Komorbiditas adalah kondisi medis tambahan yang ada bersamaan dengan kondisi medis utama seseorang. Dalam konteks kesehatan, komorbiditas mengacu pada adanya satu atau lebih penyakit atau gangguan kesehatan yang ada, secara bersamaan dengan penyakit utama yang sedang diobati atau dikelola. Komorbiditas sering kali dapat mempengaruhi pengelolaan, prognosis, dan hasil dari penyakit utama atau kondisi kesehatan yang sedang dihadapi.
Contoh, seseorang dengan penyakit jantung koroner juga mungkin memiliki diabetes tipe 2 sebagai komorbiditas. Ini berarti bahwa kedua kondisi ini ada bersamaan dalam tubuh individu tersebut. Komorbiditas dapat mempengaruhi cara penyakit-penyakit tersebut berkembang, serta pengobatan dan perawatan yang diperlukan.
Lansia karena proses penuaan memiliki komorbiditas adanya satu atau lebih penyakit yang secara bersamaan dengan penyakit utama yang sedang diobati. (Sumber: foto pens 49 ceria) |
Komorbiditas (kata benda) dan komorbid (kata sifat) artinya penyakit penyerta; sebuah istilah dalam dunia kedokteran yang menggambarkan kondisi bahwa ada penyakit lain yang dialami selain dari penyakit utamanya.
Sering kali dalam Bahasa Indonesia sederhana sama artinya dengan komplikasi (medis), yaitu kondisi di mana dua penyakit atau lebih hadir secara bersama-sama. Definisi yang lebih luas menggambarkan kata ini bahwa yang hadir selain penyakit utamanya tidak selalu harus berbentuk penyakit tapi juga bisa berupa perilaku yang mengarah kepada gaya hidup tidak sehat.
Istilah medis yang merujuk pada kondisi komorbiditas adalah multimorbiditas atau polykomorbiditas. Kedua istilah ini digunakan untuk menggambarkan adanya beberapa kondisi medis atau penyakit yang ada bersamaan dalam satu individu.
Multimorbiditas mengacu pada adanya beberapa kondisi medis kronis yang ada bersamaan pada seseorang, sedangkan polykomorbiditas merujuk pada adanya beberapa kondisi medis atau penyakit yang ada secara bersamaan pada individu yang sama.
Lansia memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami komorbiditas karena beberapa alasan yang melibatkan faktor-faktor biologis, genetik, gaya hidup, dan faktor lingkungan.
Beberapa faktor yang berperan dalam meningkatkan risiko komorbiditas pada lansia antara lain:
💥 Proses Penuaan:
Seiring bertambahnya usia, organ-organ tubuh mengalami perubahan secara alami. Fungsi-fungsi tubuh yang menurun dapat mengakibatkan peningkatan risiko berbagai penyakit dan gangguan kesehatan.
Lansia yang mengidap penyakit jantung koroner juga memiliki diabetes tipe 2 sebagai komorbiditas (Sumber: foto canva.com) |
💥 Akumulasi Risiko:
Seiring bertambahnya usia, paparan terhadap faktor-faktor risiko kesehatan seperti merokok, pola makan yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan paparan lingkungan yang berbahaya dapat terakumulasi selama bertahun-tahun, meningkatkan kemungkinan munculnya berbagai penyakit.
💥 Penurunan Fungsi Imun:
Sistem kekebalan tubuh lansia cenderung mengalami penurunan fungsi, sehingga membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi dan kondisi medis lainnya.
Imunitas lansia menurun membuat rentan terhadap infeksi (Sumber: foto canva.com) |
💥 Faktor Genetik:
Beberapa penyakit memiliki komponen genetik yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengembangkan penyakit tertentu. Faktor genetik ini dapat
💥 Penyakit Menular:
Lansia sering kali lebih rentan terhadap infeksi dan penyakit menular, seperti flu atau infeksi saluran pernapasan atas, yang dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut.
💥 Penyakit Kronis:
Seiring bertambahnya usia, risiko mengembangkan penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan hipertensi meningkat. Penyakit-penyakit ini sering kali menjadi faktor risiko satu sama lain dan dapat menjadi komorbiditas.
💥 Penurunan Fungsi Organ:
Fungsi organ tubuh, seperti ginjal, hati, dan jantung, cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Penurunan ini dapat berkontribusi pada pengembangan berbagai penyakit.
💥 Pola Hidup:
Gaya hidup yang tidak sehat seperti pola makan yang tidak seimbang, kurangnya aktivitas fisik, dan merokok dapat meningkatkan risiko penyakit dan komorbiditas pada lansia.
💥 Interaksi Obat:
Lansia sering mengonsumsi beberapa jenis obat secara bersamaan untuk mengelola berbagai kondisi medis. Interaksi obat ini dapat mempengaruhi efektivitas dan toleransi terhadap pengobatan.
Banyak lansia memiliki kormobiditas (Sumber: canva.com) |
Penyakit utama dan komorbiditas yang sering dijumpai pada lansia :
- Hipertensi dan diabetes tipe 2
- Penyakit jantung koroner dan diabetes tipe 2
- PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis ) dan penyakit jantung koroner
- Osteoartritis dan osteoporosis
- Kanker dan penyakit jantung koroner
- Stroke dan penyakit jantung koroner
- Gangguan kognitif dan depresi
- Penyakit Parkinson dan gangguan kognitif
- Penyakit ginjal kronis dan diabetes tipe 2
- Penyakit hati dan diabetes tipe 2
- Penyakit pernapasan dan gangguan tidur
- Gangguan tidur dan gangguan kognitif
- Depresi dan gangguan kecemasan
- Penyakit autoimun dan gangguan kognitif
- Penyakit ginjal kronis dan penyakit jantung koroner
- Penyakit pernapasan dan penyakit jantung koroner
- Gangguan penglihatan dan penyakit jantung koroner
- Gangguan pendengaran dan gangguan kognitif
- Gangguan kecemasan dan gangguan tidur
- Penyakit gastroenterologi dan penyakit jantung koroner
Obesitas dapat meningkatkan berbagai penyakit penyerta (Sumber: foto canva.com) |
Mencegah penyakit komorbiditas pada lansia melibatkan kombinasi upaya kesehatan dan perubahan gaya hidup yang sehat.
Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah penyakit komorbiditas pada lansia:
👴 Pola Makan Sehat:
Mengonsumsi makanan yang kaya serat, sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, protein rendah lemak, dan lemak sehat seperti lemak tak jenuh ganda (misalnya, lemak zaitun dan kacang-kacangan) dapat membantu menjaga berat badan yang sehat dan mencegah diabetes, penyakit jantung, serta beberapa jenis kanker.
👴 Aktivitas Fisik:
Melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat membantu menjaga kesehatan jantung, otot, dan tulang. Olahraga aerobik seperti berjalan cepat, berenang, atau bersepeda, serta latihan kekuatan dan fleksibilitas, dapat membantu mengurangi risiko osteoporosis dan penyakit jantung.
👴 Pengelolaan Stres:
Mengelola stres dengan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, dan pernapasan dalam dapat membantu menjaga kesehatan mental dan mencegah penyakit terkait stres.
👴 Penghindaran Merokok dan Konsumsi Alkohol yang Berlebihan:
Berhenti merokok dan menghindari konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengurangi risiko penyakit pernapasan, penyakit jantung, penyakit hati, serta beberapa jenis kanker.
Lansia harus berhenti merokok untuk mengurangi risiko penyakit pernapasan, kanker dan jantung. (Sumber: foto canva.com) |
👴 Pemeriksaan Kesehatan Rutin:
Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin, termasuk pemeriksaan tekanan darah, kadar gula darah, kadar kolesterol, serta skrining untuk penyakit tertentu seperti kanker dan osteoporosis, dapat membantu mendeteksi dan mengelola penyakit secara dini.
👴 Vaksinasi:
Melakukan vaksinasi yang dianjurkan, seperti vaksin influenza dan vaksin pneumonia, dapat membantu mencegah infeksi serius pada lansia.
👴 Pengelolaan Kondisi Medis yang Ada:
Jika sudah ada kondisi medis, seperti hipertensi atau diabetes, penting untuk mengikuti pengobatan dan anjuran dokter dengan tepat.
👴 Kegiatan Mental:
Melakukan aktivitas yang merangsang otak seperti membaca, menulis, belajar hal baru, dan menjaga hubungan sosial dapat membantu menjaga kognisi dan mencegah penyakit neurologis.
👴 Tidur yang Cukup:
Memastikan tidur yang cukup dan berkualitas dapat mendukung kesehatan fisik dan mental.
👴 Konsultasi dengan Profesional Kesehatan:
Lansia sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau tenaga medis profesional untuk merencanakan program kesehatan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan individu.
Sikap yang diambil oleh lansia yang memiliki komorbiditas sangatlah penting untuk menjaga kesehatan dan kualitas hidup mereka.
Beberapa sikap yang dapat membantu lansia mengelola kondisi komorbiditas dengan baik:
😎 Penerimaan dan Pengetahuan:
Lansia sebaiknya menerima kenyataan bahwa mereka memiliki komorbiditas dan berusaha memahami kondisi kesehatan mereka dengan baik. Pengetahuan tentang penyakit-penyakit yang ada akan membantu mereka mengelola kondisi dengan lebih efektif.
😎 Kerja sama dengan Tenaga Medis:
Penting untuk bekerja sama dengan dokter dan tenaga medis lainnya dalam merencanakan dan mengelola pengobatan serta perawatan yang diperlukan. Mengikuti arahan medis dengan disiplin dapat membantu mengendalikan komorbiditas.
😎 Pemantauan Rutin:
Lansia sebaiknya menjalani pemeriksaan kesehatan dan pemantauan yang direkomendasikan oleh dokter. Ini termasuk mengukur tekanan darah, gula darah, kadar kolesterol, dan parameter kesehatan lainnya sesuai jadwal yang ditentukan.
😎 Perencanaan Pola Makan dan Diet:
Lansia dengan komorbiditas perlu merencanakan pola makan yang sehat dan sesuai dengan kondisi mereka. Dalam beberapa kasus, mungkin perlu mengikuti diet khusus untuk mengelola penyakit tertentu, seperti diet rendah garam atau rendah karbohidrat.
😎 Aktivitas Fisik yang Terukur:
Aktivitas fisik yang terukur dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan dapat membantu menjaga kesehatan jantung, otot, dan tulang. Lansia dapat berkonsultasi dengan dokter atau ahli fisioterapi untuk menentukan jenis dan tingkat aktivitas yang sesuai.
😎 Pengelolaan Stres:
Menggunakan teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, dan pernapasan dalam dapat membantu mengurangi stres yang dapat mempengaruhi kondisi komorbiditas.
😎 Keterlibatan dalam Perawatan Sendiri:
Lansia sebaiknya aktif dalam mengelola perawatan kesehatan mereka sendiri. Ini termasuk mengatur obat-obatan, mengikuti jadwal kunjungan medis, dan melaporkan perubahan kondisi yang mungkin terjadi.
😎 Pentingnya Komunikasi:
Berkomunikasi dengan dokter dan keluarga tentang kondisi kesehatan, gejala, dan perubahan yang dialami sangat penting. Ini akan membantu dalam perencanaan perawatan yang efektif.
😎 Gaya Hidup Sehat:
Mematuhi gaya hidup sehat, termasuk menghindari merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan, serta menjaga pola makan yang seimbang, dapat membantu mengontrol komorbiditas.
😎 Dukungan Sosial:
Mendapatkan dukungan dari keluarga, teman, dan kelompok dukungan bisa sangat bermanfaat dalam menghadapi komorbiditas. Berbicara tentang pengalaman dan tantangan dengan orang lain yang memiliki kondisi serupa dapat memberikan pemahaman dan dukungan emosional.
Setiap individu adalah unik, jadi penting untuk berkonsultasi dengan profesional medis untuk rekomendasi khusus berdasarkan kondisi kesehatan dan kebutuhan individu.
Sumber:
https://www.cdc.gov/ibd/data-and-statistics/comorbidities.html
https://www.webmd.com/a-to-z-guides/what-is-comorbidity
https://www.verywellhealth.com/comorbidity-5081615
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2713155/
https://nida.nih.gov/research-topics/comorbidity