Sebuah penelitian menunjukkan, kehilangan indra penciuman kemungkinan menjadi pertanda penularan Covid-19 yang lebih meyakinkan dibandingkan batuk dan demam, karena kehilangan penciuman tanpa hidung tersumbat atau berair. Kemungkinan terjadi karena virus telah menyerang sel-sel yang berada di bagian belakang hidung, tenggorokan dan lidah. Ini berbeda dari pengalaman mereka yang terkena flu biasa, ketika perubahan indra penciuman dan rasa, terjadi karena saluran pernapasan tersumbat.
Penyakit penciuman yang paling umum diderita oleh lansia adalah anosmia (kehilangan kemampuan mencium bau sepenuhnya) dan hyposmia (penurunan kemampuan mencium bau). Ini adalah gangguan penciuman yang sering terjadi seiring bertambahnya usia, meskipun tidak semua lansia mengalaminya.
Penyakit gangguan penciuman pada lansia adalah anosmia. (Sumber: foto pens 49 ceria) |
Mencium bau adalah salah satu kemampuan penciuman manusia dan hewan. Penciuman adalah salah satu indra yang memungkinkan kita mendeteksi dan mengidentifikasi berbagai aroma dan bau di sekitar kita.
Penciuman adalah indra untuk mendeteksi aroma. (Sumber: foto canva.com) |
Cara kita mencium bau melibatkan beberapa langkah dasar:
👃 Perubahan di Lingkungan:
Terlebih dahulu, ada zat-zat kimia yang menguap dari objek atau substansi tertentu ke udara. Ini bisa menjadi zat yang menghasilkan bau seperti makanan, bunga, atau benda-benda lainnya.
👃 Inhalasi:
Ketika Anda menghirup udara, partikel-partikel zat kimia ini masuk ke dalam hidung Anda bersama dengan udara.
👃 Proses Penciuman:
Di dalam hidung, ada jaringan yang disebut epitel olfaktori yang terletak di dalam rongga hidung. Jaringan ini berisi sel-sel penciuman yang memiliki reseptor bau. Ketika zat kimia mencapai sel-sel ini, mereka berinteraksi dengan reseptor dan mengirimkan sinyal ke otak melalui saraf olfaktori.
👃 Pengolahan di Otak:
Otak Anda memproses sinyal dari sel-sel penciuman dan mengidentifikasi bau yang terdeteksi. Ini memungkinkan Anda mengenali bau makanan yang sedang dimasak, bunga yang sedang mekar, atau bau lainnya.
Setiap orang memiliki ambang batas yang berbeda dalam mendeteksi dan mengidentifikasi bau. Beberapa orang memiliki penciuman yang lebih sensitif daripada yang lain, sementara yang lain mungkin mengalami penurunan fungsi penciuman karena berbagai alasan seperti penyakit atau penuaan. Penciuman adalah indra yang penting dalam pengalaman manusia karena dapat mempengaruhi rasa makanan, pengenalan lingkungan, dan respons emosional terhadap berbagai aroma.
Beberapa penyakit dan kondisi yang dapat mempengaruhi penciuman seseorang, antara lain:
📛 Anosmia:
Anosmia adalah kondisi di mana seseorang kehilangan kemampuan untuk mencium bau sepenuhnya. Ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk infeksi sinus, cedera kepala, alergi, polip hidung, atau penyakit neurologis seperti penyakit Alzheimer.
📛 Hyposmia:
Hyposmia adalah penurunan kemampuan penciuman sehingga seseorang hanya dapat mencium bau dengan intensitas yang lebih rendah daripada biasanya. Ini bisa menjadi gejala dari kondisi medis seperti penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, atau cedera kepala.
Penurunan kemampuan penciuman karena cedera kepala/ (Sumber: foto canva.com) |
📛 Parosmia:
Parosmia adalah gangguan penciuman di mana seseorang mencium bau yang tidak benar atau bau yang biasanya menyenangkan menjadi tidak enak. Ini bisa terjadi setelah cedera kepala atau infeksi hidung.
📛 Phantosmia:
Phantosmia adalah kondisi di mana seseorang mencium bau yang sebenarnya tidak ada. Ini bisa terjadi dalam berbagai situasi, termasuk migrain, epilepsi, atau gangguan penciuman idiopatik.
📛 Sinusitis:
Infeksi sinus, atau sinusitis, dapat menyebabkan hidung tersumbat dan menyebabkan penurunan penciuman sementara.
📛 Merokok:
Merokok secara berkepanjangan dapat merusak sel-sel penciuman dalam hidung dan mengganggu kemampuan seseorang untuk mencium bau dengan benar.
📛 Tumor Nasal:
Tumor di dalam hidung atau di daerah sekitarnya dapat mengganggu penciuman karena tekanan yang mereka hasilkan pada jaringan penciuman.
📛 Penyakit COVID-19:
Salah satu gejala umum dari infeksi COVID-19 adalah kehilangan atau penurunan kemampuan penciuman (anosmia atau hyposmia). Ini dapat terjadi sebagai gejala tunggal atau bersama dengan gejala lainnya.
Gejala umum Covid-19 kehilangan penciuman. (Sumber: foto canva.com) |
Beberapa alasan mengapa gangguan penciuman dapat lebih umum pada lansia:
👴 Penuaan Alami:
Seiring bertambahnya usia, banyak orang mengalami penurunan alami dalam fungsi penciuman. Sel-sel penciuman di hidung dapat menjadi kurang sensitif seiring berjalannya waktu.
👴 Kondisi Kesehatan:
Lansia lebih rentan terhadap kondisi kesehatan tertentu yang dapat memengaruhi penciuman, seperti penyakit sinus, alergi, atau penyakit neurologis seperti penyakit Alzheimer atau Parkinson.
👴 Efek Obat-obatan:
Lansia sering kali mengonsumsi lebih banyak obat daripada orang muda, dan beberapa obat dapat memengaruhi penciuman sebagai efek sampingnya.
Beberapa obat dapat memengaruhi penciuman. (Sumber: canva.com) |
👴 Risiko Infeksi:
Lansia mungkin lebih rentan terhadap infeksi yang dapat memengaruhi penciuman, seperti infeksi sinus atau infeksi pernapasan atas.
👴 Perubahan Hormonal:
Perubahan hormonal yang terjadi seiring penuaan juga dapat memengaruhi penciuman pada beberapa kasus.
Penurunan penciuman dapat terjadi secara alami seiring bertambahnya usia, penting untuk memahami bahwa gangguan penciuman dapat memiliki dampak signifikan pada kualitas hidup lansia. Misalnya, dapat mempengaruhi selera makan mereka dan kemampuan untuk mendeteksi bau-bau yang berpotensi berbahaya, seperti bau gas bocor atau bau makanan yang telah basi.
Lansia yang terkena masalah penciuman atau gangguan penciuman seperti anosmia (kehilangan kemampuan mencium bau sepenuhnya) atau hyposmia (penurunan kemampuan mencium bau) mungkin mengalami beberapa gejala.
Beberapa gejala gangguan penciumana:
👃 Kehilangan Kemampuan Mencium Bau:
Gejala utama adalah kehilangan kemampuan untuk mencium bau atau penurunan signifikan dalam kemampuan mencium bau. Seseorang mungkin tidak lagi dapat mendeteksi aroma makanan, bunga, atau bau sehari-hari lainnya.
👃 Perubahan Selera Makan:
Gangguan penciuman dapat menyebabkan perubahan selera makan. Lansia yang tidak dapat mencium bau makanan dengan baik mungkin kehilangan selera makan atau menemukan bahwa makanan yang mereka konsumsi menjadi kurang enak.
👃 Kesulitan Mengidentifikasi Aroma:
Orang yang mengalami gangguan penciuman mungkin kesulitan mengidentifikasi aroma tertentu atau mungkin salah mengenali bau. Misalnya, mereka mungkin merasa bahwa makanan yang seharusnya harum, seperti bunga, malah berbau tidak enak.
👃 Ketidaknyamanan Sosial:
Gangguan penciuman juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan sosial. Seseorang mungkin tidak ingin berpartisipasi dalam aktivitas sosial yang melibatkan makanan atau menghindari makan di luar karena mereka tidak dapat menikmati makanan dengan baik.
👃 Penurunan Kesadaran Akan Bau Berbahaya:
Kemampuan untuk mendeteksi bau-bau yang berpotensi berbahaya, seperti bau gas bocor atau bau asap, dapat menurun. Ini bisa menjadi masalah keamanan.
👃 Kecemasan atau Depresi:
Bagi beberapa orang, kehilangan kemampuan mencium bau dan perubahan dalam pengalaman rasa makanan dapat menyebabkan perasaan kecemasan atau depresi.
Pengobatan gangguan penciuman pada lansia akan bergantung pada penyebab dan jenis gangguan penciuman yang dialami. Di beberapa kasus, pengobatan mungkin memungkinkan untuk memulihkan atau meningkatkan penciuman, sementara di kasus lain, pengobatan lebih berfokus pada mengelola gejalanya.
Beberapa langkah yang dapat diambil dalam pengobatan gangguan penciuman pada lansia:
📋 Penilaian Medis:
Langkah pertama adalah berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan. Mereka akan melakukan penilaian medis lengkap untuk mengidentifikasi penyebab gangguan penciuman. Penyebab dapat bervariasi dari infeksi hingga kondisi kesehatan kronis seperti alergi atau penyakit neurologis.
📋 Pengobatan Penyebab Dasar:
Jika gangguan penciuman disebabkan oleh penyakit atau kondisi tertentu, pengobatan akan ditujukan pada penyebab dasarnya. Misalnya, jika infeksi sinus adalah penyebabnya, dokter mungkin meresepkan antibiotik untuk mengobatinya.
📋 Perubahan Obat:
Jika penggunaan obat-obatan merupakan penyebab gangguan penciuman, dokter mungkin akan meninjau atau mengganti obat-obatan tersebut dengan alternatif yang lebih aman atau dengan efek samping yang lebih ringan.
📋 Terapi Pemulihan Penciuman:
Untuk beberapa kasus, terapi khusus seperti terapi bau atau terapi latihan penciuman dapat membantu memulihkan kemampuan mencium bau. Terapi ini dapat dilakukan di bawah pengawasan profesional kesehatan.
📋 Perubahan Gaya Hidup:
Menjaga pola makan yang sehat dan menghindari faktor-faktor yang dapat merusak penciuman, seperti merokok, juga dapat membantu. Lansia harus berusaha untuk menjaga kesehatan dan kebersihan hidung mereka.
📋 Dukungan Psikologis:
Jika gangguan penciuman menyebabkan kecemasan, depresi, atau masalah emosional lainnya, dukungan psikologis atau konseling dapat sangat membantu.
📋 Penggunaan Tambahan:
Kadang-kadang, lansia dengan gangguan penciuman mungkin perlu menggunakan alat atau teknik tambahan untuk membantu mereka mengidentifikasi bau, seperti label pada makanan atau perangkat elektronik penciuman.
Tidak semua kasus gangguan penciuman dapat diobati sepenuhnya. Dalam beberapa kasus, gangguan penciuman dapat menjadi permanen atau memerlukan pengelolaan jangka panjang. Konsultasikan dengan dokter untuk merinci opsi pengobatan yang paling sesuai
Sumber:
https://www.webmd.com/brain/anosmia-loss-of-smell
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482152/
https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21859-anosmia-loss-of-sense-of-smell
No comments:
Post a Comment