Sunday, 27 August 2023

Perilaku Meremehkan, Menghancurkan Hubungan Pada Lansia.

          Meremehkan ( belittle) dapat dengan mudah diduga dari dua kata yang terdiri dari, “menjadi” dan “kecil”.  Dengan kata lain, meremehkan adalah bahasa atau perilaku yang secara harfiah membuat seseorang merasa kecil, tidak penting, rendah diri, atau diremehkan. 

Meskipun mudah untuk memahami apa yang dimaksud dengan meremehkan, lebih sulit untuk mengidentifikasinya sebagai taktik pelecehan verbal dan emosional  karena tidak seperti berteriak dan membentak, meremehkan biasanya terjadi secara pribadi dan menjadi pola pelecehan seiring berjalannya waktu. 

Meremehkan adalah tindakan yang tidak pantas dan tidak menghormati. Tidak ada alasan atau manfaat yang baik dalam meremehkan orang lain. Ini hanya menciptakan ketidaknyamanan, kebingungan, dan kerusakan hubungan. 

Kolaborasi dapat terwujud bila saling menghargai
dan tidak meremehkan. (Sumber: foto forum warga 09/09)

Beberapa hal mengapa meremehkan adalah perilaku yang sebaiknya dihindari:

πŸ“› Kurang Menghormati: 

Meremehkan mencerminkan kurangnya rasa hormat terhadap orang lain. Setiap individu pantas dihormati, bahkan jika Anda tidak setuju dengan mereka.

πŸ“› Membuat Orang Tidak Nyaman: 

Ketika Anda meremehkan seseorang, Anda bisa membuat mereka merasa tidak nyaman, malu, atau kecil. Ini bisa berdampak buruk pada kesejahteraan mental dan emosional mereka.

Meremehkan orang membuat orang jadi tidak nyaman
(Sumber: foto canva.com)

πŸ“› Mengganggu Hubungan:

Meremehkan bisa merusak hubungan baik dalam lingkungan pribadi maupun profesional. Ini menciptakan jarak dan kesenjangan antara individu, sulit untuk membangun hubungan yang sehat.

πŸ“› Tidak Membantu Masalah: 

Meremehkan tidak pernah membantu dalam menyelesaikan masalah. Justru, itu hanya memperburuk situasi dengan menambahkan konflik dan ketegangan.

πŸ“› Menghalangi Pertumbuhan Pribadi: 

Ketika Anda meremehkan seseorang, Anda menghalangi mereka untuk berkembang dan mencapai potensi penuh mereka. Lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan pembelajaran jauh lebih produktif.

πŸ“› Tidak Mencerminkan Kematangan Emosional:

Meremehkan adalah tanda kurangnya kematangan emosional. Mengatasi perbedaan dengan cara yang konstruktif adalah tanda kematangan dan kedewasaan.

πŸ“› Pengaruh Negatif Terhadap Citra Diri:

Jika Anda merasa perlu meremehkan orang lain untuk merasa baik tentang diri sendiri, ini menunjukkan kurangnya kepercayaan diri yang sebenarnya.

πŸ“› Bisa Kembali Kepada Anda: 

Sikap meremehkan bisa memantul kembali kepada Anda. Orang lain mungkin juga akan meremehkan Anda sebagai respons atas perilaku Anda.

πŸ“› Menghambat Kolaborasi: 

Kolaborasi yang efektif memerlukan saling pengertian dan keterbukaan. Meremehkan hanya menghalangi kemampuan untuk bekerja bersama dengan produktif.

Meremehkan hanya menghalangi kerjasama
(Sumber: canva.com)

πŸ“› Tidak Etis dan Tidak Sopan: 

Di atas segalanya, meremehkan adalah perilaku yang tidak etis dan tidak sopan. Ini tidak sesuai dengan standar kesopanan dan rasa hormat dalam interaksi sosial.

       Meremehkan orang lain, dampaknya bisa merugikan baik bagi orang yang melakukannya maupun bagi orang yang menjadi sasaran. Penting untuk berusaha membangun hubungan yang positif dan penghargaan terhadap nilai-nilai dan martabat setiap individu, tanpa harus merasa lebih baik atau lebih rendah daripada orang lain.

Lansia, seperti kelompok usia lainnya, juga dapat menunjukkan perilaku meremehkan terhadap orang lain. Ini dapat muncul dari berbagai faktor, termasuk perasaan ketidakamanan, perubahan dalam kehidupan, dan perasaan tidak puas dengan diri sendiri. 

Beberapa ciri Lansia meremehkan Orang Lain:

πŸ’ͺ Sikap Superioritas:

Lansia yang meremehkan mungkin menunjukkan sikap superioritas, merasa bahwa mereka lebih baik atau lebih penting daripada orang lain.

Lansia meremehkan menunjukkan sikap superior
(Sumber: foto canva.com)

πŸ’ͺ Pembandingan Negatif:

Mereka cenderung membandingkan diri mereka dengan orang lain dengan hasil yang merugikan orang lain.

πŸ’ͺ Sikap Tidak Menghargai: 

Lansia yang meremehkan mungkin tidak menghargai kontribusi atau usaha orang lain.

πŸ’ͺ Tidak Mau Memberikan Pengakuan:

Mereka mungkin enggan memberikan pengakuan atau pujian kepada orang lain, bahkan ketika itu pantas.

πŸ’ͺ Kurangnya Empati: 

Kurangnya empati terhadap perasaan dan pengalaman orang lain bisa menjadi tanda perilaku meremehkan.

πŸ’ͺ Sikap Menghinakan Prestasi Orang Lain:

Mereka mungkin menghindari mengakui prestasi atau keberhasilan orang lain dan bahkan mencoba merendahkan pencapaian tersebut.

πŸ’ͺ Mengabaikan Kontribusi Orang Lain: 

Lansia yang meremehkan mungkin mengabaikan atau tidak memperhatikan kontribusi atau usaha yang dilakukan oleh orang lain.

       πŸ’¬ Mengembangkan empati, berkomunikasi dengan baik, dan bekerja pada pemahaman tentang nilai-nilai dan martabat individu dapat membantu dalam menciptakan hubungan yang lebih sehat dan positif. 

Lansia yang meremehkan  orang lain dapat mengalami berbagai kerugian, baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi hubungan sosial mereka. 

Beberapa kerugian akibat perilaku meremehkan orang lain pada lansia:

πŸ‘‡ Kerugian Bagi Lansia Sendiri:

πŸ‘‰ Kesejahteraan Mental yang Buruk: 

Perilaku meremehkan orang lain dapat menyebabkan perasaan bersalah, stres, kecemasan, dan depresi pada lansia.

πŸ‘‰ Pemisahan Sosial: 

Perilaku negatif terhadap orang lain dapat membuat lansia dihindari oleh teman, keluarga, atau komunitas, menyebabkan isolasi sosial.

Isolasi sosial terjadi bila meremehkan orang lain
(Sumber: foto canva.com)

πŸ‘‰ Harga Diri Menurun: 

Melakukan perilaku meremehkan dapat merusak harga diri lansia dan mengurangi rasa kepuasan dan kebahagiaan dalam hidup mereka.

πŸ‘‰ Perasaan Kesepian: 

Sikap meremehkan orang lain bisa menyebabkan lansia merasa kesepian karena mereka tidak mampu menjaga hubungan sosial yang sehat.

πŸ‘‡ Kerugian Bagi Hubungan dan Masyarakat:

πŸ‘‰ Kerusakan Hubungan:

Perilaku meremehkan dapat merusak hubungan sosial, termasuk hubungan dengan teman, keluarga, dan anggota masyarakat.

πŸ‘‰ Pembentukan Prasangka Negatif:

Perilaku negatif dapat memicu pembentukan prasangka negatif di kalangan teman, keluarga, atau komunitas, yang berdampak pada cara mereka memandang lansia tersebut.

πŸ‘‰ Ketidakstabilan Komunitas: 

Sikap meremehkan dapat mengganggu harmoni dalam kelompok atau komunitas, memicu konflik interpersonal dan mengurangi dukungan sosial.

πŸ‘‰ Penurunan Kualitas Hidup: 

Lingkungan yang didominasi oleh sikap meremehkan dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup lansia dan masyarakat secara keseluruhan

       Menghilangkan perilaku meremehkan pada lansia memerlukan kesadaran, usaha, dan komitmen untuk mengubah sikap dan perilaku yang tidak sehat tersebut. 

Beberapa langkah yang dapat membantu lansia mengatasi perilaku meremehkan :

😊 Kenali Perilaku dan Motivasi: 

Pertama-tama, lansia perlu mengenali perilaku meremehkan pada diri mereka sendiri. Cobalah memahami alasan di balik perilaku ini, seperti perasaan ketidakamanan, perubahan hidup, atau emosi negatif lainnya.

😊 Kembangkan Kesadaran Diri: 

Lansia bisa bekerja pada pengembangan kesadaran diri tentang bagaimana perilaku mereka memengaruhi diri sendiri dan orang lain. Ini bisa melibatkan refleksi, jurnal, atau berbicara dengan orang-orang terpercaya.

😊 Ganti Pola Pikir Negatif: 

Lansia perlu mengidentifikasi dan mengganti pola pikir negatif yang mendorong perilaku meremehkan. Cobalah fokus pada aspek positif dari diri sendiri dan orang lain.

Lansia harus mengganti pola berpikir negatif menjadi
pola positif agar tidak meremehkan orang lain.
(Sumber: foto canva.com)

😊 Latih Empati: 

Latih kemampuan untuk melihat dunia dari sudut pandang orang lain. Ini akan membantu lansia lebih memahami perasaan dan pengalaman orang lain, dan mengurangi kecenderungan meremehkan.

😊 Jaga Komunikasi Positif:

Hindari penggunaan kata-kata atau nada yang meremehkan saat berbicara dengan orang lain. Cobalah untuk menggunakan komunikasi yang penuh penghargaan dan pengertian.

😊 Berbicara Terbuka:

Jika ada masalah atau ketidakpuasan yang mendasari perilaku meremehkan, lansia sebaiknya berbicara terbuka dengan orang yang terkena dampak atau seseorang yang dapat memberikan dukungan dan saran.

😊 Pentingkan Pendidikan dan Pemahaman: 

Lansia bisa mencari informasi lebih lanjut tentang perbedaan, nilai-nilai individu, dan dampak perilaku meremehkan  . Pendidikan dan pemahaman dapat membantu merobah sikap.

😊 Berlatih Penghargaan:

Lansia bisa berlatih memberikan penghargaan dan pujian kepada orang lain. Mengakui pencapaian dan usaha orang lain dapat membangun hubungan yang positif.

😊 Cari Dukungan: 

Lansia dapat mencari dukungan dari teman, keluarga, atau profesional kesehatan mental. Mereka dapat memberikan perspektif dan dukungan yang diperlukan dalam mengubah perilaku.

😊 Konsisten dan Sabar: 

Mengubah perilaku tidak terjadi dalam semalam. Lansia perlu bersabar dan konsisten dalam upaya mereka untuk menghilangkan perilaku meremehkan.

       Menghilangkan perilaku meremehkan memerlukan komitmen yang kuat dan usaha yang berkelanjutan. Perubahan ini akan memerlukan waktu, tetapi upaya yang dilakukan dapat berdampak positif pada kesejahteraan lansia dan hubungan sosial mereka.





Sumber:

https://homesweethomeihc.com/belittling-aging-parents-without-knowing/

https://seniorsrights.org.au/resources/elder-abuse-toolkit/signs-of-elder-abuse/

https://www.heavenathomecare.com/ageism-endearing-terms-nurturing-belittling-older-people/

https://www.nytimes.com/2008/10/07/us/07aging.html

https://www.mass.gov/service-details/types-and-signs-of-elder-abuse

Saturday, 26 August 2023

Rinitis Alergi Mirip Flu, Lansia Harus Tahu, Ini Bedanya

       Di daerah beriklim sedang, flu menjadi epidemi musiman yang terjadi terutama pada musim dingin, sedangkan di daerah tropis, flu dapat terjadi sepanjang tahun sehingga menyebabkan wabah lebih tidak teratur. Kebanyakan orang sembuh dari demam dan gejala lainnya dalam waktu seminggu tanpa memerlukan pengobatan. 

Bila mengalami bersin-bersin, hidung berair, dan tenggorokan gatal, kebanyakan orang mengira bahwa itu adalah gejala flu. Gejala tersebut bisa juga terjadi karena kondisi kesehatan lainnya, seperti rinitis alergi.

Perbedaan Flu dan Rinitis Alergi:

πŸ‘‰ Flu atau influenza merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang dapat menyerang hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Kondisi ini sangat umum terjadi di musim pancaroba.

πŸ‘‰ Rinitis alergi ( Allergic Rhinitis) adalah kondisi peradangan pada selaput lendir hidung yang disebabkan oleh reaksi alergi terhadap bahan-bahan tertentu, seperti serbuk sari, tungau debu, bulu hewan, atau spora jamur. 

Rinitis alergi kondisi peradangan disebabkan
oleh reaksi alergi terhadap bahan-bahan tertentu.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Rinitis alergi bisa dibagi menjadi dua, yaitu rinitis alergi musiman dan perenial (menetap). Rinitis alergi musiman paling sering dipicu oleh alergen di luar ruangan, seperti serbuk sari dan jamur. Sedangkan rinitis alergi perenial sering dipicu oleh alergen dalam ruangan. Contohnya seperti tungau debu, jamur dan bulu binatang.

Rinitis alergi bisa dipicu oleh bahan-bahan, seperti:
bulu hewan, jamur dan tungau debu. (Sumber: foto canva.com)

Meskipun rinitis alergi lebih umum terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda, namun lansia juga dapat terkena kondisi ini. 

Beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa lansia rentan terkena rinitis alergi adalah sebagai berikut:

πŸ”Ž Penurunan Sistem Kekebalan Tubuh: 

Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh cenderung mengalami penurunan. Ini dapat membuat lansia lebih rentan terhadap infeksi dan reaksi alergi, termasuk rinitis alergi.

πŸ”Ž Perubahan Fisiologis: 

Lansia sering mengalami perubahan dalam struktur dan fungsi organ tubuh, termasuk hidung dan saluran pernapasan. Perubahan ini dapat mempengaruhi bagaimana tubuh merespons alergen dan menyebabkan gejala rinitis alergi.

πŸ”Ž Akomodasi Lingkungan: 

Lansia cenderung menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan, terutama dalam kondisi yang tidak selalu terkontrol dengan baik, seperti akumulasi debu, spora jamur, dan bahan alergen lainnya. Ini dapat meningkatkan risiko terpapar alergen yang memicu reaksi rinitis.

Rinitis alergi dapat ditimbulkan oleh bulu hewan
(Sumber: foto canva.com)

πŸ”Ž Akumulasi Paparan Alergen: 

Seiring bertambahnya usia, kemungkinan seseorang terpapar alergen secara berulang dari lingkungan juga meningkat. Akumulasi paparan ini dapat menyebabkan perkembangan reaksi alergi pada lansia yang pada awalnya mungkin tidak terlihat.

πŸ”Ž Penyakit Penyerta (Komorbiditas): 

Lansia sering memiliki kondisi medis lain, seperti penyakit jantung, diabetes, atau tekanan darah tinggi. Beberapa kondisi ini dapat mempengaruhi respons imun tubuh dan meningkatkan risiko reaksi alergi.

πŸ”Ž Penggunaan Obat-obatan: 

Beberapa obat yang sering digunakan oleh lansia, seperti antihistamin, dekongestan, atau kortikosteroid, dapat mempengaruhi respons alergi tubuh. Penggunaan obat-obatan ini juga dapat memiliki dampak pada gejala rinitis alergi.

       Rinitis alergi pada lansia memiliki ciri-ciri yang serupa dengan rinitis alergi pada kelompok usia lainnya. Namun, perlu diingat bahwa gejala dan intensitasnya dapat bervariasi antara individu.

Beberapa ciri umum yang dapat mengindikasikan bahwa seorang lansia mungkin mengalami rinitis alergi:

πŸ’¦ Hidung Tersumbat atau Berair: 

Lansia dengan rinitis alergi mungkin mengalami hidung tersumbat atau berair secara kronis. Hidung yang berair bisa menyebabkan rinore (mengalirnya lendir dari hidung) yang berkelanjutan.

πŸ’¦ Bersin-bersin: 

Lansia yang mengalami rinitis alergi sering kali bersin-bersin secara berulang. Bersin ini mungkin lebih sering terjadi saat terpapar alergen atau dalam situasi tertentu.

Bersin - bersin karena terpapar alergen (Sumber: foto canva.com)

πŸ’¦ Gatal pada Hidung, Tenggorokan, atau Mata:

Rasa gatal di sekitar hidung, tenggorokan, dan mata dapat menjadi gejala yang mengganggu pada lansia dengan rinitis alergi.

πŸ’¦ Batuk dan Pilek: 

Batuk dan pilek ringan hingga sedang juga bisa menjadi gejala rinitis alergi pada lansia. Pilek ini umumnya tidak diakibatkan oleh infeksi virus atau bakteri.

πŸ’¦ Wajah dan Kepala: 

Beberapa lansia dengan rinitis alergi mungkin merasa tidak nyaman di wajah dan kepala karena adanya tekanan atau sakit pada daerah hidung dan sinus.

πŸ’¦ Gangguan Tidur: 

Gejala rinitis alergi, seperti hidung tersumbat atau bersin-bersin yang terjadi terutama pada malam hari, bisa mengganggu tidur lansia.

πŸ’¦ Penglihatan Kabur: 

Pada beberapa kasus, iritasi mata yang disebabkan oleh rinitis alergi dapat menyebabkan penglihatan kabur atau gangguan penglihatan sementara.

πŸ’¦ Perburukan Kondisi Penyakit Lain: 

Pada lansia dengan penyakit seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), rinitis alergi bisa memperburuk gejala pernapasan dan mempengaruhi kualitas hidup.

       πŸ’­ Penyebab rinitis alergi pada lansia sama seperti pada kelompok usia lainnya. Rinitis alergi pada lansia disebabkan oleh reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap bahan-bahan alergen tertentu. 

Beberapa penyebab umum rinitis alergi pada lansia meliputi:

🌷 Serbuk Sari: 

Serbuk sari dari berbagai jenis tanaman seperti rumput, pohon, dan tanaman lainnya dapat menjadi pemicu rinitis alergi pada lansia. Serbuk sari tersebar di udara dan dapat dihirup, memicu reaksi alergi.

Serbuk sari menjadi pemicu rinitis alergi (Sumber: foto canva.com)

🌷 Tungau Debu: 

Tungau debu rumah adalah alergen umum yang dapat menyebabkan rinitis alergi pada semua kelompok usia, termasuk lansia. Tungau debu hidup di tempat-tempat yang lembab dan berdebu di dalam rumah.

🌷 Bulu Hewan:

Bulu hewan peliharaan seperti kucing dan anjing mengandung protein alergen yang dapat menyebabkan reaksi alergi pada lansia yang sensitif.

🌷 Spora Jamur: 

Spora jamur yang terdapat di dalam dan di luar ruangan dapat menjadi pemicu rinitis alergi pada lansia yang rentan.

🌷 Bahan Kimia dan Polusi:

Paparan bahan kimia tertentu dan polusi udara juga dapat memicu reaksi alergi pada lansia yang lebih rentan.

🌷 Pollen: 

Selain serbuk sari, pollen dari bunga dan tanaman lainnya juga dapat menyebabkan rinitis alergi pada lansia, terutama jika lansia berada di lingkungan yang kaya akan vegetasi.

🌷 Perubahan Lingkungan:

Lansia yang menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan yang tidak terkontrol dengan baik, terutama jika terdapat debu, spora jamur, atau alergen lainnya, memiliki risiko lebih tinggi terkena rinitis alergi.

🌷 Penurunan Kekebalan Tubuh:

Penurunan kekebalan tubuh yang sering terjadi pada usia lanjut dapat membuat lansia lebih rentan terhadap reaksi alergi terhadap alergen.

🌷 Riwayat Keluarga: 

Jika ada riwayat keluarga dengan riwayat alergi, risiko mengembangkan rinitis alergi pada lansia bisa lebih tinggi.

       πŸ’­ Mencegah rinitis alergi pada lansia melibatkan langkah-langkah untuk mengurangi paparan terhadap alergen yang dapat memicu reaksi alergi. 

Beberapa langkah yang dapat membantu mencegah rinitis alergi pada lansia:

πŸ“¦ Pantau Kondisi Lingkungan: 

Pastikan lingkungan tempat tinggal lansia bersih dan teratur. Bersihkan debu secara teratur, cuci sprei dan bantal secara berkala, dan menjaga kebersihan ruangan.

Lingkungan tempat tinggal bersih dari debu.
(Sumber: foto canva.com)

πŸ“¦ Kendalikan Alergen di Rumah: 

Gunakan penutup anti-alergi untuk kasur dan bantal, vakum dengan penyaring udara HEPA (High Efficiency Particulate Air), dan pertimbangkan menggunakan pengering udara atau dehumidifier untuk mengurangi kelembaban dan pertumbuhan tungau debu.

πŸ“¦ Batasi Kontak dengan Hewan Peliharaan: 

Jika lansia memiliki alergi terhadap bulu hewan, hindari kontak langsung dengan hewan peliharaan. Rutinlah mencuci tangan setelah berinteraksi dengan hewan peliharaan.

πŸ“¦ Kendalikan Serbuk Sari: 

Pada musim serbuk sari tinggi, lansia sebaiknya menghindari aktivitas di luar ruangan selama waktu-waktu di mana serbuk sari berada pada tingkat tertinggi.

πŸ“¦ Jaga Kebersihan Hidung: 

Membersihkan hidung dengan larutan garam fisiologis atau semprotan hidung isotonis dapat membantu menghilangkan alergen dan mengurangi gejala.

πŸ“¦ Gunakan Filter Udara:

Gunakan purifier udara dengan penyaring udara HEPA untuk membersihkan udara dalam ruangan dari alergen dan partikel-partikel kecil.

πŸ“¦ Hindari Parfum dan Aroma Kuat: 

Beberapa parfum dan produk aroma kuat dapat memicu iritasi hidung dan mata. Hindari penggunaan produk-produk ini jika lansia rentan terhadap reaksi alergi.

πŸ“¦ Penggunaan Obat:

Jika lansia sudah memiliki riwayat rinitis alergi atau alergi lainnya, konsultasikan dengan dokter mengenai penggunaan obat antialergi yang sesuai, seperti antihistamin atau dekongestan.

πŸ“¦ Polusi Udara:

Hindari tempat-tempat yang memiliki polusi udara tinggi, karena partikel-partikel polutan dapat memicu atau memperburuk gejala rinitis alergi.

πŸ“¦ Makanan:

Beberapa makanan tertentu dapat memicu reaksi alergi atau intoleransi pada sebagian orang. Jika ada gejala yang berkaitan dengan makanan, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi.

       πŸ’¬ Pengobatan rinitis alergi pada lansia tergantung pada tingkat keparahan gejala dan kondisi kesehatan secara keseluruhan. 

Beberapa pilihan pengobatan yang dapat dipertimbangkan untuk mengatasi rinitis alergi pada lansia:

🎯 Antihistamin: 

Antihistamin adalah obat yang dapat membantu mengurangi gejala seperti gatal-gatal, bersin-bersin, hidung berair, dan mata merah. Ada berbagai jenis antihistamin yang tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, atau semprotan hidung. Beberapa antihistamin dapat menyebabkan kantuk, jadi perlu memilih yang cocok untuk lansia.

🎯 Dekongestan: 

Dekongestan dapat membantu meredakan hidung tersumbat dengan mengurangi pembengkakan pembuluh darah di hidung. Namun, dekongestan sebaiknya digunakan dalam jangka pendek karena penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan efek samping seperti kenaikan tekanan darah.

🎯 Semprotan Hidung Kortikosteroid: 

Semprotan hidung kortikosteroid adalah obat topikal yang membantu mengurangi peradangan di hidung dan meringankan gejala rinitis alergi seperti hidung tersumbat dan bersin-bersin. Mereka sering dianggap aman untuk digunakan dalam jangka panjang jika digunakan sesuai petunjuk dokter.

🎯 Pengobatan Kombinasi: 

Beberapa obat bisa mengandung kombinasi antihistamin dan dekongestan atau antihistamin dan semprotan hidung kortikosteroid. Ini bisa membantu mengatasi beberapa gejala secara bersamaan.

🎯 Imunoterapi Alergen:

Imunoterapi alergen, juga dikenal sebagai suntikan alergi atau terapi hiposensitisasi, dapat menjadi opsi untuk lansia yang memiliki reaksi alergi parah dan tidak merespons dengan baik terhadap obat-obatan. Imunoterapi ini melibatkan pemberian dosis-dosis kecil alergen yang bertujuan mengurangi reaksi alergi seiring waktu.

🎯 Pengelolaan Lingkungan:

Menghindari paparan alergen yang memicu reaksi alergi bisa membantu mengurangi gejala. Ini melibatkan langkah-langkah seperti membersihkan rumah dengan baik, menjaga kelembaban rendah untuk mengendalikan tungau debu, dan menghindari kontak dengan hewan peliharaan jika seseorang alergi terhadap bulu hewan.

🎯 Konsultasi dengan Ahli Alergi:

Lansia yang memiliki gejala rinitis alergi yang parah atau sulit diatasi sebaiknya berkonsultasi dengan dokter ahli alergi. Ahli alergi dapat melakukan penilaian mendalam dan memberikan rekomendasi pengobatan yang sesuai.

         Penting untuk selalu berkonsultasi dengan dokter sebelum memulai pengobatan apa pun, terutama pada lansia yang mungkin memiliki kondisi kesehatan lain atau sedang menggunakan obat-obatan lain. Dokter dapat membantu merencanakan pengobatan yang aman dan efektif sesuai dengan kebutuhan dan kondisi individu.




Sumber:

https://www.nhs.uk/conditions/allergic-rhinitis/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538186/

https://www.nhsinform.scot/illnesses-and-conditions/ears-nose-and-throat/allergic-rhinitis

https://medlineplus.gov/ency/article/000813.htm

Friday, 25 August 2023

Iri Hati, Penyebab Ketidakbahagian Lansia

       Iri hati (envy) adalah perasaan tidak senang atau ketidakpuasan terhadap keberhasilan, kebahagiaan, atau pencapaian orang lain, dan dapat terjadi pada siapa pun dalam berbagai tingkat. Iri hati bukanlah penyakit mental secara langsung, tetapi dapat menjadi bagian dari spektrum emosi manusia yang normal. 

Aristoteles mendefinisikan iri hati sebagai rasa sakit saat melihat nasib baik orang lain, yang dipicu oleh "mereka yang memiliki apa yang seharusnya kita miliki". 

Bertrand Russell mengatakan bahwa rasa iri adalah salah satu penyebab ketidakbahagiaan yang paling ampuh.

Bila iri hati berlebihan, terus-menerus mengganggu kehidupan sehari-hari, atau menyebabkan dampak negatif yang signifikan pada kesejahteraan mental seseorang, itu bisa menjadi bagian dari masalah lebih besar yang berkaitan dengan kesehatan mental.

Rasa iri adalah salah satu penyebab ketidakbahagiaan
yang paling ampuh. (Sumber: foto PLC- Lansia)

Beberapa poin penting tentang iri hati:

Emosi Manusia: Iri hati adalah emosi manusia yang umum dan sering kali muncul sebagai respons alami terhadap perbandingan sosial dan perasaan kurang percaya diri.

Spektrum Emosi: Semua orang mungkin merasa iri hati sesekali, tetapi tingkat dan dampaknya berbeda-beda. Beberapa orang dapat mengendalikan perasaan ini dengan lebih baik daripada yang lain.

Dapat Menjadi Masalah: Jika perasaan iri hati sangat kuat dan tidak dikelola dengan baik, dapat menyebabkan konflik dalam hubungan, kecemasan, perasaan rendah diri, atau merasa tidak bahagia secara berkelanjutan.

Kaitan dengan Penyakit Mental Lain: Pada beberapa kasus, perasaan iri hati yang berlebihan atau kronis dapat berkontribusi pada masalah kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan.

Perbedaan dengan Gangguan Mental: Sementara iri hati bukanlah penyakit mental, ada gangguan mental seperti gangguan kepribadian borderline yang dapat memiliki ciri-ciri seperti perasaan iri hati yang intens dan tidak stabil.

       Iri hati adalah perasaan emosional yang muncul ketika seseorang merasa tidak senang atau ingin memiliki sesuatu yang dimiliki oleh orang lain. Ini bisa berupa prestasi, harta, keahlian, atau atribut lainnya. Iri hati melibatkan perbandingan sosial dengan orang lain dan dapat muncul sebagai reaksi terhadap kesuksesan atau keberuntungan orang lain.  

Mencoba menyamakan kedudukan adalah salah satu cara mencoba meredakan rasa iri. Tapi itu hanya solusi jangka pendek, dan rasa iri muncul lagi. Akhirnya rasa iri bisa meresap ke dalam suatu hubungan.  

Pada umumnya iri hati dianggap sebagai emosi yang negatif karena dapat menimbulkan perasaan ketidakpuasan, kecemburuan, dan frustrasi terhadap orang lain. Pandangan lain yang lebih nuansa terkait iri hati, di mana beberapa ahli berpendapat bahwa dalam beberapa situasi tertentu, iri hati bisa memiliki aspek positif, meskipun jarang terjadi.

Iri hati dianggap sebagai emosi yang negatif karena dapat menimbulkan
perasaan 
ketidakpuasan, kecemburuan, frustrasi terhadap orang lain.
(Sumber: foto canva.com)

Konsep yang dibicarakan adalah "benign envy" atau iri hati yang "berkah" dalam beberapa kasus. Beberapa pandangan ini menyatakan bahwa iri hati yang lebih ringan atau sehat dapat berfungsi sebagai dorongan untuk meningkatkan diri sendiri atau mencapai tujuan yang lebih tinggi. 

Namun, "benign envy" atau dampak positif dari iri hati jarang terjadi, dan lebih sering gagal, iri hati dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental dan emosional seseorang. Iri hati yang berlebihan atau tidak sehat dapat mengganggu hubungan sosial, memicu stres, depresi, atau kecemasan, dan mengganggu perasaan bahagia dan puas dengan diri sendiri.

Perasaan iri hati adalah emosi manusia yang normal dan dapat dirasakan oleh siapa pun, termasuk lansia. Namun, ada perbedaan antara iri hati yang normal dan iri hati yang tidak normal atau berlebihan pada lansia. 

Beberapa perbedaan antara keduanya:

Iri Hati yang Normal:

πŸ’’ Gejala Ringan dan Sesekali: 

Iri hati yang normal biasanya muncul dalam tingkat yang lebih ringan dan tidak terjadi terus-menerus. Ini bisa terjadi sesekali saat ada perbandingan sosial atau keberhasilan orang lain.

πŸ’’ Tidak Mengganggu Kesejahteraan Umum: 

Iri hati yang normal tidak mengganggu kesejahteraan mental atau fisik secara signifikan. Orang yang mengalaminya masih dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan normal.

πŸ’’ Kontrol Emosi yang Baik: 

Orang dengan iri hati yang normal cenderung memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosi mereka dan mengatasi perasaan tersebut dengan cepat.

πŸ’’ Pemahaman Tentang Emosi: 

Mereka memiliki pemahaman yang sehat tentang emosi dan menyadari bahwa perasaan iri hati adalah bagian dari pengalaman manusia yang normal.

Orang dengan iri hati normal cenderung mampu mengendalikan emosi
(Sumber: foto canva.com)

Iri Hati yang Tidak Normal atau Berlebihan:

πŸ’¨ Intensitas yang Tinggi dan Kronis:

Iri hati yang tidak normal cenderung terjadi dalam intensitas yang lebih tinggi dan bisa menjadi kronis, mengganggu kesejahteraan sehari-hari.

πŸ’¨ Gangguan terhadap Kesejahteraan Mental: 

Iri hati yang berlebihan dapat mempengaruhi kesejahteraan mental, seperti menyebabkan depresi, kecemasan, atau isolasi sosial.

πŸ’¨ Gangguan terhadap Hubungan: 

Orang dengan iri hati yang tidak normal mungkin merasa kesulitan dalam memelihara hubungan sosial karena sulit merasa bahagia atau senang atas keberhasilan orang lain.

πŸ’¨ Kehilangan Kontrol Emosi: 

Mereka mungkin merasa kesulitan mengendalikan emosi mereka, yang dapat menyebabkan reaksi yang berlebihan atau merugikan dalam situasi tertentu.

πŸ’¨ Ketidakpuasan Berlebihan: 

Orang dengan iri hati yang tidak normal cenderung merasa tidak puas dengan diri sendiri dan hidup mereka secara umum, karena terus-menerus membandingkan diri mereka dengan orang lain.

πŸ’¨ Dampak Terhadap Kesehatan Fisik: 

Iri hati yang berlebihan dapat mempengaruhi kesehatan fisik, seperti tidur yang terganggu, peningkatan tekanan darah, atau masalah pencernaan.

       Seiring bertambahnya usia, seseorang mulai menerima status sosialnya. Meski demikian, perasaan iri akan hadir sepanjang hidup seseorang. Terserah pada individu apakah mereka akan membiarkan perasaan iri ini memotivasi atau menghancurkannya.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi bagaimana perasaan iri hati mungkin muncul pada lansia :

πŸ’« Perubahan Hidup: 

Lansia sering mengalami perubahan signifikan dalam kehidupan, seperti pensiun, kematian pasangan, atau perubahan dalam kesehatan. Perubahan ini bisa menjadi sumber stres dan perasaan kurang puas, yang pada gilirannya bisa memicu perasaan iri hati terhadap orang lain yang tampaknya memiliki situasi yang lebih baik.

Lansia sering mengalami perubahan signifikan dalam hidup
seperti pensiun dan kesehatan.(Sumber: foto canva.com)

πŸ’« Komparasi Sosial: 

Meskipun bukan eksklusif bagi lansia, perbandingan sosial dapat memicu perasaan iri hati. Lansia mungkin merasa kurang berharga atau kurang sukses dibandingkan dengan orang lain, terutama jika mereka merasa kurang diperhatikan atau dihormati dalam masyarakat.

πŸ’« Kesehatan dan Kemampuan Fisik:

Perubahan dalam kesehatan dan kemampuan fisik sering terjadi seiring bertambahnya usia. Lansia yang mungkin mengalami keterbatasan fisik atau kesehatan mungkin merasa iri hati terhadap mereka yang tampak lebih sehat atau lebih mampu secara fisik.

πŸ’« Perasaan Isolasi: 

Lansia yang merasa terisolasi atau kurang terlibat dalam aktivitas sosial dapat merasa iri hati terhadap orang lain yang tampaknya memiliki banyak interaksi sosial dan dukungan.

πŸ’« Keuangan: 

Isu keuangan juga bisa memainkan peran. Lansia dengan masalah keuangan atau penghasilan terbatas mungkin merasa iri hati terhadap mereka yang memiliki stabilitas keuangan yang lebih baik.

πŸ’« Kehilangan Peran:

Dalam beberapa kasus, lansia yang telah pensiun atau mengalami kehilangan peran profesional mungkin merasa kehilangan identitas atau status. Ini dapat memicu perasaan iri hati terhadap mereka yang masih aktif dalam karier atau memiliki pengaruh yang lebih besar.

Ciri-ciri perasaan iri hati  pada lansia yang dapat mengganggu kesehatan bisa bervariasi tergantung pada individu dan situasi tertentu. 

Beberapa ciri umum yang mungkin muncul dan dapat mengindikasikan bahwa perasaan iri hati sedang mempengaruhi kesejahteraan lansia:

πŸ™ Perasaan yang Intens dan Terus-Menerus:

Jika perasaan iri hati sangat kuat dan terus-menerus menghantui pikiran lansia, hal ini bisa menjadi tanda bahwa perasaan tersebut mengganggu kesejahteraan mental mereka.

πŸ™ Perbandingan Sosial yang Terus-Menerus: 

Lansia yang terus-menerus membandingkan diri mereka dengan orang lain dan merasa tidak puas dengan diri sendiri karena merasa kurang sukses atau kurang beruntung, dapat mengalami perasaan iri hati yang merugikan.

πŸ™ Stres dan Kecemasan yang Meningkat:

Perasaan iri hati yang intens dapat menyebabkan peningkatan stres dan kecemasan. Lansia mungkin merasa tertekan oleh perasaan tersebut dan kesulitan dalam mengatasi stres tersebut.

πŸ™ Kurangnya Kesejahteraan Emosional: 

Perasaan iri hati yang berlebihan dapat mengganggu kesejahteraan emosional secara umum. Lansia mungkin merasa cemas, sedih, atau marah secara terus-menerus.

πŸ™ Perubahan Dalam Pola Pikir dan Perilaku:

Lansia yang merasakan perasaan iri hati yang mengganggu kesejahteraan mereka mungkin mengalami perubahan dalam pola pikir dan perilaku mereka. Ini bisa mencakup isolasi sosial, perilaku curiga terhadap orang lain, atau penurunan minat terhadap aktivitas yang biasanya mereka nikmati.

πŸ™ Gangguan Terhadap Hubungan Sosial: 

Perasaan iri hati yang kuat dapat mengganggu hubungan sosial lansia dengan orang lain. Mereka mungkin merasa sulit untuk merasa senang atau bahagia atas keberhasilan orang lain dan menghindari situasi-situasi yang melibatkan perbandingan.

πŸ™ Pengaruh Terhadap Kesehatan Fisik: 

Stres yang diakibatkan oleh perasaan iri hati yang berlebihan dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan fisik lansia, termasuk tidur yang terganggu, peningkatan tekanan darah, dan masalah kesehatan lainnya.

       Meskipun perasaan iri hati (envy) mungkin tidak sepenuhnya dapat "disembuhkan" dalam arti tradisional, ada beberapa strategi dan pendekatan yang dapat membantu lansia mengatasi perasaan ini dan meningkatkan kesejahteraan mereka. 

Beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengelola perasaan iri hati pada lansia:

😭 Pengakuan dan Penerimaan: 

Pertama-tama, penting untuk mengenali dan mengakui perasaan iri hati. Tidak ada yang salah dengan merasakannya, tetapi mengakui perasaan ini adalah langkah pertama dalam mengatasi mereka.

😭 Introspeksi: 

Lansia dapat merenung tentang akar perasaan iri hati dan mencoba memahami mengapa mereka merasa seperti itu. Ini bisa membantu dalam mengidentifikasi faktor pemicu dan mengatasi penyebabnya.

Lansia merenung tentang akar perasaan iri hati.
(Sumber: foto canva.com)

😭 Pusatkan Perhatian pada Diri Sendiri:

 Alihkan perhatian dari perbandingan dengan orang lain ke diri sendiri. Fokus pada pencapaian, kebahagiaan, dan tujuan pribadi dapat membantu mengurangi perasaan iri hati.

😭 Praktik Rasa Syukur: 

Berlatih menghargai hal-hal yang dimiliki dan merasa bersyukur atas pencapaian dan pengalaman pribadi dapat membantu mengurangi perasaan iri hati.

😭 Jaga Diri Sendiri:

 Lansia harus merawat diri mereka sendiri dengan baik. Ini termasuk menjaga kesehatan fisik dan mental, beristirahat yang cukup, dan berpartisipasi dalam aktivitas yang memberikan rasa pencapaian dan kebahagiaan.

😭 Hindari Perbandingan yang Merugikan:

Hindari terlalu banyak membandingkan diri dengan orang lain, terutama jika hal itu hanya meningkatkan perasaan iri hati. Fokus pada perjalanan dan pencapaian pribadi.

😭 Terlibat dalam Aktivitas Sosial:

Mengikuti kegiatan sosial atau bergabung dalam kelompok yang memiliki minat yang sama dapat membantu mengurangi perasaan isolasi dan meningkatkan rasa koneksi sosial.

😭 Berbicara dengan Seseorang:

Berbicara dengan teman, anggota keluarga, atau profesional kesehatan mental dapat memberikan wadah untuk berbicara tentang perasaan iri hati dan mendapatkan perspektif yang lebih luas.

😭 Mengembangkan Rasa Penerimaan Diri: 

Lansia bisa bekerja pada meningkatkan harga diri dan menerima diri mereka apa adanya. Ini dapat membantu mengurangi kebutuhan untuk membandingkan diri dengan orang lain.

😭 Berkembang dalam Hal-Hal yang Disukai: 

Lansia dapat mengidentifikasi hobi, minat, atau aktivitas yang mereka nikmati dan fokus pada pengembangan diri dalam bidang ini.

😭 Terapi atau Konseling:

 Jika perasaan iri hati sangat kuat dan mengganggu kesejahteraan lansia, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental. Terapis atau konselor dapat memberikan dukungan, alat, dan strategi yang lebih efektif dalam mengatasi perasaan ini.

       πŸ’¬Setiap orang memiliki perjalanan yang unik dalam mengatasi perasaan iri hati, dan tidak ada solusi tunggal yang cocok untuk semua orang. Penting untuk menemukan pendekatan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan situasi masing-masing individu.

Religiusitas, atau keterlibatan dalam praktik agama dan spiritualitas, dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan mental dan emosional individu, termasuk lansia. Bagi beberapa orang, aspek religiusitas dapat membantu mengatasi perasaan iri hati atau envy. 

Beberapa cara di mana religiusitas dapat berkontribusi dalam mengatasi perasaan iri hati pada lansia:

πŸ‘³ Pemberian Makna:

Religiusitas sering kali memberikan kerangka kerja makna dan tujuan dalam hidup. Ini dapat membantu lansia merasa lebih puas dengan pencapaian mereka dan lebih sedikit membandingkan diri dengan orang lain.

πŸ‘³ Mengembangkan Empati dan Kemurahan Hati:

Prinsip-prinsip religiusitas sering mendorong kemurahan hati, empati, dan perdamaian dalam hubungan dengan orang lain. Ini dapat membantu lansia merasa lebih baik tentang kesuksesan atau kebahagiaan orang lain, daripada merasa iri.

πŸ‘³ Mengurangi Fokus pada Materialisme: 

Religiusitas sering mengajarkan bahwa nilai-nilai material tidak selalu merupakan fokus utama dalam hidup. Ini dapat membantu mengurangi dorongan untuk membandingkan diri dengan orang lain berdasarkan materi atau pencapaian material.

πŸ‘³ Memberikan Dukungan Sosial: 

Lingkungan agama dapat memberikan dukungan sosial yang positif dan hubungan yang membangun, yang dapat membantu mengurangi perasaan isolasi dan kesepian yang dapat memicu perasaan iri hati.

πŸ‘³ Menemukan Ketenangan dan Penerimaan:

Praktik meditasi, doa, atau refleksi spiritual dapat membantu lansia menemukan kedamaian dalam diri mereka dan menerima diri mereka apa adanya, mengurangi kebutuhan untuk membandingkan diri dengan orang lain.

       πŸ’­Tidak semua individu memiliki koneksi yang kuat antara religiusitas dan pengelolaan perasaan iri hati. Beberapa orang mungkin masih mengalami perasaan iri hati meskipun memiliki keyakinan agama yang kuat. Selain itu, dampak religiusitas pada perasaan iri hati juga dapat bervariasi dalam konteks budaya dan keyakinan agama yang berbeda.

Jika seseorang merasa bahwa perasaan iri hati sangat mengganggu kesejahteraan mereka, terlepas dari tingkat religiusitas mereka, penting untuk mencari dukungan dari berbagai sumber, termasuk mungkin terapis atau konselor yang dapat membantu mengatasi perasaan ini dengan berbagai pendekatan.





Sumber:

https://www.minnpost.com/second-opinion/2015/12/how-much-we-envy-others-and-what-we-envy-changes-age-study-finds/

https://www.medicaldaily.com/young-people-more-envious-older-people-perk-aging-or-generational-difference-360578

https://www.theatlantic.com/family/archive/2022/10/envy-happiness-social-media/671786/

https://en.wikipedia.org/wiki/Envy