Friday, 25 August 2023

Iri Hati, Penyebab Ketidakbahagian Lansia

       Iri hati (envy) adalah perasaan tidak senang atau ketidakpuasan terhadap keberhasilan, kebahagiaan, atau pencapaian orang lain, dan dapat terjadi pada siapa pun dalam berbagai tingkat. Iri hati bukanlah penyakit mental secara langsung, tetapi dapat menjadi bagian dari spektrum emosi manusia yang normal. 

Aristoteles mendefinisikan iri hati sebagai rasa sakit saat melihat nasib baik orang lain, yang dipicu oleh "mereka yang memiliki apa yang seharusnya kita miliki". 

Bertrand Russell mengatakan bahwa rasa iri adalah salah satu penyebab ketidakbahagiaan yang paling ampuh.

Bila iri hati berlebihan, terus-menerus mengganggu kehidupan sehari-hari, atau menyebabkan dampak negatif yang signifikan pada kesejahteraan mental seseorang, itu bisa menjadi bagian dari masalah lebih besar yang berkaitan dengan kesehatan mental.

Rasa iri adalah salah satu penyebab ketidakbahagiaan
yang paling ampuh. (Sumber: foto PLC- Lansia)

Beberapa poin penting tentang iri hati:

Emosi Manusia: Iri hati adalah emosi manusia yang umum dan sering kali muncul sebagai respons alami terhadap perbandingan sosial dan perasaan kurang percaya diri.

Spektrum Emosi: Semua orang mungkin merasa iri hati sesekali, tetapi tingkat dan dampaknya berbeda-beda. Beberapa orang dapat mengendalikan perasaan ini dengan lebih baik daripada yang lain.

Dapat Menjadi Masalah: Jika perasaan iri hati sangat kuat dan tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan konflik dalam hubungan, kecemasan, perasaan rendah diri, atau merasa tidak bahagia secara berkelanjutan.

Kaitan dengan Penyakit Mental Lain: Pada beberapa kasus, perasaan iri hati yang berlebihan atau kronis dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan.

Perbedaan dengan Gangguan Mental: Sementara iri hati bukanlah penyakit mental, ada gangguan mental seperti gangguan kepribadian borderline yang dapat memiliki ciri-ciri seperti perasaan iri hati yang intens dan tidak stabil.

       Iri hati adalah perasaan emosional yang muncul ketika seseorang merasa tidak senang atau ingin memiliki sesuatu yang dimiliki oleh orang lain. Ini bisa berupa prestasi, harta, keahlian, atau atribut lainnya. Iri hati melibatkan perbandingan sosial dengan orang lain dan dapat muncul sebagai reaksi terhadap kesuksesan atau keberuntungan orang lain.  

Mencoba menyamakan kedudukan adalah salah satu cara mencoba meredakan rasa iri. Tapi itu hanya solusi jangka pendek, dan rasa iri muncul lagi. Akhirnya rasa iri bisa meresap ke dalam suatu hubungan.  

Pada umumnya iri hati dianggap sebagai emosi yang negatif karena dapat menimbulkan perasaan ketidakpuasan, kecemburuan, dan frustrasi terhadap orang lain. Pandangan lain yang lebih nuansa terkait iri hati, di mana beberapa ahli berpendapat bahwa dalam beberapa situasi tertentu, iri hati bisa memiliki aspek positif, meskipun jarang terjadi.

Iri hati dianggap sebagai emosi yang negatif karena dapat menimbulkan
perasaan 
ketidakpuasan, kecemburuan, frustrasi terhadap orang lain.
(Sumber: foto canva.com)

Konsep yang dibicarakan adalah "benign envy" atau iri hati yang "berkah" dalam beberapa kasus. Beberapa pandangan ini menyatakan bahwa iri hati yang lebih ringan atau sehat dapat berfungsi sebagai dorongan untuk meningkatkan diri sendiri atau mencapai tujuan yang lebih tinggi. 

Namun, "benign envy" atau dampak positif dari iri hati jarang terjadi, dan lebih sering gagal, iri hati dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental dan emosional seseorang. Iri hati yang berlebihan atau tidak sehat dapat mengganggu hubungan sosial, memicu stres, depresi, atau kecemasan, dan mengganggu perasaan bahagia dan puas dengan diri sendiri.

Perasaan iri hati adalah emosi manusia yang normal dan dapat dirasakan oleh siapa pun, termasuk lansia. Namun, ada perbedaan antara iri hati yang normal dan iri hati yang tidak normal atau berlebihan pada lansia. 

Beberapa perbedaan antara keduanya:

Iri Hati yang Normal:

πŸ’’ Gejala Ringan dan Sesekali: 

Iri hati yang normal biasanya muncul dalam tingkat yang lebih ringan dan tidak terjadi terus-menerus. Ini bisa terjadi sesekali saat ada perbandingan sosial atau keberhasilan orang lain.

πŸ’’ Tidak Mengganggu Kesejahteraan Umum: 

Iri hati yang normal tidak mengganggu kesejahteraan mental atau fisik secara signifikan. Orang yang mengalaminya masih dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan normal.

πŸ’’ Kontrol Emosi yang Baik: 

Orang dengan iri hati yang normal cenderung memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi mereka dan mengatasi perasaan tersebut dengan cepat.

πŸ’’ Pemahaman Tentang Emosi: 

Mereka memiliki pemahaman yang sehat tentang emosi dan menyadari bahwa perasaan iri hati adalah bagian dari pengalaman manusia yang normal.

Orang dengan iri hati normal cenderung mampu mengendalikan emosi
(Sumber: foto canva.com)

Iri Hati yang Tidak Normal atau Berlebihan:

πŸ’¨ Intensitas yang Tinggi dan Kronis:

Iri hati yang tidak normal cenderung terjadi dalam intensitas yang lebih tinggi dan bisa menjadi kronis, mengganggu kesejahteraan sehari-hari.

πŸ’¨ Gangguan terhadap Kesejahteraan Mental: 

Iri hati yang berlebihan dapat mempengaruhi kesejahteraan mental, seperti menyebabkan depresi, kecemasan, atau isolasi sosial.

πŸ’¨ Gangguan terhadap Hubungan: 

Orang dengan iri hati yang tidak normal mungkin merasa kesulitan dalam memelihara hubungan sosial karena sulit merasa bahagia atau senang atas keberhasilan orang lain.

πŸ’¨ Kehilangan Kontrol Emosi: 

Mereka mungkin merasa kesulitan mengendalikan emosi mereka, yang dapat menyebabkan reaksi yang berlebihan atau merugikan dalam situasi tertentu.

πŸ’¨ Ketidakpuasan Berlebihan: 

Orang dengan iri hati yang tidak normal cenderung merasa tidak puas dengan diri sendiri dan hidup mereka secara umum, karena terus-menerus membandingkan diri mereka dengan orang lain.

πŸ’¨ Dampak Terhadap Kesehatan Fisik: 

Iri hati yang berlebihan dapat mempengaruhi kesehatan fisik, seperti tidur yang terganggu, peningkatan tekanan darah, atau masalah pencernaan.

       Seiring bertambahnya usia, seseorang mulai menerima status sosialnya. Meski demikian, perasaan iri akan hadir sepanjang hidup seseorang. Terserah pada individu apakah mereka akan membiarkan perasaan iri ini memotivasi atau menghancurkannya.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana perasaan iri hati mungkin muncul pada lansia :

πŸ’« Perubahan Hidup: 

Lansia sering mengalami perubahan signifikan dalam kehidupan, seperti pensiun, kematian pasangan, atau perubahan dalam kesehatan. Perubahan ini bisa menjadi sumber stres dan perasaan kurang puas, yang pada gilirannya bisa memicu perasaan iri hati terhadap orang lain yang tampaknya memiliki situasi yang lebih baik.

Lansia sering mengalami perubahan signifikan dalam hidup
seperti pensiun dan kesehatan.(Sumber: foto canva.com)

πŸ’« Komparasi Sosial: 

Meskipun bukan eksklusif bagi lansia, perbandingan sosial dapat memicu perasaan iri hati. Lansia mungkin merasa kurang berharga atau kurang sukses dibandingkan dengan orang lain, terutama jika mereka merasa kurang diperhatikan atau dihormati dalam masyarakat.

πŸ’« Kesehatan dan Kemampuan Fisik:

Perubahan dalam kesehatan dan kemampuan fisik sering terjadi seiring bertambahnya usia. Lansia yang mungkin mengalami keterbatasan fisik atau kesehatan mungkin merasa iri hati terhadap mereka yang tampak lebih sehat atau lebih mampu secara fisik.

πŸ’« Perasaan Isolasi: 

Lansia yang merasa terisolasi atau kurang terlibat dalam aktivitas sosial dapat merasa iri hati terhadap orang lain yang tampaknya memiliki banyak interaksi sosial dan dukungan.

πŸ’« Keuangan: 

Isu keuangan juga bisa memainkan peran. Lansia dengan masalah keuangan atau penghasilan terbatas mungkin merasa iri hati terhadap mereka yang memiliki stabilitas keuangan yang lebih baik.

πŸ’« Kehilangan Peran:

Dalam beberapa kasus, lansia yang telah pensiun atau mengalami kehilangan peran profesional mungkin merasa kehilangan identitas atau status. Ini dapat memicu perasaan iri hati terhadap mereka yang masih aktif dalam karier atau memiliki pengaruh yang lebih besar.

Ciri-ciri perasaan iri hati  pada lansia yang dapat mengganggu kesehatan bisa bervariasi tergantung pada individu dan situasi tertentu. 

Beberapa ciri umum yang mungkin muncul dan dapat mengindikasikan bahwa perasaan iri hati sedang mempengaruhi kesejahteraan lansia:

πŸ™ Perasaan yang Intens dan Terus-Menerus:

Jika perasaan iri hati sangat kuat dan terus-menerus menghantui pikiran lansia, hal ini bisa menjadi tanda bahwa perasaan tersebut mengganggu kesejahteraan mental mereka.

πŸ™ Perbandingan Sosial yang Terus-Menerus: 

Lansia yang terus-menerus membandingkan diri mereka dengan orang lain dan merasa tidak puas dengan diri sendiri karena merasa kurang sukses atau kurang beruntung, dapat mengalami perasaan iri hati yang merugikan.

πŸ™ Stres dan Kecemasan yang Meningkat:

Perasaan iri hati yang intens dapat menyebabkan peningkatan stres dan kecemasan. Lansia mungkin merasa tertekan oleh perasaan tersebut dan kesulitan dalam mengatasi stres tersebut.

πŸ™ Kurangnya Kesejahteraan Emosional: 

Perasaan iri hati yang berlebihan dapat mengganggu kesejahteraan emosional secara umum. Lansia mungkin merasa cemas, sedih, atau marah secara terus-menerus.

πŸ™ Perubahan Dalam Pola Pikir dan Perilaku:

Lansia yang merasakan perasaan iri hati yang mengganggu kesejahteraan mereka mungkin mengalami perubahan dalam pola pikir dan perilaku mereka. Ini bisa mencakup isolasi sosial, perilaku curiga terhadap orang lain, atau penurunan minat terhadap aktivitas yang biasanya mereka nikmati.

πŸ™ Gangguan Terhadap Hubungan Sosial: 

Perasaan iri hati yang kuat dapat mengganggu hubungan sosial lansia dengan orang lain. Mereka mungkin merasa sulit untuk merasa senang atau bahagia atas keberhasilan orang lain dan menghindari situasi-situasi yang melibatkan perbandingan.

πŸ™ Pengaruh Terhadap Kesehatan Fisik: 

Stres yang diakibatkan oleh perasaan iri hati yang berlebihan dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan fisik lansia, termasuk tidur yang terganggu, peningkatan tekanan darah, dan masalah kesehatan lainnya.

       Meskipun perasaan iri hati (envy) mungkin tidak sepenuhnya dapat "disembuhkan" dalam arti tradisional, ada beberapa strategi dan pendekatan yang dapat membantu lansia mengatasi perasaan ini dan meningkatkan kesejahteraan mereka. 

Beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengelola perasaan iri hati pada lansia:

😭 Pengakuan dan Penerimaan: 

Pertama-tama, penting untuk mengenali dan mengakui perasaan iri hati. Tidak ada yang salah dengan merasakannya, tetapi mengakui perasaan ini adalah langkah pertama dalam mengatasi mereka.

😭 Introspeksi: 

Lansia dapat merenung tentang akar perasaan iri hati dan mencoba memahami mengapa mereka merasa seperti itu. Ini bisa membantu dalam mengidentifikasi faktor pemicu dan mengatasi penyebabnya.

Lansia merenung tentang akar perasaan iri hati.
(Sumber: foto canva.com)

😭 Pusatkan Perhatian pada Diri Sendiri:

 Alihkan perhatian dari perbandingan dengan orang lain ke diri sendiri. Fokus pada pencapaian, kebahagiaan, dan tujuan pribadi dapat membantu mengurangi perasaan iri hati.

😭 Praktik Rasa Syukur: 

Berlatih menghargai hal-hal yang dimiliki dan merasa bersyukur atas pencapaian dan pengalaman pribadi dapat membantu mengurangi perasaan iri hati.

😭 Jaga Diri Sendiri:

 Lansia harus merawat diri mereka sendiri dengan baik. Ini termasuk menjaga kesehatan fisik dan mental, beristirahat yang cukup, dan berpartisipasi dalam aktivitas yang memberikan rasa pencapaian dan kebahagiaan.

😭 Hindari Perbandingan yang Merugikan:

Hindari terlalu banyak membandingkan diri dengan orang lain, terutama jika hal itu hanya meningkatkan perasaan iri hati. Fokus pada perjalanan dan pencapaian pribadi.

😭 Terlibat dalam Aktivitas Sosial:

Mengikuti kegiatan sosial atau bergabung dalam kelompok yang memiliki minat yang sama dapat membantu mengurangi perasaan isolasi dan meningkatkan rasa koneksi sosial.

😭 Berbicara dengan Seseorang:

Berbicara dengan teman, anggota keluarga, atau profesional kesehatan mental dapat memberikan wadah untuk berbicara tentang perasaan iri hati dan mendapatkan perspektif yang lebih luas.

😭 Mengembangkan Rasa Penerimaan Diri: 

Lansia bisa bekerja pada meningkatkan harga diri dan menerima diri mereka apa adanya. Ini dapat membantu mengurangi kebutuhan untuk membandingkan diri dengan orang lain.

😭 Berkembang dalam Hal-Hal yang Disukai: 

Lansia dapat mengidentifikasi hobi, minat, atau aktivitas yang mereka nikmati dan fokus pada pengembangan diri dalam bidang ini.

😭 Terapi atau Konseling:

 Jika perasaan iri hati sangat kuat dan mengganggu kesejahteraan lansia, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental. Terapis atau konselor dapat memberikan dukungan, alat, dan strategi yang lebih efektif dalam mengatasi perasaan ini.

       πŸ’¬Setiap orang memiliki perjalanan yang unik dalam mengatasi perasaan iri hati, dan tidak ada solusi tunggal yang cocok untuk semua orang. Penting untuk menemukan pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan situasi masing-masing individu.

Religiusitas, atau keterlibatan dalam praktik agama dan spiritualitas, dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan mental dan emosional individu, termasuk lansia. Bagi beberapa orang, aspek religiusitas dapat membantu mengatasi perasaan iri hati atau envy. 

Beberapa cara di mana religiusitas dapat berkontribusi dalam mengatasi perasaan iri hati pada lansia:

πŸ‘³ Pemberian Makna:

Religiusitas sering kali memberikan kerangka kerja makna dan tujuan dalam hidup. Ini dapat membantu lansia merasa lebih puas dengan pencapaian mereka dan lebih sedikit membandingkan diri dengan orang lain.

πŸ‘³ Mengembangkan Empati dan Kemurahan Hati:

Prinsip-prinsip religiusitas sering mendorong kemurahan hati, empati, dan perdamaian dalam hubungan dengan orang lain. Ini dapat membantu lansia merasa lebih baik tentang kesuksesan atau kebahagiaan orang lain, daripada merasa iri.

πŸ‘³ Mengurangi Fokus pada Materialisme: 

Religiusitas sering mengajarkan bahwa nilai-nilai material tidak selalu merupakan fokus utama dalam hidup. Ini dapat membantu mengurangi dorongan untuk membandingkan diri dengan orang lain berdasarkan materi atau pencapaian material.

πŸ‘³ Memberikan Dukungan Sosial: 

Lingkungan agama dapat memberikan dukungan sosial yang positif dan hubungan yang membangun, yang dapat membantu mengurangi perasaan isolasi dan kesepian yang dapat memicu perasaan iri hati.

πŸ‘³ Menemukan Ketenangan dan Penerimaan:

Praktik meditasi, doa, atau refleksi spiritual dapat membantu lansia menemukan kedamaian dalam diri mereka dan menerima diri mereka apa adanya, mengurangi kebutuhan untuk membandingkan diri dengan orang lain.

       πŸ’­Tidak semua individu memiliki koneksi yang kuat antara religiusitas dan pengelolaan perasaan iri hati. Beberapa orang mungkin masih mengalami perasaan iri hati meskipun memiliki keyakinan agama yang kuat. Selain itu, dampak religiusitas pada perasaan iri hati juga dapat bervariasi dalam konteks budaya dan keyakinan agama yang berbeda.

Jika seseorang merasa bahwa perasaan iri hati sangat mengganggu kesejahteraan mereka, terlepas dari tingkat religiusitas mereka, penting untuk mencari dukungan dari berbagai sumber, termasuk mungkin terapis atau konselor yang dapat membantu mengatasi perasaan ini dengan berbagai pendekatan.





Sumber:

https://www.minnpost.com/second-opinion/2015/12/how-much-we-envy-others-and-what-we-envy-changes-age-study-finds/

https://www.medicaldaily.com/young-people-more-envious-older-people-perk-aging-or-generational-difference-360578

https://www.theatlantic.com/family/archive/2022/10/envy-happiness-social-media/671786/

https://en.wikipedia.org/wiki/Envy

No comments:

Post a Comment