Saturday, 19 August 2023

Skizofrenia Usia Lanjut, Timbulkan Halusinasi Lansia

        Skizofrenia di akhir kehidupan muncul sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama di seluruh dunia. Gejala skizofrenia juga bisa muncul pada lansia. Sebenarnya, secara umum gejala yang muncul pada lansia maupun orang kebanyakan tidak jauh berbeda. Pengidap gangguan ini bisa mengalami kondisi yang menyebabkan kesulitan membedakan kenyataan dengan pikiran sendiri.  

Late-Onset Skizofrenia (LOS) adalah bentuk skizofrenia yang muncul pada usia lanjut, biasanya setelah usia 45 tahun. Skizofrenia adalah penyakit mental serius yang mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku. Gejalanya dapat bervariasi dari orang ke orang, tetapi ciri khasnya adalah pemikiran yang terdistorsi, persepsi yang salah, emosi yang datar atau tidak sesuai, dan perubahan perilaku yang signifikan.

Skizofrenia usia lanjut adalah penyakit mental serius
mempengaruhi cara berpikir, merasakan dan berperilaku.
(Sumber: foto paguyuban pengawas purna)

Berdasarkan konvensi, populasi geriatri dianggap mencakup mereka yang berusia 65 tahun ke atas. Namun, istilah "kehidupan selanjutnya" atau "onset terlambat" telah mewakili kelompok usia yang berbeda ketika membahas skizofrenia. 

Skizofrenia usia lanjut terdiri dari dua kelompok yang berbeda: 

👉 Orang-orang yang didiagnosis dengan skizofrenia di awal kehidupan (remaja akhir atau dewasa muda) dan yang sekarang setengah baya; 

👉 Mereka yang didiagnosis saat mereka lanjut usia (45 tahun atau lebih). Orang-orang yang didiagnosis menderita skizofrenia pada usia 45 tahun atau lebih diklasifikasikan sebagai skizofrenia onset lambat.

Lansia yang didiagnosis menderita pada usia 45 tahun atau
lebih diklasifikasikan sebagai skizofrenia onset lambat.
(Sumber: foto canva.com)

Gejala late-onset skizofrenia pada lansia bisa mirip dengan skizofrenia pada usia muda, tetapi ada beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan:

👾 Onset Tertunda: 

Late-Onset Skizofrenia memiliki onset yang terjadi pada usia yang lebih tua daripada bentuk skizofrenia yang biasa muncul pada usia muda (biasanya antara akhir remaja hingga usia 30-an).

👾 Gejala Awal Ringan: 

Pada beberapa kasus LOS, gejalanya bisa dimulai dengan cara yang lebih ringan dan tidak terlalu mencolok, membuat diagnosis awal lebih sulit.

👾 Kemungkinan Faktor Penyebab Berbeda: 

Penyebab LOS mungkin melibatkan kombinasi faktor genetik, lingkungan, dan biologis yang berbeda dari skizofrenia pada usia muda.

Lansia LOS memiliki pemikiran yang terdistorsi, persepsi yang salah,
 emosi yang datar atau tidak sesuai. (Sumber: foto canva.com)

👾 Kehilangan Fungsi Sosial dan Fungsionalitas:

Orang dengan LOS cenderung mengalami penurunan fungsi sosial dan kemampuan untuk menjalankan tugas sehari-hari.

👾 Gejala Negatif Lebih Menonjol: 

Gejala negatif skizofrenia, seperti perasaan hampa emosi, kesulitan berbicara, dan penarikan sosial, bisa lebih menonjol pada LOS.

👾 Respons Terhadap Pengobatan: 

Tanggapan terhadap pengobatan anti psikotik mungkin tidak sebaik pada skizofrenia pada usia muda. Pengobatan pada LOS perlu disesuaikan dengan kondisi usia lanjut, serta mempertimbangkan kesehatan fisik yang mungkin sudah lebih rapuh.

       💭 Penting untuk diingat bahwa gejala yang tampak pada lansia tidak selalu menunjukkan skizofrenia atau gangguan mental lainnya. Gejala tersebut bisa disebabkan oleh kondisi medis lainnya atau interaksi obat

Gejala-gejala skizofrenia pada lansia dapat serupa dengan gejala pada orang yang lebih muda, tetapi ada beberapa perbedaan yang perlu diperhatikan. 

Beberapa ciri yang mungkin terlihat pada lansia yang terkena late onset skizofrenia:

👻 Halusinasi dan Delusi: 

Seperti pada skizofrenia pada usia yang lebih muda, lansia dengan late onset skizofrenia juga dapat mengalami halusinasi (mendengar suara atau melihat hal yang tidak nyata) dan delusi (keyakinan yang salah dan tidak masuk akal).

Lansia yang memiliki LOS juga berhalusinasi
(Sumber: foto canva.com)

👻 Gangguan Pemikiran: 

Gangguan pemikiran mungkin terlihat dalam cara berbicara yang tidak koheren atau sulit untuk diikuti. Pemikiran mungkin terasa kacau atau melompat-lompat tanpa alur yang jelas.

👻 Gangguan Emosi: 

Lansia dengan late onset skizofrenia mungkin mengalami perubahan emosi yang tiba-tiba dan ekstrem. Mereka bisa merasa sangat cemas, bingung, atau tumpul secara emosional.

👻 Gangguan Perilaku:

Perubahan perilaku mungkin menjadi lebih terlihat. Ini bisa termasuk perilaku impulsif, sosial yang terbatas, atau interaksi sosial yang sulit.

👻 Penurunan Fungsi Kognitif: 

Lansia dengan late onset skizofrenia mungkin mengalami penurunan fungsi kognitif, termasuk masalah dengan ingatan, perhatian, dan konsentrasi.

👻 Gangguan Motorik: 

Beberapa lansia dengan late onset skizofrenia mungkin mengalami gangguan motorik seperti gerakan yang terulang-ulang atau aneh.

👻 Isolasi Sosial: 

Orang dengan late onset skizofrenia mungkin mengalami isolasi sosial, merasa enggan atau kesulitan berinteraksi dengan orang lain.

Penyebab pasti dari late onset skizofrenia masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi seperti skizofrenia pada usia muda, kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh kombinasi faktor genetik, biologis, lingkungan, dan neurokimia yang kompleks. 

Beberapa faktor yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan late onset skizofrenia meliputi:

👼 Faktor Genetik: 

Ada bukti kuat bahwa faktor genetik memainkan peran dalam risiko mengembangkan skizofrenia, termasuk late onset skizofrenia. Jika ada riwayat skizofrenia dalam keluarga, risiko mungkin meningkat.

👼 Perubahan Biologis dalam Otak: 

Gangguan dalam struktur dan fungsi otak telah dikaitkan dengan skizofrenia. Pada late onset skizofrenia, perubahan biologis dalam otak juga dapat memainkan peran dalam munculnya gejala pada usia yang lebih tua.

👼 Perubahan Hormonal: 

Perubahan hormonal yang terjadi seiring penuaan dapat memengaruhi fungsi otak dan sistem saraf, yang mungkin berkontribusi pada munculnya gejala skizofrenia pada usia yang lebih lanjut.

👼 Stres Lingkungan: 

Stres kronis atau peristiwa hidup yang signifikan dalam kehidupan seseorang dapat menjadi pemicu untuk munculnya gejala skizofrenia. Ini bisa termasuk perubahan sosial, kehilangan orang yang dicintai, atau perubahan dalam lingkungan hidup.

👼 Gangguan Kimia Otak:

Gangguan dalam sistem neurokimia otak, seperti ketidakseimbangan neurotransmiter (zat kimia yang mengirimkan sinyal di otak), seperti dopamin, serotonin, dan glutamat, telah dikaitkan dengan skizofrenia.

👼 Kesehatan Fisik Umum: 

Kondisi kesehatan fisik yang muncul seiring penuaan, seperti penyakit kardiovaskular atau diabetes, dapat berdampak pada keseimbangan kimia otak dan berkontribusi pada perkembangan late onset skizofrenia.

👼 Paparan Lingkungan Selama Kehidupan:

Paparan lingkungan yang berbeda selama hidup seseorang, termasuk pola tidur, pola makan, paparan racun, dan stres kronis, dapat memengaruhi risiko terjadinya late onset skizofrenia.

        💬 Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah late onset skizofrenia atau skizofrenia pada umumnya karena penyebab pasti dan faktor risiko yang terlibat masih belum sepenuhnya dipahami. Namun, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mempromosikan kesehatan mental dan mengurangi risiko perkembangan gangguan mental, termasuk skizofrenia, pada usia yang lebih tua.

Beberapa langkah untuk mengurangi risiko :

👀 Perhatikan Kesehatan Fisik: 

Menjaga kesehatan fisik melalui pola makan seimbang, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan menghindari penggunaan zat berbahaya seperti narkoba atau alkohol dapat mendukung kesehatan otak dan mental.

👀 Kelola Stres:

Belajar cara mengatasi stres dan menemukan cara untuk mengurangi tekanan emosional dapat membantu mengurangi risiko perkembangan gangguan mental. Teknik relaksasi, meditasi, yoga, atau terapi kognitif perilaku dapat membantu.

👀 Jaga Kesejahteraan Mental:

Menjaga kesejahteraan mental adalah langkah penting. Ini melibatkan menjaga hubungan sosial yang baik, mengejar minat dan hobi, serta mengembangkan keterampilan koping yang sehat.

👀 Pentingnya Deteksi Dini: 

Memahami tanda-tanda awal gangguan mental dan mencari bantuan profesional jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala yang mencurigakan adalah langkah penting. Semakin cepat intervensi dimulai, semakin baik peluang untuk manajemen kondisi.

👀 Hindari Penggunaan Narkoba dan Alkohol: 

Penggunaan narkoba dan alkohol dapat meningkatkan risiko perkembangan gangguan mental. Menghindari atau membatasi penggunaan zat berbahaya ini dapat membantu melindungi kesehatan mental.

👀 Dukungan Keluarga dan Sosial: 

Mempertahankan hubungan yang mendukung dengan keluarga dan teman-teman dapat membantu mengurangi risiko isolasi sosial dan memberikan sumber dukungan penting.

👀 Konsultasi dengan Profesional Kesehatan Mental: 

Jika Anda memiliki riwayat keluarga dengan gangguan mental atau merasa cemas tentang risiko mengembangkan late onset skizofrenia, berkonsultasilah dengan profesional kesehatan mental. Mereka dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang langkah-langkah yang dapat Anda ambil.

      💬 Pengobatan late onset skizofrenia melibatkan pendekatan yang komprehensif dan sering kali melibatkan kombinasi terapi farmakologis (pengobatan dengan obat-obatan) dan terapi psikososial (terapi yang melibatkan dukungan sosial dan kognitif). Penting untuk bekerja sama dengan profesional kesehatan mental yang berpengalaman untuk merancang rencana pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan individu.

Beberapa komponen umum dalam pengobatan late onset skizofrenia:

📌 Obat-obatan Anti psikotik: 

Obat anti psikotik adalah terapi utama untuk mengendalikan gejala skizofrenia. Ada dua jenis utama anti psikotik: konvensional (lama) dan atipikal (modern). Dokter akan meresepkan jenis obat yang sesuai dengan gejala dan respons individu.

📌 Terapi Psikososial: 

Terapi ini melibatkan dukungan kognitif dan sosial untuk membantu individu mengelola gejala dan mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Terapi ini bisa melibatkan konseling individual atau kelompok, pelatihan keterampilan sosial, dan dukungan keluarga.

📌 Terapi Kognitif: 

Terapi kognitif membantu individu mengidentifikasi dan mengatasi pikiran atau keyakinan yang tidak realistis atau negatif. Ini dapat membantu mengurangi gejala seperti delusi dan pikiran yang kacau.

📌 Terapi Pendukung:

Terapi pendukung melibatkan dukungan emosional dari terapis atau keluarga untuk membantu individu mengatasi tantangan sehari-hari dan mengembangkan cara-cara yang sehat untuk mengatasi stres.

Lansia perlu terapi pendukung dari ahli terapi
(Sumber: foto canva.com)

📌 Manajemen Obat yang Efektif:

Penting untuk mengikuti rencana pengobatan dan jadwal dosis yang telah ditentukan oleh dokter. Jika ada efek samping atau masalah lain dengan obat, komunikasikan dengan dokter Anda.

📌 Pemantauan dan Penyesuaian: 

Pengobatan mungkin memerlukan penyesuaian seiring waktu. Dokter akan melakukan pemantauan teratur untuk mengamati respons terhadap pengobatan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.

📌 Perawatan Kesehatan Fisik:

Penting untuk menjaga kesehatan fisik secara keseluruhan, termasuk rutin pemeriksaan medis dan mengelola kondisi kesehatan umum.

📌 Dukungan Keluarga dan Sosial:

Dukungan keluarga dan teman-teman sangat penting dalam pengobatan late onset skizofrenia. Melibatkan keluarga dalam proses pengobatan dan dukungan sosial dapat membantu individu merasa lebih terhubung dan didukung.

       Penting untuk diingat bahwa pengobatan adalah proses yang berkelanjutan, dan respons terhadap terapi bisa bervariasi antara individu. Konsultasi dengan tim medis yang kompeten dalam kesehatan mental sangat penting untuk mengembangkan rencana pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan individu.












Sumber:

https://www.webmd.com/schizophrenia/schizophrenia-onset-symptoms 

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3181756/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4418466/

https://ajp.psychiatryonline.org/doi/10.1176/appi.ajp.157.2.172

Friday, 18 August 2023

Lansia Dehidrasi, Tetapi Tidak Haus, Hati-hati

         Pada musim kemarau, udara terasa panas membuat orang lelah. Apa lagi jika kurang asupan air dan banyak beraktivitas. Minum air atau cairan sangat mendukung tubuh untuk tetap bugar dan sehat meskipun udara sedang sangat panas. 

Tampaknya menjadi masalah dengan semakin meningkat jumlah orang tua, banyak yang berjuang untuk tetap terhidrasi seiring bertambahnya usia, karena secara sederhana semakin sulit bagi tubuh mereka untuk menahan air. 

Lansia sehat tidak dehidrasi
(Sumber: foto peguyuban pengawas purna)

Haus adalah kondisi di mana tubuh mengalami keinginan atau kebutuhan untuk minum. Ketika Anda merasa haus, itu adalah tanda bahwa tubuh Anda membutuhkan cairan untuk menjaga keseimbangan hidrasi yang tepat. Rasa haus biasanya  muncul ketika tubuh kehilangan cairan melalui keringat, urin, atau pernapasan.

Masalah pada lansia,  banyak yang tidak memiliki kebiasaan untuk minum, kebanyakan lansia minum hanya saat merasa haus. Di sinilah letak alasan mengapa banyak lansia sebenarnya tidak memiliki literasi mengenai hidrasi yang baik, agar memahami untuk mengidentifikasi apakah mereka mengalami dehidrasi .

Lansia minum bila merasa haus padahal dengan penuaan
dimungkinkan pengaturan rasa haus berkurang sensitivitas
(Sumber: camva.com)

lansia memiliki respons haus yang lebih lemah seiring bertambahnya usia. Mengingat rasa haus adalah cara tubuh  memberi tahu bahwa Anda membutuhkan air, orang dewasa yang lebih tua bahkan mungkin tidak tahu bahwa mereka benar-benar perlu minum dan sampai akhirnya tidak minum.

Haus adalah mekanisme alami yang membantu menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Namun respons haus melemah pada lansia, padahal penting untuk memenuhi kebutuhan hidrasi dengan minum air atau cairan lainnya yang sehat.

Tetapi penting untuk diketahui bahwa rasa haus yang berlebihan atau terus-menerus dapat menjadi tanda penyakit atau kondisi medis tertentu, seperti diabetes atau gangguan ginjal. Jika Anda mengalami haus yang tidak biasa atau intensitasnya berlebihan, sebaiknya konsultasikan dengan tenaga medis atau dokter untuk penilaian lebih lanjut.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan lansia merasa haus lebih sering:

💦 Perubahan dalam sistem pengaturan rasa haus: 

Seiring penuaan, sistem pengaturan rasa haus dalam tubuh dapat berkurang sensitivitasnya. Ini bisa membuat lansia tidak merasa haus bahkan ketika mereka sebenarnya membutuhkan cairan.

💦 Penurunan fungsi ginjal: 

Fungsi ginjal yang menurun seiring dengan penuaan dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang tepat. Hal ini dapat menyebabkan kehilangan cairan lebih cepat dan membuat lansia merasa haus secara terus-menerus.

Fungsi ginjal yang menurun karena penuaan
dapat mempengaruhi keseimbangan cairan yang tepat.
(Sumber: foto canva.com)

💦 Efek obat-obatan: 

Beberapa obat yang umumnya dikonsumsi oleh lansia, seperti diuretik (obat peningkat buang air kecil) atau obat-obatan tertentu, dapat meningkatkan produksi urin atau mempengaruhi keseimbangan cairan dalam tubuh. Ini dapat menyebabkan dehidrasi dan membuat lansia merasa haus lebih sering.

💦 Kondisi medis tertentu: 

Beberapa kondisi medis, seperti diabetes, penyakit ginjal, atau hipertiroidisme, dapat menyebabkan kehilangan cairan yang lebih cepat atau meningkatkan kebutuhan cairan dalam tubuh. Hal ini dapat membuat lansia merasa haus secara berlebihan.

💦 Ketidakmampuan untuk mendeteksi dehidrasi: 

Penuaan juga dapat mempengaruhi kemampuan lansia untuk mendeteksi tanda-tanda dehidrasi, seperti rasa haus atau mulut kering. Ini dapat mengakibatkan penundaan dalam minum cairan yang cukup, yang kemudian menyebabkan mereka merasa haus lebih sering.

Sumber: detik.com

             Penting untuk memastikan bahwa lansia mendapatkan asupan cairan yang cukup untuk menjaga hidrasi yang baik. Jika ada kekhawatiran tentang haus yang berlebihan pada lansia, sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga medis atau dokter untuk penilaian yang lebih tepat.

Beberapa gejala dehidrasi pada lansia dapat meliputi:

💧 Mulut kering:

Lansia yang mengalami dehidrasi mungkin merasakan mulut yang kering dan tidak nyaman.

💧 Kelelahan: 

Dehidrasi dapat menyebabkan penurunan energi dan kelelahan yang berlebihan pada lansia.

💧 Penurunan produksi urin:

Jika lansia mengalami dehidrasi, produksi urin mereka mungkin berkurang atau menjadi lebih pekat.

Lansia dehidrasi mungkin produksi urin berkurang.
(Sumber: foto canva.com)

💧 Kulit kering: 

Dehidrasi dapat membuat kulit menjadi kering, kusam, atau kurang elastis pada lansia.

💧 Pusing atau pingsan:

Kurangnya cairan dalam tubuh dapat mempengaruhi tekanan darah, yang dapat menyebabkan pusing atau bahkan pingsan pada lansia.

💧 Peningkatan detak jantung: 

Dehidrasi dapat menyebabkan peningkatan detak jantung pada lansia.

💧 Gangguan fungsi kognitif: 

Dehidrasi yang parah dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan kewaspadaan pada lansia, termasuk kebingungan atau sulit berkonsentrasi.

                💬 Bila mencurigai dehidrasi pada lansia, segera berikan cairan yang cukup dan perhatikan respons tubuh mereka. Jika gejala dehidrasi persisten atau semakin parah, sebaiknya segera mencari perhatian medis untuk penanganan yang tepat.  

Beberapa penyakit atau kondisi medis yang dapat menyebabkan seseorang merasa haus:

👴 Diabetes: 

Pada diabetes tipe 1 atau tipe 2, kadar glukosa darah yang tinggi dapat menyebabkan buang air besar yang lebih sering, yang berkontribusi pada kehilangan cairan. Hal ini dapat menyebabkan rasa haus yang berlebihan.

👴 Diabetes insipidus:

Kondisi ini terkait dengan gangguan pada hormon antidiuretik, yang bertanggung jawab untuk mengatur jumlah air yang dikeluarkan oleh ginjal. Pada diabetes insipidus, ginjal tidak dapat mempertahankan cairan dengan baik, sehingga menyebabkan produksi urin yang berlebihan dan rasa haus yang konstan.

👴 Penyakit ginjal:

Gangguan fungsi ginjal, seperti gagal ginjal kronis, dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan yang tepat. Hal ini dapat menyebabkan produksi urin yang berlebihan dan merasa haus secara berlebihan.

👴 Hipertiroidisme: 

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid, yang dapat mempengaruhi metabolisme tubuh. Efek ini dapat meningkatkan kebutuhan cairan dalam tubuh dan menyebabkan rasa haus yang berlebihan.

👴 Penyakit Cushing: 

Penyakit Cushing adalah kondisi yang disebabkan oleh tingginya kadar kortisol dalam tubuh. Kondisi ini dapat mempengaruhi keseimbangan elektrolit dan metabolisme air dalam tubuh, yang dapat menyebabkan rasa haus yang berlebihan.

👴 Gangguan hormonal lainnya:

Beberapa gangguan hormon, seperti hiperaldosteronisme atau diabetes insipidus nefrogenik, dapat mempengaruhi keseimbangan air dalam tubuh dan menyebabkan rasa haus yang berlebihan.

Beberapa kiat mencegah dehidrasi pada lansia, antara lain :

💦 Minum cukup air:

Dorong lansia untuk minum air dalam jumlah yang cukup setiap hari. Rata-rata, sekitar 8 gelas (sekitar 2 liter) air per hari direkomendasikan, tetapi kebutuhan hidrasi dapat bervariasi tergantung pada kondisi individu. Pastikan untuk memberikan cairan dalam jumlah yang cukup, terutama di cuaca panas atau saat beraktivitas fisik.

Lansia minum rata-rata 8 gelas (sekitar 2 liter) air per hari
(Sumber: foto canva.com)

💦 Perhatikan tanda-tanda dehidrasi:

 Ajari lansia untuk mengenali tanda-tanda dehidrasi, seperti mulut kering, kulit kering, penurunan produksi urin, kelelahan, atau pusing. Jika mereka mengalami tanda-tanda ini, segera berikan cairan yang cukup.

💦 Buat minum air menjadi kebiasaan:

Bantu lansia untuk membentuk kebiasaan minum air secara teratur dengan menempatkan botol air atau gelas di dekat mereka. Ingatkan mereka secara teratur untuk minum air meskipun mereka tidak merasa haus.

💦 Perhatikan asupan cairan dari makanan dan minuman lain:

Selain air, asupan cairan juga dapat berasal dari makanan dan minuman lainnya, seperti jus, sup, buah segar, atau makanan dengan kandungan air tinggi seperti semangka atau mentimun. Pastikan lansia mendapatkan makanan

💦 Perhatikan asupan cairan dari makanan dan minuman lain: 

Selain air, asupan cairan juga dapat berasal dari makanan dan minuman lainnya, seperti jus, sup, buah segar, atau makanan dengan kandungan air tinggi seperti semangka atau mentimun.

💦 Perhatikan tanda-tanda cuaca ekstrem:

Jika cuaca sangat panas, pastikan lansia terlindung dari sinar matahari secara berlebihan dan memberikan cairan yang cukup untuk menghindari dehidrasi akibat panas.

Penting untuk mengawasi orang tua kita untuk memastikan bahwa mereka terhidrasi dengan baik.

  💭 Ingatkan mereka untuk minum air sepanjang hari terutama saat makan dan setelah berolahraga atau beraktivitas. Simpan air di tempat yang mudah dijangkau, juga sediakan akses yang lebih mudah ke kamar mandi.

💬  Jika minum air terlalu sulit, Anda bisa mencoba mengganti air biasa dengan alternatif. Jus buah atau sayuran adalah pilihan yang baik, tetapi jauhi minuman  mengandung kafein dan alkohol karena keduanya justru sebaliknya, minuman tersebut membuat Anda dehidrasi.

       Selain itu, Anda dapat mendorong mereka untuk makan makanan yang kaya air.  Juga banyak  konsumsi air putih kita yang sebenarnya berasal dari berbagai macam buah dan sayuran. Sebagai gambaran, mentimun saja mengandung 96% air sementara tomat, bayam, brokoli, dan kecambah brussel adalah pilihan lain yang kaya air.








Sumber:

https://absolutecarehealth.com.au/resource-centre/signs-and-symptoms-of-dehydration-in-elderly/

https://www.webmd.com/healthy-aging/what-to-know-about-dehydration-in-older-adults

https://seniorservicesofamerica.com/blog/what-are-symptoms-of-dehydration-in-elderly-people/

https://www.nutrition.org.uk/life-stages/older-people/malnutrition-and-dehydration/dehydration-in-older-people/


Thursday, 17 August 2023

Bercocok Tanam , Hobi Lansia Yang Perlu Diwaspadai

             Berkebun dan menanam tanaman adalah hal yang menyenangkan. Hal ini biasanya menjadi hobi bagi lansia yang sudah pensiun.  Beberapa tampak senang menanam tumbuhan hijau, sedangkan sebagian lebih senang menanam bunga, sayur hingga buah-buahan.

Berkebun tetap bisa dilakukan meski tidak memiliki lahan luas. Urban farming bisa menjadi pilihan dengan memanfaatkan pot bunga, wadah plastik bekas, atau menggunakan sistem tanam tanpa tanah (hidroponik). 

Lansia sehat di tengah dewasa muda setelah upacara kemerdekaan RI ke- 78
kegiatan sehat selain bercocok tanam. (Sumber: foto pens 49 ceria)

Namun lansia juga harus berhati-hati karena ada tanaman yang berbahaya,  Lansia rentan terhadap beberapa tanaman.

Beberapa alasan mengapa lansia rentan terhadap tanaman, antara lain:

👣 Sistem kekebalan tubuh yang melemah:

Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh lansia cenderung melemah. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap iritasi, reaksi alergi, dan infeksi yang disebabkan oleh tanaman tertentu.

Lansia memperingati hari kemerdekaan RI ke- 78
aktivitas sehat selain berkebun. (Sumber: foto pens 49 ceria)

👣 Penurunan indra peraba: 

Lansia mungkin mengalami penurunan sensitivitas pada indra peraba, yang dapat menyebabkan mereka tidak menyadari sentuhan atau bahaya potensial yang mungkin ditimbulkan oleh tanaman berduri atau beracun.

👣 Penurunan keterampilan motorik: 

Kemampuan motorik lansia juga dapat menurun, sehingga mereka mungkin lebih rentan terhadap cedera jika bersentuhan dengan tanaman berduri atau berbahaya. Koordinasi yang buruk atau kelemahan fisik dapat membuat sulit bagi mereka untuk menghindari kontak yang tidak aman dengan tanaman.

 lansia hobi bercocok tanam
(Sumber: canva.com)

👣 Penggunaan obat-obatan: 

Lansia sering mengonsumsi obat-obatan dalam dosis dan kombinasi yang kompleks. Beberapa tanaman dapat berinteraksi dengan obat-obatan tersebut dan menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan atau mengurangi efektivitas obat-obatan yang sedang mereka konsumsi.

👣 Gangguan kesehatan yang mendasarinya: 

Lansia mungkin memiliki kondisi kesehatan yang mendasari seperti gangguan kardiovaskular, gangguan hati, atau gangguan sistem saraf. Beberapa tanaman tertentu dapat mempengaruhi kondisi ini atau memperburuk gejala yang ada.

Beberapa contoh tanaman yang berpotensi berbahaya termasuk:

🍁 Tanaman berduri: 

Tanaman seperti rose bush atau tanaman berduri lainnya dapat menyebabkan luka pada kulit lansia jika mereka tidak berhati-hati.

🍁 Tanaman beracun:

Beberapa tanaman hias atau tanaman liar dapat mengandung zat beracun jika termakan. Contoh tanaman beracun yang umum meliputi azalea, krisan, lily, oleander, dan tanaman poinsettia.

🍁 Tanaman yang menyebabkan iritasi: 

Beberapa tanaman, seperti tanaman jelatang, dapat menyebabkan iritasi kulit pada lansia jika mereka terpapar langsung.

Jelatang tanaman yang dapat membuat iritasi kulit lansia
(Sumber: foto canva.com)

🍁 Tanaman obat-obatan: 

Lansia sering memiliki pengobatan yang kompleks, dan beberapa tanaman obat dapat berinteraksi dengan obat-obatan tersebut. Konsultasikan dengan dokter atau ahli farmasi sebelum mengonsumsi tanaman obat tertentu.

            💬 Untuk diingat bahwa tidak semua tanaman memiliki efek berbahaya pada lansia, dan beberapa bahkan dapat memberikan manfaat kesehatan. Namun, untuk menghindari risiko yang tidak diinginkan, disarankan untuk menghindari tanaman yang berpotensi berbahaya atau melakukan konsultasi dengan ahli taman atau ahli kesehatan sebelum menanam tanaman baru di sekitar lansia.

Beberapa contoh tanaman yang dapat menyebabkan iritasi pada lansia jika terpapar langsung adalah sebagai berikut:

🌿 Tanaman jelatang (Urtica dioica):

Tanaman ini memiliki rambut-rambut halus yang mengandung zat iritan. Jika lansia bersentuhan dengan tanaman jelatang, mereka dapat mengalami ruam, gatal, dan iritasi pada kulit.

🌿  Tanaman lidah mertua (Sansevieria):

Meskipun umumnya dianggap sebagai tanaman indoor yang aman, beberapa individu mungkin mengalami iritasi kulit jika terkena getah tanaman lidah mertua.

🌿  Tanaman kaktus:

Duri pada tanaman kaktus dapat menyebabkan iritasi kulit jika lansia tidak berhati-hati saat merawat atau menyentuhnya.

🌿  Tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis):

Beberapa individu sensitif terhadap getah tanaman kembang sepatu dan dapat mengalami iritasi kulit jika terpapar.

🌿 Tanaman getah (Euphorbia): 

Tanaman dalam keluarga Euphorbia, seperti poinsettia atau tanaman lidah buaya, dapat mengandung getah yang mengandung senyawa iritan. Jika lansia bersentuhan dengan getah tersebut, dapat menyebabkan iritasi kulit.

              💬 Jika lansia memiliki riwayat sensitivitas atau alergi terhadap tanaman tertentu, penting untuk menghindarkan mereka dari kontak langsung dengan tanaman tersebut. Jika terjadi iritasi atau reaksi alergi setelah bersentuhan dengan tanaman, segera bersihkan area yang terkena dengan air bersih dan sabun ringan, dan konsultasikan dengan dokter jika iritasi berlanjut atau menjadi lebih parah.

Tanaman berduri dapat menjadi berbahaya bagi lansia karena dapat menyebabkan luka dan cedera pada kulit mereka. 

Beberapa contoh tanaman berduri yang perlu dihindari oleh lansia antara lain:

🍄 Mawar (Rosa):

Mawar adalah tanaman berduri yang umum di taman. Duri-durinya tajam dan dapat menyebabkan luka jika lansia tidak berhati-hati saat berinteraksi dengan tanaman ini.

 🍄 Berberis (Berberis):

Tanaman berberis memiliki duri-duri yang tajam dan berbahaya jika terkena. Mereka dapat menyebabkan cedera pada kulit lansia yang tidak berhati-hati.

Duri berberis berbahaya bila kena kulit lansia
(Sumber: foto canva.com)

🍄 Tanaman kaktus:

Tanaman kaktus memiliki duri-duri yang keras dan tajam. Jika lansia secara tidak sengaja menyentuh atau terjatuh ke tanaman kaktus, bisa menyebabkan luka dan kesulitan dalam mengeluarkan duri.

🍄 Goji Berry (Lycium barbarum):

Beberapa varietas tanaman goji berry memiliki duri pada cabang dan rantingnya. Jika lansia tidak berhati-hati saat memanen atau merawat tanaman ini, mereka dapat terluka oleh durinya.

🍄 Beronjong (Opuntia)

Tanaman beronjong atau yang sering disebut "kaktus tuna" memiliki duri-duri besar dan kasar yang melekat pada batangnya. Lansia harus berhati-hati untuk menghindari cedera saat berinteraksi dengan tanaman ini.

            💬  Lansia harus berhati-hati dan menghindari sentuhan langsung dengan tanaman berduri yang berpotensi berbahaya. Jika luka terjadi akibat cedera dari tanaman berduri, segera bersihkan luka dengan air bersih dan sabun ringan, dan hubungi tenaga medis jika luka tersebut parah atau berisiko terinfeksi.

Beberapa tanaman beracun yang dapat berbahaya bagi lansia. 

🌺 Oleander (Nerium oleander): 

Tanaman ini mengandung zat beracun seperti oleandrin yang dapat menyebabkan masalah kardiovaskular, gangguan pencernaan, dan masalah neurologis jika dimakan.

🌺 Azalea (Rhododendron):

Tanaman ini mengandung zat beracun seperti andromedotoxin yang dapat menyebabkan muntah, diare, gangguan jantung, dan masalah neurologis jika dimakan.

🌺 Lily (Lilium): 

Beberapa varietas lily, seperti lily Calla, lily Easter, dan lily Tiger, dapat beracun bagi kucing, dan kemungkinan juga beracun bagi lansia jika tanaman tersebut dimakan.

🌺 Castor bean (Ricinus communis):

Biji tanaman ini mengandung racun yang disebut ricin. Jika biji ini dikonsumsi, bisa menyebabkan muntah, diare, dehidrasi, dan dalam kasus yang parah, keracunan yang mengancam jiwa.

🌺 Dieffenbachia: 

Tanaman hias ini memiliki getah yang mengandung kristal kalsium oksalat yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan membran lendir jika terpapar.

🌺 Datura (Jimsonweed)

Tanaman ini mengandung alkaloid beracun yang dapat menyebabkan efek samping serius, termasuk kebingungan, halusinasi, masalah pernapasan, dan masalah kardiovaskular jika tanaman ini dikonsumsi.

             💬 Bila ada tanaman beracun di sekitar lansia, sebaiknya menghindarkan lansia dari kontak langsung dengan tanaman tersebut. Jika terjadi kecurigaan bahwa tanaman telah dimakan atau ada tanda-tanda keracunan, segera hubungi layanan medis darurat atau konsultasikan dengan dokter.

Beberapa tanaman obat yang perlu diwaspadai oleh lansia antara lain:

🌵 Tanaman Digitalis (Digitalis spp.):

Tanaman ini mengandung senyawa digitalis yang digunakan dalam pengobatan penyakit jantung tertentu. Namun, dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan efek samping serius seperti gangguan irama jantung atau keracunan digitalis.

🌵 Tanaman Belladonna (Atropa belladonna): 

Tanaman ini mengandung alkaloid beracun seperti atropin dan skopolamin. Penggunaan yang tidak tepat atau overdosis dapat menyebabkan efek samping seperti kebingungan, halusinasi, gangguan penglihatan, dan masalah pernapasan.

🌵 Tanaman Valerian (Valeriana officinalis):

Valerian sering digunakan sebagai tanaman obat untuk mengatasi kecemasan dan insomnia. Namun, pada dosis yang tinggi atau penggunaan jangka panjang, tanaman ini dapat menyebabkan efek samping seperti kelelahan, gangguan koordinasi, dan reaksi alergi.

🌵 Tanaman Kava (Piper methysticum): 

Tanaman ini digunakan dalam beberapa tradisi sebagai obat penenang. Namun, penggunaan jangka panjang atau dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati dan mempengaruhi fungsi kognitif.

            💬  Memang beberapa tanaman obat memiliki manfaat terapeutik yang signifikan jika digunakan dengan benar dan di bawah pengawasan yang tepat. Namun, lansia harus berkonsultasi dengan profesional medis atau ahli herbal sebelum mengonsumsi atau menggunakan tanaman obat tertentu.

Beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah lansia dari bahaya tanaman:

📌 Edukasi: 

Lansia dan orang-orang yang merawat mereka perlu diberikan informasi tentang tanaman berbahaya dan cara mengidentifikasinya. Berikan pengetahuan tentang jenis tanaman yang beracun, berduri, atau berpotensi menyebabkan iritasi kulit.

📌 Penanaman yang bijaksana:

Pilih tanaman yang aman dan tidak berbahaya untuk ditanam di sekitar area lansia. Hindari tanaman berduri atau beracun yang berpotensi menyebabkan cedera atau masalah kesehatan.

📌 Pemantauan: 

Perhatikan secara teratur tanaman di sekitar lansia. Periksa apakah ada tanaman berduri yang tumbuh di area yang dapat dijangkau oleh mereka. Jika ditemukan tanaman berbahaya, segera ambil langkah untuk menghapusnya atau mengisolasi area tersebut.

📌 Tanda peringatan:

Pasang tanda peringatan atau label pada tanaman berbahaya untuk memberi tahu lansia agar berhati-hati dan menghindari kontak langsung.

📌 Pendidikan keselamatan: 

Ajarkan lansia untuk tidak menyentuh atau memakan tanaman yang tidak dikenal. Jelaskan risiko yang terkait dengan tanaman berduri atau beracun dan beri tahu mereka tentang gejala yang mungkin muncul jika terjadi paparan.

📌 Pengawasan:

Berikan pengawasan yang memadai pada lansia, terutama jika mereka memiliki gangguan kognitif atau kelemahan fisik yang dapat membuat mereka rentan terhadap cedera. Jangan biarkan mereka berinteraksi dengan tanaman berbahaya tanpa pengawasan.

📌 Konsultasi dengan profesional: 

Jika ada kekhawatiran tentang tanaman tertentu di sekitar lansia, konsultasikan dengan ahli taman atau ahli kesehatan untuk saran dan rekomendasi yang tepat.

📌 Perawatan kulit: 

Jika lansia sengaja atau tidak sengaja bersentuhan dengan tanaman yang menyebabkan iritasi kulit, pastikan untuk membersihkan area yang terkena dengan air bersih dan sabun ringan serta berikan perawatan kulit yang tepat jika diperlukan.

             💬 Kombinasi langkah-langkah tersebut, dapat membantu mencegah lansia dari bahaya yang terkait dengan tanaman di sekitar mereka.





Sumber:

https://www.webmd.com/skin-problems-and-treatments/ss/slideshow-poison-plants-guide

https://www.healthvermont.gov/environment/chemicals/poisonous-plants-vermont

https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/gardening-for-older-people#health-considerations-in-the-garden

https://www.homecareassistancebarrie.ca/easy-to-maintain-plants-for-older-adults/