Thursday, 7 September 2023

Setelah Covid -19, Lansia Kena Anosmia dan Hyposmia

      Sebuah penelitian menunjukkan, kehilangan indra penciuman kemungkinan menjadi pertanda penularan Covid-19 yang lebih meyakinkan dibandingkan batuk dan demam, karena kehilangan penciuman tanpa hidung tersumbat atau berair.  Kemungkinan terjadi karena virus telah menyerang sel-sel yang berada di bagian belakang hidung, tenggorokan dan lidah. Ini berbeda dari pengalaman mereka yang terkena flu biasa, ketika perubahan indra penciuman dan rasa, terjadi karena saluran pernapasan tersumbat.

Penyakit penciuman yang paling umum diderita oleh lansia adalah anosmia (kehilangan kemampuan mencium bau sepenuhnya) dan hyposmia (penurunan kemampuan mencium bau). Ini adalah gangguan penciuman yang sering terjadi seiring bertambahnya usia, meskipun tidak semua lansia mengalaminya.

Penyakit gangguan penciuman pada lansia adalah anosmia.
(Sumber: foto pens 49 ceria)

Mencium bau adalah salah satu kemampuan penciuman manusia dan hewan. Penciuman adalah salah satu indra yang memungkinkan kita mendeteksi dan mengidentifikasi berbagai aroma dan bau di sekitar kita. 

Penciuman adalah indra untuk mendeteksi aroma.
(Sumber: foto canva.com)

Cara kita mencium bau melibatkan beberapa langkah dasar:

 ðŸ‘ƒ Perubahan di Lingkungan: 

Terlebih dahulu, ada zat-zat kimia yang menguap dari objek atau substansi tertentu ke udara. Ini bisa menjadi zat yang menghasilkan bau seperti makanan, bunga, atau benda-benda lainnya.

👃 Inhalasi:

Ketika Anda menghirup udara, partikel-partikel zat kimia ini masuk ke dalam hidung Anda bersama dengan udara.

👃 Proses Penciuman: 

Di dalam hidung, ada jaringan yang disebut epitel olfaktori yang terletak di dalam rongga hidung. Jaringan ini berisi sel-sel penciuman yang memiliki reseptor bau. Ketika zat kimia mencapai sel-sel ini, mereka berinteraksi dengan reseptor dan mengirimkan sinyal ke otak melalui saraf olfaktori.

👃 Pengolahan di Otak: 

Otak Anda memproses sinyal dari sel-sel penciuman dan mengidentifikasi bau yang terdeteksi. Ini memungkinkan Anda mengenali bau makanan yang sedang dimasak, bunga yang sedang mekar, atau bau lainnya.

Setiap orang memiliki ambang batas yang berbeda dalam mendeteksi dan mengidentifikasi bau. Beberapa orang memiliki penciuman yang lebih sensitif daripada yang lain, sementara yang lain mungkin mengalami penurunan fungsi penciuman karena berbagai alasan seperti penyakit atau penuaan. Penciuman adalah indra yang penting dalam pengalaman manusia karena dapat mempengaruhi rasa makanan, pengenalan lingkungan, dan respons emosional terhadap berbagai aroma.

Beberapa penyakit dan kondisi yang dapat mempengaruhi penciuman seseorang, antara lain:

📛 Anosmia: 

Anosmia adalah kondisi di mana seseorang kehilangan kemampuan untuk mencium bau sepenuhnya. Ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi sinus, cedera kepala, alergi, polip hidung, atau penyakit neurologis seperti penyakit Alzheimer.

📛 Hyposmia:

Hyposmia adalah penurunan kemampuan penciuman sehingga seseorang hanya dapat mencium bau dengan intensitas yang lebih rendah daripada biasanya. Ini bisa menjadi gejala dari kondisi medis seperti penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, atau cedera kepala.

Penurunan kemampuan penciuman karena cedera kepala/
(Sumber: foto canva.com)

📛 Parosmia:

Parosmia adalah gangguan penciuman di mana seseorang mencium bau yang tidak benar atau bau yang biasanya menyenangkan menjadi tidak enak. Ini bisa terjadi setelah cedera kepala atau infeksi hidung.

📛 Phantosmia:

Phantosmia adalah kondisi di mana seseorang mencium bau yang sebenarnya tidak ada. Ini bisa terjadi dalam berbagai situasi, termasuk migrain, epilepsi, atau gangguan penciuman idiopatik.

📛 Sinusitis: 

Infeksi sinus, atau sinusitis, dapat menyebabkan hidung tersumbat dan menyebabkan penurunan penciuman sementara.

📛 Merokok:

Merokok secara berkepanjangan dapat merusak sel-sel penciuman dalam hidung dan mengganggu kemampuan seseorang untuk mencium bau dengan benar.

📛  Tumor Nasal: 

Tumor di dalam hidung atau di daerah sekitarnya dapat mengganggu penciuman karena tekanan yang mereka hasilkan pada jaringan penciuman.

📛 Penyakit COVID-19: 

Salah satu gejala umum dari infeksi COVID-19 adalah kehilangan atau penurunan kemampuan penciuman (anosmia atau hyposmia). Ini dapat terjadi sebagai gejala tunggal atau bersama dengan gejala lainnya.

Gejala umum Covid-19 kehilangan penciuman.
(Sumber: foto canva.com)

Beberapa alasan mengapa gangguan penciuman dapat lebih umum pada lansia:

👴 Penuaan Alami:

Seiring bertambahnya usia, banyak orang mengalami penurunan alami dalam fungsi penciuman. Sel-sel penciuman di hidung dapat menjadi kurang sensitif seiring berjalannya waktu.

👴 Kondisi Kesehatan: 

Lansia lebih rentan terhadap kondisi kesehatan tertentu yang dapat memengaruhi penciuman, seperti penyakit sinus, alergi, atau penyakit neurologis seperti penyakit Alzheimer atau Parkinson.

👴 Efek Obat-obatan:

Lansia sering kali mengonsumsi lebih banyak obat daripada orang muda, dan beberapa obat dapat memengaruhi penciuman sebagai efek sampingnya.

Beberapa obat dapat memengaruhi penciuman.
(Sumber: canva.com)

👴 Risiko Infeksi: 

Lansia mungkin lebih rentan terhadap infeksi yang dapat memengaruhi penciuman, seperti infeksi sinus atau infeksi pernapasan atas.

👴 Perubahan Hormonal:

Perubahan hormonal yang terjadi seiring penuaan juga dapat memengaruhi penciuman pada beberapa kasus.

       Penurunan penciuman dapat terjadi secara alami seiring bertambahnya usia, penting untuk memahami bahwa gangguan penciuman dapat memiliki dampak signifikan pada kualitas hidup lansia. Misalnya, dapat mempengaruhi selera makan mereka dan kemampuan untuk mendeteksi bau-bau yang berpotensi berbahaya, seperti bau gas bocor atau bau makanan yang telah basi.

Lansia yang terkena masalah penciuman atau gangguan penciuman seperti anosmia (kehilangan kemampuan mencium bau sepenuhnya) atau hyposmia (penurunan kemampuan mencium bau) mungkin mengalami beberapa gejala.

Beberapa gejala gangguan penciumana:

👃 Kehilangan Kemampuan Mencium Bau: 

Gejala utama adalah kehilangan kemampuan untuk mencium bau atau penurunan signifikan dalam kemampuan mencium bau. Seseorang mungkin tidak lagi dapat mendeteksi aroma makanan, bunga, atau bau sehari-hari lainnya.

👃 Perubahan Selera Makan:

Gangguan penciuman dapat menyebabkan perubahan selera makan. Lansia yang tidak dapat mencium bau makanan dengan baik mungkin kehilangan selera makan atau menemukan bahwa makanan yang mereka konsumsi menjadi kurang enak.

👃 Kesulitan Mengidentifikasi Aroma:

Orang yang mengalami gangguan penciuman mungkin kesulitan mengidentifikasi aroma tertentu atau mungkin salah mengenali bau. Misalnya, mereka mungkin merasa bahwa makanan yang seharusnya harum, seperti bunga, malah berbau tidak enak.

👃 Ketidaknyamanan Sosial:

 Gangguan penciuman juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan sosial. Seseorang mungkin tidak ingin berpartisipasi dalam aktivitas sosial yang melibatkan makanan atau menghindari makan di luar karena mereka tidak dapat menikmati makanan dengan baik.

👃 Penurunan Kesadaran Akan Bau Berbahaya: 

Kemampuan untuk mendeteksi bau-bau yang berpotensi berbahaya, seperti bau gas bocor atau bau asap, dapat menurun. Ini bisa menjadi masalah keamanan.

👃 Kecemasan atau Depresi: 

Bagi beberapa orang, kehilangan kemampuan mencium bau dan perubahan dalam pengalaman rasa makanan dapat menyebabkan perasaan kecemasan atau depresi.

        Pengobatan gangguan penciuman pada lansia akan bergantung pada penyebab dan jenis gangguan penciuman yang dialami. Di beberapa kasus, pengobatan mungkin memungkinkan untuk memulihkan atau meningkatkan penciuman, sementara di kasus lain, pengobatan lebih berfokus pada mengelola gejalanya. 

Beberapa langkah yang dapat diambil dalam pengobatan gangguan penciuman pada lansia:

📋 Penilaian Medis: 

Langkah pertama adalah berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan. Mereka akan melakukan penilaian medis lengkap untuk mengidentifikasi penyebab gangguan penciuman. Penyebab dapat bervariasi dari infeksi hingga kondisi kesehatan kronis seperti alergi atau penyakit neurologis.

📋 Pengobatan Penyebab Dasar: 

Jika gangguan penciuman disebabkan oleh penyakit atau kondisi tertentu, pengobatan akan ditujukan pada penyebab dasarnya. Misalnya, jika infeksi sinus adalah penyebabnya, dokter mungkin meresepkan antibiotik untuk mengobatinya.

📋 Perubahan Obat:

Jika penggunaan obat-obatan merupakan penyebab gangguan penciuman, dokter mungkin akan meninjau atau mengganti obat-obatan tersebut dengan alternatif yang lebih aman atau dengan efek samping yang lebih ringan.

📋 Terapi Pemulihan Penciuman: 

Untuk beberapa kasus, terapi khusus seperti terapi bau atau terapi latihan penciuman dapat membantu memulihkan kemampuan mencium bau. Terapi ini dapat dilakukan di bawah pengawasan profesional kesehatan.

📋 Perubahan Gaya Hidup: 

Menjaga pola makan yang sehat dan menghindari faktor-faktor yang dapat merusak penciuman, seperti merokok, juga dapat membantu. Lansia harus berusaha untuk menjaga kesehatan dan kebersihan hidung mereka.

📋 Dukungan Psikologis: 

Jika gangguan penciuman menyebabkan kecemasan, depresi, atau masalah emosional lainnya, dukungan psikologis atau konseling dapat sangat membantu.

📋 Penggunaan Tambahan: 

Kadang-kadang, lansia dengan gangguan penciuman mungkin perlu menggunakan alat atau teknik tambahan untuk membantu mereka mengidentifikasi bau, seperti label pada makanan atau perangkat elektronik penciuman.

Tidak semua kasus gangguan penciuman dapat diobati sepenuhnya. Dalam beberapa kasus, gangguan penciuman dapat menjadi permanen atau memerlukan pengelolaan jangka panjang. Konsultasikan dengan dokter untuk merinci opsi pengobatan yang paling sesuai





Sumber:

https://www.webmd.com/brain/anosmia-loss-of-smell

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482152/

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21859-anosmia-loss-of-sense-of-smell

https://en.wikipedia.org/wiki/Anosmia

https://med.uth.edu/orl/2020/01/09/hyposmia-and-anosmia 

Wednesday, 6 September 2023

Ternyata Lansia Memang Punya " Bau Khas", Tetapi Bukan "Bau Tanah."

       Sering dalam pergaulan sehari-hari, melihat orang lanjut usia melakukan kegiatan melampaui usianya sehingga orang muda sambil berseloroh, mengatakan " itu orang sudah ' bau tanah' masih nekad juga".

Ungkapan "bau tanah" ternyata memang ada meskipun bukan bau tanah sebenarnya. Semakin tua, kulit memproduksi lebih banyak asam lemak yang membuat tubuh menyebabkan bau yang disebut "bau orang tua". 

Ketika asam lemak ini bertemu dengan udara dapat meningkatkan zat kimia yang dikenal dengan bau asam, gas, dan berminyak. Jadi “bau orang tua” itu nyata, karena bau kulit seseorang benar-benar berubah semakin bertambahnya usia.

"
"Bau khas lansia" memang ada tetapi bukan "bau tanah,"
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Rata-rata populasi di Jepang mengalami penuaan pada tingkat yang lebih cepat dibandingkan kebanyakan negara industri lainnya, seiring bertambahnya usia. Kini mereka berhadapan dengan "bau orang tua" . Fenomena tersebut bahkan diberi nama: kareishu

 Kareishu disebabkan oleh jenis asam lemak tertentu yang dibuat di tubuh orang tua. Zat yang disebut "nonenal" ini memiliki aroma khas yang sulit disembunyikan atau ditutupi karena dikeluarkan dari kulit saat manusia berkeringat.

Bau orang tua merupakan bau khas lansia. Sama dengan makhluk hidup yang lain, bau manusia mengalami tahapan berbeda berdasarkan perubahan kimia yang dimulai melalui proses penuaan .  

Di Jepang bau badan lansia disebut Kareishu.
(Sumber: foto canva.com)

Para peneliti di Monell Chemical Senses Center, Amerika Serikat menerbitkan siaran pers yang mengklaim bahwa kemampuan manusia untuk mengidentifikasi informasi seperti usia, penyakit, dan kesesuaian genetik dari bau bertanggung jawab atas "bau orang tua" yang khas.  Para peneliti  menegaskan bahwa orang lanjut usia memang memiliki aroma yang berbeda, sehingga dapat dikenali sehingga orang dapat mengidentifikasi mereka hanya dari bau badannya.

Bau badan berubah sesuai usia.

Bau badan manusia juga berubah seiring bertambahnya usia, sangat bergantung pada aktivitas berbagai kelenjar kulit dan bagaimana zat yang dilepaskannya berinteraksi dengan bakteri. Kelenjar sebaceous, yang mengeluarkan zat lilin yang disebut sebum untuk melumasi dan kedap air pada kulit, sangat aktif selama masa pubertas dan sebagian besar masa dewasa. 

Demikian pula, kelenjar keringat apokrin, yang hanya terletak di beberapa tempat, seperti ketiak dan daerah genital, meningkat selama masa pubertas. Kelenjar keringat ekrin, yang terdapat di seluruh tubuh manusia, mengeluarkan cairan bening, tidak berbau, dan asin sepanjang hidup.

Semua cairan ini mulai berbau busuk ketika bakteri memecah berbagai bahan kimia yang dikandungnya terutama steroid dan lipid menjadi molekul yang lebih kecil dan berbau yang mudah tercium di udara. Semakin banyak keringat di kulit, semakin banyak bahan kimia yang dapat diurai oleh bakteri, 

Bau badan berubah seiring bertambah usia, bau bayi berbeda
dengan anak yang lebih besar. (Sumber: foto canva.com)

Kelenjar didistribusikan secara berbeda.

Kulit merupakan organ terbesar manusia, yaitu sekitar 12-15% dari berat badan.  Senyawa organik yang mudah menguap (Volatile Organic Compounds, VOC) yang berasal dari kulit berkontribusi terhadap bau badan seseorang, dan dapat menyampaikan informasi penting tentang proses metabolisme.

VOC dari kulit berasal dari sekresi kelenjar ekrin, sebasea, dan apokrin serta interaksinya dengan bakteri kulit yang menetap. Kelenjar ini didistribusikan secara berbeda ke seluruh tubuh; Oleh karena itu, bagian tubuh yang berbeda memiliki profil VOC yang berbeda, sehingga memiliki bau yang berbeda pula.

Kelenjar ekrin ditemukan di seluruh kulit, namun terutama terkonsentrasi di telapak tangan, telapak kaki, dan dahi. Keringat ekrin sebagian besar berupa air, tetapi mengandung glikoprotein (terutama interleukin ), asam laktat, gula, asam amino, dan elektrolit. 

Kelenjar sebaceous terkonsentrasi di tubuh bagian atas.  Dada bagian atas, punggung, kulit kepala, wajah dan dahi mungkin memiliki sebanyak 400-900 kelenjar sebaceous cm. Sekresi kelenjar sebaceous kaya akan bahan lipid seperti kolesterol, ester kolesterol, asam lemak rantai panjang, squalene dan trigliserida. Lipid ini menyediakan substrat untuk pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme kulit.

Kelenjar apokrin terkonsentrasi di aksila (ketiak), daerah kemaluan dan areola. Sekresi apokrin adalah sumber utama bau ketiak (umumnya dikenal sebagai 'bau badan') dan berperan dalam sinyal kimia  Banyak penelitian sebelumnya berfokus pada VOC yang berasal dari aksila. , yang mencerminkan kontribusi dari semua kelenjar kulit yang terletak di aksila.  

Kesimpulannya, data ini menunjukkan bahwa, seperti makhluk lain, manusia mampu membedakan individu tua dan individu muda berdasarkan bau badan. Efek sederhana ini menunjukkan dampak yang terbatas pada interaksi kita sehari-hari, namun mendukung laporan sebelumnya tentang 'bau orang tua' yang unik. 

Manusia mampu membedakan individu muda dan tua
berdasarkan bau badan. (Sumber: foto canva.com)

Beberapa kiat  untuk Menjaga Segalanya Tetap Nyaman

Terlepas dari apa yang menyebabkan bau di sekitar orang lanjut usia dan rumah mereka, para ahli sepakat bahwa ada cara untuk menjaga orang lanjut usia dan rumah mereka tetap wangi.

  • Jaga agar udara segar tetap mengalir melalui rumah .
  • Buka jendela secara berkala agar udara bersih masuk. Ventilasi yang baik dapat membantu mencegah udara pengap berkeliaran di sekitar rumah.
  • Bersihkan Rumah, periksa apakah ada makanan busuk atau kadaluarsa, pastikan tempat tidur dicuci secara teratur.
  • Latih kebersihan tubuh dan gigi yang baik .
  • Membersihkan gigi dengan benang dan menyikat gigi, gusi, dan lidah setiap hari, dan ikuti panduan perawatan gigi palsu yang benar. Pastikan mandi dilakukan beberapa kali dalam seminggu. Anjurkan mandi spons pada hari-hari ketika mandi penuh tidak dijadwalkan. 
  • Hidrasi, perbanyak minum air putih dapat membantu membersihkan bau badan. 
  • Segarkan dan kemas kembali barang-barang lama.
  • Pakaian dan kertas bekas bisa menimbulkan bau apek. Cuci pakaian, lalu simpan di antara lembaran pengering. Masukkan lavender kering ke dalam kantong katun atau linen yang dapat menyerap keringat dan masukkan ke dalam wadah penyimpanan.  



Sumber:

https://www.scientificamerican.com/article/old-person-smell/

https://en.wikipedia.org/wiki/Old_person_smell

https://healthland.time.com/2012/05/31/old-person-smell-really-exists-scientists-say/

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3364187/

Tuesday, 5 September 2023

Depresi Geriatrik, Pikiran Tentang Kematian atau Bunuh Diri.

      Depresi adalah gangguan mood yang serius. Ini dapat memengaruhi perasaan, tindakan, dan pemikiran. Depresi adalah masalah yang umum terjadi pada orang lanjut usia, namun depresi klinis bukanlah suatu hal yang normal pada penuaan. Namun, jika pernah mengalami depresi saat masih muda, kemungkinan besar akan mengalami depresi saat berusia lanjut. 

Depresi geriatrik adalah kondisi depresi yang dialami oleh orang dewasa yang lebih tua, biasanya berusia 65 tahun ke atas. Tingkat prevalensi depresi di usia lanjut di masyarakat adalah 11,2% untuk gejala gabungan depresi mayor dan minor.

Lansia tangguh yang memiliki interaksi sosial jauh dari depresi geriatrik.
(Sumber: foto LPC-Lansia)

Berikut ini adalah daftar gejala umum depresi geriatrik:

😰 Suasana hati berubah:

Perubahan mood yang signifikan, seperti perasaan sedih, cemas, kehilangan minat atau kegembiraan dalam aktivitas yang sebelumnya dinikmati. Perubahan mood yang terus-menerus

😰 Tidur tidak nyenyak:

Gangguan tidur, seperti sulit tidur atau tidur berlebihan.

😰 Berat badan berubah:

Perubahan berat badan, seperti penurunan berat badan yang tidak diinginkan atau peningkatan berat badan yang tidak terkendali.

😰 Tidak bisa berkonsentrasi:

Gangguan konsentrasi dan daya ingat yang buruk.

😰 Kelelahan:

Perasaan kelelahan atau kelemahan yang berlebihan.

Perasaan kelelahan yang berlebihan.
(Sumber:foto canva.com)

😰 Merasa tidak berharga:

Perasaan bersalah atau tidak berharga.

😰 Makan banyak atau kurang:

Makan lebih banyak atau lebih sedikit dari biasanya, biasanya disertai kenaikan atau penurunan berat badan yang tidak direncanakan

😰 Berpikir tentang bunuh diri:

Pikiran tentang kematian atau bunuh diri.

 Beberapa Faktor Risiko Depresi Geriatrik 

  • Riwayat depresi sebelumnya.
  • Kondisi medis kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, atau stroke.
  • Kehilangan sosial, seperti kematian pasangan atau teman-teman.
  • Isolasi sosial atau kesendirian.

  • Depresi lansia menimbulkan isolasi sosial.
    (Sumber: foto canva.com)
  • Gangguan tidur.
  • Penggunaan obat-obatan tertentu yang dapat memengaruhi mood.
  • Gangguan neurologis, seperti demensia.

Diagnosis dan Pengobatan Depresi . 

  • Diagnosis depresi geriatrik biasanya didasarkan pada gejala dan wawancara dengan profesional kesehatan mental.
  • Pengobatan dapat melibatkan psikoterapi, terapi obat, atau kombinasi keduanya.
  • Psikoterapi, seperti terapi kognitif perilaku atau terapi interpersonal, dapat membantu individu mengatasi depresi dan mengatasi masalah emosional mereka.

  • Terapi interpersonal dapat membantu mengatasi depresi.
    (Sumber: foto canva,com)
  • Beberapa obat antidepresan juga dapat digunakan dalam pengobatan depresi geriatrik, meskipun perlu memperhatikan efek samping dan interaksi obat dengan kondisi medis lain yang mungkin ada.

Peran Penting Dukungan Sosial

Sebagai teman atau anggota keluarga dari penderita depresi, berikut beberapa hal yang dapat Anda lakukan:

  • Dorong orang tersebut untuk mencari perawatan medis dan tetap mengikuti rencana perawatan yang ditentukan dokter.
  • Membantu mengatur janji temu medis atau menemani orang tersebut ke kantor dokter atau kelompok pendukung.
  • Berpartisipasilah dalam aktivitas yang disukainya.
  • Tanyakan apakah orang tersebut ingin berjalan-jalan atau bersepeda. Aktivitas fisik bisa sangat bagus untuk meningkatkan mood .
  • Dukungan sosial dari keluarga, teman-teman, atau kelompok pendukung dapat sangat membantu dalam mengatasi depresi geriatrik.
  • Melibatkan diri dalam aktivitas sosial dan mempertahankan hubungan positif dapat meningkatkan kesejahteraan mental.
Depresi geriatrik banyak mengenai orang usia lanjut.
(Sumber: foto canva.com)

Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah depresi:

👉 Pola hidup sehat:

Aktif secara fisik dan makan makanan yang sehat dan seimbang . Hal ini dapat membantu menghindari penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan atau depresi. 

👉 Cukup tidur:

Tidurlah 7-9 jam setiap malamnya.

👉 Interaksi sosial:

Tetap berhubungan dengan teman dan keluarga.

👉 Aktif dalam kegiatan:

Berpartisipasilah dalam aktivitas yang Anda sukai .

👉 Komunikasikan Anda depresi:

Beri tahu teman, keluarga, dan dokter Anda saat Anda mengalami gejala depresi.

Beberapa pola makan, termasuk diet rendah sodium (garam dapur), telah terbukti mengurangi risiko depresi.

       Penelitian Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) diet menunjukkan bahwa diet tinggi sayur, buah, dan hasil olahan susu rendah lemak yang kadar lemak jenuh dan lemak totalnya rendah serta tinggi kandungan kalium, kalsium, dan magnesium dapat menurunkan tekanan darah sistolik 6-11 mmHg dan tekanan darah diastolik 3-6 mmHg . 

Ketika Anda mengikuti diet DASH, Anda akan makan banyak buah dan sayuran, dikombinasikan dengan makanan rendah lemak susu, daging tanpa lemak, unggas, ikan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

Ada 2 jenis DASH diet, yaitu:

1.Diet DASH standar, yaitu maksimal asupan sodium (garam dapur) yang diperbolehkan adalah 2300 mg per hari.

2.Diet DASH di bawah standar, yakni asupan sodium (garam dapur) per hari tidak boleh melebihi 1500 mg per hari.

Diet DASH dilakukan sepanjang tahun sampai terbentuk kebiasaan makan yang baik. Aturan frekuensi makan tetap 3x sehari dengan porsi makanan mencakup 2000 kalori per hari. 

Berikut cara melakukan diet DASH.

1.Whole grains/gandum utuh (6 sampai 8 sajian per hari)

2. Ganti nasi putih dengan nasi beras merah.

Beras merah dan beras putih. (Sumber: foto canva.com)

3. Bila ingin makan pasta, pilih pasta dari gandum utuh.

4. Ganti roti tawar dengan roti gandum tanpa menambahkan keju, coklat atau mentega.

5.  Sayuran dan buah-buahan (4 sampai 5 sajian per hari)

       Jika Anda atau orang yang Anda kenal mengalami beberapa tanda dan gejala depresi dan berlangsung lebih dari dua minggu, konsultasikan dengan dokter. Jika tidak diobati, depresi serius dapat menyebabkan kematian karena bunuh diri.



Sumber:

https://www.medicalnewstoday.com/articles/geriatric-depression

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3184156/

https://www.nia.nih.gov/health/depression-and-older-adults

https://www.webmd.com/depression/depression-elderly

https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2004/0515/p2375.html

https://www.psychdb.com/mood/1-depression/geriatric

https://diabetesjournals.org/spectrum/article/19/1/32/2495/Medical-Nutrition-Therapy-for-Hypertension-and

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482514/