Thursday, 14 September 2023

Flatus Terus, Apakah Ada Penyakit Pada Lansia

       Kentut adalah proses keluarnya gas dari dalam usus besar melalui anus. Gas ini terdiri dari berbagai jenis gas, termasuk nitrogen, karbon dioksida, hidrogen, dan metana, yang dihasilkan sebagai produk sampingan dalam proses pencernaan makanan. Kentut adalah proses alami dalam tubuh manusia dan hewan lainnya.

Gas-gas ini terbentuk ketika mikroorganisme dalam usus mencerna makanan yang tidak sepenuhnya dicerna dalam perut. Ketika gas-gas ini menumpuk dalam usus besar, mereka dapat dikeluarkan melalui anus dalam bentuk suara dan bau yang khas.

Kentut dapat terjadi sebagai respons terhadap berbagai faktor, seperti jenis makanan yang dikonsumsi, aktivitas fisik, dan pola makan. Beberapa makanan tertentu, seperti kacang-kacangan, kol, dan minuman berkarbonasi, dapat meningkatkan produksi gas dalam usus dan menyebabkan kentut yang lebih banyak.

Beberapa makanan tertentu memproduksi gas.
(Sumber: foto LPC- Lansia)
Namun, jika seseorang mengalami perubahan drastis dalam pola kentutnya, terutama jika disertai dengan gejala lain seperti nyeri perut yang parah, perubahan dalam pola buang air besar, atau masalah pencernaan yang lain, maka sebaiknya mereka berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut, karena hal ini mungkin mengindikasikan masalah kesehatan yang lebih serius.

Flatus  adalah istilah medis untuk kentut, flatus merujuk pada gas-gas yang dikeluarkan dari dalam usus besar melalui anus. Istilah ini digunakan dalam konteks medis untuk merujuk pada proses keluarnya gas dari dalam saluran pencernaan.

Lansia, seperti orang dewasa pada umumnya, dapat mengalami kentut karena berbagai alasan. Kentut adalah proses alami yang terjadi saat gas-gas dalam usus besar dikeluarkan melalui anus. 

Beberapa faktor yang mungkin menyebabkan lansia mengalami kentut lebih sering atau secara berlebihan termasuk:

💢 Perubahan dalam Pencernaan: 

Proses pencernaan dapat menjadi kurang efisien seiring bertambahnya usia. Ini bisa berarti bahwa makanan dicerna dengan lebih lambat, dan gas dapat menumpuk dalam usus lebih lama sebelum dikeluarkan.

💢 Polusi Udara: 

Beberapa lansia mungkin memiliki paparan yang lebih tinggi terhadap polusi udara atau bahan kimia yang dapat mempengaruhi saluran pencernaan, yang dapat memengaruhi produksi gas dalam usus.

Kentut dapat terjadi akibat paparan yang tinggi dari polusi udara.
(Sumber: foto canva.com)

💢 Pola Makan: 

Pola makan yang berubah seiring bertambahnya usia atau perubahan dalam kebiasaan makan bisa mempengaruhi produksi gas. Makanan tertentu, seperti kacang-kacangan, brokoli, kubis, dan minuman berkarbonasi, dapat menyebabkan peningkatan produksi gas.

💢 Intoleransi Makanan: 

Beberapa lansia mungkin mengembangkan intoleransi makanan tertentu seiring bertambahnya usia. Misalnya, intoleransi laktosa (kesulitan mencerna laktosa, gula dalam susu) dapat menyebabkan peningkatan gas dan kentut setelah mengonsumsi produk susu.

💢 Infeksi Usus:

Infeksi usus atau masalah kesehatan lain yang memengaruhi saluran pencernaan bisa menyebabkan gangguan dalam proses pencernaan dan menghasilkan lebih banyak gas.

💢 Konsumsi Serat yang Tinggi:

Lansia yang mengonsumsi diet tinggi serat mungkin lebih cenderung mengalami kentut karena serat dapat merangsang produksi gas dalam usus.

💢 Penggunaan Obat-obatan: 

Beberapa obat-obatan, terutama antibiotik atau obat-obatan tertentu yang memengaruhi sistem pencernaan, dapat mempengaruhi mikroorganisme dalam usus dan menyebabkan peningkatan gas.

       Kentut pada lansia, seperti pada orang dewasa pada umumnya, biasanya bukan gejala penyakit serius. Kentut adalah proses alami dalam tubuh dan dapat terjadi karena berbagai alasan, termasuk pola makan, konsumsi makanan tertentu, atau perubahan dalam pencernaan seiring bertambahnya usia.  

Beberapa kondisi yang mungkin menyertai kentut pada lansia jika terkait dengan masalah kesehatan adalah:

💣 Sindrom Irritasi Usus Besar (Irritable Bowel Syndrome, IBS):

IBS adalah gangguan pencernaan yang dapat menyebabkan kentut yang berlebihan, bersama dengan gejala seperti perubahan pola buang air besar, nyeri perut, dan perut kembung.

Gangguan pencernaan menyebabkan kentut berlebihan.
(Sumber: foto canva,com)

💣 Sindrom Dispepsia (Sindrom Gangguan Pencernaan):

Ini adalah kondisi yang dapat menyertai gejala seperti kentut berlebihan, mulas, mual, dan ketidaknyamanan perut.

💣 Intoleransi Makanan: 

Lansia yang memiliki intoleransi makanan tertentu, seperti intoleransi laktosa atau intoleransi gluten, dapat mengalami kentut lebih sering jika mereka mengonsumsi makanan yang memicu intoleransi mereka.

💣 Refluks Gastroesofageal (GERD):

GERD adalah kondisi di mana asam lambung naik ke kerongkongan, dan beberapa orang dengan GERD juga dapat mengalami kentut yang lebih sering.

💣 Infeksi Usus atau Gangguan Usus: 

Infeksi usus atau gangguan usus lainnya dapat mempengaruhi proses pencernaan dan menyebabkan kentut yang lebih sering.

💣 Gangguan Bakteri Usus: 

Ketidakseimbangan dalam bakteri usus normal dapat memengaruhi pencernaan dan menghasilkan gas yang dapat menyebabkan kentut.

          💬 Kentut itu sendiri bukan penyakit, melainkan gejala yang mungkin terkait dengan berbagai kondisi medis atau pola makan. 

Makanan tertentu dapat meningkatkan produksi gas dalam usus dan menyebabkan lansia mengalami kentut lebih sering. Namun, perlu diingat bahwa respons tubuh terhadap makanan dapat bervariasi dari individu ke individu, dan apa yang menyebabkan kentut pada satu orang tidak selalu berlaku untuk yang lain. 

Beberapa makanan yang umumnya diketahui dapat meningkatkan produksi gas dan menyebabkan kentut termasuk:

🍁 Kacang-kacangan: 

Seperti kacang merah, kacang hijau, dan kacang kedelai.

🍁 Kubis dan Kembang Kol: 

Termasuk brokoli, kubis, kembang kol, dan kubis Brussel.

Kubis dan kol meningkatkan produksi gas menyebabkan kentut.
(Sumber: foto canva.com)

🍁 Minuman Berkarbonasi: 

Seperti soda atau minuman bersoda.

🍁 Makanan Pedas:

Makanan pedas seperti cabai dapat merangsang produksi gas.

🍁 Produk Susu:

Produk susu bisa menjadi masalah jika lansia memiliki intoleransi laktosa.

🍁 Makanan Tinggi Serat: 

Sementara serat adalah bagian penting dari diet sehat, beberapa orang mungkin mengalami lebih banyak gas saat mengonsumsi serat dalam jumlah besar. Ini termasuk makanan seperti gandum utuh, oat, dan sayuran hijau.

🍁 Gula Alkohol: 

Sorbitol, mannitol, dan xylitol adalah jenis gula alkohol yang ditemukan dalam beberapa permen karet dan permen yang dapat menyebabkan gas dan kentut jika dikonsumsi dalam jumlah besar.

🍁 Minyak Ikan dan Suplemen Minyak Ikan:

Beberapa orang mungkin mengalami kentut yang lebih sering setelah mengonsumsi suplemen minyak ikan.

🍁 Gorengan dan Makanan Berlemak Tinggi: 

Makanan berlemak tinggi atau makanan yang digoreng dapat membuat pencernaan menjadi lebih lambat, yang memungkinkan gas menumpuk dalam usus.

🍁 Sayuran seperti Bawang dan Bawang Putih:

Beberapa sayuran seperti bawang dan bawang putih dapat menyebabkan gas.

Bawang merah dapat memproduksi gas menyebabkan kentut.
(Sumber: foto canva.com)

        Makanan yang menghasilkan gas adalah bagian normal dari proses pencernaan dan dapat bervariasi dari individu ke individu.

Untuk mengurangi kentut yang berlebihan, terutama pada lansia, Anda dapat mencoba beberapa langkah berikut ini:

🍏 Perhatikan Pola Makan: 

Makanlah dengan tenang dan perlahan. Hindari makan terlalu cepat atau berbicara saat makan. Mengunyah makanan dengan baik juga dapat membantu mengurangi risiko menelan udara saat makan.

🍏 Hindari Makanan Pemicu Gas: 

Identifikasi makanan yang sering menyebabkan Anda kentut dan coba kurangi konsumsinya. Makanan seperti kacang-kacangan, brokoli, kubis, kembang kol, minuman berkarbonasi, makanan pedas, dan produk susu mungkin perlu dibatasi.

🍏 Konsumsi Makanan Rendah Serat:

Jika Anda mengalami gas berlebihan karena serat tinggi dalam diet, pertimbangkan untuk sementara waktu mengurangi konsumsi makanan tinggi serat dan kemudian secara perlahan meningkatkannya kembali.

🍏 Perhatikan Minuman: 

Hindari minum dengan cepat atau dalam jumlah yang besar, terutama jika Anda mengonsumsi minuman berkarbonasi. Minum dengan perlahan dan dalam jumlah kecil dapat membantu mengurangi risiko menelan udara.

🍏 Hindari Penggunaan Sedotan:

Penggunaan sedotan saat minum dapat menyebabkan lebih banyak udara tertelan. Hindari sedotan atau gunakan sedotan yang lebih lebar jika diperlukan.

🍏 Kurangi Gula Alkohol: 

Gula alkohol seperti sorbitol, mannitol, dan xylitol dapat menyebabkan gas dan kentut jika dikonsumsi dalam jumlah besar. Periksa label makanan untuk menghindari makanan yang mengandung gula alkohol ini.

🍏 Hindari Makanan Berlemak Tinggi:

Makanan berlemak tinggi atau makanan yang digoreng dapat memperlambat pencernaan dan menyebabkan peningkatan gas. Pertimbangkan untuk mengurangi konsumsi makanan ini.

Makanan yang digoreng memperlambat pencernaan.
(Sumber: foto canva.com)

🍏 Konsumsi Probiotik:

Probiotik adalah suplemen atau makanan yang mengandung bakteri baik yang dapat membantu menjaga keseimbangan flora usus dan mungkin membantu mengurangi gas berlebihan. Konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan probiotik.

🍏 Perhatikan Batas Konsumsi Karbonasi: 

Minuman berkarbonasi seperti soda dapat menyebabkan gas dalam perut. Batasi konsumsi minuman ini.

🍏 Aktivitas Fisik:

Berolahraga secara teratur dapat membantu merangsang peristaltik usus dan membantu dalam proses pencernaan.

🍏 Konsultasi dengan Dokter: 

Jika kentut berlebihan terus berlanjut atau disertai dengan gejala lain yang mengkhawatirkan seperti nyeri perut yang parah, perubahan pola buang air besar, atau masalah pencernaan yang lain, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter. Dokter dapat melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengidentifikasi penyebab dan memberikan perawatan yang sesuai jika diperlukan.

       Selalu penting untuk berbicara dengan profesional medis jika Anda memiliki kekhawatiran tentang masalah kesehatan Anda. Mereka dapat memberikan panduan dan perawatan yang sesuai berdasarkan kondisi Anda.




Sumber:

https://www.webmd.com/healthy-aging/does-flatulence-increase-as-you-age

https://www.aarp.org/disrupt-aging/stories/info-2020/passing-gas.html

https://www.uclahealth.org/news/many-people-become-more-flatulent-as-they-age

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2280790/


Wednesday, 13 September 2023

Lansia Cuci Tangan terus, Melakukan Kegiatan Berulang Kali, OCD

        Setiap orang pasti pernah mengalami obsesi dan kompulsi. Misalnya, sesekali memeriksa ulang kompor atau kuncinya adalah hal yang lumrah. Orang juga sering menggunakan ungkapan “terobsesi” dan “kompulsi” dengan santai dalam percakapan sehari-hari. Tapi OCD lebih ekstrem. Ini bisa memakan waktu berjam-jam dalam sehari seseorang. Itu mengganggu kehidupan dan aktivitas normal. Obsesi pada OCD tidak diinginkan, dan penderita OCD tidak suka melakukan perilaku kompulsif.

Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan psikiatrik yang ditandai dengan adanya pikiran yang mengganggu, mengulang-ulang, dan meresahkan, yang disebut obsesi, serta perilaku atau tindakan mental yang berulang kali dilakukan, yang disebut kompulsi, sebagai respons terhadap obsesi ini. Gejala-gejala ini sering kali menyebabkan penderita mengalami stres yang signifikan dan mengganggu berbagai aspek kehidupannya.

Setiap orang pernah mengalami obsesi dan kompulsi.
(Sumber: foto LPC- Lansia)

Kelainan di mana orang memiliki pikiran, ide, atau sensasi (obsesi) yang berulang dan tidak diinginkan. Untuk menghilangkan pikiran-pikiran tersebut, mereka merasa terdorong untuk melakukan sesuatu secara berulang-ulang (kompulsif). Misalnya cuci tangan berulang-ulang sampai tangan menjadi mentah.

OCD diperkirakan memengaruhi sekitar 1-2% populasi, menjadikannya salah satu gangguan kesehatan mental yang paling umum.

Cuci tangan berulang-ulang sampai tangan menjadi sangat bersih.
(Sumber: foto canva.com)

Kriteria Diagnostik  OCD :

👉 Obsesi: 

Pikiran, dorongan, atau gambaran berulang dan menetap yang bersifat mengganggu dan tidak diinginkan, menyebabkan stres yang signifikan. Obsesi umumnya mencakup ketakutan akan kontaminasi, keraguan, dan pikiran yang mengganggu, seperti pikiran kekerasan atau seksual.

Contoh tanda dan gejala obsesi meliputi:

  • Takut terkontaminasi dengan menyentuh benda yang disentuh orang lain
  • Ragu bahwa Anda telah mengunci pintu atau mematikan kompor
  • Stres yang hebat ketika objek tidak teratur atau menghadap ke arah tertentu
  • Gambar mengendarai mobil Anda ke tengah kerumunan orang
  • Pikiran tentang meneriakkan kata-kata kotor atau bertindak tidak pantas di depan umum
  • Gambaran seksual yang tidak menyenangkan
  • Menghindari situasi yang dapat memicu obsesi, seperti berjabat tangan

👉 Kompulsi: 

Perilaku berulang atau tindakan mental yang seseorang merasa terdorong untuk lakukan sebagai respons terhadap obsesi atau sesuai dengan aturan yang ketat. Kompulsi bertujuan untuk mengurangi stres atau mencegah kejadian yang ditakuti. 

Contoh tanda dan gejala kompulsif meliputi:

  • Cuci tangan sampai kulit Anda menjadi mentah
  • Memeriksa pintu berulang kali untuk memastikan terkunci

  • Tanda dan gejala kompulsif memeriksa pintu berulang kali.
    (Sumber: foto canva.com)

  • Mengecek kompor berulang kali untuk memastikan sudah mati
  • Menghitung dalam pola tertentu
  • Mengulangi doa, kata, atau frasa secara diam-diam
  • Atur makanan kaleng Anda menghadap ke arah yang sama

👉 Menghabiskan Waktu: 

Obsesi dan kompulsi menghabiskan waktu yang signifikan (biasanya lebih dari satu jam sehari), mengakibatkan gangguan pada fungsi sehari-hari, pekerjaan, atau hubungan sosial.

👉 Stres dan Gangguan: 

Obsesi dan kompulsi menyebabkan stres atau gangguan yang signifikan secara klinis dalam berbagai aspek kehidupan seseorang, seperti sosial, pekerjaan, atau hubungan.

👉 Tidak Dapat Diatribusikan pada Kondisi Lain: 

Gejala OCD tidak dapat dijelaskan oleh efek fisiologis zat atau kondisi medis lainnya.

     💬 OCD adalah kelainan umum yang menyerang orang dewasa, remaja, dan anak-anak di seluruh dunia. Kebanyakan orang terdiagnosis pada usia sekitar 19 tahun, biasanya dengan usia lebih awal pada anak laki-laki dibandingkan pada anak perempuan, namun serangan setelah usia 35 tahun juga bisa terjadi.

Beberapa faktor risiko, meliputi :

Para peneliti belum mengetahui secara pasti apa penyebab OCD. Namun menurut mereka ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap perkembangannya, antara lain:

👪 Genetika

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki kerabat tingkat pertama (orang tua kandung atau saudara kandung) yang menderita OCD mempunyai risiko lebih tinggi terkena kondisi tersebut. Risikonya meningkat jika kerabatnya menderita OCD saat masih anak-anak atau remaja.

👪 Perubahan otak : 

Studi pencitraan menunjukkan perbedaan pada korteks frontal dan struktur subkortikal otak pada orang yang menderita OCD. OCD juga dikaitkan dengan kondisi neurologis lain yang memengaruhi area serupa di otak Anda, termasuk penyakit Parkinson , sindrom Tourette , dan epilepsi .

👪 Sindrom PANDAS : 

PANDAS (Pediatric Autoimmune Neuropsychiatric Disorders Associated with Streptococcal infections ) yaitu: gangguan neuropsikiatri autoimun pediatrik yang berhubungan dengan infeksi streptokokus. Ini menggambarkan sekelompok kondisi yang dapat mempengaruhi anak-anak yang pernah mengalami infeksi radang, seperti radang tenggorokan atau demam berdarah . OCD adalah salah satu kondisi tersebut.

👪 Trauma masa kanak-kanak :

Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara trauma masa kanak-kanak, seperti pelecehan atau penelantaran, dan perkembangan OCD.

Pelecehan dan penelantaran membuat anak trauma.
(Sumber: foto canva.com)

Perawatan dan Terapi untuk Penderita OCD.

OCD biasanya diobati dengan pengobatan, psikoterapi, atau kombinasi keduanya. Meskipun sebagian besar pasien OCD merespons pengobatan, beberapa pasien terus mengalami gejala. Terkadang penderita OCD juga memiliki gangguan mental lain, seperti kecemasan, depresi, dan gangguan dismorfik tubuh, Dismorfik yaitu kelainan di mana seseorang secara keliru percaya bahwa ada bagian tubuhnya yang tidak normal.

👍 Pengobatan

Serotonin Reuptake Inhibitors (SRI), yang mencakup Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI) digunakan untuk membantu mengurangi gejala OCD. SRI sering kali memerlukan dosis harian yang lebih tinggi dalam pengobatan OCD dibandingkan depresi dan mungkin memerlukan waktu 8 hingga 12 minggu untuk mulai bekerja, namun beberapa pasien mengalami perbaikan yang lebih cepat.

👍 Psikoterapi

Psikoterapi dapat menjadi pengobatan yang efektif untuk orang dewasa dan anak-anak penderita OCD. Penelitian menunjukkan bahwa jenis psikoterapi tertentu, termasuk terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi terkait lainnya (misalnya pelatihan pembalikan kebiasaan) bisa sama efektifnya dengan pengobatan bagi banyak individu. 

       Orang dengan OCD yang menerima pengobatan yang tepat sering kali mengalami peningkatan kualitas hidup dan peningkatan fungsi sosial, sekolah dan /atau pekerjaan.

Jika Anda tidak menerima pengobatan, siklus obsesi dan kompulsi akan lebih sulit diputus dan diobati, karena terjadi perubahan struktural di otak Anda. Oleh karena itu, penting untuk mencari perawatan medis sesegera mungkin jika Anda atau anak Anda mengalami gejala.







Sumber:

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/obsessive-compulsive-disorder/symptoms-causes/syc-20354432

https://www.psychiatry.org/patients-families/obsessive-compulsive-disorder/what-is-obsessive-compulsive-disorder

https://www.nimh.nih.gov/health/topics/obsessive-compulsive-disorder-ocd

https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9490-ocd-obsessive-compulsive-disorder

Kutil Mengganggu Citra Diri Orang Lanjut Usia, Dan Ada Risiko

     Kutil berbentuk benjolan kecil yang berkembang di kulit yang disebabkan oleh infeksi virus.  Kebanyakan orang akan memiliki kutil pada suatu saat. Biasanya gejala ini akan hilang dengan sendirinya, namun bisa memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. 

Kutil adalah pertumbuhan kulit yang tidak normal atau jaringan kulit yang tumbuh lebih cepat dari biasanya. Kutil biasanya disebabkan oleh infeksi virus, terutama Human Papillomavirus (HPV). Kutil dapat muncul di berbagai bagian tubuh, termasuk tangan, kaki, wajah, atau bahkan area genital.

Kutil biasanya tidak berbahaya, tetapi mereka bisa mengganggu tampilan (citra diri) dan kadang-kadang menyakitkan. Beberapa jenis kutil, terutama yang muncul di daerah genital, dapat berkaitan dengan risiko kanker tertentu, sehingga penting untuk memeriksakannya dengan dokter. 

Beberapa kutil ada yang berbahaya khususnya,
didaerah genital. (Sumber: foto LPC- Lansia)
Verruca adalah istilah medis untuk kutil, dan biasanya disebut sebagai "verruca vulgaris". Istilah medis ini mengacu pada pertumbuhan kulit yang disebabkan oleh infeksi virus HPV (Human Papillomavirus). 

Terdapat beberapa jenis kutil, dan masing-masing dapat memiliki istilah medis yang berbeda sesuai dengan lokasi dan karakteristiknya. Misalnya, kutil yang muncul di kaki sering disebut "verruca plantaris," sementara kutil di tangan dapat disebut "verruca vulgaris." Kutil dapat memiliki berbagai penampilan, mulai dari kecil dan rata hingga besar dan kasar

Lansia dapat terkena kutil karena infeksi virus HPV (Human Papillomavirus) yang menyebabkan kutil dan dapat mengenai siapa saja, termasuk orang yang usianya lebih tua. 

HPV adalah virus yang sangat umum dan dapat menular melalui kontak kulit ke kulit dengan seseorang yang terinfeksi atau melalui benda-benda seperti handuk, alas kaki, atau permukaan yang terkontaminasi.

Kutil yang tumbuh di pergelangan tangan.
(Sumber: foto canva.com)

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena kutil, termasuk lansia:

📜 Sistem Kekebalan Tubuh yang Menurun: 

Seiring bertambahnya usia, sistem kekebalan tubuh cenderung melemah. Ini bisa membuat lansia lebih rentan terhadap infeksi HPV dan pertumbuhan kutil.

📜 Kontak Kulit yang Berulang: 

Lansia yang sering berinteraksi dengan orang lain atau berbagi ruang umum dengan orang lain, seperti di fasilitas perawatan jangka panjang atau rumah sakit, mungkin memiliki risiko lebih tinggi karena mereka lebih mungkin terpapar virus HPV melalui kontak kulit-ke-kulit.

Kontak kulit yang berulang berisiko kena virus HPV.
(Sumber: foto canva.com)

📜 Kondisi Medis yang Mempengaruhi Kulit:

Beberapa kondisi medis yang lebih umum pada lansia, seperti diabetes atau penyakit kulit tertentu, dapat mempengaruhi kondisi kulit dan membuatnya lebih rentan terhadap infeksi kutil.

       Kutil bukanlah masalah yang terkait langsung dengan usia, tetapi lebih terkait dengan paparan terhadap virus HPV. Meskipun lansia dapat terkena kutil, orang dari segala usia berisiko terinfeksi virus ini.  

Gejala kutil pada lansia tidak berbeda secara signifikan dari gejala kutil pada orang lain yang lebih muda. Gejala utama kutil meliputi:

🎈 Pertumbuhan Kulit yang Tidak Normal: 

Kutil umumnya muncul sebagai pertumbuhan kulit yang tidak normal atau tonjolan pada kulit. Mereka bisa berukuran kecil atau besar, datar atau kasar, dan biasanya memiliki permukaan yang berlekuk atau berbintik-bintik.

🎈 Rasa Gatal atau Tidak Nyaman:

Kutil kadang-kadang bisa menjadi gatal atau menimbulkan rasa tidak nyaman atau iritasi jika mereka tumbuh di area yang rentan tergesek atau tertekan.

🎈 Perubahan Warna Kulit: 

Warna kulit di sekitar kutil bisa berubah, menjadi lebih terang atau lebih gelap dari kulit sekitarnya.

🎈 Pendarahan:

Kutil yang terletak di area yang sering teriritasi atau digosok bisa berdarah jika terluka.

🎈 Penyebaran: 

Kutil bisa menyebar dari satu bagian tubuh ke bagian lain jika tidak diobati.

🎈 Rasa Tidak Nyaman saat Berjalan:

Kutil yang muncul di kaki, terutama di telapak kaki, dapat menjadi sangat tidak nyaman saat berjalan atau berdiri.

       Mencegah kutil pada lansia melibatkan upaya untuk menghindari paparan terhadap virus HPV (Human Papillomavirus), yang merupakan penyebab umum kutil. Meskipun tidak ada cara yang sepenuhnya efektif untuk mencegah infeksi HPV.

Beberapa langkah yang dapat membantu mengurangi risiko terkena kutil:

🔍 Vaksinasi HPV: 

Vaksinasi adalah cara yang efektif untuk melindungi diri dari beberapa jenis virus HPV yang paling umum dan berbahaya. Vaksin HPV biasanya dianjurkan untuk anak-anak dan remaja sebelum mereka menjadi aktif secara seksual, tetapi beberapa negara juga merekomendasikan vaksinasi HPV untuk kelompok usia yang lebih tua. Lansia yang belum divaksinasi atau belum lengkap vaksinasi HPV sebaiknya berkonsultasi dengan dokter tentang kemungkinan vaksinasi.

Cara yang paling efektif dari virus HPV dengan vaksinasi.
(Sumber: foto canva.com)

🔍 Hindari Kontak Kulit ke Kulit:

Hindari kontak kulit-ke-kulit dengan orang yang memiliki kutil. Ini termasuk menghindari berbagi barang pribadi seperti handuk, pisau cukur, atau alat mandi lainnya.

🔍 Gunakan Pelindung Saat Berenang: 

Jika Anda berenang di kolam umum atau tempat umum lainnya, kenakan alas kaki atau sandal untuk melindungi kaki Anda dari kemungkinan paparan virus HPV yang dapat hidup di lingkungan yang lembap.

🔍 Jaga Kebersihan: 

Menjaga kulit dan tangan bersih dapat membantu mengurangi risiko infeksi virus HPV. Cuci tangan secara teratur, terutama setelah kontak dengan kutil atau permukaan yang terkontaminasi.

🔍 Perhatikan Pertumbuhan Kulit: 

Jika Anda melihat pertumbuhan kulit yang mencurigakan, segera konsultasikan dengan dokter atau dermatologis. Tindakan dini dapat membantu mencegah penyebaran kutil dan masalah kulit lainnya.

🔍 Perhatikan Kesehatan Umum: 

Mempertahankan sistem kekebalan tubuh yang sehat dengan menjalani gaya hidup yang sehat, termasuk makan seimbang, berolahraga, cukup tidur, dan menghindari stres berlebihan, dapat membantu melindungi tubuh dari infeksi, termasuk infeksi HPV.

       Meskipun langkah-langkah ini dapat membantu mengurangi risiko kutil, tidak ada cara yang dapat menjamin bahwa Anda akan sepenuhnya terhindar dari infeksi HPV. Penting untuk selalu mengikuti praktik kebersihan dan perhatikan kesehatan kulit Anda, terutama jika Anda berusia lanjut.  

Pengobatan kutil tergantung pada lokasi, jumlah, ukuran, dan jenis kutil. Ada beberapa pilihan pengobatan yang dapat Anda pertimbangkan, baik yang dapat Anda lakuk an sendiri di rumah maupun dengan bantuan dari profesional medis. 

Beberapa metode pengobatan yang umum digunakan untuk mengatasi kutil:

Obat-obatan Topikal:

💊 Salep Kutil: 

Ada berbagai salep nonprescription (tanpa resep) yang mengandung bahan seperti asam salisilat atau asam laktat yang dapat membantu menghilangkan kutil secara perlahan. Ikuti petunjuk pemakaian dengan cermat.

💊 Cairan Kutil:

Cairan yang mengandung asam salisilat juga dapat digunakan untuk merendam kutil dan membantu mengelupaskan lapisan atas kulit yang terkena kutil. Penggunaan yang teratur diperlukan.

💊 Krioterapi (penghilangan dengan dingin): 

Dokter dapat menggunakan nitrogen cair untuk membekukan kutil dan menghancurkannya. Ini adalah prosedur yang umum dilakukan di klinik atau praktik dokter.

💊 Elektrokauterisasi:

Ini adalah prosedur medis di mana kutil dihapus dengan menggunakan aliran listrik yang kuat. Ini biasanya dilakukan oleh dokter atau dermatologis.

💊 Pengangkatan Bedah:

Kutil yang besar atau sulit diatasi dengan metode lain dapat dihapus melalui prosedur bedah. Ini melibatkan pemotongan kutil menggunakan pisau bedah atau gunting medis.

💊 Pengobatan Laser:

Beberapa kutil dapat dihapus dengan menggunakan laser yang menghancurkan jaringan kutil. Ini biasanya dilakukan oleh profesional medis.

💊 Vaksinasi HPV: 

Untuk kutil yang terkait dengan jenis HPV tertentu, vaksinasi HPV mungkin digunakan sebagai bagian dari perawatan atau pencegahan lebih lanjut.

Selalu penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau dermatologis sebelum memutuskan metode pengobatan mana yang paling sesuai untuk kasus Anda.

        💬 Jika Anda memiliki kutil atau khawatir tentang pertumbuhan kulit yang mencurigakan, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter atau dermatologis untuk evaluasi dan rekomendasi pengobatan yang sesuai. Jangan mencoba untuk menghilangkan kutil sendiri tanpa nasihat medis, karena hal itu dapat menyebabkan masalah lebih lanjut.

Selain pengobatan, penting untuk menghindari penyebaran kutil. Ini termasuk menghindari menyentuh atau menggaruk kutil, tidak berbagi alat mandi atau handuk dengan orang lain, dan jika Anda memiliki kutil di kaki, kenakan alas kaki di kolam renang umum atau tempat-tempat yang lembap.




Sumber:

https://www.nhs.uk/conditions/warts-and-verrucas/

https://www.nidirect.gov.uk/conditions/warts-and-verrucas

https://www.bazuka.co.uk/identify/verrucas

https://en.wikipedia.org/wiki/Plantar_wart

https://www.kentcht.nhs.uk/wp-content/uploads/2016/10/Verrucas-01023-v3.pdf