Wednesday 23 August 2023

Perasaan Kehilangan Akibat Kematian, Berdampak Krisis Emosional

       Kehilangan orang yang dicintai adalah peristiwa yang paling menegangkan dalam hidup dan dapat menyebabkan krisis emosional yang besar. Setelah kematian seseorang yang dicintai, Ada perasaan  kehilangan yang luar biasa.

Berdukacita adalah ekspresi lahiriah dari kehilangan. Kesedihan cenderung diungkapkan secara fisik, emosional, dan psikologis. Misalnya, menangis adalah ekspresi fisik, sedangkan depresi adalah ekspresi psikologis. Sangat penting untuk membiarkan diri mengekspresikan perasaan ini. Sering kali, kematian adalah subjek yang dihindari, diabaikan atau ditolak. Pada awalnya mungkin terlihat membantu untuk memisahkan diri dari rasa sakit, tetapi Anda tidak dapat menghindari kesedihan selamanya. Suatu hari perasaan itu perlu diselesaikan atau dapat menyebabkan penyakit fisik atau emosional.

Berdukacita ekspresi lahiriah dari kehilangan
(Sumber: paguyuban pensiun 209)

Orang lanjut usia mungkin sangat rentan ketika mereka kehilangan pasangan karena itu berarti kehilangan pengalaman bersama seumur hidup. Perasaan kehilangan dapat diperparah dengan kematian teman dekat.

⛳Pemahaman kesedihan setelah kehilangan: 

  1. Kesedihan bukanlah suatu keadaan, melainkan suatu proses. 
  2. Proses berduka biasanya berlangsung secara tiba-tiba, dengan perhatian beralih ke dan dari realitas kematian yang menyakitkan. 
  3. Spektrum gangguan kesedihan emosional, kognitif, sosial, dan perilaku sangat luas, mulai dari perubahan yang hampir tidak terlihat hingga penderitaan dan disfungsi yang mendalam.
  4. Bagi kebanyakan orang kesedihan tidak pernah selesai sepenuhnya. 
  5. Kesedihan bukan hanya tentang perpisahan dari orang yang meninggal, tetapi tentang menemukan cara baru dan bermakna untuk melanjutkan hubungan dengan almarhum.
Lansia berdukacita ekspresi lahiriah dari kehilangan
(Sumber: foto canva.com)

Dalam bidang medis dan psikologis, istilah-istilah yang sering digunakan untuk mengacu pada kehilangan dan dukacita adalah sebagai berikut:

👉 Bereavement: 

Mengacu pada situasi di mana seseorang mengalami kehilangan seseorang yang dicintai, seperti pasangan, sahabat, atau anggota keluarga, yang biasanya disebabkan oleh kematian.

👉 Grief: 

Merujuk pada reaksi emosional, mental, dan fisik yang timbul sebagai akibat dari bereavement. Ini melibatkan berbagai perasaan seperti kesedihan, kehilangan minat, kebingungan, amarah, dan mungkin juga perubahan fisik dan kesehatan.

Pada lansia, proses bereavement dan grief bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor khusus, seperti dukungan sosial yang lebih terbatas, riwayat kehidupan yang lebih panjang, dan tantangan kesehatan yang mungkin ada. Dukungan dan pengertian dari keluarga, teman, serta dukungan kesehatan mental menjadi sangat penting dalam membantu lansia mengatasi bereavement dan grief dengan cara yang sehat.

Beberapa hal yang perlu dipahami tentang bereavement dan grief pada lansia: 

🎌 Dukungan Sosial Penting: 

Lansia sering memiliki jaringan sosial yang lebih kecil dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Oleh karena itu, dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas sangat penting dalam membantu mereka menghadapi kehilangan. Kehadiran dan perhatian dari orang-orang terdekat dapat membantu mengurangi rasa kesepian dan isolasi.

🎌 Respons yang Beragam: 

Respon terhadap kehilangan dapat bervariasi di antara individu lansia. Beberapa orang mungkin mengalami kesedihan yang mendalam dan kehilangan minat pada aktivitas sehari-hari, sementara yang lain dapat menunjukkan ketahanan yang lebih besar. Faktor-faktor seperti kesehatan fisik dan mental sebelumnya, dukungan sosial, dan jenis hubungan dengan orang yang meninggal dapat mempengaruhi bagaimana lansia merasakan grief.

🎌 Dampak Fisik dan Kesehatan:

Grief pada lansia dapat memiliki dampak fisik yang nyata, termasuk penurunan energi, gangguan tidur, penurunan nafsu makan, dan masalah kesehatan lainnya. Proses ini juga bisa memicu atau memperburuk kondisi medis yang sudah ada sebelumnya.

Grief pada lansia dapat menjadi gangguan tidur
(Sumber: foto canva.com)

🎌 Kemungkinan Depresi dan Kecemasan: 

Grief yang berkepanjangan atau parah pada lansia dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi dan kecemasan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengamati perubahan perilaku atau suasana hati yang ekstrem dan mendapatkan bantuan profesional jika diperlukan.

🎌 Pentingnya Mendukung Proses Trauma: 

Lansia mungkin telah mengalami banyak peristiwa dan kehilangan dalam hidup mereka. Kehilangan yang terjadi pada tahap lanjut kehidupan mereka bisa memicu ingatan dan emosi terhadap kehilangan sebelumnya. Dalam beberapa kasus, ini bisa menjadi tantangan ekstra dalam menghadapi grief.

🎌 Upaya Penanganan yang Sehat: 

Lansia perlu diarahkan untuk menghadapi grief secara sehat. Ini mungkin melibatkan berbicara dengan ahli terapi atau konselor yang berpengalaman dalam membantu orang tua. Terkadang, kelompok dukungan juga dapat memberikan ruang bagi lansia untuk berbagi pengalaman dan emosi mereka dengan orang lain yang mengalami hal serupa.

🎌 Proses Penerimaan dan Penyesuaian: 

Seperti pada semua usia, lansia juga akan melewati tahap-tahap grief yang umum, seperti penolakan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan akhirnya penerimaan. Penting untuk memberi mereka waktu untuk melalui setiap tahap ini dengan dukungan dan pengertian.

       Ingatlah bahwa setiap individu memiliki pengalaman bereavement dan grief yang unik. Ketika membantu lansia mengatasi kehilangan, kepekaan, kesabaran, dan pengertian sangat penting.

Lansia yang mengalami bereavement dan grief dapat menunjukkan berbagai ciri-ciri atau gejala yang mengindikasikan adanya perasaan kehilangan dan proses berduka, antara lain :

😥 Ekspresi Emosional:

  • Kesedihan mendalam dan terus-menerus.
  • Kegelisahan, cemas, dan perasaan tidak aman.
  • Mood yang fluktuatif, seperti merasa senang dan tiba-tiba beralih menjadi sedih.
  • Perasaan kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati.

😥 Fisik dan Kesehatan:

  • Gangguan tidur, seperti kesulitan tidur atau tidur berlebihan.
  • Gangguan nafsu makan, seperti kehilangan selera makan atau makan berlebihan.
  • Penurunan energi dan kelelahan yang berlebihan.
  • Gejala fisik seperti sakit kepala, nyeri tubuh, dan masalah pencernaan.

😥 Pikiran dan Perilaku:

  • Pikiran mengenai orang yang meninggal secara berlebihan.
  • Pencarian makna atas kehilangan dan kematian.
  • Kesulitan berkonsentrasi dan mengingat hal-hal.
  • Isolasi sosial atau penarikan diri dari aktivitas dan hubungan sosial.

😥 Reaksi Spiritual dan Filosofis:

  • Pertanyaan tentang arti hidup dan kematian.
  • Pencarian dukungan dari keyakinan spiritual atau agama.

😥 Fase Berduka:

Lansia yang mengalami grief akan mengalami berbagai fase berduka seperti penyangkalan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan akhirnya penerimaan.

Lansia mengalami berbagai fase berduka
(Sumber: foto canva.com)

😥 Kesehatan Mental:

Kemungkinan adanya gejala depresi, kecemasan, atau stres pascatrauma yang lebih berat.

Potensi untuk mengalami komplikasi kesehatan mental yang memerlukan perhatian profesional.

😥 Perubahan Fisik dan Kesehatan yang Ada:

  • Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya dapat memburuk atau memicu oleh grief.
  • Tantangan dalam Penyesuaian:
  • Mungkin ada kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dalam rutinitas sehari-hari akibat kehilangan.

  ðŸ˜¥ Respons terhadap Peristiwa yang Lebih Awal:

Lansia mungkin merasakan keterkaitan emosional dengan kehilangan sebelumnya dalam hidup mereka, yang dapat mempengaruhi cara mereka merespons bereavement dan grief saat ini.

       Ternyata, bereavement (kehilangan) adalah bagian alami dari hidup, dan pada akhirnya, semua orang akan menghadapinya, termasuk lansia. 

Beberapa langkah untuk membantu lansia menghadapi bereavement dan grief dengan lebih baik, serta meringankan dampaknya:

👪 Membangun Jaringan Sosial: 

Membantu lansia membangun dan mempertahankan hubungan sosial yang kuat dengan keluarga, teman, dan komunitas dapat memberikan dukungan yang lebih baik saat mereka menghadapi kehilangan. Jaringan sosial yang kuat dapat memberikan rasa keterhubungan dan mengurangi isolasi.

👪 Promosikan Kesehatan Mental dan Fisik: 

Menggalakkan gaya hidup sehat, termasuk olahraga rutin, nutrisi yang tepat, tidur yang cukup, dan aktivitas yang bermanfaat secara mental, dapat membantu lansia dalam menjaga kesehatan fisik dan mental mereka. Kesehatan yang baik bisa membantu mereka lebih tangguh dalam menghadapi stres dan tantangan, termasuk bereavement.

👪 Ajarkan Strategi Mengatasi Stres: 

Memberikan lansia alat-alat untuk mengatasi stres sehari-hari, seperti teknik pernapasan, meditasi, yoga, atau hobi yang bermanfaat, dapat membantu mereka mengembangkan ketahanan terhadap situasi yang sulit, termasuk bereavement.

👪 Berbicara Terbuka tentang Kematian: 

Membuka dialog terbuka tentang kematian sebagai bagian normal dari hidup dapat membantu lansia memahami dan menghadapi realitas ini. Ini juga bisa membantu mereka merencanakan kehendak terakhir mereka dan membicarakan keinginan mereka terkait perawatan medis dan akhir hidup.

👪 Mengajak untuk Bersosialisasi: 

Mendorong lansia untuk tetap aktif secara sosial dan terlibat dalam aktivitas-aktivitas yang mereka nikmati dapat membantu mengalihkan perhatian mereka dari perasaan kesedihan. Hal ini juga membantu mereka menjaga hubungan dan keterlibatan dengan dunia di sekitar mereka.

👪 Menciptakan Kenangan Positif: 

Bantu lansia menciptakan kenangan positif bersama orang-orang yang mereka cintai. Ini bisa meliputi menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita, dan merayakan momen penting bersama.

👪 Dukungan Profesional: 

Jika Anda melihat tanda-tanda lansia mengalami kesulitan dalam mengatasi grief atau memiliki sejarah kesehatan mental yang kompleks, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental. Terapis atau konselor berpengalaman dapat membantu mereka mengatasi emosi yang kompleks.

👪 Rencanakan Dukungan Pascakehilangan: 

Setelah kehilangan terjadi, pastikan ada dukungan yang tersedia untuk lansia. Ini bisa termasuk dukungan keluarga, teman, atau kelompok berduka yang sesuai.

👪 Jaga Komunikasi: 

Pertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur dengan lansia mengenai perasaan mereka terkait kehilangan dan bagaimana mereka menghadapinya. Jangan ragu untuk bertanya bagaimana Anda dapat membantu.

👪 Tetap Fleksibel: 

Setiap orang mengatasi grief dengan cara yang berbeda. Ingatlah bahwa lansia juga memiliki cara unik untuk mengatasi bereavement, dan bisa jadi mereka hanya perlu ruang untuk merasakannya.

       Penting untuk diingat bahwa mencegah bereavement dan grief sepenuhnya tidak mungkin, karena itu adalah bagian dari kehidupan manusia. Namun, dengan dukungan dan persiapan yang tepat, lansia bisa belajar menghadapi kehilangan dengan lebih baik dan lebih kuat.








Sumber:

https://www.mhanational.org/bereavement-and-grief

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2691160/

https://www.nhs.uk/mental-health/feelings-symptoms-behaviours/feelings-and-symptoms/grief-bereavement-loss/

https://en.wikipedia.org/wiki/Grief


No comments:

Post a Comment