Krisis eksistensial, menurut definisi, mengacu pada kumpulan perasaan dan pertanyaan yang harus kita lakukan dengan makna dan tujuan hidup kita.
Dalam psikologi dan psikoterapi , istilah "krisis eksistensial" mengacu pada suatu bentuk konflik batin. Hal ini ditandai dengan kesan bahwa hidup kurang bermakna dan disertai berbagai pengalaman negatif , seperti stres , kecemasan , keputusasaan, dan depresi .
Perasaan kecemasan eksistensial adalah normal, dan setiap orang mengalaminya sampai taraf tertentu dalam hidup mereka.
Pertanyaan-pertanyaan makna dan tujuan hidup, tidak mudah ditemukan jawabannya, dan ini dapat membuat kita merasa stagnan. Kita merasa tidak yakin bagaimana harus menanggapi atau ke mana harus pergi, dan itu bahkan dapat berdampak negatif pada hidup kita jika perasaan ini terus berlanjut atau memburuk.
Umumnya krisis eksistensial dapat terjadi pada siapa saja, dan tidak ada batasan dalam hal usia atau jenis kelamin. Setiap orang dapat mengalami krisis eksistensial di beberapa titik kejadian.
Krisis eksistensial sering terjadi setelah peristiwa besar dalam hidup, seperti:
- Perubahan karier, pekerjaan, dan pensiun.
- Kematian orang yang dicintai
- Diagnosis penyakit serius atau yang mengancam jiwa
- Memasuki kategori usia yang signifikan, seperti 40, 50, atau 65
- Mengalami pengalaman tragis atau traumatis
- Memiliki anak
- Pernikahan atau perceraian
Terjadi setiap kali pada kita, sebagai manusia dihadapkan pada keadaan, perubahan, atau transisi dalam hidup kita yang sulit untuk diadaptasi , atau yang membuat kita bertanya-tanya apakah ini arah yang kita inginkan dalam hidup. Apakah transisi ini diharapkan atau tidak, kita mungkin merasa memiliki keterbatasan yang membuat kita mempertanyakan arah yang diambil hidup kita.
|
Krisis eksistensial pada lansia bermuara pada pertanyaan mendasar siapakah saya dan apa tujuan hidup saya? (Sumber: foto pens 49 ceria)
|
Perubahan kehidupan yang terjadi pada lansia, seperti pensiun, kesehatan yang menurun, atau kehilangan orang yang dicintai mungkin termasuk yang sulit untuk diadaptasi, sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan mengenai makna dan tujuan hidup.
Pemikiran ini biasanya bermuara pada dua pertanyaan mendasar: Siapakah saya dan apa tujuan hidup saya? Krisis eksistensial juga dapat berputar di sekitar pertanyaan tentang warisan Anda dan aspek lain dalam hidup Anda, terutama seiring bertambahnya usia.
Lansia yang ragu atau tidak memiliki makna dan tujuan hidup mungkin menunjukkan beberapa ciri, antara lain :
😳 Perasaan Kehampaan:
Lansia yang tidak memiliki makna dan tujuan hidup mungkin merasa kehampaan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat merasa tidak ada arah yang jelas atau tujuan yang ingin dicapai.
|
Tanpa makna dan tujuan hidup lansia merasa hampa (Sumber: foto canva.com) |
😳 Kehilangan Minat pada Aktivitas:
Jika lansia kehilangan minat pada aktivitas yang mereka nikmati sebelumnya, ini bisa menjadi tanda bahwa mereka merasa kehilangan makna dalam hidup.
😳 Isolasi Sosial:
Lansia yang merasa tidak memiliki makna hidup cenderung menarik diri dari interaksi sosial dan mengalami isolasi. Mereka mungkin merasa sulit untuk terhubung dengan orang lain.
😳 Perasaan Putus Asa:
Rasa putus asa atau keputusasaan bisa muncul jika lansia merasa tidak memiliki tujuan yang jelas dalam hidup.
😳 Kurangnya Keterlibatan dalam Kegiatan:
Lansia yang tidak memiliki makna hidup mungkin menunjukkan kurangnya keterlibatan dalam kegiatan sehari-hari atau aktivitas yang bermanfaat.
😳 Perubahan dalam Pola Makan atau Tidur:
Ketidakmampuan untuk menemukan makna hidup bisa menyebabkan perubahan dalam pola makan atau tidur, seperti kehilangan nafsu makan atau tidur yang terganggu.
😳 Perasaan Tidak Berharga:
Lansia yang merasa tidak memiliki makna hidup mungkin merasa tidak berharga atau merasa bahwa keberadaan mereka tidak memberikan dampak positif pada dunia sekitar.
😳 Kurangnya Rasa Kepuasan dalam Hidup:
Jika lansia merasa tidak puas dengan kehidupan mereka secara keseluruhan, ini bisa menandakan kurangnya makna dan tujuan hidup.
😳 Kekhawatiran terus-menerus:
Terus dibayangi pikiran dan depresi eksistensial yang tidak dapat dihilangkan selama kehidupan sehari-hari. Mungkin terasa seolah-olah setiap kali meskipun Anda tidak terganggu oleh sesuatu, pikiran Anda cenderung mempertanyakan hal yang sama dan memiliki pemikiran yang sama.
😳 Merasa tersesat dan lepas kendali:
Ketika kita kehilangan kontak dengan nilai dan tujuan kita, kita sering merasa kehilangan kontak dengan diri kita sendiri, seolah-olah kita berada di ruangan gelap dan tidak dapat menemukan tombol lampu.
Beberapa penyakit yang mungkin timbul akibat kurangnya makna dan tujuan hidup, antara lain:
😪 Depresi dan Kecemasan:
Kurangnya makna hidup dapat menyebabkan perasaan putus asa, sedih, dan kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya dinikmati, yang dapat berujung pada depresi atau gangguan kecemasan.
😪 Isolasi Sosial:
Lansia yang merasa tidak memiliki makna hidup cenderung menarik diri dari interaksi sosial dan mengalami isolasi, yang dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental dan fisik.
😪 Gangguan Tidur:
Ketidakmampuan untuk menemukan makna hidup bisa menyebabkan gangguan tidur, seperti insomnia atau tidur yang tidak nyenyak.
|
Lansia tanpa makna dan tujuan hidup memiliki gangguan tidur (Sumber: foto canva.com) |
😪 Kurangnya Motivasi untuk Hidup Sehat:
Kurangnya makna hidup dapat membuat lansia kurang termotivasi untuk menjaga kesehatan fisik, seperti pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik.
😪 Penurunan Fungsi Kognitif:
Kurangnya stimulus mental dan emosional akibat tidak memiliki makna hidup yang jelas dapat berdampak pada penurunan fungsi kognitif dan memori.
😪 Peningkatan Risiko Penyakit Jantung:
Stres dan kecemasan akibat kurangnya makna hidup dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan risiko penyakit jantung.
😪 Penurunan Kualitas Hidup:
Kurangnya makna dan tujuan hidup dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan dan membuat lansia merasa tidak puas dengan kehidupan mereka.
😪 Penyalahgunaan Zat:
Beberapa lansia mungkin mengatasi perasaan kosong atau kehilangan makna dengan menggunakan obat-obatan atau alkohol, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius.
Beberapa aspek yang dapat membantu lansia memahami makna dan tujuan hidup antara lain:
👉 Pentingnya Merenung:
Lansia dapat merenung tentang pengalaman hidup yang telah dilewati, prestasi, kegagalan, dan hubungan dengan orang lain. Melalui refleksi ini, mereka dapat memperoleh wawasan tentang apa yang telah mereka capai dan apa yang ingin mereka capai selanjutnya. Pendalaman agama untuk mencari makna dan tujuan hidup penting dilakukan agar keyakinan yang sudah dimiliki tidak goyah.
👉 Memahami Nilai-nilai Dalam Hidup:
Lansia dapat menilai nilai-nilai inti yang paling penting bagi mereka. Misalnya, nilai keluarga, persahabatan, kepedulian sosial, spiritualitas, atau kesempatan untuk terus belajar dan berkembang.
👉 Mengambil Peran sebagai Penasihat:
Lansia sering memiliki kekayaan pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga. Mereka bisa memahami bahwa menjadi penasihat atau mentor bagi generasi yang lebih muda dapat memberikan rasa pemenuhan dan tujuan baru dalam hidup. Memberi nasehat kepada anak, cucu, cicit dan keluarga besar penting dilakukan agar hidup bermakna untuk keluarga besar.
👉 Meneruskan Warisan:
Lansia bisa merasa memiliki tanggung jawab untuk meneruskan nilai-nilai, tradisi, dan warisan budaya kepada generasi mendatang. Ini bisa menjadi tujuan hidup yang kuat untuk memastikan bahwa nilai-nilai tersebut tetap hidup. Kegiatan berkumpul keluarga besar memperkuat pewarisan nilai-nilai, tradisi dan praktik baik yang dimiliki lansia berdasarkan pengalamannya.
|
Lansia meneruskan nilai-nilai, tradisi, dan warisan budaya kepada generasi mendatang. (Sumber: foto paguyuban pengawas purna) |
👉 Membangun Hubungan yang Bermakna:
Mencari dan memelihara hubungan yang bermakna dengan keluarga, teman, dan masyarakat dapat memberikan rasa tujuan dan kebahagiaan dalam hidup lansia.
👉 Menghadapi Tantangan dengan Bijaksana:
Hidup selalu penuh dengan tantangan, terutama di usia lanjut. Lansia dapat mencari cara untuk menghadapi dan mengatasi tantangan ini dengan bijaksana, menemukan kekuatan dalam diri mereka untuk tetap tegar dan berdaya.
👉 Menjaga Kesehatan dan Kualitas Hidup:
Lansia dapat menetapkan tujuan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental mereka, memastikan mereka dapat menikmati kualitas hidup yang lebih baik selama sisa hidup mereka.
Makna dan tujuan hidup adalah hal yang sangat individual dan bervariasi dari satu orang ke orang lain. Tidak ada jawaban "benar" atau "salah" dalam mencari makna hidup. Hal ini tergantung pada nilai-nilai, minat, dan aspirasi pribadi masing-masing individu. Mengenali dan menghargai nilai-nilai ini adalah kunci untuk merasa terpenuhi dan bahagia di usia lanjut.
Sumber:
No comments:
Post a Comment