Di daerah beriklim sedang, flu menjadi epidemi musiman yang terjadi terutama pada musim dingin, sedangkan di daerah tropis, flu dapat terjadi sepanjang tahun sehingga menyebabkan wabah lebih tidak teratur. Kebanyakan orang sembuh dari demam dan gejala lainnya dalam waktu seminggu tanpa memerlukan pengobatan.
Bila mengalami bersin-bersin, hidung berair, dan tenggorokan gatal, kebanyakan orang mengira bahwa itu adalah gejala flu. Gejala tersebut bisa juga terjadi karena kondisi kesehatan lainnya, seperti rinitis alergi.
Perbedaan Flu dan Rinitis Alergi:
👉 Flu atau influenza merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang dapat menyerang hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Kondisi ini sangat umum terjadi di musim pancaroba.
👉 Rinitis alergi ( Allergic Rhinitis) adalah kondisi peradangan pada selaput lendir hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi terhadap bahan-bahan tertentu, seperti serbuk sari, tungau debu, bulu hewan, atau spora jamur.
Rinitis alergi kondisi peradangan disebabkan oleh reaksi alergi terhadap bahan-bahan tertentu. (Sumber: foto pens 49 ceria) |
Rinitis alergi bisa dibagi menjadi dua, yaitu rinitis alergi musiman dan perenial (menetap). Rinitis alergi musiman paling sering dipicu oleh alergen di luar ruangan, seperti serbuk sari dan jamur. Sedangkan rinitis alergi perenial sering dipicu oleh alergen dalam ruangan. Contohnya seperti tungau debu, jamur dan bulu binatang.
Rinitis alergi bisa dipicu oleh bahan-bahan, seperti: bulu hewan, jamur dan tungau debu. (Sumber: foto canva.com) |
Meskipun rinitis alergi lebih umum terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda, namun lansia juga dapat terkena kondisi ini.
Beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa lansia rentan terkena rinitis alergi adalah sebagai berikut:
🔎 Penurunan Sistem Kekebalan Tubuh:
Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh cenderung mengalami penurunan. Ini dapat membuat lansia lebih rentan terhadap infeksi dan reaksi alergi, termasuk rinitis alergi.
🔎 Perubahan Fisiologis:
Lansia sering mengalami perubahan dalam struktur dan fungsi organ tubuh, termasuk hidung dan saluran pernapasan. Perubahan ini dapat mempengaruhi bagaimana tubuh merespons alergen dan menyebabkan gejala rinitis alergi.
🔎 Akomodasi Lingkungan:
Lansia cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan, terutama dalam kondisi yang tidak selalu terkontrol dengan baik, seperti akumulasi debu, spora jamur, dan bahan alergen lainnya. Ini dapat meningkatkan risiko terpapar alergen yang memicu reaksi rinitis.
Rinitis alergi dapat ditimbulkan oleh bulu hewan (Sumber: foto canva.com) |
🔎 Akumulasi Paparan Alergen:
Seiring bertambahnya usia, kemungkinan seseorang terpapar alergen secara berulang dari lingkungan juga meningkat. Akumulasi paparan ini dapat menyebabkan perkembangan reaksi alergi pada lansia yang pada awalnya mungkin tidak terlihat.
🔎 Penyakit Penyerta (Komorbiditas):
Lansia sering memiliki kondisi medis lain, seperti penyakit jantung, diabetes, atau tekanan darah tinggi. Beberapa kondisi ini dapat mempengaruhi respons imun tubuh dan meningkatkan risiko reaksi alergi.
🔎 Penggunaan Obat-obatan:
Beberapa obat yang sering digunakan oleh lansia, seperti antihistamin, dekongestan, atau kortikosteroid, dapat mempengaruhi respons alergi tubuh. Penggunaan obat-obatan ini juga dapat memiliki dampak pada gejala rinitis alergi.
Rinitis alergi pada lansia memiliki ciri-ciri yang serupa dengan rinitis alergi pada kelompok usia lainnya. Namun, perlu diingat bahwa gejala dan intensitasnya dapat bervariasi antara individu.
Beberapa ciri umum yang dapat mengindikasikan bahwa seorang lansia mungkin mengalami rinitis alergi:
💦 Hidung Tersumbat atau Berair:
Lansia dengan rinitis alergi mungkin mengalami hidung tersumbat atau berair secara kronis. Hidung yang berair bisa menyebabkan rinore (mengalirnya lendir dari hidung) yang berkelanjutan.
💦 Bersin-bersin:
Lansia yang mengalami rinitis alergi sering kali bersin-bersin secara berulang. Bersin ini mungkin lebih sering terjadi saat terpapar alergen atau dalam situasi tertentu.
Bersin - bersin karena terpapar alergen (Sumber: foto canva.com) |
💦 Gatal pada Hidung, Tenggorokan, atau Mata:
Rasa gatal di sekitar hidung, tenggorokan, dan mata dapat menjadi gejala yang mengganggu pada lansia dengan rinitis alergi.
💦 Batuk dan Pilek:
Batuk dan pilek ringan hingga sedang juga bisa menjadi gejala rinitis alergi pada lansia. Pilek ini umumnya tidak diakibatkan oleh infeksi virus atau bakteri.
💦 Wajah dan Kepala:
Beberapa lansia dengan rinitis alergi mungkin merasa tidak nyaman di wajah dan kepala karena adanya tekanan atau sakit pada daerah hidung dan sinus.
💦 Gangguan Tidur:
Gejala rinitis alergi, seperti hidung tersumbat atau bersin-bersin yang terjadi terutama pada malam hari, bisa mengganggu tidur lansia.
💦 Penglihatan Kabur:
Pada beberapa kasus, iritasi mata yang disebabkan oleh rinitis alergi dapat menyebabkan penglihatan kabur atau gangguan penglihatan sementara.
💦 Perburukan Kondisi Penyakit Lain:
Pada lansia dengan penyakit seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), rinitis alergi bisa memperburuk gejala pernapasan dan mempengaruhi kualitas hidup.
💭 Penyebab rinitis alergi pada lansia sama seperti pada kelompok usia lainnya. Rinitis alergi pada lansia disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap bahan-bahan alergen tertentu.
Beberapa penyebab umum rinitis alergi pada lansia meliputi:
🌷 Serbuk Sari:
Serbuk sari dari berbagai jenis tanaman seperti rumput, pohon, dan tanaman lainnya dapat menjadi pemicu rinitis alergi pada lansia. Serbuk sari tersebar di udara dan dapat dihirup, memicu reaksi alergi.
Serbuk sari menjadi pemicu rinitis alergi (Sumber: foto canva.com) |
🌷 Tungau Debu:
Tungau debu rumah adalah alergen umum yang dapat menyebabkan rinitis alergi pada semua kelompok usia, termasuk lansia. Tungau debu hidup di tempat-tempat yang lembab dan berdebu di dalam rumah.
🌷 Bulu Hewan:
Bulu hewan peliharaan seperti kucing dan anjing mengandung protein alergen yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada lansia yang sensitif.
🌷 Spora Jamur:
Spora jamur yang terdapat di dalam dan di luar ruangan dapat menjadi pemicu rinitis alergi pada lansia yang rentan.
🌷 Bahan Kimia dan Polusi:
Paparan bahan kimia tertentu dan polusi udara juga dapat memicu reaksi alergi pada lansia yang lebih rentan.
🌷 Pollen:
Selain serbuk sari, pollen dari bunga dan tanaman lainnya juga dapat menyebabkan rinitis alergi pada lansia, terutama jika lansia berada di lingkungan yang kaya akan vegetasi.
🌷 Perubahan Lingkungan:
Lansia yang menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan yang tidak terkontrol dengan baik, terutama jika terdapat debu, spora jamur, atau alergen lainnya, memiliki risiko lebih tinggi terkena rinitis alergi.
🌷 Penurunan Kekebalan Tubuh:
Penurunan kekebalan tubuh yang sering terjadi pada usia lanjut dapat membuat lansia lebih rentan terhadap reaksi alergi terhadap alergen.
🌷 Riwayat Keluarga:
Jika ada riwayat keluarga dengan riwayat alergi, risiko mengembangkan rinitis alergi pada lansia bisa lebih tinggi.
💭 Mencegah rinitis alergi pada lansia melibatkan langkah-langkah untuk mengurangi paparan terhadap alergen yang dapat memicu reaksi alergi.
Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah rinitis alergi pada lansia:
📦 Pantau Kondisi Lingkungan:
Pastikan lingkungan tempat tinggal lansia bersih dan teratur. Bersihkan debu secara teratur, cuci sprei dan bantal secara berkala, dan menjaga kebersihan ruangan.
Lingkungan tempat tinggal bersih dari debu. (Sumber: foto canva.com) |
📦 Kendalikan Alergen di Rumah:
Gunakan penutup anti-alergi untuk kasur dan bantal, vakum dengan penyaring udara HEPA (High Efficiency Particulate Air), dan pertimbangkan menggunakan pengering udara atau dehumidifier untuk mengurangi kelembaban dan pertumbuhan tungau debu.
📦 Batasi Kontak dengan Hewan Peliharaan:
Jika lansia memiliki alergi terhadap bulu hewan, hindari kontak langsung dengan hewan peliharaan. Rutinlah mencuci tangan setelah berinteraksi dengan hewan peliharaan.
📦 Kendalikan Serbuk Sari:
Pada musim serbuk sari tinggi, lansia sebaiknya menghindari aktivitas di luar ruangan selama waktu-waktu di mana serbuk sari berada pada tingkat tertinggi.
📦 Jaga Kebersihan Hidung:
Membersihkan hidung dengan larutan garam fisiologis atau semprotan hidung isotonis dapat membantu menghilangkan alergen dan mengurangi gejala.
📦 Gunakan Filter Udara:
Gunakan purifier udara dengan penyaring udara HEPA untuk membersihkan udara dalam ruangan dari alergen dan partikel-partikel kecil.
📦 Hindari Parfum dan Aroma Kuat:
Beberapa parfum dan produk aroma kuat dapat memicu iritasi hidung dan mata. Hindari penggunaan produk-produk ini jika lansia rentan terhadap reaksi alergi.
📦 Penggunaan Obat:
Jika lansia sudah memiliki riwayat rinitis alergi atau alergi lainnya, konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan obat antialergi yang sesuai, seperti antihistamin atau dekongestan.
📦 Polusi Udara:
Hindari tempat-tempat yang memiliki polusi udara tinggi, karena partikel-partikel polutan dapat memicu atau memperburuk gejala rinitis alergi.
📦 Makanan:
Beberapa makanan tertentu dapat memicu reaksi alergi atau intoleransi pada sebagian orang. Jika ada gejala yang berkaitan dengan makanan, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi.
💬 Pengobatan rinitis alergi pada lansia tergantung pada tingkat keparahan gejala dan kondisi kesehatan secara keseluruhan.
Beberapa pilihan pengobatan yang dapat dipertimbangkan untuk mengatasi rinitis alergi pada lansia:
🎯 Antihistamin:
Antihistamin adalah obat yang dapat membantu mengurangi gejala seperti gatal-gatal, bersin-bersin, hidung berair, dan mata merah. Ada berbagai jenis antihistamin yang tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, atau semprotan hidung. Beberapa antihistamin dapat menyebabkan kantuk, jadi perlu memilih yang cocok untuk lansia.
🎯 Dekongestan:
Dekongestan dapat membantu meredakan hidung tersumbat dengan mengurangi pembengkakan pembuluh darah di hidung. Namun, dekongestan sebaiknya digunakan dalam jangka pendek karena penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan efek samping seperti kenaikan tekanan darah.
🎯 Semprotan Hidung Kortikosteroid:
Semprotan hidung kortikosteroid adalah obat topikal yang membantu mengurangi peradangan di hidung dan meringankan gejala rinitis alergi seperti hidung tersumbat dan bersin-bersin. Mereka sering dianggap aman untuk digunakan dalam jangka panjang jika digunakan sesuai petunjuk dokter.
🎯 Pengobatan Kombinasi:
Beberapa obat bisa mengandung kombinasi antihistamin dan dekongestan atau antihistamin dan semprotan hidung kortikosteroid. Ini bisa membantu mengatasi beberapa gejala secara bersamaan.
🎯 Imunoterapi Alergen:
Imunoterapi alergen, juga dikenal sebagai suntikan alergi atau terapi hiposensitisasi, dapat menjadi opsi untuk lansia yang memiliki reaksi alergi parah dan tidak merespons dengan baik terhadap obat-obatan. Imunoterapi ini melibatkan pemberian dosis-dosis kecil alergen yang bertujuan mengurangi reaksi alergi seiring waktu.
🎯 Pengelolaan Lingkungan:
Menghindari paparan alergen yang memicu reaksi alergi bisa membantu mengurangi gejala. Ini melibatkan langkah-langkah seperti membersihkan rumah dengan baik, menjaga kelembaban rendah untuk mengendalikan tungau debu, dan menghindari kontak dengan hewan peliharaan jika seseorang alergi terhadap bulu hewan.
🎯 Konsultasi dengan Ahli Alergi:
Lansia yang memiliki gejala rinitis alergi yang parah atau sulit diatasi sebaiknya berkonsultasi dengan dokter ahli alergi. Ahli alergi dapat melakukan penilaian mendalam dan memberikan rekomendasi pengobatan yang sesuai.
Penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai pengobatan apa pun, terutama pada lansia yang mungkin memiliki kondisi kesehatan lain atau sedang menggunakan obat-obatan lain. Dokter dapat membantu merencanakan pengobatan yang aman dan efektif sesuai dengan kebutuhan dan kondisi individu.
Sumber:
https://www.nhs.uk/conditions/allergic-rhinitis/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538186/
https://www.nhsinform.scot/illnesses-and-conditions/ears-nose-and-throat/allergic-rhinitis