Gangguan halusinasi yang dirasakan akan mengancam sehingga menimbulkan kepanikan dan rasa cemas setiap saat (psikotik) tidak jarang terjadi pada akhir kehidupan. Gangguan ini sering memiliki etiologi yang bervariasi, presentasi klinis yang berbeda, dan berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan di antara populasi orang dewasa yang lebih tua.
Meskipun gejalanya terbilang ringan hanya seperti halusinasi dan delusi (psikosis), sering kali muncul pada awal kehidupan, psikosis juga dapat muncul pertama kali pada pasien berusia lanjut. Kasus-kasus ini menimbulkan tantangan khusus. Tingkat morbiditas dan mortalitas psikosis pada usia lanjut jauh lebih besar bila dibandingkan dengan psikosis pada individu yang lebih muda.
Psikosis juga dapat muncul pertama kali pada pasien berusia lanjut. (Sumber: foto paguyuban pengawas purna) |
Late-life psychosis adalah istilah medis yang merujuk pada gejala psikosis, seperti halusinasi (mendengar atau melihat sesuatu yang tidak ada) atau waham (keyakinan yang tidak beralasan atau tidak sesuai dengan kenyataan), yang muncul pada usia lanjut, terutama pada individu yang berusia 60 tahun ke atas. Kondisi ini bisa sangat mengganggu kehidupan sehari-hari dan kualitas hidup individu yang mengalaminya.
Gejala psikosis adalah halusinasi dan waham (sumber: foto canva.com) |
Gejala psikosis pada usia lanjut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk perubahan neurologis yang terkait dengan penuaan, kondisi medis tertentu seperti demensia, penyakit Parkinson, gangguan visual atau pendengaran yang mempengaruhi persepsi, serta efek samping dari obat-obatan tertentu yang mungkin digunakan oleh populasi lansia.
Diagnosis dan pengobatan late-life psychosis melibatkan evaluasi menyeluruh oleh profesional medis atau psikiater. Karena kondisi ini sering terkait dengan masalah kesehatan fisik atau penyakit neurologis yang mendasarinya, diagnosis yang tepat sangat penting untuk merencanakan perawatan yang sesuai.
Pengobatan untuk late-life psychosis biasanya melibatkan pendekatan yang berfokus pada penyebab yang mendasarinya. Ini dapat mencakup pengaturan ulang atau penyesuaian obat-obatan yang sedang digunakan, terapi psikososial atau dukungan konseling, dan pengobatan kondisi medis yang mungkin memicu gejala psikosis.
Pengobatan late-life psychosis melibatkan pendekatan yang berfokus pada penyebabnya. (Sumber: foto canva.com) |
Gejala late-life psychosis mirip dengan gejala psikosis pada usia yang lebih muda, tetapi mereka muncul pada usia lanjut. Gejala ini dapat sangat bervariasi antara individu dan tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Beberapa gejala yang umum terkait dengan late-life psychosis meliputi:
👹 Halusinasi:
Mengalami persepsi sensorik tanpa stimulus eksternal yang sesuai. Contohnya, seseorang mungkin mendengar suara-suara yang tidak ada atau melihat hal-hal yang tidak ada di lingkungan sekitar mereka.
👹 Waham (delusi) :
Memiliki keyakinan yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak memiliki dasar yang rasional. Ini bisa menjadi keyakinan paranoid, misalnya merasa dikejar atau diancam oleh seseorang atau sesuatu.
Waham memiliki keyakinan yang tidak sesuai kenyataan (Sumber: foto canva.com) |
👹 Gangguan Pikiran:
Pemikiran yang tidak terorganisir, tidak koheren, atau sulit diikuti. Orang yang mengalami gangguan pikiran mungkin kesulitan dalam mengungkapkan ide-ide mereka dengan jelas.
👹 Perubahan Perilaku:
Perubahan perilaku yang mencolok, seperti isolasi sosial yang tiba-tiba, berbicara atau berperilaku tidak terduga, atau kehilangan minat dalam aktivitas yang sebelumnya dinikmati.
👹 Gangguan Kognitif:
Beberapa orang dengan late-life psychosis juga dapat mengalami gangguan kognitif, termasuk kesulitan dalam memproses informasi, mengingat hal-hal, atau membuat keputusan.
👹 Gangguan Tidur:
Kesulitan tidur atau perubahan pola tidur adalah gejala umum dalam psikosis lanjut usia.
👹 Kekhawatiran atau Kecemasan yang Kuat:
Orang dengan late-life psychosis mungkin memiliki perasaan kuat yang tidak rasional atau cemas yang melampaui situasi sehari-hari.
👹 Gangguan Motorik:
Beberapa individu dapat mengalami gangguan gerakan atau perilaku tidak teratur.
👹 Kehilangan Kontak dengan Realitas:
Orang dengan late-life psychosis mungkin kesulitan membedakan antara realitas dan imajinasi.
Penyebab late-life psychosis bisa sangat kompleks dan bervariasi tergantung pada individu dan faktor-faktor yang terlibat.
Beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada munculnya gejala psikosis pada usia lanjut meliputi:
😈 Perubahan Neurologis:
Proses penuaan dapat menyebabkan perubahan dalam struktur dan fungsi otak, yang dapat mempengaruhi keseimbangan kimia otak dan berkontribusi pada munculnya gejala psikosis.
Proses penuaan menyebabkan perubahan fungsi otak (Sumber: foto canva.com) |
😈 Kondisi Medis:
Beberapa kondisi medis yang lebih umum pada usia lanjut, seperti penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, dan gangguan vaskular otak, dapat berhubungan dengan gejala psikosis.
😈 Gangguan Penglihatan atau Pendengaran:
Masalah dalam persepsi visual atau pendengaran dapat menyebabkan individu mengalami halusinasi atau waham yang berkaitan dengan gangguan sensorik mereka
😈 Efek Samping Obat:
Penggunaan berbagai jenis obat, terutama obat-obat yang mempengaruhi sistem saraf atau keseimbangan kimia otak, dapat menyebabkan gejala psikosis pada beberapa orang.
😈 Stres dan Trauma:
Stres kronis atau pengalaman trauma pada tahap akhir kehidupan dapat memicu perkembangan gejala psikosis pada individu yang rentan.
😈 Isolasi Sosial:
Kehilangan hubungan sosial atau koneksi dengan komunitas dapat menyebabkan rasa kesepian dan isolasi, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesejahteraan mental dan berkontribusi pada gejala psikosis.
😈 Riwayat Psikosis Sebelumnya:
Meskipun tidak selalu terjadi, seseorang yang pernah mengalami psikosis pada usia yang lebih muda mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkan late-life psychosis.
😈 Faktor Genetik:
Ada bukti bahwa faktor genetik juga dapat memainkan peran dalam munculnya psikosis pada usia lanjut.
Halusinasi dan delusi sering muncul pada usia lanjut. (Sumber: foto canva.com) |
😈 Perubahan Lingkungan:
Transisi ke lingkungan yang tidak dikenal, seperti pindah ke panti jompo atau lingkungan perawatan, dapat memicu stres dan mengakibatkan gejala psikosis pada beberapa individu.
Late-life psychosis adalah kondisi medis yang kompleks, dan pengobatannya dapat bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Meskipun pengobatan mungkin tidak selalu mengarah pada penyembuhan total, tujuan utama adalah mengurangi gejala, meningkatkan kualitas hidup, dan membantu individu berfungsi sebaik mungkin dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pengobatan late-life psychosis:
💷 Evaluasi dan Diagnosis yang Tepat:
Langkah pertama yang penting adalah mendapatkan evaluasi dan diagnosis yang akurat dari profesional medis atau psikiater. Diagnosis yang tepat akan membantu dalam merencanakan pengobatan yang sesuai dengan penyebab spesifik gejala.
Profesional medis melakukan evaluasi dan diagnosis penyakit. |
💷 Pengobatan Medis:
Terkadang, obat-obatan dapat diresepkan untuk mengurangi gejala psikosis. Ini bisa termasuk antipsikotik atau obat-obat lain yang sesuai dengan kondisi medis dan toleransi individu. Penting untuk mengikuti petunjuk dokter dan secara teratur berkomunikasi tentang efek samping atau perubahan gejala yang mungkin terjadi.
💷 Terapi Psikososial:
Terapi individual atau kelompok dapat membantu individu dalam mengatasi gejala psikosis dan belajar cara menghadapi stres dan tantangan sehari-hari. Terapis dapat memberikan dukungan, keterampilan koping, dan strategi untuk meningkatkan kualitas hidup.
💷 Pengelolaan Kesehatan Fisik:
Memastikan kesehatan fisik yang baik dapat membantu mengurangi risiko munculnya gejala psikosis. Ini melibatkan menjaga pola makan yang sehat, berolahraga secara teratur, dan mengelola kondisi medis kronis dengan baik.
💷 Pendekatan Multidisipliner:
Dalam beberapa kasus, kondisi medis yang mendasari atau obat-obatan yang digunakan untuk mengobati kondisi medis lain mungkin perlu disesuaikan atau dimodifikasi untuk mengurangi gejala psikosis.
💷 Dukungan Sosial:
Mempertahankan jaringan sosial yang kuat dan terhubung dengan keluarga, teman, atau komunitas dapat memberikan dukungan emosional dan membantu mengurangi risiko isolasi sosial.
💷 Pengelolaan Stres:
Mengidentifikasi dan mengatasi faktor stres yang mungkin memicu atau memperburuk gejala psikosis adalah bagian penting dari pengobatan.
💷 Edukasi dan Informasi:
Edukasi tentang kondisi tersebut, termasuk bagi pasien dan keluarga, dapat membantu mengurangi stigmatisasi dan meningkatkan pemahaman tentang apa yang sedang terjadi.
Penting untuk menyadari bahwa setiap individu memiliki pengalaman yang unik, dan apa yang berhasil dalam pengobatan dapat bervariasi. Penting untuk bekerja sama dengan tim perawatan medis, termasuk dokter, psikiater, terapis, dan anggota keluarga, untuk merencanakan pendekatan pengobatan yang paling cocok untuk situasi spesifik individu yang mengalami late-life psychosis.
Sumber:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6796200/
https://www.psychiatrictimes.com/view/diagnosing-treating-psychotic-disorders-late-life
https://ajp.psychiatryonline.org/doi/10.1176/ajp.156.6.935
https://alz-journals.onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1002/trc2.12386