harapan atau keyakinan bahwa situasi atau masalah hidupnya dapat diatasi atau membaik. Lansia yang merasa putus asa mungkin merasa tanpa harapan, putus asa, dan tidak memiliki kekuatan atau kontrol atas kehidupan mereka. Depresi pada usia lanjut kurang ditelaah dan tidak diobati secara memadai.
Gejala depresi pada lansia dapat mencakup perasaan putus asa, kesedihan yang berkepanjangan. (Sumber: foto canva.com) |
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan rasa putus asa pada lansia meliputi:
😵 Kehilangan orang terdekat:
Kehilangan pasangan, anggota keluarga, atau teman dekat dapat menyebabkan perasaan putus asa karena merasa kesepian dan kehilangan dukungan emosional.
😵 Kesehatan yang menurun:
Masalah kesehatan fisik yang serius atau kondisi medis yang kronis dapat menyebabkan rasa putus asa karena merasa tidak mampu untuk memperbaiki kondisi kesehatan mereka.
😵 Keterbatasan fisik dan mobilitas:
Keterbatasan fisik yang menghambat kemampuan untuk bergerak atau melakukan aktivitas sehari-hari dapat menyebabkan perasaan frustasi dan putus asa.
Lansia yang memiliki keterbatasan fisik dan mobilitas menyebabkan frustasi dan putus asa (Sumber: foto canva.com) |
😵 Kehilangan kemandirian:
Ketika lansia mengalami penurunan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang sebelumnya dilakukan secara mandiri, seperti mandi, makan, atau berpakaian, hal ini dapat menyebabkan rasa putus asa karena merasa tidak dapat mengatasi masalah tersebut.
😵 Kecenderungan isolasi sosial:
Lansia yang mengalami isolasi sosial atau kurangnya dukungan sosial cenderung merasa kesepian dan putus asa.
😵 Kesulitan keuangan:
Kesulitan ekonomi dapat menyebabkan stres dan kecemasan pada lansia, yang pada akhirnya dapat menyebabkan perasaan putus asa.
😵 Depresi:
Depresi adalah kondisi kesehatan mental serius yang dapat menyebabkan perasaan putus asa, kehilangan minat pada aktivitas, dan perasaan tidak berharga.
Rasa putus asa pada lansia dapat sangat mengganggu kualitas hidup mereka. Dukungan emosional dari keluarga, teman-teman, atau profesional kesehatan mental dapat membantu mengatasi rasa putus asa dan membantu lansia menemukan makna dan harapan dalam hidup mereka.
Ciri-ciri lansia yang mengalami perasaan putus asa dapat bervariasi dari individu ke individu, antara lain :
😠Perasaan sedih yang berkepanjangan:
Lansia yang merasa putus asa mungkin menunjukkan perasaan sedih yang berkepanjangan dan mendalam, tanpa adanya perubahan yang signifikan dalam suasana hati.
Lansia putus asa menunjukkan perasaan sedih yang berkepanjangan (Sumber: foto canva.com) |
😠Kehilangan minat pada aktivitas yang biasa dinikmati:
Mereka mungkin kehilangan minat atau semangat untuk melakukan aktivitas yang biasa mereka nikmati, seperti berkebun, berolahraga, atau berpartisipasi dalam kegiatan sosial.
😠Perasaan kelelahan atau keletihan yang berlebihan:
Lansia yang merasa putus asa dapat merasa lelah secara fisik dan emosional, bahkan setelah beristirahat yang cukup.
😠Gangguan tidur:
Lansia yang merasa putus asa mungkin mengalami kesulitan tidur, seperti sulit tidur, terbangun di malam hari, atau tidur yang tidak nyenyak.
😠Perubahan pola makan:
Perasaan putus asa dapat mempengaruhi pola makan lansia, seperti hilangnya nafsu makan atau mengonsumsi makanan berlebihan.
😠Isolasi sosial:
Lansia yang merasa putus asa cenderung mengisolasi diri dari keluarga dan teman-teman, merasa sulit untuk berinteraksi dengan orang lain, dan menghindari situasi sosial.
😠Rasa tidak berharga atau merasa menjadi beban:
Lansia yang merasa putus asa mungkin merasa tidak berharga atau menjadi beban bagi orang lain, sehingga mereka cenderung menarik diri dari interaksi sosial.
😠Perasaan tidak berdaya atau kehilangan kontrol:
Lansia yang merasa putus asa mungkin merasa tidak mampu mengatasi masalah atau peristiwa dalam hidup mereka dan merasa kehilangan kontrol atas kehidupan mereka.
😠Perilaku merugikan diri sendiri:
Beberapa lansia yang merasa putus asa dapat menunjukkan perilaku merugikan diri sendiri, seperti tidak menjaga pola makan yang sehat, menghindari perawatan medis yang diperlukan, atau bahkan berpikir tentang bunuh diri.
Lansia putus asa dapat berpikir tentang bunuh diri (Sumber: foto canva.com) |
Mencegah lansia dari perasaan putus asa memerlukan perhatian dan dukungan yang tepat dari keluarga, kawan dan masyarakat.
Beberapa cara yang dapat membantu mencegah lansia dari perasaan putus asa:
💪 Dukungan sosial:
Berikan dukungan sosial yang kuat dengan tetap terlibat dalam kehidupan lansia. Jalin hubungan emosional yang positif dengan keluarga, teman, dan tetangga dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan isolasi sosial.
💪 Aktivitas sosial:
Dorong lansia untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan rekreasi. Terlibat dalam klub lansia, kegiatan keagamaan, atau kelompok hobi dapat membantu menjaga hubungan sosial dan merasa termotivasi dalam kehidupan sehari-hari.
💪 Olahraga dan aktivitas fisik:
Mendorong lansia untuk menjaga gaya hidup aktif dengan berolahraga atau melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi fisik mereka. Olahraga dapat membantu meningkatkan suasana hati dan mengurangi tingkat stres.
💪 Pemeliharaan kesehatan fisik dan mental:
Pastikan lansia menjaga kesehatan fisik dan mental mereka dengan mengikuti perawatan medis yang dianjurkan, seperti pemeriksaan rutin, pola makan sehat, dan istirahat yang cukup.
💪 Pemberdayaan:
Berikan lansia kesempatan untuk merasa bermanfaat dan memberikan kontribusi dalam lingkungan mereka. Ini bisa dalam bentuk kegiatan sukarela, membantu anggota keluarga, atau mengajarkan keterampilan kepada generasi lebih muda.
💪 Mengatasi perubahan hidup:
Bantu lansia mengatasi perubahan hidup yang mungkin dialami, seperti pensiun atau perubahan lingkungan. Berikan dukungan dan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
💪 Berbicara tentang perasaan:
Dorong lansia untuk berbicara tentang perasaan mereka dengan keluarga atau teman terdekat. Memberikan wadah untuk berbicara tentang perasaan dapat membantu mengurangi perasaan terisolasi dan putus asa.
💪 Mencari bantuan profesional:
Jika perasaan putus asa berlanjut atau menjadi lebih parah, segera cari bantuan profesional dari dokter atau psikolog yang berpengalaman dalam merawat masalah kesehatan mental pada lansia.
💬 Mencegah perasaan putus asa pada lansia adalah tanggung jawab bersama keluarga, teman, dan masyarakat. Dukungan emosional dan perhatian yang diberikan kepada lansia dapat membantu meningkatkan kesejahteraan mereka dan mencegah timbulnya perasaan putus asa yang berkepanjangan.
Mengobati perasaan putus asa pada lansia memerlukan pendekatan yang komprehensif dan perawatan yang tepat.
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu mengatasi perasaan putus asa pada lansia:
🔑 Konsultasi dengan profesional kesehatan:
Jika lansia mengalami perasaan putus asa yang berkepanjangan atau parah, segera konsultasikan dengan dokter atau psikolog yang berpengalaman dalam merawat masalah kesehatan mental pada lansia. Profesional kesehatan dapat memberikan penilaian yang tepat dan menentukan apakah perawatan khusus diperlukan.
🔑 Terapi kognitif perilaku (CBT):
Terapi CBT telah terbukti efektif dalam mengatasi depresi dan perasaan putus asa. Terapi ini membantu lansia mengidentifikasi pola pikir yang negatif dan menggantinya dengan pola pikir yang lebih positif dan sehat.
🔑 Terapi kelompok:
Terapi kelompok dapat menjadi cara yang efektif untuk mendukung lansia dan memberikan kesempatan untuk berbagi pengalaman dengan orang lain yang mengalami masalah serupa.
🔑 Olahraga dan aktivitas fisik:
Olahraga dan aktivitas fisik dapat membantu mengurangi perasaan putus asa dengan melepaskan endorfin, yang dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres.
🔑 Terlibat dalam aktivitas sosial:
Terlibat dalam kegiatan sosial dan rekreasi dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan meningkatkan kualitas hidup lansia.
🔑 Dukungan keluarga dan sosial:
Dukungan emosional dari keluarga, teman, dan tetangga sangat penting untuk membantu lansia merasa dihargai dan dicintai.
🔑 Hindari isolasi sosial:
Lansia perlu dihindarkan dari isolasi sosial, yang dapat memperburuk perasaan putus asa. Dorong lansia untuk tetap terhubung dengan orang lain dan berinteraksi secara sosial.
🔑 Perawatan medis:
Pastikan lansia mendapatkan perawatan medis yang tepat untuk masalah kesehatan fisik dan mentalnya. Terkadang, perasaan putus asa dapat berkaitan dengan masalah kesehatan tertentu yang perlu ditangani secara medis.
🔑 Menemukan makna dan tujuan hidup:
Bantu lansia menemukan makna dan tujuan hidup mereka dengan terlibat dalam kegiatan yang memberi mereka kepuasan dan perasaan bahwa mereka masih berkontribusi pada dunia sekitar.
🔑 Spiritual dan Kepribadian:
Orang tua yang mempraktikkan dan percaya pada agama kurang reaktif terhadap depresi. Ciri-ciri kepribadian memainkan peran penting dalam depresi dini, meskipun para peneliti telah menemukan bahwa orang dengan gangguan kepribadian yang menghindari kecemasan dan ketergantungan lebih reaktif untuk mengembangkan depresi di kemudian hari terutama ketika mereka kehilangan dukungan dari orang penting dalam kehidupan yang merugikan.
Penting untuk diingat bahwa setiap individu unik, dan perawatan yang efektif untuk mengatasi perasaan putus asa pada lansia dapat bervariasi. Dukungan emosional, perawatan medis yang tepat, dan pendekatan terapi yang sesuai dapat membantu lansia merasa lebih baik dan mengatasi perasaan putus asa mereka.
Sumber:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551507/
https://focus.psychiatryonline.org/doi/10.1176/appi.focus.20210006
https://en.wikipedia.org/wiki/Late_life_depression
https://academic.oup.com/biomedgerontology/article/58/3/M249/684130
https://www.psychiatrictimes.com/view/diagnosis-and-treatment-late-life-depression
No comments:
Post a Comment