Saturday 19 August 2023

Skizofrenia Usia Lanjut, Timbulkan Halusinasi Lansia

        Skizofrenia di akhir kehidupan muncul sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia. Gejala skizofrenia juga bisa muncul pada lansia. Sebenarnya, secara umum gejala yang muncul pada lansia maupun orang kebanyakan tidak jauh berbeda. Pengidap gangguan ini bisa mengalami kondisi yang menyebabkan kesulitan membedakan kenyataan dengan pikiran sendiri.  

Late-Onset Skizofrenia (LOS) adalah bentuk skizofrenia yang muncul pada usia lanjut, biasanya setelah usia 45 tahun. Skizofrenia adalah penyakit mental serius yang mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Gejalanya dapat bervariasi dari orang ke orang, tetapi ciri khasnya adalah pemikiran yang terdistorsi, persepsi yang salah, emosi yang datar atau tidak sesuai, dan perubahan perilaku yang signifikan.

Skizofrenia usia lanjut adalah penyakit mental serius
mempengaruhi cara berpikir, merasakan dan berperilaku.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Berdasarkan konvensi, populasi geriatri dianggap mencakup mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Namun, istilah "kehidupan selanjutnya" atau "onset terlambat" telah mewakili kelompok usia yang berbeda ketika membahas skizofrenia. 

Skizofrenia usia lanjut terdiri dari dua kelompok yang berbeda: 

👉 Orang-orang yang didiagnosis dengan skizofrenia di awal kehidupan (remaja akhir atau dewasa muda) dan yang sekarang setengah baya; 

👉 Mereka yang didiagnosis saat mereka lanjut usia (45 tahun atau lebih). Orang-orang yang didiagnosis menderita skizofrenia pada usia 45 tahun atau lebih diklasifikasikan sebagai skizofrenia onset lambat.

Lansia yang didiagnosis menderita pada usia 45 tahun atau
lebih diklasifikasikan sebagai skizofrenia onset lambat.
(Sumber: foto canva.com)

Gejala late-onset skizofrenia pada lansia bisa mirip dengan skizofrenia pada usia muda, tetapi ada beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan:

👾 Onset Tertunda: 

Late-Onset Skizofrenia memiliki onset yang terjadi pada usia yang lebih tua daripada bentuk skizofrenia yang biasa muncul pada usia muda (biasanya antara akhir remaja hingga usia 30-an).

👾 Gejala Awal Ringan: 

Pada beberapa kasus LOS, gejalanya bisa dimulai dengan cara yang lebih ringan dan tidak terlalu mencolok, membuat diagnosis awal lebih sulit.

👾 Kemungkinan Faktor Penyebab Berbeda: 

Penyebab LOS mungkin melibatkan kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan biologis yang berbeda dari skizofrenia pada usia muda.

Lansia LOS memiliki pemikiran yang terdistorsi, persepsi yang salah,
 emosi yang datar atau tidak sesuai. (Sumber: foto canva.com)

👾 Kehilangan Fungsi Sosial dan Fungsionalitas:

Orang dengan LOS cenderung mengalami penurunan fungsi sosial dan kemampuan untuk menjalankan tugas sehari-hari.

👾 Gejala Negatif Lebih Menonjol: 

Gejala negatif skizofrenia, seperti perasaan hampa emosi, kesulitan berbicara, dan penarikan sosial, bisa lebih menonjol pada LOS.

👾 Respons Terhadap Pengobatan: 

Tanggapan terhadap pengobatan anti psikotik mungkin tidak sebaik pada skizofrenia pada usia muda. Pengobatan pada LOS perlu disesuaikan dengan kondisi usia lanjut, serta mempertimbangkan kesehatan fisik yang mungkin sudah lebih rapuh.

       ðŸ’­ Penting untuk diingat bahwa gejala yang tampak pada lansia tidak selalu menunjukkan skizofrenia atau gangguan mental lainnya. Gejala tersebut bisa disebabkan oleh kondisi medis lainnya atau interaksi obat

Gejala-gejala skizofrenia pada lansia dapat serupa dengan gejala pada orang yang lebih muda, tetapi ada beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan. 

Beberapa ciri yang mungkin terlihat pada lansia yang terkena late onset skizofrenia:

👻 Halusinasi dan Delusi: 

Seperti pada skizofrenia pada usia yang lebih muda, lansia dengan late onset skizofrenia juga dapat mengalami halusinasi (mendengar suara atau melihat hal yang tidak nyata) dan delusi (keyakinan yang salah dan tidak masuk akal).

Lansia yang memiliki LOS juga berhalusinasi
(Sumber: foto canva.com)

👻 Gangguan Pemikiran: 

Gangguan pemikiran mungkin terlihat dalam cara berbicara yang tidak koheren atau sulit untuk diikuti. Pemikiran mungkin terasa kacau atau melompat-lompat tanpa alur yang jelas.

👻 Gangguan Emosi: 

Lansia dengan late onset skizofrenia mungkin mengalami perubahan emosi yang tiba-tiba dan ekstrem. Mereka bisa merasa sangat cemas, bingung, atau tumpul secara emosional.

👻 Gangguan Perilaku:

Perubahan perilaku mungkin menjadi lebih terlihat. Ini bisa termasuk perilaku impulsif, sosial yang terbatas, atau interaksi sosial yang sulit.

👻 Penurunan Fungsi Kognitif: 

Lansia dengan late onset skizofrenia mungkin mengalami penurunan fungsi kognitif, termasuk masalah dengan ingatan, perhatian, dan konsentrasi.

👻 Gangguan Motorik: 

Beberapa lansia dengan late onset skizofrenia mungkin mengalami gangguan motorik seperti gerakan yang terulang-ulang atau aneh.

👻 Isolasi Sosial: 

Orang dengan late onset skizofrenia mungkin mengalami isolasi sosial, merasa enggan atau kesulitan berinteraksi dengan orang lain.

Penyebab pasti dari late onset skizofrenia masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi seperti skizofrenia pada usia muda, kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, biologis, lingkungan, dan neurokimia yang kompleks. 

Beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan late onset skizofrenia meliputi:

👼 Faktor Genetik: 

Ada bukti kuat bahwa faktor genetik memainkan peran dalam risiko mengembangkan skizofrenia, termasuk late onset skizofrenia. Jika ada riwayat skizofrenia dalam keluarga, risiko mungkin meningkat.

👼 Perubahan Biologis dalam Otak: 

Gangguan dalam struktur dan fungsi otak telah dikaitkan dengan skizofrenia. Pada late onset skizofrenia, perubahan biologis dalam otak juga dapat memainkan peran dalam munculnya gejala pada usia yang lebih tua.

👼 Perubahan Hormonal: 

Perubahan hormonal yang terjadi seiring penuaan dapat memengaruhi fungsi otak dan sistem saraf, yang mungkin berkontribusi pada munculnya gejala skizofrenia pada usia yang lebih lanjut.

👼 Stres Lingkungan: 

Stres kronis atau peristiwa hidup yang signifikan dalam kehidupan seseorang dapat menjadi pemicu untuk munculnya gejala skizofrenia. Ini bisa termasuk perubahan sosial, kehilangan orang yang dicintai, atau perubahan dalam lingkungan hidup.

👼 Gangguan Kimia Otak:

Gangguan dalam sistem neurokimia otak, seperti ketidakseimbangan neurotransmiter (zat kimia yang mengirimkan sinyal di otak), seperti dopamin, serotonin, dan glutamat, telah dikaitkan dengan skizofrenia.

👼 Kesehatan Fisik Umum: 

Kondisi kesehatan fisik yang muncul seiring penuaan, seperti penyakit kardiovaskular atau diabetes, dapat berdampak pada keseimbangan kimia otak dan berkontribusi pada perkembangan late onset skizofrenia.

👼 Paparan Lingkungan Selama Kehidupan:

Paparan lingkungan yang berbeda selama hidup seseorang, termasuk pola tidur, pola makan, paparan racun, dan stres kronis, dapat memengaruhi risiko terjadinya late onset skizofrenia.

        💬 Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah late onset skizofrenia atau skizofrenia pada umumnya karena penyebab pasti dan faktor risiko yang terlibat masih belum sepenuhnya dipahami. Namun, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mempromosikan kesehatan mental dan mengurangi risiko perkembangan gangguan mental, termasuk skizofrenia, pada usia yang lebih tua.

Beberapa langkah untuk mengurangi risiko :

👀 Perhatikan Kesehatan Fisik: 

Menjaga kesehatan fisik melalui pola makan seimbang, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan menghindari penggunaan zat berbahaya seperti narkoba atau alkohol dapat mendukung kesehatan otak dan mental.

👀 Kelola Stres:

Belajar cara mengatasi stres dan menemukan cara untuk mengurangi tekanan emosional dapat membantu mengurangi risiko perkembangan gangguan mental. Teknik relaksasi, meditasi, yoga, atau terapi kognitif perilaku dapat membantu.

👀 Jaga Kesejahteraan Mental:

Menjaga kesejahteraan mental adalah langkah penting. Ini melibatkan menjaga hubungan sosial yang baik, mengejar minat dan hobi, serta mengembangkan keterampilan koping yang sehat.

👀 Pentingnya Deteksi Dini: 

Memahami tanda-tanda awal gangguan mental dan mencari bantuan profesional jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala yang mencurigakan adalah langkah penting. Semakin cepat intervensi dimulai, semakin baik peluang untuk manajemen kondisi.

👀 Hindari Penggunaan Narkoba dan Alkohol: 

Penggunaan narkoba dan alkohol dapat meningkatkan risiko perkembangan gangguan mental. Menghindari atau membatasi penggunaan zat berbahaya ini dapat membantu melindungi kesehatan mental.

👀 Dukungan Keluarga dan Sosial: 

Mempertahankan hubungan yang mendukung dengan keluarga dan teman-teman dapat membantu mengurangi risiko isolasi sosial dan memberikan sumber dukungan penting.

👀 Konsultasi dengan Profesional Kesehatan Mental: 

Jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan gangguan mental atau merasa cemas tentang risiko mengembangkan late onset skizofrenia, berkonsultasilah dengan profesional kesehatan mental. Mereka dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang langkah-langkah yang dapat Anda ambil.

      💬 Pengobatan late onset skizofrenia melibatkan pendekatan yang komprehensif dan sering kali melibatkan kombinasi terapi farmakologis (pengobatan dengan obat-obatan) dan terapi psikososial (terapi yang melibatkan dukungan sosial dan kognitif). Penting untuk bekerja sama dengan profesional kesehatan mental yang berpengalaman untuk merancang rencana pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan individu.

Beberapa komponen umum dalam pengobatan late onset skizofrenia:

📌 Obat-obatan Anti psikotik: 

Obat anti psikotik adalah terapi utama untuk mengendalikan gejala skizofrenia. Ada dua jenis utama anti psikotik: konvensional (lama) dan atipikal (modern). Dokter akan meresepkan jenis obat yang sesuai dengan gejala dan respons individu.

📌 Terapi Psikososial: 

Terapi ini melibatkan dukungan kognitif dan sosial untuk membantu individu mengelola gejala dan mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Terapi ini bisa melibatkan konseling individual atau kelompok, pelatihan keterampilan sosial, dan dukungan keluarga.

📌 Terapi Kognitif: 

Terapi kognitif membantu individu mengidentifikasi dan mengatasi pikiran atau keyakinan yang tidak realistis atau negatif. Ini dapat membantu mengurangi gejala seperti delusi dan pikiran yang kacau.

📌 Terapi Pendukung:

Terapi pendukung melibatkan dukungan emosional dari terapis atau keluarga untuk membantu individu mengatasi tantangan sehari-hari dan mengembangkan cara-cara yang sehat untuk mengatasi stres.

Lansia perlu terapi pendukung dari ahli terapi
(Sumber: foto canva.com)

📌 Manajemen Obat yang Efektif:

Penting untuk mengikuti rencana pengobatan dan jadwal dosis yang telah ditentukan oleh dokter. Jika ada efek samping atau masalah lain dengan obat, komunikasikan dengan dokter Anda.

📌 Pemantauan dan Penyesuaian: 

Pengobatan mungkin memerlukan penyesuaian seiring waktu. Dokter akan melakukan pemantauan teratur untuk mengamati respons terhadap pengobatan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.

📌 Perawatan Kesehatan Fisik:

Penting untuk menjaga kesehatan fisik secara keseluruhan, termasuk rutin pemeriksaan medis dan mengelola kondisi kesehatan umum.

📌 Dukungan Keluarga dan Sosial:

Dukungan keluarga dan teman-teman sangat penting dalam pengobatan late onset skizofrenia. Melibatkan keluarga dalam proses pengobatan dan dukungan sosial dapat membantu individu merasa lebih terhubung dan didukung.

       Penting untuk diingat bahwa pengobatan adalah proses yang berkelanjutan, dan respons terhadap terapi bisa bervariasi antara individu. Konsultasi dengan tim medis yang kompeten dalam kesehatan mental sangat penting untuk mengembangkan rencana pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan individu.












Sumber:

https://www.webmd.com/schizophrenia/schizophrenia-onset-symptoms 

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3181756/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4418466/

https://ajp.psychiatryonline.org/doi/10.1176/appi.ajp.157.2.172

No comments:

Post a Comment