Friday, 11 August 2023

Lansia Pindah Rumah, Kesepian Dapat Membunuh

        Kesepian bukan masalah yang dapat disepelekan. Kesepian membuat seseorang merasa tertekan karena seolah memikul seluruh bebannya seorang diri. Hal tersebut meningkatkan risiko depresi, dan tidak jarang mendorong pada tindakan-tindakan berbahaya seperti perilaku maladaptasi (penyesuaian diri yang buruk) sampai bunuh diri.

Orang lanjut usia sangat rentan terhadap kesepian dan isolasi sosial yang dapat berdampak serius pada kesehatan. Perasaan terisolasi tersebut muncul karena tidak adanya teman atau relasi sosial yang berkualitas di sisi mereka. Akibatnya, individu dengan kesepian tidak mampu memenuhi kebutuhan cinta dan rasa memiliki. 

Berdasarkan data WHO, isolasi sosial dan kesepian tersebar luas, dengan beberapa negara melaporkan bahwa satu dari tiga orang lanjut usia merasa kesepian. Sejumlah besar penelitian menunjukkan bahwa isolasi sosial dan kesepian berdampak serius pada umur panjang, kesehatan fisik dan mental, serta kualitas hidup lansia.

Interaksi sosial dengan lingkungan menjauhkan lansia
dari perasaan kesepian (Sumber: foto pens 49 ceria)

"Kesepian bertindak sebagai pupuk bagi penyakit lain,”  menurut Steve Cole, Ph.D., direktur Laboratorium Inti Genomik Sosial di Universitas California, Los Angeles.  

Perasaan kesepian pada lansia dalam istilah medis disebut geriatric loneliness atau elderly loneliness. Istilah ini digunakan untuk merujuk pada kesepian yang dialami oleh orang lanjut usia.

Banyak yang menjadi  pemicu munculnya perasaan kesepian, adanya perubahan lingkungan, seperti pindah rumah, dirawat di rumah sakit atau masuk ke panti jompo.

Lansia yang pindah rumah karena mencari tempat yang tenang dan jauh dari kebisingan, ikut anak-menantu, atau tinggal di panti jompo. Sering kali muncul perasaan kesepian dan isolasi karena kurang mampu beradaptasi.

Kesepian sering kali, mempengaruhi kesehatan fisik dan mental lansia, dan merupakan masalah kesehatan yang penting untuk diperhatikan dalam perawatan dan memberikan dukungan bagi orang lanjut usia. 

Risiko Kesehatan yang Timbul dari Kesepian.

Ada bukti kuat bahwa banyak orang dewasa berusia 50 tahun ke atas terisolasi secara sosial atau kesepian yang dapat membahayakan kesehatan mereka, studi terbaru menemukan bahwa:

  1. Isolasi sosial secara signifikan meningkatkan risiko kematian dini seseorang dari semua penyebab, risiko yang dapat menyaingi risiko merokok, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik.
  2. Isolasi sosial dikaitkan dengan sekitar 50% peningkatan risiko demensia. 
  3. Hubungan sosial yang buruk (ditandai dengan isolasi sosial atau kesepian) dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung sebesar 29% dan peningkatan risiko stroke sebesar 32%. 
  4. Kesepian dikaitkan dengan tingkat depresi, kecemasan, dan bunuh diri yang lebih tinggi.
  5. Kesepian di antara pasien gagal jantung dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian hampir 4 kali lipat, peningkatan risiko rawat inap sebesar 68%, dan peningkatan risiko kunjungan unit gawat darurat sebesar 57%. 

Oleh karena itu, penting untuk memahami dan mendukung lansia dalam mengatasi kesepian dengan memberikan dukungan sosial, kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan menjaga hubungan yang erat dengan keluarga dan teman-teman mereka.

Perasaan kesepian pada lansia (orang tua lanjut usia) sangat kompleks dan bervariasi tergantung pada individu dan situasi mereka. 

Lansia sering kali mengalami perasaan kesepian karena beberapa alasan berikut:

😭 Kehilangan Pasangan: 

Banyak lansia mengalami kesepian karena kehilangan pasangan hidup mereka. Setelah hidup bersama selama bertahun-tahun, kematian pasangan bisa menyebabkan perasaan kekosongan dan kesepian yang mendalam.

Lansia sangat rentan terhadap kesepian dan isolasi sosial
(Sumber: foto canva.com)

😭 Kurangnya Interaksi Sosial: 

Lansia mungkin mengalami kesulitan dalam menjaga interaksi sosial karena keterbatasan fisik atau mobilitas, yang menyebabkan rasa terisolasi dan kesepian.

😭 Jarak dengan Keluarga dan Teman:

Beberapa lansia tinggal jauh dari keluarga dan teman-teman terdekat mereka, menyebabkan kurangnya dukungan emosional dan interaksi sosial. Banyak pensiunan yang menjual rumah tempat asalnya hidup bertahun-tahun, dan membuat rumah yang jauh atau di kampung halamannya. Namun merasa kesepian dengan tempat yang baru, dan kembali lagi ke tempat semula.

Lansia tinggal jauh dari keluarga dan teman-teman
kurang dukungan emosional dan interaksi sosial.
(Sumber: foto canva.com)

😭 Penurunan Aktivitas: 

Ketika aktivitas fisik dan mental berkurang karena proses penuaan atau kondisi kesehatan, lansia mungkin merasa kesepian karena kurangnya keterlibatan dalam kegiatan sehari-hari.

😭 Hilangnya Peran Sosial:

Pensiun atau kehilangan peran sosial yang sebelumnya mereka miliki, seperti sebagai pekerja, orangtua, atau anggota masyarakat yang aktif, dapat menyebabkan perasaan kesepian dan kurangnya identitas.

😭 Perubahan Lingkungan: 

Pindah ke tempat tinggal baru, seperti panti jompo atau rumah perawatan, dapat menyebabkan perasaan kesepian karena beradaptasi dengan lingkungan yang tidak familier.

😭 Kondisi Kesehatan: 

Beberapa kondisi kesehatan tertentu, seperti demensia atau gangguan kognitif lainnya, dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, meningkatkan risiko kesepian.

          💬 Perasaan kesepian pada lansia tidak hanya mempengaruhi kesejahteraan mental mereka tetapi juga dapat berdampak negatif pada kesehatan fisik mereka.

Lansia yang mengalami perasaan kesepian biasanya menunjukkan beberapa ciri-ciri atau tanda-tanda tertentu. Namun, perlu diingat bahwa ciri-ciri ini tidak selalu berlaku untuk setiap individu, dan mungkin bervariasi tergantung pada situasi dan kepribadian masing-masing. 

Beberapa ciri lansia yang mengalami perasaan kesepian antara lain:

😕 Menarik Diri dari Interaksi Sosial:

Lansia yang kesepian cenderung menarik diri dari interaksi sosial. Mereka mungkin menghindari pertemuan sosial, acara keluarga, atau aktivitas komunitas yang sebelumnya mereka nikmati.

😕 Ekspresi Rasa Kehilangan:

Lansia yang kesepian sering kali menyampaikan perasaan kehilangan, kesepian, atau terisolasi ketika berbicara dengan orang lain.

Lansia kesepian sering menyampaikan perasaan kehilangan
(Sumber: foto canva.com)

😕 Rendahnya Semangat dan Energi:

Perasaan kesepian dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan rendahnya energi. Lansia yang kesepian mungkin terlihat lebih sedih atau kurang bersemangat.

😕 Kesulitan Tidur: 

Lansia yang merasa kesepian mungkin mengalami kesulitan tidur, seperti sulit tertidur, terbangun di tengah malam, atau tidur terlalu banyak.

😕 Menunjukkan Tanda-tanda Keterasingan:

Mereka mungkin menunjukkan tanda-tanda keterasingan, seperti menghabiskan banyak waktu sendirian, mengisolasi diri di rumah, atau menghindari kontak dengan orang lain.

😕 Penurunan Minat dan Aktivitas:

Perasaan kesepian dapat menyebabkan penurunan minat dalam kegiatan yang sebelumnya dinikmati. Mereka mungkin kehilangan minat dalam hobi, olahraga, atau acara sosial.

😕 Kondisi Fisik dan Kesehatan yang Memperburuk:

Lansia yang kesepian mungkin mengalami penurunan kesehatan fisik dan mental. Perasaan kesepian dapat berdampak negatif pada sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko penyakit fisik dan mental.

😕 Merasa Terlupakan atau Tidak Diinginkan: 

Lansia yang kesepian dapat merasa terlupakan atau tidak diinginkan oleh keluarga atau masyarakat sekitar. Memiliki karakter yang tidak disukai, misal: pemarah, galak, cerewet dan sebagainya.

Perasaan kesepian pada lansia dapat berhubungan dengan berbagai penyakit dan masalah kesehatan yang mendasari. 

Beberapa di antaranya adalah:

😱 Depresi: 

Depresi adalah gangguan suasana hati yang serius dan dapat menyebabkan perasaan kesepian yang mendalam. Lansia yang mengalami depresi cenderung merasa sedih, putus asa, kehilangan minat pada kegiatan sehari-hari, dan mengisolasi diri dari interaksi sosial.

😱 Gangguan Kognitif: 

Lansia dengan gangguan kognitif seperti demensia atau penyakit Alzheimer mungkin merasa kesepian karena kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.

Lansia merasa kesepian karena kesulitan berkomunikasi
dan berinteraksi (Sumber: foto canva.com)

😱 Kondisi Medis Kronis: 

Lansia dengan kondisi medis kronis seperti penyakit jantung, diabetes, atau arthritis mungkin menghadapi kesulitan dalam berpartisipasi dalam kegiatan sosial karena keterbatasan fisik atau kelelahan.

😱 Kehilangan Pasangan: 

Kehilangan pasangan hidup bisa menyebabkan perasaan kesepian yang mendalam pada lansia. Setelah hidup bersama selama bertahun-tahun, kehilangan pasangan bisa menyebabkan perasaan kekosongan dan isolasi sosial.

😱 Penurunan Mobilitas: 

Lansia yang mengalami penurunan mobilitas, misalnya karena masalah pada kaki atau punggung, mungkin mengalami kesulitan dalam bergerak dan berpartisipasi dalam aktivitas sosial, yang dapat menyebabkan perasaan kesepian.

😱 Kurangnya Dukungan Sosial: 

Kurangnya dukungan sosial dari keluarga, teman, atau masyarakat sekitar dapat meningkatkan risiko perasaan kesepian pada lansia.

😱 Isolasi Sosial: 

Lansia yang mengalami isolasi sosial, baik karena tinggal jauh dari keluarga dan teman-teman atau karena faktor lain, lebih mungkin merasa kesepian.

😱 Perubahan Lingkungan:  

Pindah ke tempat tinggal baru, seperti panti jompo atau rumah perawatan, dapat menyebabkan perasaan kesepian karena beradaptasi dengan lingkungan yang tidak familier.

            Perasaan kesepian dapat memiliki dampak buruk yang signifikan, terutama pada kesejahteraan fisik, mental, dan sosial individu yang mengalaminya. 

Beberapa dampak buruk perasaan kesepian:

💢 Masalah Kesehatan Mental:

Perasaan kesepian dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan mental, termasuk depresi, kecemasan, dan stres kronis. Lansia yang kesepian berisiko lebih tinggi mengalami depresi dan memiliki kualitas hidup yang lebih rendah.

💢 Penurunan Kognitif: 

Studi telah menunjukkan bahwa perasaan kesepian dapat berhubungan dengan penurunan kognitif pada lansia. Kondisi seperti demensia atau penyakit Alzheimer juga dapat memperburuk akibat perasaan kesepian.

💢 Penyakit Fisik:

Perasaan kesepian dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan meningkatkan risiko terkena berbagai penyakit, termasuk penyakit jantung, hipertensi, diabetes, dan gangguan kekebalan tubuh.

💢 Isolasi Sosial: 

Lansia yang merasa kesepian cenderung menarik diri dari interaksi sosial. Isolasi sosial dapat menyebabkan penurunan dukungan emosional dan sosial, meningkatkan risiko kesepian lebih lanjut, dan memperburuk masalah kesehatan mental.

💢 Kurangnya Motivasi dan Energi: 

Perasaan kesepian dapat mengurangi motivasi dan energi seseorang untuk berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari atau mengejar minat dan hobi.

💢 Kualitas Hidup yang Buruk: 

Lansia yang kesepian mungkin mengalami penurunan kualitas hidup karena merasa terasing dan tidak dihargai.

💢 Ketergantungan pada Narkotika atau Alkohol:

Beberapa lansia yang kesepian mungkin mencoba untuk mengatasi perasaan mereka dengan mengandalkan obat-obatan atau alkohol, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan tambahan.

💢 Kematian Dini: 

Beberapa penelitian telah menemukan korelasi antara perasaan kesepian yang kronis dengan risiko kematian dini pada lansia.

               Mengobati perasaan kesepian pada lansia melibatkan pendekatan yang komprehensif untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, emosional, dan mental mereka. 

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi perasaan kesepian pada lansia:

✌ Dukungan Sosial: 

Dukungan dari keluarga, teman, atau anggota masyarakat lainnya sangat penting dalam mengatasi perasaan kesepian. Melibatkan lansia dalam interaksi sosial yang positif dapat membantu mereka merasa lebih terhubung dengan orang lain.

✌ Aktivitas Sosial dan Komunitas: 

Mendorong lansia untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan komunitas dapat membantu mereka merasa lebih terlibat dan terhubung dengan orang lain. Misalnya, bergabung dengan klub sosial, program kegiatan lansia di daerah setempat, atau kelompok dukungan.

✌ Berbicara dan Mendengarkan: 

Mendengarkan perasaan dan pengalaman lansia dengan penuh perhatian dapat membantu mereka merasa didengar dan dihargai. Mengobrol dan berbagi cerita dengan orang lain juga dapat meningkatkan perasaan koneksi.

✌ Teknologi dan Media Sosial: 

Mengajari lansia untuk menggunakan teknologi dan media sosial dapat membantu mereka tetap terhubung dengan keluarga dan teman-teman, terutama jika jarak geografis menjadi kendala.

✌ Aktivitas Kreatif: 

Mendorong lansia untuk terlibat dalam aktivitas kreatif seperti seni, musik, atau menulis dapat memberikan rasa pencapaian dan kepuasan, serta menciptakan kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain yang memiliki minat serupa.

✌ Pendampingan dan Perawatan:

Jika lansia mengalami masalah kesehatan mental yang serius atau kondisi medis yang mempengaruhi perasaan kesepian, penting untuk mencari dukungan profesional dari tenaga medis atau profesional kesehatan mental.

✌ Perawatan Diri:

Mendorong lansia untuk menjaga pola makan yang sehat, berolahraga secara teratur, tidur cukup, dan melakukan kegiatan yang memberikan rasa kepuasan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

✌ Membantu dengan Mobilitas: 

Jika lansia mengalami keterbatasan mobilitas, memberikan bantuan dengan perawatan diri atau membantu mereka berpartisipasi dalam aktivitas sosial dapat membantu mengurangi perasaan kesepian.

               💭 Penting untuk diingat bahwa perasaan kesepian pada lansia adalah isu serius yang memerlukan perhatian dan dukungan. 

Memberikan dukungan sosial, menggalakkan partisipasi dalam kegiatan sosial, dan menjaga hubungan yang erat dengan keluarga dan teman-teman dapat membantu mengurangi perasaan kesepian dan meningkatkan kesejahteraan lansia. 

Jika perasaan kesepian dan masalah kesehatan mental menjadi signifikan, disarankan untuk mencari bantuan dari tenaga medis atau profesional kesehatan mental.

                                                       🎆 🎆 🎆



Sumber:

https://www.nhs.uk/mental-health/feelings-symptoms-behaviours/feelings-and-symptoms/feeling-lonely/

https://www.cdc.gov/aging/publications/features/lonely-older-adults.html

https://www.nia.nih.gov/news/social-isolation-loneliness-older-people-pose-health-risks

https://www.who.int/activities/reducing-social-isolation-and-loneliness-among-older-people

Thursday, 10 August 2023

Waspada Lansia Berkhayal, Penyakit Mental Delusi

 Delusi adalah keyakinan yang kuat dan tidak akurat tentang suatu hal atau situasi, bahkan ketika ada bukti yang jelas dan meyakinkan bahwa keyakinan tersebut salah. Delusi umumnya tidak dapat diubah oleh argumen logis atau bukti yang disajikan. Keyakinan ini bisa sangat tidak masuk akal atau tidak mungkin terjadi dalam kenyataan.

Khayalan aneh, meskipun sesuatu yang tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan nyata, seperti kloning oleh makhluk angkasa luar. Seseorang yang memiliki pemikiran seperti itu mungkin dianggap delusi dengan delusi tipe aneh.

Bahasa medis untuk gangguan delusi pada lansia adalah Late-Life Delusional Disorder atau Delusional Disorder, Late-Onset.  Ini merujuk pada kondisi di mana lansia mengalami delusi yang merupakan keyakinan yang salah dan tidak dapat diubah tentang suatu hal atau situasi, yang bertahan untuk jangka waktu yang signifikan.

Lansia sedang berkostum era kemerdekaan dengan khayalannya
ini bukan delusi, mereka merayakan kemerdekaan RI ke- 78
(Sumber: foto pens 49 ceria)
Gejala awal gangguan delusi dapat meliputi:

  • Perasaan dieksploitasi.
  • Preokupasi (isi pikiran yang tertuju pada sebuah ide, biasanya berkaitan dengan emosi yang sangat kuat) dengan kesetiaan atau kepercayaan teman.
  • Kecenderungan untuk membaca makna yang mengancam menjadi ucapan atau peristiwa yang tidak berbahaya.
  • Terus-menerus menyimpan dendam.
  • Kesiapan untuk menanggapi dan bereaksi terhadap penghinaan yang dirasakan.
Lansia berkhayal dikloning oleh makhluk angkasa luar
(Sumber: foto canva.com)

Gejala delusi pada lansia dapat bervariasi tergantung pada jenis delusi yang dialami. Berikut beberapa contoh gejala delusi yang mungkin muncul pada lansia:

👹 Delusi Paranoid: 

Lansia dengan delusi paranoid mungkin merasa bahwa orang lain sedang merencanakan sesuatu yang buruk terhadap mereka, seperti mengintai atau merugikan mereka. Mereka bisa merasa dikhianati atau diawasi.

👹 Delusi Kehormatan atau Keagungan (megalomania): 

Lansia mungkin memiliki keyakinan yang tidak realistis tentang kemampuan atau kebesaran mereka. Mereka bisa merasa memiliki kekuatan istimewa, hubungan dengan tokoh terkenal, atau memiliki peran penting dalam peristiwa dunia.

Lansia mungkin memiliki keyakinan yang tidak realistis
tentang kemampuan (Sumber: foto canva.com)

👹 Delusi Jejak: 

Ini melibatkan keyakinan bahwa orang-orang atau tanda-tanda tertentu memberikan pesan rahasia atau kode kepada individu yang mengalami delusi. Mereka mungkin merasa bahwa acara atau kata-kata tertentu memiliki makna khusus yang hanya mereka yang memahami.

👹 Delusi Somatik: 

Lansia dengan delusi somatik mungkin yakin bahwa mereka memiliki masalah kesehatan serius, meskipun bukti medis menyatakan sebaliknya. Mereka mungkin merasa sakit atau merasa ada masalah dalam tubuh mereka yang sebenarnya tidak ada.

👹 Delusi Bersalah atau Delusi Kejahatan:

Ini melibatkan keyakinan yang tidak benar bahwa individu telah melakukan tindakan kejahatan atau dosa yang berat. Mereka mungkin merasa sangat bersalah atau takut mendapat hukuman karena tindakan yang mereka klaim lakukan.

👹 Delusi Percintaan (erotomania): 

Lansia bisa memiliki keyakinan yang tidak realistis tentang hubungan romantis dengan seseorang yang tidak mungkin atau tidak realistis. Mereka mungkin merasa yakin bahwa seseorang yang jauh lebih muda atau tidak tertarik pada mereka, memiliki perasaan romantis terhadap mereka.

👹 Delusi Pencemburu :

Khayalan bahwa pasangannya,  seseorang  yang tidak setia padahal itu tidak benar. Pasien dapat mengikuti pasangan, memeriksa pesan teks, email, panggilan telepon, dll. Dalam upaya untuk menemukan "bukti" perselingkuhan.

👹 Delusi Referensial:

Ini melibatkan keyakinan bahwa peristiwa atau objek yang sebenarnya tidak berhubungan dengan individu, memiliki makna pribadi khusus untuk mereka. Mereka mungkin merasa bahwa tanda-tanda atau peristiwa tertentu ditujukan kepada mereka secara khusus.

👹 Delusi Kontrol: 

Lansia dengan delusi kontrol mungkin merasa bahwa pikiran atau tindakan mereka dikendalikan oleh kekuatan eksternal atau pikiran dari orang lain.

           💬 Penting untuk diingat bahwa gejala delusi pada lansia bisa sangat mengganggu dan mempengaruhi kualitas hidup mereka.

Penyebab penyakit delusi pada lansia tidak selalu dapat diidentifikasi dengan pasti, tetapi ada beberapa faktor yang bisa memainkan peran dalam perkembangan delusi pada populasi lansia.

Beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap terjadinya penyakit delusi pada lansia meliputi:

👺 Perubahan Neuropatologis:

Perubahan dalam struktur dan fungsi otak yang terkait dengan penuaan dan penyakit neurodegeneratif seperti demensia dan penyakit Alzheimer dapat berkontribusi pada munculnya gejala delusi pada lansia.

👺 Gangguan Neurologis: 

Beberapa gangguan neurologis yang lebih umum pada usia lanjut, seperti penyakit Parkinson atau penyakit vaskular otak, dapat menyebabkan perubahan dalam fungsi otak dan berkontribusi pada gejala delusi.

👺 Gangguan Kesehatan Mental Sebelumnya: 

Riwayat gangguan mental sebelumnya atau kecenderungan genetik terhadap gangguan mental dapat meningkatkan risiko munculnya delusi pada lansia.

Lansia memiliki riwayat gamgguan mental sebelumnya
(Sumber: foto canva.com)

👺 Perubahan Fisiologis:

Perubahan hormonal dan neurokimia yang terjadi seiring penuaan dapat mempengaruhi keseimbangan kimia otak dan berkontribusi pada terjadinya gejala delusi.

👺 Isolasi Sosial: 

Lansia yang merasa terisolasi sosial atau memiliki sedikit interaksi dengan orang lain dapat memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan delusi.

👺 Kehilangan Pasangan atau Kerabat Dekat:

Kehilangan pasangan hidup atau kerabat dekat dapat memicu perasaan kesepian dan perubahan emosional yang berkontribusi pada gejala delusi.

👺 Gangguan Sensorik: 

Gangguan penglihatan atau pendengaran yang sering terjadi pada lansia dapat menyebabkan persepsi yang salah tentang lingkungan dan orang-orang di sekitarnya.

👺 Stres dan Trauma: 

Peristiwa traumatis atau stres yang signifikan dalam hidup dapat berkontribusi pada munculnya delusi pada lansia.

👺 Efek Samping Obat: 

Beberapa obat yang digunakan oleh lansia untuk mengatasi masalah kesehatan fisik tertentu dapat memiliki efek samping yang memengaruhi fungsi otak dan berkontribusi pada gejala delusi.

          Mencegah terjadinya delusi pada lansia melibatkan perhatian terhadap berbagai faktor yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental dan kognitif mereka. Meskipun tidak mungkin mencegah sepenuhnya munculnya delusi.

Beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi risiko dan mengelola gejala delusi pada lansia:

⚽ Pertahankan Kesehatan Fisik:

Rajinlah menjalani pola makan sehat, berolahraga secara teratur, dan ikuti perawatan medis yang dianjurkan. Kesehatan fisik yang baik dapat berkontribusi pada kesejahteraan mental.

Lansia rajin berolahraga berdampak pada
 kesejahteraan mental (Sumber: foto canva.com)

⚽ Aktivitas Mental dan Sosial: 

Pertahankan keterlibatan dalam aktivitas yang merangsang pikiran, seperti membaca, menulis, atau bermain permainan teka-teki. Terlibat dalam kegiatan sosial dan rekreasi juga dapat membantu menjaga kognisi dan kesejahteraan mental.

⚽ Latihan Otak: 

Lakukan latihan otak seperti teka-teki silang, sudoku, atau permainan lain yang memerlukan pemikiran kognitif.

⚽ Pertahankan Rutinitas: 

Menjaga rutinitas sehari-hari yang teratur dapat membantu menjaga stabilitas emosional dan mental.

⚽ Pentingkan Interaksi Sosial:

Jaga hubungan sosial dengan keluarga, teman, dan tetangga. Interaksi sosial yang positif dapat mengurangi risiko isolasi sosial.

⚽ Kelola Stres: 

Pelajari teknik manajemen stres seperti meditasi, yoga, atau pernapasan dalam untuk mengatasi stres dan kecemasan.

⚽ Hindari Penggunaan Alkohol dan Narkoba:

Hindari penggunaan obat-obatan terlarang atau alkohol yang dapat memengaruhi fungsi kognitif dan emosional.

⚽ Monitor Efek Samping Obat: 

Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menggunakan obat-obatan tertentu, perhatikan efek samping yang mungkin memengaruhi kognisi atau keadaan mental.

⚽ Pertahankan Keamanan Lingkungan: 

Pastikan lingkungan fisik di sekitar lansia aman dan tidak memicu kecemasan atau tidak aman.

⚽ Konsultasi dengan Profesional Kesehatan: 

Jika ada perubahan signifikan dalam perilaku, mood, atau fungsi kognitif, segera konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan mental. Penanganan dini dapat membantu mengelola gejala dan mencegah perkembangan lebih lanjut.

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengobati delusi pada lansia:

🚑 Konsultasi dengan Profesional Kesehatan: 

Langkah pertama adalah berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan mental yang berpengalaman. Mereka akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk memahami jenis delusi yang dialami, sejauh mana dampaknya, dan penyebabnya.

🚑 Terapi Kognitif-Perilaku (CBT): 

Terapi ini dapat membantu lansia mengidentifikasi pola pikir yang tidak realistis dan mengubahnya menjadi pola pikir yang lebih sehat dan rasional. Terapis akan bekerja sama dengan pasien untuk mengatasi delusi dan memahami pemikiran mereka.

🚑 Terapi Dukungan Psikososial: 

Terapi ini fokus pada memberikan dukungan emosional dan praktis kepada lansia dalam mengatasi gejala delusi. Ahli terapi dapat membantu mereka belajar cara mengelola stres, meningkatkan interaksi sosial, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

🚑 Obat-obatan: 

Dalam beberapa kasus, obat-obatan mungkin diresepkan untuk membantu mengurangi gejala delusi. Anti psikotik dapat digunakan dalam situasi tertentu, tetapi penggunaan obat harus diawasi secara ketat oleh dokter, terutama karena lansia mungkin lebih rentan terhadap efek samping.

🚑 Terapi Aktivitas: 

Melibatkan lansia dalam kegiatan yang merangsang pikiran dan tubuh juga dapat membantu mengalihkan perhatian dari delusi dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.

🚑 Dukungan Keluarga dan Sosial:

Dukungan keluarga, teman, dan kelompok dukungan dapat membantu lansia merasa didukung dan kurang terisolasi.

🚑 Perawatan Fisik: 

Memastikan kesehatan fisik yang baik melalui pola makan sehat, olahraga, dan perawatan medis dapat membantu dalam pengobatan delusi.

🚑 Pendidikan dan Informasi:

Memberikan informasi kepada lansia tentang delusi dan kondisi kesehatan mental mereka dapat membantu mereka memahami gejala dan memperoleh dukungan yang diperlukan.

               Penting untuk diingat bahwa pengobatan delusi pada lansia harus disesuaikan dengan kebutuhan individu. Setiap lansia memiliki pengalaman dan tantangan yang berbeda, dan pendekatan yang tepat dan bervariasi. Konsultasikan dengan profesional kesehatan yang berpengalaman untuk mendapatkan penilaian yang akurat dan rekomendasi perawatan yang sesuai.




Sumber:

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9599-delusional-disorder#:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8950304/

https://www.webmd.com/schizophrenia/delusional-disorder

https://en.wikipedia.org/wiki/Delusional_disorder

https://www.health.harvard.edu/a_to_z/delusional-disorder-a-to-z

Tuesday, 8 August 2023

Pegal Badan Pada Lansia, Bikin Pegal Hati

          Lansia kerap kali mengeluhkan pegal hampir di seluruh badannya. Jika sering kali mengeluh tentu kondisi ini bisa mengganggu aktivitas para lansia. Lansia harus aktif setiap hari agar tidak berisiko terkena penyakit kronis lainya. 

Keluarga tidak boleh pegal hati (kesal) mendengar keluhan orang tua, dan harus mencari tahu sebab timbulnya keluhan tersebut. Kenapa sering pegal pada orang lanjut usia?

Lansia harus rajin berolahraga menghilangkan rasa pegal
(Sumber: foto pens 49 ceria)
"Pegal" (atau "rasa pegal") biasanya menggambarkan rasa kelelahan, kekakuan, atau kesemutan pada otot-otot, yang bisa terjadi akibat aktivitas fisik yang berlebihan, posisi tubuh yang tidak tepat, atau kurangnya aktivitas fisik yang memadai. Rasa pegal juga muncul karena berbagai kondisi atau penyakit tertentu.

Ada berbagai hal yang menyebabkan lansia mengalami pegal di bagian tubuhnya. Kondisi ini bisa dikatakan wajar karena faktor usia juga memengaruhi.  

Dalam konteks medis, untuk menggambarkan kondisi "pegal" disebut "myalgia".  Pegal atau myalgia merujuk pada sensasi tidak nyaman atau kekakuan pada otot atau kelompok otot tertentu tanpa adanya cedera fisik yang jelas. Pegal atau myalgia bisa bersifat sementara dan biasanya mereda setelah istirahat.

Lansia sering mengeluh pegal pada seluruh badan
(Sumber: foto canva.com)

"Myalgia" adalah istilah medis yang digunakan secara spesifik untuk merujuk pada kondisi nyeri atau tidak nyaman pada otot atau kelompok otot tertentu. Myalgia merupakan bagian dari kategori rasa pegal, tetapi lebih merupakan istilah yang lebih teknis dan sering digunakan oleh profesional medis.

Rasa pegal di badan adalah sensasi tidak nyaman atau kelelahan pada otot-otot atau tubuh secara umum. 

Pegal bisa disebabkan oleh berbagai hal,  antara lain:

😩 Aktivitas fisik berlebihan: 

Terlalu banyak bergerak atau melakukan aktivitas fisik dapat menyebabkan otot-otot menjadi pegal, terutama jika Anda tidak terbiasa atau tidak memiliki kebugaran yang memadai.

😩 Cedera otot: 

Jika Anda melakukan gerakan yang salah atau berat beban yang berlebihan, otot Anda dapat mengalami cedera mikro atau bahkan cedera lebih serius, yang dapat menyebabkan rasa pegal.

😩 Ketegangan emosional atau stres: 

Stres dan tekanan emosional dapat menyebabkan otot-otot menjadi tegang, yang pada gilirannya dapat menyebabkan rasa pegal di berbagai area tubuh.

Ketegangan emosional dan stres pada lansia menyebabkan rasa pegal
(Sumber: foto canva.com)

😩 Kurang tidur: 

Kurang tidur atau tidur dengan kualitas yang buruk dapat menyebabkan otot-otot menjadi tegang dan menyebabkan rasa pegal.

😩 Penyakit atau kondisi medis: 

Beberapa kondisi medis, seperti flu, demam, atau infeksi, juga dapat menyebabkan tubuh terasa pegal.

😩 Gangguan postur: 

Postur tubuh yang buruk saat duduk atau berdiri dalam waktu lama dapat menyebabkan otot-otot menjadi tegang dan menyebabkan pegal.

            Lansia sering merasa pegal karena ada beberapa perubahan fisik dan fisiologis yang terjadi dalam tubuh saat proses penuaan. 

Beberapa faktor yang dapat menimbulkan rasa pegal pada lansia meliputi:

💪 Penurunan massa otot: 

Seiring bertambahnya usia, massa otot cenderung berkurang (sarkopenia). Penurunan massa otot ini dapat menyebabkan otot menjadi lebih lemah dan mudah lelah, menyebabkan rasa pegal.

💪 Penurunan elastisitas jaringan ikat: 

Jaringan ikat di tubuh cenderung kehilangan elastisitasnya seiring usia, yang dapat menyebabkan ketegangan pada otot dan menyebabkan rasa pegal.

💪 Penurunan kepadatan tulang: 

Osteoporosis adalah kondisi yang umum terjadi pada lansia, di mana kepadatan tulang menurun. Hal ini dapat menyebabkan rasa pegal karena tulang menjadi lebih rentan terhadap cedera dan stres.

💪 Perubahan pada persendian:

Lansia cenderung mengalami perubahan degeneratif pada persendian, seperti arthritis. Kondisi ini dapat menyebabkan nyeri dan pegal pada sendi-sendi tertentu.

💪 Gangguan sirkulasi: 

Proses penuaan dapat mempengaruhi sistem sirkulasi, mengurangi aliran darah ke otot dan jaringan. Kurangnya suplai darah yang cukup dapat menyebabkan pegal dan kram.

💪 Aktivitas fisik yang berkurang: 

Seiring bertambahnya usia, beberapa lansia mungkin menjadi kurang aktif secara fisik, yang dapat menyebabkan otot menjadi lemah dan kaku, serta menyebabkan rasa pegal setelah aktivitas ringan.

Aktivitas fisik yang berkurang, otot menjadi lemah dan
kaku, menyebabkan rasa pegal meskipun aktivitas ringan
(Sumber: foto canva.com)

💪 Kondisi kesehatan yang mendasari: 

Beberapa kondisi kesehatan yang lebih umum pada lansia, seperti diabetes, penyakit jantung, atau gangguan neurologis, juga dapat menyebabkan rasa pegal dan kelelahan.

            Untuk mengurangi rasa pegal pada lansia, penting untuk menerapkan pola hidup sehat, termasuk mengikuti program latihan fisik yang sesuai, menjaga pola makan seimbang, tidur yang cukup, dan menghindari perilaku merokok dan konsumsi alkohol berlebih.

Beberapa penyakit yang sering menyertai rasa pegal pada lansia, antara lain:

💩 Osteoarthritis: 

Ini adalah jenis arthritis yang paling umum pada lansia. Osteoarthritis menyebabkan peradangan pada sendi dan dapat menyebabkan nyeri, kaku, dan pegal pada persendian yang terkena.

Osteoarthritis menyebabkan pegal pada persendian yang terkena
(Sumber: foto canva.com)

💩  Rheumatoid arthritis: 

Ini adalah bentuk arthritis inflamasi di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sendi dan jaringan tubuh lainnya. Rheumatoid arthritis dapat menyebabkan rasa pegal pada persendian dan otot.

💩 Osteoporosis: 

Kondisi ini ditandai dengan penurunan kepadatan tulang, membuat tulang lebih mudah patah atau mengalami stres yang menyebabkan pegal.

💩 Polimialgia rheumatica: 

Merupakan penyakit inflamasi yang menyebabkan nyeri otot dan persendian, terutama di bagian leher, bahu, dan panggul.

💩 Fibromyalgia: 

Suatu kondisi yang menyebabkan nyeri dan kekakuan otot yang luas, serta rasa pegal di berbagai area tubuh.

💩 Gangguan sirkulasi: 

Penyakit arteri perifer, yang menyebabkan aliran darah yang terbatas ke ekstremitas tubuh, dapat menyebabkan pegal pada kaki dan tangan.

💩 Neuropati perifer: 

Merupakan kerusakan saraf perifer yang dapat menyebabkan sensasi pegal, terbakar, dan kesemutan di tangan dan kaki.

💩 Sindrom kaki gery: 

Merupakan kondisi neurologis yang sering terjadi pada lansia dan dapat menyebabkan sensasi pegal, terbakar, dan kesemutan di kaki dan kadang-kadang tangan.

💩 Depresi dan kecemasan:

Masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan dapat menyebabkan rasa pegal dan ketegangan otot.

💩 Penyakit jantung: 

Beberapa gangguan jantung pada lansia dapat menyebabkan kelelahan dan rasa pegal.

        Mencegah rasa pegal pada lansia melibatkan berbagai langkah untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan gaya hidup yang sehat. 

Beberapa kiat untuk membantu mencegah rasa pegal pada lansia:

🏉 Rajin berolahraga: 

Program latihan fisik yang teratur dan sesuai dengan kemampuan fisik lansia dapat membantu menjaga kekuatan otot, fleksibilitas, dan keseimbangan tubuh. Jenis olahraga yang direkomendasikan termasuk jalan kaki, senam ringan, yoga, dan peregangan.

🏉 Pertahankan berat badan yang sehat: 

Memiliki berat badan yang sehat dapat mengurangi tekanan pada persendian dan otot, serta mengurangi risiko terjadinya kondisi medis tertentu yang dapat menyebabkan rasa pegal.

🏉 Konsumsi makanan bergizi: 

Diet seimbang yang kaya akan nutrisi seperti sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan protein akan membantu mendukung kesehatan otot dan tulang.

🏉 Minum cukup air: 

Memastikan tubuh terhidrasi dengan cukup minum air adalah penting untuk menjaga kesehatan otot dan persendian.

🏉 Hindari aktivitas fisik berlebihan: 

Lansia perlu memahami batas kemampuan fisik mereka dan menghindari aktivitas fisik yang berlebihan atau berat.

🏉 Pemanasan sebelum beraktivitas:

Sebelum melakukan aktivitas fisik, seperti berjalan atau berkebun, lansia sebaiknya melakukan pemanasan dengan peregangan ringan untuk mempersiapkan otot dan persendian.

🏉 Perhatikan postur tubuh: 

Pastikan postur tubuh selalu baik saat berdiri, duduk, atau beraktivitas lainnya. Hindari duduk atau berdiri dalam posisi yang membebani otot dan tulang secara berlebihan.

🏉 Tidur yang cukup: 

Pastikan lansia mendapatkan tidur yang cukup setiap malam karena tidur yang baik sangat penting untuk pemulihan otot dan kesehatan tubuh secara keseluruhan.

🏉 Manajemen stres: 

Stres dapat menyebabkan ketegangan otot, sehingga penting bagi lansia untuk mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga.

🏉 Perawatan kesehatan teratur: 

Rutin menjalani pemeriksaan kesehatan dan mengikuti perawatan medis yang direkomendasikan oleh dokter akan membantu mendeteksi dan mengatasi masalah kesehatan sejak dini.

              Pegal pada lansia bisa diobati dengan beberapa langkah dan pendekatan yang dapat membantu meredakan rasa pegal dan meningkatkan kualitas hidup mereka.  

Beberapa cara yang umum digunakan untuk mengobati pegal pada lansia:

💊 Terapi fisik: 

Terapi fisik dapat membantu meningkatkan kekuatan otot, fleksibilitas, dan keseimbangan tubuh. Seorang fisioterapis akan merancang program latihan yang sesuai dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan khusus lansia.

💊 Obat pereda nyeri: 

Dalam beberapa kasus, dokter dapat meresepkan obat pereda nyeri, seperti analgesik over-the-counter atau obat anti inflamasi non steroid (NSAID), untuk membantu mengurangi rasa pegal.

💊 Terapi panas atau dingin: 

Pemanasan atau pendinginan area yang terasa pegal dapat membantu meredakan ketegangan otot dan nyeri. Terapi panas dengan menggunakan bantalan pemanas atau mandi hangat, serta terapi dingin dengan menggunakan kantong es dapat membantu.

💊 Akupunktur: 

Beberapa orang menemukan bantuan dari rasa pegal melalui terapi akupunktur, yang melibatkan menstimulasi titik-titik tertentu pada tubuh dengan jarum-tipis.

💊 Pijatan: 

Pijatan oleh terapis berlisensi atau pijatan sendiri dengan peralatan pijat tertentu dapat membantu meredakan ketegangan otot dan meningkatkan sirkulasi darah.

Pijatan oleh terapis dapat meredakan ketegangan otot
(Sumber: foto canva.com)

💊 Suplemen dan obat herbal:

Beberapa suplemen seperti glukosamin dan kondroitin serta obat herbal seperti minyak ikan dapat membantu mengurangi rasa pegal pada beberapa kasus arthritis.

💊 Kompresi: 

Untuk pegal pada kaki, penggunaan kaus kaki kompresi dapat membantu meningkatkan aliran darah dan mengurangi rasa pegal.

💊 Istirahat yang cukup: 

Lansia perlu memastikan mereka mendapatkan istirahat yang cukup untuk memberi waktu tubuh untuk pemulihan dan perbaikan otot.

💊 Manajemen stres:

Mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau olahraga ringan dapat membantu meredakan ketegangan otot dan rasa pegal.

💊 Pemilihan alas tidur yang nyaman:

Pastikan tempat tidur dan bantal lansia mendukung tubuh dengan baik dan memberikan kenyamanan selama tidur.

           Mengonsumsi makanan yang tepat dapat membantu mencegah pegal pada lansia dan menjaga kesehatan otot dan persendian. 

Beberapa makanan yang sebaiknya dimasukkan dalam diet lansia, untuk mencegah rasa pegal:

🍆 Makanan kaya anti inflamasi: 

Konsumsi makanan yang kaya anti inflamasi dapat membantu mengurangi peradangan di tubuh dan mengurangi rasa pegal. Contoh makanan ini termasuk kacang-kacangan, biji-bijian, buah-buahan beri, dan sayuran hijau.

🍆 Ikan berlemak: 

Ikan berlemak seperti salmon, makarel, dan sarden mengandung asam lemak omega-3, yang dapat membantu mengurangi peradangan dan memelihara kesehatan persendian.

🍆 Produk susu rendah lemak:

Produk susu rendah lemak seperti susu rendah lemak, yoghurt, dan keju mengandung kalsium dan vitamin D yang penting untuk kesehatan tulang.

Yogurt  dan produk susu rendah lemak  mengandung
 vitamin D dan kalsium.   (Sumber: foto canva.com)

🍆 Sayuran hijau berdaun: 

Sayuran hijau berdaun seperti bayam, kale, dan brokoli mengandung kalsium dan vitamin K, yang mendukung kesehatan tulang dan mengurangi risiko pegal.

🍆 Buah-buahan dan sayuran berwarna cerah: 

Buah-buahan dan sayuran berwarna cerah mengandung antioksidan, seperti vitamin C, yang membantu melawan radikal bebas yang dapat menyebabkan peradangan.

🍆 Biji-bijian utuh: 

Biji-bijian utuh, seperti gandum utuh, beras merah, dan quinoa, mengandung serat dan nutrisi penting untuk kesehatan umum dan persendian.

🍆 Protein sehat: 

Asupan protein yang cukup penting untuk mempertahankan massa otot. Pilih sumber protein sehat seperti daging tanpa lemak, ayam, kacang-kacangan, dan tahu.

🍆 Minyak zaitun: 

Minyak zaitun mengandung senyawa anti inflamasi dan antioksidan yang dapat membantu meredakan rasa pegal.

🍆 Teh hijau: Teh hijau mengandung katekin, yang merupakan senyawa dengan sifat anti inflamasi dan antioksidan.

🍆 Air putih: 

Pastikan lansia cukup terhidrasi dengan meminum cukup air putih setiap hari untuk menjaga kesehatan otot dan persendian.

            💬 Penting juga untuk menghindari atau membatasi konsumsi makanan tinggi lemak jenuh, gula tambahan, dan makanan olahan yang dapat menyebabkan peradangan dan memperburuk rasa pegal.

           Selain makanan, tentu saja penting untuk menjaga pola makan yang seimbang dan mengikuti gaya hidup sehat secara keseluruhan, termasuk berolahraga secara teratur, tidur yang cukup, mengelola stres, dan menjalani pemeriksaan kesehatan rutin. Jika rasa pegal berlanjut berkonsultasi dengan medis dan profesional kesehatan.







Sumber:

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8034863/

https://www.webmd.com/pain-management/caregiver-pain-relief

https://newsnetwork.mayoclinic.org/discussion/mayo-clinic-minute-helping-older-adults-manage-chronic-pain/

https://acpinternist.org/archives/2016/07/osteoarthritis.htm

https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/polymyalgia-rheumatica